• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut asal katanya, kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut asal katanya, kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kredit

2.1.1. Pengertian Kredit

Menurut asal katanya, kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali.

Kredit adalah pemberian yang kontra prestasinya akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kredit adalah penyediaan yang ditulis antara lain disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjaman antara pihak bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban hutang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan (Hadi Widjaja, 1990:4).

Pengertian kredit secara yuridis dapat dilihat pada Undang–Undang No.10 Tahun 1998 Pasal I Ayat 11 tentang perbankan, bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga.

Menurut Undang–Undang No.10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 12 tentang perbankan, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

▸ Baca selengkapnya: kata sawara dari segi bahasa artinya adalah

(2)

a. Unsur waktu, yaitu ada petunjuk jarak saat pemberian dan pelunasan kredit.

b. Unsur resiko, yaitu akibat yang mungkin timbul karena adanya jarak waktu pemberian dan pelunasan.

c. Unsur penyerahan, yaitu menyerahkan nilai ekonomi kepada pihak lain.

d. Unsur kepercayaan, yaitu menyerahkan kepada pihak lain untuk mengelola uang.

e. Unsur persetujuan, yaitu ada kesepakatan antara pihak pemberi dan penerima kredit, misalnya dari kelompok kepada anggota.

Ciri–ciri pinjaman atau kredit yang baik adalah :

a. Angsuran pinjaman/kredit lebih kecil dari keuntungan usaha.

b. Tingkat suku bunga yang serendah–rendah.

c. Periode pembayaran yang sependek–pendeknya, sesuai dengan perputaran produksi usahanya dengan peraturan pihak pemberi pinjaman/kredit.

d. Jangka waktu pinjaman selama–lamanya sesuai dengan peraturan yang ada.

e. Pinjaman digunakan sesuai dengan tujuan yang disepakat atau dengan kata lain tidak disalahgunakan.

f. Jumlah pinjaman sesuai dengan kebutuhan usaha

(3)

Adapun unsur–unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar–benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, karena sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan penyidikan yang mendalamtentang nasabah. Penelitian dan penyidikan dilakukan untuk mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang disalurkan.

2. Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak mentandatangani hak dan kewajibannya masing–masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditangani oleh kedua belah pihak nasabah dan nasabah.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, atau dengan kata lain bahwa jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya.

(4)

4. Resiko

Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko sengaja maupun resiko yang tidak disengaja.

5. Balas Jasa

Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan bunga.

2.1.3. Tujuan dan Fungsi Kredit 1. Tujuan Kredit

Tujuan pemberian kredit antara lain :

1. Mencari keuntungan

Mencari keuntungan yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut.

2. Membantu usaha nasabah

Membantu usaha nasabah yaitu membantu usaha nasabah yang memerlukan dana baik dana untuk investasi maupun untuk modal kerja.

(5)

3. Membantu pemerintah

Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarkan pemberian kredit adalah penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

2. Fungsi Kredit

Fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain:

1. Meningkatkan daya guna uang

a) Para pemilik uang dapat langsung meminjamkan kepada para pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan usaha atau produksinya.

b) Para pemilik uang dapat menyimpan uangnya pada lembaga keuangan. Uang tersebut dipinjamkan kepada perusahaan untuk meningkatkan usahanya.

2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Kredit perbankan yang ditarik secara tunai dan non tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang.

3. Meningkatkan daya guna barang dan peredaran uang

Kredit oleh para pengusaha dapat mengubah bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna barang meningkat.

4. Alat stabilitas perekonomian

Arus kredit diarahkan pada sektor–sektor produktif. Tujuannya untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.

(6)

Pemberian kredit akan meningkatkan kegairahan berusaha apalagi bagi pedagang yang usaha nya pas–pasan.

6. Meningkatkan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik terutama dalam hal pendapatan. (Thomas Suyatno, 1991:17)

2.1.4. Jenis-Jenis Kredit

Beragamnya jenis usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat.

Secara umum jenis–jenis kredit dapat dilihat sebagai berikut :

1. Dilihat dari segi kegunaan

Jika ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit, yaitu:

a. Kredit investasi

Yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan uatam suatu perusahaan.

(7)

b. Kredit modal kerja

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contohnya, untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit

Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis kredit dari segi tujuan adalah:

a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

b. Kredit konsumtif

Merupakan kredit yang digunakan untuk konsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan.

c. Kredit perdagangan

Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan baiasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

3. Dilihat dari segi jangka waktu

Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit dari pertama sekali diberikan sampai masa pelunasannya. Jenis kredit ini adalah:

(8)

a. Kredit jangka pendek

Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kredit nya berkisar anatara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur.

4. Dilihat dari segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud dan tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.

(9)

b. Kredit tanpa jaminan

Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

5. Dilihat dari segi sektor usaha

Jenis kredit jika dilihat dari segi sektor usaha sebagai berikut:

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat.

b. Kredit peternakan, kredit ini diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek seperti peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti peternakan sapi atau kambing.

c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri baik industri kecil, menengah, dan besar.

d. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun saran dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar.

e. Kredit pertambangan, yaitu jenis kredit untuk usaha tambang, biasanya dalam jangka panjang seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.

f. Kredit profesi, diberikan kepada kalangan para profesional seperti dosen, dokter ataun pengacara.

(10)

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

h. Dan sektor–sektor usaha lainnya.

2.1.5 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Ada beberapa jenis prinsip–prinsip pemberian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan. Kedua prinsip ini memiliki persamaaan yaitu apa–apa yang terkandung dalam 5c dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7P dan di dalam prinsip 7P disamping lebih terinci juga jangkauan analisis nya lebih luas dari 5C.

Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C kredit dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Character

Character adalah sifat atau watak seorang dalam hal ini calon debitur.

2. Capacity (Capability)

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membiayai kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba.

3. Capital

Capital adalah untuk mengetahui sumber–sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

(11)

4. Collateral

Merupakan jaminan yang akan diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing–masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.

Sedangkan penilaian dengan 7P kredit adalah sebagai berikut:

1. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari– hari maupun masa lalunya.

2. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan– golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya.

3. Perpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

4. Prospect, yaitu untuk menilai suatu usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau tudak.

5. Payment, yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.

(12)

6. Profitability, profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.

7. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang diberikan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Sedangkan penilaian kredit dengan studi kelayakan meliputi:

1. Aspek hukum, yaitu aspek utnuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen–dokumen atau surat–surat yang dimiliki oleh calon debitur, seperti akte notaris, ijin usaha atau sertifikat tanah.

2. Aspek pasar dan pemasaran, yaitu aspek untuk menilai prospek uasaha nasabah sekarang dan di masa yang akan datang.

3. Aspek keuangan, yaitu aspek untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai dan mengelola usahanya.

4. Aspek operasi/teknis, yaitu aspek untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas produksi suatu usaha yang tercermin dari sarana dan prasarana yang dimilikinya.

5. Aspek manajemen, yaitu aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

(13)

6. Aspek ekonomi/sosial, yaitu aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih banyak benefit atau cost atau sebaliknya.

7. Aspek AMDAL, yaitu aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan adanya suatu usaha, kemudian cara–cara pencegahan terhadap dampak tersebut.

2.1.6. Pengawasan Kredit

Pengawasan kredit adalah usaha untuk megetahui dan menyusun strategi perbaikan secara dini indikasi–indikasi penyimpangan (deviation) dari keepakatan bank dan debitur dalam proses kegiatan perkreditan yang kemudian mungkin menjadi penyebab kredit bermasalah dan mendatangkan kerugian bagi bank dan debitur.

1. Prinsip–prinsip pengawasan kredit

a. Upaya pencegahan dan penjagaan dini (early warning)

b. Dilakukan terhadap risk asset bank dari indikasi (signal) penyimpangan yang dapat merugikan bank dan debitur, seperti pengendalian intern dalam perkreditan sejak aplikasi kredit sampai pelunasan atau penyelesaiannya.

c. Bulit in control

Disebut juga pengawasan melekat, yang menunjukkan pengawasan sehari – hari oleh pejabat terkait dalam perkreditan atas setiap tahap proses kegiatan perkreditan sesuai dengan sistem dan prosedur yang dipakai dalam kegiatan debitur.

(14)

2. Indikasi dini deviasi kredit (early warning system)

Bagian ini dimulai dengan peringatan dini, dimana bank hanya dapat melihat dan mengetahui adanya indikasi dini itu bilamana pengawasan kredit berjalan menurut sistemnya. Indikasi dini itu berupa suatu penyimpangan dari kesepakatan bank dan debitur atau melanggar peraturan baik minor maupun mayor, kemudian akan menjadi sebab timbulnya masalah, yang menyebabkan nasabah kesulitan likuiditas dan cash flow, akhirnya terjadi ketidakmampuan debitur untuk tidak dapat memenuhi kewajibannya. Indikasi dimaksud dapat dideteksi melalui beberapa sumber, antara lain sejumlah kondisi, seperti: kondisi keuangan nasabah, kondisi manajemen perusahaan, transaksi perbankan yang menurun, makroekonomi dan kebijaksanaan.

2.1.7. Jaminan Kredit

Menurut Khasmir: 2008 adapun jaminan yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut:

1. Dengan jaminan

a. Jaminan benda berwujud (misalnya: tanah, bangunan, dan lain – lain)

b. Jaminan benda tidak berwujud (misalnya: sertifikat saham, sertifikat tanah, dan lain– lain)

c. Jaminan orang, yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila kredit tersebut macet maka yang memberikan jaminan itulah yang menanggung resikonya.

(15)

Kredit tanpa jaminan maksud nya adalah bahwa kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya diberikan kepada perusahaan yang terkenal dan professional sehingga kemungkinan kredit macet sangat kecil.

2.1.8. Prosedur Dalam Pemberian Kredit

Secara umum prosedur pemberian kredit menurut Khasmir adalah sebagai berikut:

1. Pengajuan berkas–berkas

2. Penyelidikan berkas pinjaman

3. Wawancara I

4. On the spot

5. Wawancara II

6. Keputusan kredit

7. Penandatanganan akad kredit/ perjanjian lainnya

8. Realisasi kredit

9. Penyaluran/penarikan dana 2.1.9. Resiko Kredit

Setiap transaksi yang dilakukan bank, baik transaksi on balance sheet (termasuk transaksi perkreditan), maupun transaksi off balance sheet mempunyai kendala atau resiko yang akan mempengaruhi kinerja bank (bank performance), termasuk transaksi – transaksi perkreditan (Mohammad, 1999:59).

(16)

Resiko secara umum adalah kemungkinan kerugian atau kegagalan dalam bisnis perbankan. Resiko kredit merupakan salah satu yang dihadapi bank, disamping resiko likuiditas, resiko manajerial maupun resiko kekhilafan manusia. Resiko kredit umumnya mengambil bagian terbesar dalam bisnis bank komersial karena pinjaman dan investasi portefel biasanya merupakan bagian terbesar dalam aktiva mereka. Bahkan sekali pun tidak tepat benar, jumlah dan perputaran pinjaman dan investasi potefel sering kali dipakai indikator bagi mutu manajemen bisnis perbankan.

Resiko kredit didefenisikan sebagai berikut:

a. Resiko yang timbul karena ketidakpastian pelunasan pinjaman oleh nasabah debitur. Kegagalan memenuhi perjanjian pelunasan, sebagian atau seluruhnya, termasuk dalam jenis resiko ini.

b. Resiko yang disebabkan oleh investasi yang tidak memberikan pendapatan atau investasi yang justru mengurangi aktiva modal.

Banyak jenis resiko yang dihadapi oleh manajemen bank dalam bisnis perbankan. Secara garis besarnya dapat dibedakan kedalam resiko kredit yang disebabkan oleh:

1. Faktor–faktor yang relevan dengan kreditur dan debitur

Dari pihak bank mungkin tidak bersikap hati–hati, sehingga kurang memperhatikan prinsip – prinsip pemberian kredit, atau resiko mungkin pula datang dari nasabah debitur, seperti kepailitan, meninggal dunia, penipuan, dan kejahatan lainnya.

(17)

2. Faktor–faktor yang bersifat eksogein

Perekonomian makro yang sedang dilanda oleh resesi atau depresi yang menyebabkan margin laba negatif dan pengangguran masal, pergolakan politik dan sosial seperti pemogokan dan kerusuhan, merupakan beberapa resiko kredit yang disebabkan oleh faktor – faktor eksogein. Sebagian tidak dapat dikendalikan karena berada di luar sistem.

Ada beberapa strategi yang dapat ditempuh oleh perbankan dalam mengurangi resiko kredit, antara lain:

a. Diversifikasi pinjaman atau portepel

Dengan memperbanyak jenis pinjaman dan potepel, resiko kredit akan berkurang karena setiap pinjaman dapat saling mengkompensasi kemungkinan munculnya resiko. Dengan memperbanyak diversifikasi pinjaman bisnis perbankan bertujuan untuk memperluas alternatif pilihan bukan menguranginya.

b. Penetapan standart kredit yang tinggi

Dengan meningkatkan standart kredit yang harus dipenuhi oleh calon nasabah debitur, resiko kegagaglan dalam pemberian kredit dapat dikurangi, sekalipun mungkin banyak pelamar kredit yang mengundurkan diri atau mengurungkan niatnya untuk mengambil kredit.

c. Asuransi pinjaman kepada perusahaan asuransi

Sekalipun asuransi itu akan menambah biaya kredit, namun keamanannya pada umumnya lebih terjamin. Dengan mengutamakan kepentingan nasabah dan kepentingan bisnis perbankan, manajemen perlu mempertimbangkan manajemen resiko yang tepat.

(18)

2.2. Pengertian dan Ciri-Ciri Usaha Mikro 1. Usaha Mikro

Usaha mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp 50.000.000,00.

2. Ciri-ciri Usaha mikro

Ciri–ciri usaha mikro adalah sebagai berikut:

1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak terlalu tetap, sewaktu–waktu dapat berganti.

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu–waktu dapat pindah tempat.

3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.

4. Pengusaha atau SDM nya berpendidikan rata–rata sangat rendah, umumnya tingkat SD dan belum memiliki kewirausahaan yang memadai.

5. Umumnya tidak atau belum mengenal perbankan tetapi lebih mengenal rentenir.

(19)

2. Industri makanan dan minuman, dan industri pandai besi pembuat alat–alat.

3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar.

4. Peternak ayam, itik dan perikanan.

5. Usaha jasa – jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek, dan penjahit.

2.3. Klarifikasi Usaha Mikro

Usaha mikro mempunyai peran yang sangat vital dalam pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan jumlah investasi yang relatif lebih kecil, maka usaha mikro dapat lebih fleksibel dan beradaptasi terhadap perubahan pasar. Usaha mikro tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan eksternal dan karenanya dapat tanggap menangkap peluang untuk substitusi impor dan meningkatkan supply (persediaan) domestik.

Pengembangan usaha mikro dapat memberikan kontribusi pada diversifikasi ekonomi dan percepatan perubahan struktur sebagai pra-kondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan berkesinambungan. Disamaping itu dalam kaitan dengan investasi modal di usaha mikro jauh lebih tinggi dari pada yang terjadi di perusahaan besar. Berdasarkan hal tersebut maka pengembangan usaha mikro merupakan elemen kunci dalam setiap strategi penciptaan lapangan kerja dalam negeri. Usaha mikro sebagai pemasok (input) komponen suatu produk dan jasa mempengaruhi daya saing perusahaan besar, sehingga pengembangan usaha mikro sebagai elemen terpadu dalam strategi daya saing Nasional dan terkait dengan kebijakan kegiatan promosi investasi.

Usaha mikro telah menjadi fokus pemberdayaan baik dari aspek manajemen usaha, jiwa kewirausahaan dan pendanaan untuk mengembangkan usahanya, karena berbagai

(20)

pertimbangan,dimana usaha mikro merupakan terbesar dari kegiatan perekonomian masyarakat.

2.4. Kelemahan dan Keunggulan Usaha Mikro

Apabila dirangkum secara umum ciri–ciri usaha mikro juga mencirikan kelemahan yang perlu diatasi oleh semua pihak adalah:

1. Banyak berlokasi di pedesaan dan kota–kota kecil

2. Status usaha milik pribadi atau keluarga

3. Sumber tenaga kerja dari lingkungan keluarga atau lingkungan sosial budaya setempat

4. Pola kerja sering paruh waktu atau usaha sampingan

5. Memiliki kemampuan terbatas dalam menerapkan teknologi atau teknologo sederhana/tradisional

6. Pada umumnya manajemen usaha sederhana, tidak ada perencanaan usaha

7. Administrasi keuangan sederhana, atau tidak ada pemisahan antara keuanagn keluarga dan usaha/bisnis

8. Izin usaha sering tidak dimiliki dan persyaratan legal lainnya tidak dimiliki

9. Pelaku adalah rakyat dengan status sosial ekonomi rendah, khususnya dalam bidang pendidikan

(21)

12. Orientasi usaha lebih bersifat subsistem.

Sedangkan keunggulan usaha mikro dalam menghadapi guncangan kriris ekonomi, dimana terbukti menjadi penyelamat ekonomi nasional, yaitu:

1. Penyedia lapangan kerja

2. Penyedia barang–barang murah untuk konsumsi rakyat

3. Efesiensi dan fleksibilitas menjadi kekuatan yang mampu bertahan hidup

4. Usaha kecil sebagai pencetak wirausahawan baru

Dilihat dari kepentingan perbankan usaha mikro adalah segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam meningkatkan intermediasinya, karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimilki uasaha non-mikro anatar lain:

1. Perputaran usaha (turn over) umumnya cepat. Kemampuannya menyerap dana yang relatif mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan bisnis/usahanya tetap berjalan bahkan mampu berkembang karena biaya manajemennya yang relatif rendah.

2. Pada umunya para pelaku usaha mikro tekun, sederhana, serta dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan tepat. Batasan UMK di Indonesia berdasarkan pada dua unsur utama, yaitu jumlah aset yang dimiliki, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, hasil penjualan pertahun dan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan.

(22)

2.5. Beberapa Masalah yang Dihadapi Pengusaha Mikro

1. Permodalan

Masalah permodalan adalah merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi pengusaha mikro. Pada umunya pengusaha mikro terbentur pada masalah modal yang akan digunakan dalam mengembangkan usaha, meskipun banyak pengusaha yang mempunyai kemampuan untuk mengolah usahanya tetapi tidak mempunyai modal yang cukup sehingga pengusaha ini dapat mengembangkan usahanya lebih maju. Jelaslah modal merupakan faktor yang utama untuk menentukan arah perkembangan usaha yang dijalankan.

Seperti diketahui modal sangat penting dalam perkembangan usaha karena modal mempunyai 2 fungsi, yaitu:

a) Menopang kegiatan produksi dan penjualan dengan jalan menjembatani antara saat pengeluaran untuk pembelian bahan serta jasa yang diperlukan dengan penjualan.

b) Menutup pengeluaran yang bersifat tetap dan pengeluaran yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan produksi dan penjualan. Jadi jelaslah modal sangat diperlukan dalam pengembangan perusahaan, dan tanpa modal perusahaan/usaha yang dijalankan tidak dapat beroperasi dengan baik.

2. Manajemen

Masalah manjemen adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh pengusaha mikro umumnya sedikit sekali pengetahuan tentang organisasi dan manajemen.

(23)

semua kegiatan yang memuaskan, dimana pimpinan yang seperti ini akan selalu dapat memecahkan persoalan – persoalan yang dihadapi manajemen. Sebaliknya ketidakmampuan manajemen banyak menimbulkan kesulitan – kesulitan perusahaan terutama dalam kesulitan perusahaan. Selain itu kegagalan dalam manajemen dapat juga disebabkan karena kegagalan dalam kelemahan organisasi, dimana organisasi adalah alat bagi manager untuk memimpin, mngendalikan, dan mengemudikan perusahaan.

“Organisasi adalah wadah jaringan tata kerja sama kelompok orang – orang secara teratur dan kontinue guna mencapai tujuan – tujuan bersama yang tertentu.”

Dalam defenisi di atas jelaslah bahwa tata kerja sama yang baik antara sekelompok orang atau pekerja - pekerja adalah sangat penting untuk mencapai suatu sasaran tertentu.

Jika diperhatikan para pengusaha mikro, umunya para pengusaha ini masih mempunyai kelemahan dalam manajemen disertai dengan rendahnya pengetahuan dalam bidang manajemen, yang disebabkan tingkat pendidikan yang dimiliki sangat rendah.

3. Keterampilan

Keterampilan adalah merupakan suatu keahlian yang dimiliki oleh para pengusaha dalam menghasilkan barang yang menyangkut pekerjaan sejak dari bahan baku sampai menjadi barang jadi yang siap untuk dipasarkan, dimana dalam hal ini diperlukan adanya suatu perencanaan yang baik sehingga proses produksi tersebut dapat ditempuh dalam waktu yang tepat dalam menghasilkan barang dalam tingkat mutu yang baik.

Jika dilihat pada kondisi pengusaha mikro dapatlah dikatakan pada umumnya pengusaha mikro masih mempunyai keterampilan berusaha yang rendah khususnya dalam

(24)

menghasilkan barang, disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki.

4. Pemasaran

Berbicara mengenai pemasaran maka pemasaran tidak terlepas dari masalah kualitas atau mutu dari produk yang dipasarkan, banyaknya barang saingan, dan penetapan harga yang wajar, sehingga dapat dijangkau oleh pembeli dari semua lapisan.

Melihat faktor–faktor di atas secara umum dapat dikatakan pengusaha mikro umumnya lebih lemah dalam bidang pemasaran terutama dalam hal:

a. Rendahnya mutu barang yang dihasilkan

b. Lemahnya pengetahuan dari pengusaha mikro tentang penilaian pasar

c. Lemahnya pengetahuan tentang sistem pemasaran yang baik

2.6. Pengertian dan Ciri-Ciri Usaha Kecil 1. Usaha Kecil

Sedangkan Pengertian Kecil Menurut Undang–Undang No.9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 Milyar per tahun serta dapat menerima kredit dari Bank di atas Rp 50.000.000,00 sampai Rp 500.000.000,00.

(25)

a. SDM- nya sudah lebih maju, rata–rata berpendidikan SMA dan sudah ada pengalaman usaha nya.

b. Pada umumnya sudah melakukan pembukuan /manajemen keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, dan sudah membuat neraca usaha.

c. Pada umumnya sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya, termasuk NPWP.

d. Sebagian besar sudah berhubungan dengan perbankan, namun belum dapat membuat perencanaan bisnis, studi kelayakan dan proposal kredit kepada bank, sehingga masih sangat memerlukan jasa konsultasi/pendampingan.

e. Tenaga kerja yang dipekerjakan 5 sampai 9 orang

Penggolongan usaha kredit di Indonesia berdasarkan bentuk usaha kecil tersebut yaitu:

1. Usaha perorangan

Merupakan usaha dengan pemilikan tunggal dari jenis usaha yang dikerjakan, yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga/pihak lain.

2. Usaha persekutuan

Penggolongan usaha kecil yang berbentuk persekutuan merupakan kerja sama dari pihak–pihak yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerja perusahaan dalam menjalankan bisnis.

(26)

Pada hakekatnya penggolongan usaha kecil adalah:

a) Industri kecil, seperti: industri kerajinan tangan, industri rumahan, dan sebagainya

b) Perusahaan berskala kecil, seperti: mini market, koperasi dan sebagainya

3. Usaha informal, seperti: pedagang kaki lima yang menjual barang-barang kebutuhan pokok.

2.7. Penelitian Terdahulu

Di dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Bank BRI Unit Terminal Sidikalang dalam pengembangan Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Dairi” menyimpulkan bahwa yang mempengaruhi kesejahteraan pengusaha mikro dan kecil adalah “modal dan kurangnya kemampuan managerial dan keterampilan”. Didalam penelitian tersebut, teknik analisis yang digunakan adalahb analisis regresi linier sederhana, dengan tingkat signifikasi, α = 5%.

Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penulis. Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah:

a. Sama-sama meneliti tentang penyediaan modal kredit terhadap kesejahteraan pengusaha mikro dan kecil.

b. Sama-sama menggunakan metode regresi linier berganda.

(27)

tentang Analisis permintaan kredit pada Usaha Mikro dan kecil. Disini penulis tidak melakukan riset pada bank.

2.8. Kerangka Konseptual

Kesejahteraan pengusaha mikro dan kecil ditentukan dengan adanya kepemilikan modal. Modal dapat diperoleh oleh para pengusaha mikro dan kecil dengan berbagai macam cara, misalnya dengan modal yang dimilkinya sendiri walaupun jumlahnya tidak besar dan modal yang berasal dari pinjaman kredit. Selain itu perlu juga diketahui tentang berapa modal yang ideal agar dapat dikatakan memberikan peningkatan kesejahteraan pengusaha mikro dan kecil tersebut. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Modal Sendiri (X1) Modal Kredit (X2) Kebutuhan Modal Ideal

Bagi Pengusaha Mikro dan Kecil

Pendapatan Usaha Mikro dan kecil

(Y) Jumlah Pekerja

(28)

2.9. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian, yang kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris. Dengan kata lain hipotesa adalah kesimpulan yang belum final, dalam arti sebagai dugaan pemecahan masalah yang mungkin benar dan yang mungkin juga salah. Hipotesa adalah kesimpulan sementara mengenai suatu permasalahan dimana kebenarannya masih harus dibuktikan lebih lanjut (Teguh, 1999). Berdasarkan permasalahan maka dapat ditetapkan beberapa hipotesa antara lain:

1. Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pendapatan usaha mikro dan kecil di Kecamatan Medan Johor.

Referensi

Dokumen terkait

Whereas the analyzing data used by the writer was Independent Sample T-test obtained from SPSS 16.00, to know whether there is significant difference on students writing

Hal ini lebih rendah dibandingkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hans pada tahun 2006, yang menemukan pasien CHF yang mengalami penurunan fungsi ginjal

1) Teknik Ambushers, contohnya Steinernema carpocapsae dan S. scapterisci yang menggunakan strategi "diam dan menunggu". Strategi ini adalah untuk menyerang serangga

Berita yang terkait dengan garis atau area ditampilkan dalam bentuk chartlet untuk membantu pelaut mengetahui posisi suatu objek, Contoh : Peletakan kabel laut

Hasil penelitian yaitu alur pengumpulan data dari kegiatan bidan desa yang dicatat terlebih dahulu dalam kohort dan juga PWS KIA, kemudian di input oleh bidan desa

20 08-09-2005 Seminar International Bahasa Arab; Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Bahasa Arab. Ikatan Pengajar Bahasa Arab Indonesia - Hotel

Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi dari bangunan, maka diperlukan adanya perencanaan interior dengan desain khusus yang sesuai dengan kebutuhan dan standar

Adapun pengertian kufur yang diambil dari Ensiklopedi Islam, yaitu : Al-Kufr (tertutup) atau tersembunyi, mengalami perluasan makna menjadi “ingkar” atau