• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Landasan Teori. analisis data dalam bab selanjutnya. Teori-teori yang digunakan mengenai konsep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2. Landasan Teori. analisis data dalam bab selanjutnya. Teori-teori yang digunakan mengenai konsep"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

7 Bab 2

Landasan Teori

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai teori-teori yang mendasari analisis data dalam bab selanjutnya. Teori-teori yang digunakan mengenai konsep kanji, yaitu naritachi (pembentukan kanji), bushu (radikal); hitsujun (prinsip urutan penulisan) serta kakusuu (jumlah stroke). Selain itu penulis juga menggunakan konsep kesalahan berbahasa dan teori kognitif.

2.1 Konsep Kanji

Berdasarkan sejarahnya, menurut Tamamura (2001: 160-162), kanji adalah karakter yang digunakan oleh orang-orang Han untuk mencatatkan bahasa Cina. Dari benda-benda peninggalan zaman dahulu, diperkirakan kanji sudah ada sejak 3000 tahun sebelum masehi. Setiap karakter kanji menggambarkan satu suku kata bahasa Cina. Diketahui juga bahwa kanji yang digunakan oleh masyarakat Jepang saat ini merupakan huruf yang berasal dari Cina. Akan tetapi penggunaannya sudah disesuaikan dengan masyarakat Jepang dan menjadi cikal bakal munculnya huruf kana. Walaupun telah terdapat huruf kana, peranan kanji dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Jepang dalam jangka waktu yang lama tidak bisa dipandang rendah. Berdasarkan pernyataan Fujiwara (1990: (2)) huruf kanji dalam Joyō Kanji atau kanji yang digunakan sehari-hari berjumlah 1945 huruf.

(2)

8 Tidak seperti huruf alphabet, huruf-huruf Jepang seperti hiragana, katakana, dan kanji terbentuk dari beberapa garis dan coretan. Pada tingkatan basic, pemelajar akan memperlajari penulisan kanji sederhana seperti perhitungan (satu; ichi「一」, dua; ni 「二」, tiga; san 「三」, empat; yon 「四」 dan seterusnya), bulan; tsuki 「月」, matahari; hi 「日」, atau mengenai anggota tubuh (mata; me「目」, telinga; mimi「耳」, tangan; te「手」, kaki; ashi 「足」, dan sebagainya). Kanji sendiri memliki beberapa unsur, seperti unsur dasar pembentukan maupun tata cara penulisan. Berikut ini adalah penjabaran mengenai unsur kanji; bushu, hitsujun dan kakusuu.

2.1.1 Naritachi (成り立ち成り立ち) 成り立ち成り立ち

Kanji-kanji yang ada dipakai oleh masyarakat tidak tebentuk begitu saja, kanji-kanji tersebut disusun berdasarkan arti dan bentuknya. Dari hal tersebut muncul istilah ”rikusho” sebagai prinsip pembentukan dan penggunaan kanji. Menurut Shimura (1990: 34), rikusho diklasifikasikan menjadi 6 bagian yaitu shookei, shiji, kai’i, keisei, tenchuu dan kasha. Dimana shookei, shiji, kai’i dan keisei menunjukan pembentukan atau cara-cara penciptaan sebuah kanji, sedangkan tenchuu dan kasha menunjukan pemakaian kanji. Pembentukan kanji tersebut dikenal dengan istilah naritachi (成り立ち). Pada penelitian ini, penulis hanya akan menggunakan konsep pembentukan kanji (naritachi) dari konsep rikusho.

(3)

9 a. Shookei (象形)

Shookei adalah jenis naritachi yang paling primitif. Huruf kanji yang termasuk ke jenis shookei adalah kanji yang terbentuk dengan menggambarkan atau meniru bentuk dari sebuah benda.

Gambar 2.1 Contoh Shookei Moji

b. Shiji (指事)

Shiji adalah huruf kanji yang terbentuk dari sesuatu yang bersifat abstrak menggunakan tanda tertentu, seperti titik atau garis. Penambahan tanda tersebut terkadang dilakukan terhadap kanji jenis shookei-moji. Contoh kanji 末 terbentuk dari kanji 木 yang merupakan jenis shookei-moji kemudian ditambahkan garis 一 .

c. Kai’i (会意)

Kai’i adalah jenis naritachi yang huruf kanjinya terbentuk dari penggabungan dua huruf kanji dengan memperhatikan makna masing-masing kanji tersebut. Contoh, kanji 「森」merupakan kombinasi dari tiga kanji 「木」, yang menggambarkan

suatu tempat dengan banyak pohon. Oleh karena itu terbentuk kanji baru yang memiliki arti “hutan”. Contoh lainnya kanji 「休」yang merupakan kombinasi dari

(4)

10 kanji 「人」dan 「木」, yang menggambarkan seseorang sedang beristirahat di

bawah pohon. Oleh karena itu terbentuk kanji baru yang memiliki arti “istirahat”. d. Keisei (形声)

Keisei adalah huruf kanji yang terbentuk dari penggabungan dua huruf kanji dengan memperhatikan makna dan bunyi dari kanji yang digabungkan. Contoh kanji 清 ( セ イ ; き よ ・ い ) Kanji tersebut terbentuk dari kanji 水 dan 青 yang menggambarkan “pure water” sehingga memiliki arti “pure/ clear”. Contoh lainnya kanji晴(セイ;は・れる). Kanji tersebut terbentuk dari kanji 日 dan 青 yang

menggambarkan “hari yang cerah” sehingga memiliki arti “clear/ be sunny”.

2.1.2 Bushu (部首部首) 部首部首

Kanji terdiri dari beberapa coretan, coretan-coretan ini membentuk bagian dasar pada sebuah kanji. Bagian dasar kanji tersebut akhirnya akan membentuk satu kanji yang dikenal dengan istilah radical atau bushu (Mitamura, 1998: 12).

Mempelajari nama, pengertian dan asal-usul suatu bushu adalah sesuatu yang penting. Melalui bushu, dapat mempermudah pemelajar dalam mencari arti maupun pengucapan suatu kanji di kamus. Kanji dengan bushu yang sama, sering memiliki arti yang sama atau mendekati.

Berdasarkan pernyataan Tamamura (2001: 166), dari 9.353 kanji yang terdapat dalam Setsumon Jitaisho ten, terdapat 540 bushu. Tetapi saat ini diatur menjadi 214 bushu. Bushu-bushu tersebut dikelompokan dalam tujuh macam bushu, yaitu hen, tsukuri, kanmuri, ashi, tare, nyoo, dan kamae. Ada pula kanji-kanji yang tidak termasuk kedalam ketujuh jenis bushu ini, seperti kanji 必.

(5)

11 Gambar 2.2 Jenis Bushu Kanji (Sumber: Mitamura, 1998: 12)

Berikut ini penjelasan mengenai ketujuh jenis bushu tersebut. Bushu pada kategori (a) dalam tabel merupakan bushu dari suatu kanji utuh (independent kanji) atau sedikit diubah. Bushu pada kategori (b) dalam tabel bukan merupakan independent kanji, telah sepenuhnya diubah atau bagian dari suatu kanji (Mitamura, 1998: 14-15).

1. Hen (偏)

Bushu jenis ini adalah bushu yang terletak pada bagian kiri sebuah kanji.

Gambar 2.3 Bushu Hen (Sumber: Mitamura, 1998: 14)

Contoh kanji dari bushu hen jenis nimben seperti pada kanji 休 (yasumu), 作 (tsukuru) dan 体 (karada). Kanji dari bushu hen jenis ni-sui, seperti pada kanji 次 (tsugi), 冷 (hieru) dan 凍 (kooru).

(6)

12 2. Tsukuri (旁)

Bushu jenis ini adalah bushu yang terletak pada bagian kanan sebuah kanji.

Gambar 2.4 Bushu Tsukuri (Sumber: Mitamura, 1998: 14)

Contoh kanji dari bushu tsukuri jenis oozato seperti pada kanji 部 (bu), 都 (to) dan 郭 (kaku). Kanji dari bushu tsukuri jenis chikara, seperti pada kanji 効 (kiku), 動 (hataraku) dan 助 (tasuke).

3. Kanmuri (冠)

Bushu jenis ini adalah bushu yang terletak pada bagian atas sebuah kanji.

Gambar 2.5 Bushu Kanmuri (Sumber: Mitamura, 1998: 15)

Contoh kanji dari bushu kanmuri jenis u-kanmuri seperti pada kanji (yasui), 宅 (taku) dan 客 (kyaku). Kanji dari bushu kanmuri jenis kusa-kanmuri, seperti pada kanji 花 (hana), 英 (ei) dan 若 (wakai).

(7)

13 4. Ashi (脚)

Bushu jenis ini adalah bushu yang terletak pada bagian bawah sebuah kanji.

Gambar 2.6 Bushu Ashi (Sumber: Mitamura, 1998: 15)

Contoh kanji dari bushu ashi jenis hito-ashi seperti pada kanji 先 (saki), 兄 (ani), 元 (moto). Kanji dari bushu ashi jenis yotsuten seperti pada kanji 然 (shikari), 無 (mu), 熱 (netsu)

5. Tare (垂)

Bushu jenis ini adalah bushu yang terletak pada bagian atas dan menyambung ke bagian kiri sebuah kanji, seperti siku-siku. Contoh bushu jenis tare dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.7 Bushu Tare (Sumber: Mitamura, 1998: 15)

Contoh kanji dari bushu tare jenis madare seperti pada kanji 度 (tabi), 府 (fu) dan 応 (kotaeru). Kanji dari bushu tare jenis yamaidare seperti pada kanji 病 (yamai), 痛 (itai) dan 疲 (tsukarasu).

(8)

14 6. Nyoo (繞)

Bushu jenis ini adalah bushu yang terletak pada bagian kiri dan menyambung pada bagian bawah, membentuk siku-siku.

Gambar 2.8 Bushu Nyoo(Sumber: Mitamura, 1998: 15)

Contoh kanji dari bushu nyoo jenis soonyoo seperti pada kanji 起 (okiru), 超 (koeru) dan 越 (koeru). Kanji dari bushu nyoo jenis shinnyoo seperti pada kanji 近 (chikaku), 送 (okuru) dan 連 (tsuranaru). Kanji dari bushu nyoo jenis ennyoo seperti pada kanji 延 (nobiru), 建 (tatsu) dan 廷 (tei).

7. Kamae (構)

Bushu jenis ini adalah bushu yang terletak di sekeliling sebuah kanji.

Gambar 2.9 Bushu Kamae (Sumber: Mitamura, 1998: 15)

Contoh kanji dari bushu kamae jenis hako-gamae, seperti pada kanji (iyasu), 区 (ku) dan 巨 (kyo). Kanji dari bushu kamae jenis mon-gamae seperti pada kanji 間 (aida), 聞 (kiku) dan 閉 (shimeru).

(9)

15 2.1.3 Hitsujun (筆順筆順) 筆順筆順

Penulisan huruf kanji dan kana tidak dilakukan secara sembarang. Berdasarkan pernyataan Fujiwara (1990: (1)), “漢字や仮名を書くときの順序を筆 順といいます。”. Urutan penulisan pada saat menulis kanji dan kana disebut hitsujun. Hitsujun merupakan salah satu faktor penting dalam penulisan kanji. Saat menulis kanji, memperhatikan urutan coretan dan kecepatan yang benar penting untuk dapat menulis kanji dengan proporsi dan bentuk yang baik.

Fujiwara (1990: (2)) juga menyatakan bahwa ada hal-hal penting yang harus diperhatikan ketika menulis kanji sesuai hitsujun. Kita sebaiknya menulis urutan tersebut secara natural, tidak dipaksakan atau tidak kaku. Kemudian memperhatikan kecepatan penulisan dan besar kecil dari bentuk kanji tersebut, agar mempermudah pemahaman kita mengenai kanji tersebut.

Hal yang serupa diungkapkan juga oleh Oshiki. Menurut keseimbangan dalam shoji (tulisan tangan) yang diungkapkan Oshiki, adanya aturan-aturan urutan dalam shoji banyak dikuatkan dengan tujuan untuk memudahkan dalam menulis dan mengingat. Selain itu perlu dipertimbangkan masalah kesadaran mengenai shoji, serta masalah kurangnya bimbingan dalam menulis. (Oshiki, 2008: 32)

Bagi pelajar bahasa Jepang yang bahasa ibunya bukan bahasa Jepang, dapat dikatakan bahwa menulis kanji merupakan hal yang sulit. Ditambah lagi dengan urutan-urutannya. Ketika menulis dengan pensil memang tidak terlihat jika terjadi kesalahan urutan penulisan. Tetapi ketika menulis kaligrafi menggunakan kuas, akan terlihat kesalahannya (Matsuo dan Michiko, 1989: xiv). Oleh karena, pada saat pengajaran terutama kepada pemelajar yang mempelajari huruf baru perlu adanya bimbingan mengenai penulisan sesuai urutan.

(10)

16 Berikut ini adalah prinsip-prinsip penulisan urutan kanji menurut Mitamura (1998, 5-7).

1. Urutan dari kiri ke kanan, contoh:

2. Urutan dari atas ke bawah

3. Urutan garis horizontal lebih dahulu, atau vertikal dahulu

4. Dimulai dari coretan di tengah ke kiri, kemudian ke kanan

5. Dari coretan luar ke dalam

Pada prinsip penulisan ini, terdapat pengecualian. Contohnya pada kanji berikut ini.

(11)

17 6. Penulisan garis diagonal dimulai dengan diagonal kanan ke kiri (left-sweep), lalu diagonal kiri ke kanan (right-sweep)

7. Garis vertikal yang berada di tengah, ditulis terakhir

8. Garis yang memotong atau menembus bagian lainnya ditulis terakhir

Pada prinsip penulisan ini juga terdapat pengecualian. Contohnya pada kanji berikut ini.

9. Garis short-left-sweep ditulis terlebih dahulu sebelum garis horizontal.

Pada prinsip penulisan ini juga terdapat pengecualian yaitu garis long-left-sweep ditulis setelah garis horizontal. Contohnya pada kanji berikut ini.

(12)

18 2.1.4 Kakusuu (画数画数) 画数画数

Kakusuu adalah jumlah garis atau coretan yang membentuk suatu kanji. Sama seperti bushu, kakusuu juga sering digunakan untuk mencari arti, mengingat serta dalam penulisan sebuah kanji (Mitamura, 1998: 10).

Bagi pemelajar bahasa Jepang yang bahasa ibunya bukan bahasa Jepang, kanji merupakan huruf yang tidak biasa, terlebih yang bentuknya berbelit. Saat menulis atau mencari suatu kanji berdasarkan kakusuu-nya, terkadang terjadi kesalahan karena salah melakukan perhitungan jumlah coretan, dapat menjadi kurang atau lebih. Berikut adalah contoh kanji-kanji yang memiliki satu sampai tiga puluh empat coretan:

1 coretan

13 coretan

25 coretan

2 coretan

14 coretan

26 coretan

3 coretan

15 coretan

27 coretan

4 coretan

16 coretan

28 coretan

5 coretan

17 coretan

29 coretan

6 coretan

18 coretan

30 coretan

7 coretan

19 coretan

31 coretan



8 coretan

20 coretan

32 coretan

9 coretan

21 coretan

33 coretan

10 coretan

22 coretan

34 coretan



11 coretan

23 coretan

12 coretan

24 coretan

(13)

19 2.2 Konsep Kesalahan Berbahasa

Dalam kegiatan belajar untuk menguasai kemampuan berbahasa, khususnya seorang yang mempelajari bahasa asing, dapat mengalami trial dan error. Yoshikawa (1997: 10-24) dalam Sari menyatakan penyebab terjadinya kesalahan yang dialami pelajar asing dalam mempelajari bahasa Jepang adalah sebagai berikut. 1. Adanya pengaruh bahasa ibu

Sering kali terdapat pengaruh bahasa ibu ketika melafalkan bahasa asing. Contoh kasus pengaruh kesalahan karena bahasa ibu adalah pada pemelajar bahasa Jepang asal Hongkong ketika melafalkan チ、シ dan ト.

2. Pengaruh bahasa asing yang dipelajari sebelumnya

Bahasa asing yang umumnya telah dipelajari sebelum bahasa Jepang adalah bahasa Inggris. Dalam pola pikir mereka, bahasa Inggris sebelumnya telah dipelajari tentunya akan berpengaruh ketika mempelajari bahasa Jepang. Contohnya ketika bertemu dengan pola kalimat pengandaian (~ば、~たら、~と) dalam bahasa Jepang, pemelajar akan membandingkannya secara gramatikal bahasa Inggris.

3. Pengaruh masalah bahasa Jepang yang dipelajari

Adapun pengaruh masalah bahasa Jepang ini berkaitan dengan materi yang ditangkap oleh pemelajar sampai sejauh mana dapat mengerti materi tersebut. Contohnya ketika mempelajari tata bahasa mengenai nomina yang bisa dihilangkankan, seperti 「わたしのかさのかさのかさのかさはここにあります」menjadi 「わたしのののの は

は は

は こ こ に あ り ま す 」 . Dalam permasalahan tata bahasa Jepang seperti ini, sebaiknya pengajar menjelaskannya kepada murid mengapa hal tersebut dapat terjadi.

(14)

20 4. Kurangnya pemahaman mengenai bahasa Jepang yang dipelajari

Dari tujuh penyebab kesalahan berbahasa yang ada menurut Yoshikawa, kurangnya pemahaman adalah penyebab yang paling banyak dilakukan. Agar kurangnya pemahaman ini tidak lagi terjadi atau berkurang, perlunya adanya proses belajar secara bertahap dan berkelanjutan oleh pemelajar.

5. Kurangnya penjelasan mengenai bahasa Jepang yang dipelajari

Kurangnya penjelasan yang diterima dapat mempengaruhi kurang pemahaman mengenai bahasa Jepang yang dipelajari. Adapun kesalahan pada hal kurangnya penjelasan dapat dilihat pada contoh berikut.

A : このこのこのこのたてものは倉庫ですか。 B : はい、そのそのそのたてものは倉庫です。 その

Dari percakapan singkat di atas, pengajar sebaiknya memberikan penjelasan mengapa digunakan (これ) tetapi menjawab dengan (それ). Jika tidak diberikan penjelasan yang baik, dapat menyebabkan pemelajar beranggapan itu hal yang aneh. Kesalahan inilah yang mengakibatkan kurangnya penjelasan menjadi salah satu penyebab terjadinya kesalahan dalam berbahasa.

6. Salah prinsip dalam mengasosiasikan bahasa

Pemelajar perlu mengasosiasikan bahasa asing yang dipelajari agar dapat memahaminya. Pada tahapan awal, pengajar akan memberikan contoh secara real dalam menjelaskan suatu bahasa. Pada tahap pembelajaran yang lebih tinggi, biasanya pengajar akan memberikan penjelasan yang bersifat abstrak. Dengan hal ini diharapkan pemelajar dapat mengasosiasikan bahasa tersebut lebih baik lagi. Sehingga tidak terjadi kesalahan prinsip dalam proses belajar yang dilakukan.

(15)

21 7. Berlebihan dalam berpikir

Hal lain yang juga mempengaruhi seseorang dalam mempelajari bahasa Jepang adalah berlebihan dalam berfikir. Terlalu banyak berfikir dapat menyebabkan kelalaian dan kurangnya pemahaman. Oleh karena itu, semua hal tersebut berkaitan satu sama lain.

2.3 Teori Kognitif dalam Pembelajaran

Menurut Kaiho (2001: 53) mempelajari kanji adalah sesuatu yang sulit bagi pemelajar yang tidak memiliki latar belakang huruf kanji, seperti orang Indonesia. Terlebih dengan jumlahnya yang sangat banyak. Menurut Okano (1992: 2), jika pemelajar dapat mengatasi tekanan psikologi dalam menguasai kanji tingkat intermediate, ia juga akan dapat menguasai tingkat advanced. Sehingga faktor psikologi juga menentukan dalam menguasai bahasa asing.

Faktor psikologi yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran adalah kognitif. Kognitif adalah pendekatan psikologi yang memusatkan perhatian pada cara kita merasakan, mengolah, menyimpan dan merespon informasi. Dalam pengajaran bahasa asing teori tersebut diwujudkan dalam pendekatan kognitif yang merupakan bagian dari tiga pendekatan dalam dunia pendidikan, yaitu behavioristik, humanistik dan kognitif itu sendiri. Kognitif menekankan proses-proses mental dan pengaruhnya pada perilaku kita dalam kegiatan belajar yang aktif. Pemelajar berinisiatif mencari pengalaman dan informasi untuk belajar serta menyelesaikan masalah. Kemudian mengatur kembali dan mengorganisasikan apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai sesuatu yang baru (Piaget dalam Djiwandono dalam Novianti, 2012: 311).

(16)

22 Aspek kognitif dan bahasa merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keterkaitan kognitif dengan bahasa terletak pada pemikiran bahwa bahasa mempengaruhi pandangan dan pikiran seseorang yang menggunakan bahasa tersebut. Menurut Piaget dalam Widhiarso (2002: 6), dalam observasinya Piaget mengungkapkan bahwa perkembangan aspek kognitif seseorang akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya.

Whorf dalam Widhiarso (2002: 6) menyatakan bahasa atau kata-kata merupakan simbolis dari realita faktual. Pemberian simbol ini dipengaruhi oleh faktor subjeknitas kebudayaan dan individu. Apa yang ada dalam setiap individu akan mempengaruhi penyebutan terhadap suatu objek. Seperti masyarakat Jepang yang mempunyai kognitif (pikiran) tinggi, hal tersebut karena mereka mempunyai banyak kosakata untuk mengungkapkan sesuatu.

Salah satu teori perkembangan kognitif yang banyak digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran adalah teori dari Jean Piaget (1896-1980). Menurut Piaget dalam Blake dan Pope (2008: 61), setiap individu harus mampu beradaptasi dengan lingkungan mereka. Dia menggambarkan dua proses adaptasi yang dialami seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yaitu asimilasi dan akomodasi. Dua hal tersebut dapat merubah skema, sehingga dapat meningkatkan efisiensi. Menurut Piaget, perkembangan ideal adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi.

2.3.1 Skema

Dalam membangun dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema. Piaget menekankan pentingnya skema dalam perkembangan kognitif, serta menggambarkan bagaimana skema diperoleh dan dikembangkan (Santrock, 2004: 43).

(17)

23 Ajideh (2003: 4) mengungkapkan skema (plural skemata) adalah sebuah konsep yang berada dalam pikiran dan ingatan setiap individu untuk mengatur serta menafsirkan informasi. Hal tersebut terbentuk karena pengalaman kita dengan orang lain, benda-benda maupun peristiwa-peristiwa di dunia ini. Skema dapat dikatakan sebagai kerangka, rencana atau naskah.

Skema dapat menggambarkan pengetahuan dari ideologi maupun budaya, serta dapat dilihat sebagai latar belakang pengetahuan yang terorganisir. Sesuatu yang membawa kita untuk memprediksi aspek-aspek dalam penafsiran wacana atau percakapan. Dengan kata lain, skema adalah pengetahuan seseorang. Semua pengetahuan umum seseorang tertanam dalam skema.

Contoh peranan skema:

Ketika seseorang melakukan sesuatu yang berulang-ulang, seperti menulis shodo (kaligrafi Jepang) akan terbentuk skema mengenai shodo. Sewaktu ia kembali menulis shodo, ia akan menggeneralisasi seluruh pengalamannya dalam menulis. Sehingga secara otomatis ia akan menerapkan skema tersebut ke situasi saat itu. Hal ini berguna, karena sewaktu pengajar memberitahu sebuah kanji baru, pengajar tersebut tidak harus memberikan semua rincian tentang bagaimana cara memegang kuas, duduk, menggunakan tinta, dan lainnya. Skema dari pengalaman menulis shodo sebelumnya dapat mengisi hal-hal yang tidak dijelaskan oleh pengajar pada pembelajaran selanjutnya.

(18)

24 2.3.2 Asimilasi dan Akomodasi

Piaget mengatakan bahwa ada dua proses yang berperan dalam bagaimana anak-anak menggunakan dan menyesuaikan skema mereka, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah sebuah proses yang terjadi ketika seorang anak menggabungkan informasi baru dengan informasi yang telah mereka ketahui. Dalam hal ini, seorang anak mengasimilasi lingkungan ke dalam skema. Akomodasi adalah sebuah proses yang terjadi ketika seorang anak mengatur atau menyesuaikan diri dengan informasi baru. Dalam hal ini seorang anak menyesuaikan skema mereka ke lingkungan (Santrock, 2004: 43).

Contoh asimilasi:

Seorang pria melihat seorang wanita mengenakan kimono dan geta, serta rambutnya tertata rapi. Kemudian pria itu berkata kepada temannya, "Geisha, geisha". Pria itu melakukan hal tersebut karena skema yang ada dalam pikirannya mengenai geisha dari beberapa film Jepang yang pernah ia tonton.

Contoh akomodasi:

Pada kejadian "geisha" di atas, teman pria tersebut menjelaskan bahwa wanita itu bukan geisha, meskipun berpenampilan seperti itu. Wanita itu tidak merias wajahnya dengan make-up tebal hingga bagian leher dan tengkuk. Cara berjalan wanita tersebut juga tidak seperti geisha yang seharusnya. Dengan pengetahuan baru ini, pria tersebut mampu mengubah skemanya mengenai "geisha". Kemudian dapat membuat standard concept yang lebih cocok mengenai geisha.

Gambar

Gambar 2.3 Bushu Hen (Sumber: Mitamura, 1998: 14)
Gambar 2.4 Bushu Tsukuri (Sumber: Mitamura, 1998: 14)
Gambar 2.7 Bushu Tare (Sumber: Mitamura, 1998: 15)
Gambar 2.9 Bushu Ka mae  (Sumber: Mitamura, 1998: 15)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Target penerimaan perpajakan pada APBN tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp1.193,0 triliun, terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri sebesar Rp1.134,3 triliun

Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk mendapatkan lokasi intake terbaik dari rambatan salinitas air asin yang masuk ke badan air Sungai Jawi agar dapat dimanfaatkan

Berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pimpinan cukup optimal dalam memberikan pengaruh

Paling tidak ada 4 asumsi utama yang digunakan oleh filsuf dalam melakukan pendekatan terhadap ilmu pengetahuan sosial, yaitu :.. Assumption of ontological nature;

diharapkan Hasil pengujian Keterangan 1 Semua data jurnal tidak di isi kemudian klik tombol simpan No refrensi, kode akun, no transaski, dan tgl transaksi,

Sasaran yang perlu dicapai dalam pelaksanaan musrenbang adalah; (1) kelengkapan dan kualitas informasi yang disampaikan kepada peserta, terutama tentang kejelasan isu dan

(3) Apabila hasil pemeriksaan sebagaimana yang dimaksud ayat (1) pasal ini ternyata menimbulkan gangguan yang membahayakan lingkungan, kepada perusahaan tersebut

Dengan melihat nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0,048174 yang lebih rendah dari tingkat signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 5% atau 0,05, maka dapat