• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kedisiplinan

1. Pengertian Kedisiplinan

Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa disiplin adalah:

a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya). b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.

c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.

Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya (Prijodarminto, 1994).

Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), kedisiplinan hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.

(2)

Kedua istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya (Arikunto, 1990).

Kedisiplinan dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas / latihan yang dirancang karena dianggap perlu dilaksanakan untuk dapat mencapai sasaran tertentu (Sukadji, 2000). Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan kepatuhan kepada suatu aturan atau ketentuan. Kedisiplinan juga berarti suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupan yang sama, teratur dan tertib,yang dijadikan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perubahan- perubahan ke arah yang lebih baik (Budiono, 2006).

Santoso (2004) menyatakan bahwa kedisiplinan adalah sesuatu yang teratur, misalnya disiplin dalam menyelesaikan pekerjaan berarti bekerja secara teratur. Kedisiplinan berkenaan dengan kepatuhan dan ketaatan seseorang atau kelompok orang terhadap norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kedisiplinan dibentuk serta berkembang melalui latihan dan pendidikan sehingga terbentuk kesadaran dan keyakinan dalam dirinya untuk berbuat tanpa paksaan.

Kedisiplinan adalah suatu sikap yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap aturan (Moenir, 1999). Kedisiplinan merupakan suatu sikap, perilaku,

(3)

dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis (Nitisemito, 1999).

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan, tata tertib,norma-norma yang berlaku,baik tertulis maupun yang tidak tertulis.

1. Tujuan kedisiplinan

Gaustad (1992) mengemukakan bahwa kedisiplinan memiliki 2 (dua) tujuan, yaitu memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Subari (1994) berpendapat bahwa kedisiplinan mempunyai tujuan untuk penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya peraturan itu. Menurut Durkeim (1995), kedisiplinan mempunyai tujuan ganda yaitu mengembangkan suatu peraturan tertentu dalam tindak tanduk manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu dan sekaligus membatasi cakrawalanya.

Yahya (1992) berpendapat, tujuan kedisiplinan adalah perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar. Kedisiplinan adalah suatu latihan batin yang tercermin dalam tingkah laku yang bertujuan agar orang selalu patuh pada peraturan. Dengan adanya kedisiplinan diharapkan anak didik mendisiplinkan diri dalam mentaati peraturan sekolah sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, anak didik perlu

(4)

dibimbing atau ditunjukkan mana perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana perbuatan yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik (Gordon, 1996).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan kedisiplinan adalah memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar serta perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar.

2. Fungsi kedisiplinan

Fungsi kedisiplinan menurut Tu’u (2004) adalah: a. Menata kehidupan bersama

Kedisiplinan sekolah berguna untuk menyadarkan siswa bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.

b. Membangun kepribadian

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

(5)

c. Melatih kepribadian

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.

d. Pemaksaan

Kedisiplinan dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar, misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut. e. Hukuman

Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut.

f. Menciptakan lingkungan yang kondusif

Kedisiplinan berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.

3. Cara terbentuknya kedisiplinan

Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (1997), kedisiplinan dapat terjadi dengan cara:

a. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman.

(6)

b. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.

c. Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku yang diinginkannya. Sebaliknya, pihak lain memiliki ketergantungan pada pihak pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang diajarkan kepadanya.

4. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin. Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, antara lain:

Dari sekolah, contohnya:

a. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.

b. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran daripada siswanya.

(7)

c. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh, dll.

Dari keluarga, contohnya:

a. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing. b. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal,

lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.

5. Bentuk-bentuk perilaku pelanggaran disiplin sekolah

Menurut Kooi dan Schutx (dalam Sukadji, 2000), hal- hal yang dianggap sebagai perilaku pelanggaran disiplin dapat digolongkan dalam lima kategori umum, yaitu:

a. Agresi fisik (pemukulan, perkelahian, perusakan, dan sebagainya).

b. Kesibukan berteman (berbincang-bincang, berbisik-bisik, berkunjung ke tempat duduk teman tanpa izin).

c. Mencari perhatian (mengedarkan tulisan-tulisan, gambar-gambar dengan maksud mengalihkan perhatian dari pelajaran).

d. Menantang wibawa guru (tidak mau nurut, memberontak, memprotes dengan kasar, dan sebagainya), dan membuat perselisihan (mengkritik, menertawakan, mencemoohkan).

(8)

e. Merokok di sekolah, datang terlambat, membolos, dan ”kabur”, mencuri dan menipu, tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan, mengompas (memeras teman sekolah), serta menggunakan obat-obatan terlarang maupun minuman keras di sekolah.

6. Aspek- aspek Kedisiplinan

Menurut Prijodarminto (1994), disiplin memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek tersebut adalah :

a. sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

b. pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).

c. sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

(9)

B. Penggunaan Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Kata bimbingan dan konseling merupakan kata yang tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan, karena menurut Hallen (2002) istilah bimbingan selalu dirangkai dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa teknik lainnya. Sedangkan bimbingan itu lebih luas, dan konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan.

Pendapat yang sama juga dijelaskan oleh Sukmadinata (2005) yang menjelaskan bahwa, konseling merupakan salah satu teknik layanan dalam bimbingan, tetapi karena peranannya yang sangat penting, konseling disejajarkan dengan bimbingan. Konseling merupakan teknik bimbingan yang bersifat terapeutik karena yang menjadi sasarannya bukan perubahan tingkah laku, tetapi hal yang lebih mendasar dari itu, yaitu perubahan sikap.

Antara bimbingan dan konseling mempunyai hubungan yang erat di mana di antara keduanya saling melengkapi dalam membantu klien atau orang lain memecahkan suatu permasalahan dan mengubah pola hidup seseorang. Mengubah pola hidup yang salah menjadi benar, pola hidup yang negatif menjadi positif, sehingga klien dapat mengarahkan hidup sesuai dengan tujuannya (Badriah, 2008).

Jones (dalam Walgito,2004) memandang konseling sebagai salah satu teknik dari bimbingan. Sekalipun menunjukkan adanya kesamaan dan juga perbedaan di

(10)

antara kedua pengertian bimbingan dan konseling, namun dalam praktiknya keduanya saling sangkut-menyangkut dan saling isi-mengisi satu dengan yang lain. Bimbingan menyangkut konseling dan sebaliknya, konseling juga menyangkut bimbingan. Karena itu kemudian kedua istilah itu digunakan sekaligus.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), layanan berasal dari kata ”layan” yang kata kerjanya adalah melayani yang mempunyai arti membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang; meladeni, menerima (menyambut) ajakan (tantangan, serangan, dan sebagainya). Jadi, layanan bimbingan konseling di sekolah merupakan usaha menyambut dan menerima keluhan- keluhan masalah siswa yang dilakukan oleh ahli (guru BK) untuk membantu dan menerima permintaan bantuan moral dari siswa sehingga siswa bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan serta dapat memahami dan mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuannya.

2. Penggunaan Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), kata penggunaan berasal dari kata menggunakan (memakai), pergunaan (pemakaian). Sedangkan kata pengguna berarti suatu hal atau perbuatan yang mempergunakan sesuatu dengan atau tanpa tujuan tertentu.

Sedangkan dari kesimpulan sebelumnya bahwa layanan bimbingan konseling di sekolah dapat diartikan sebagai usaha meladeni keluhan-keluhan masalah siswa yang dilakukan oleh ahli (guru BK) untuk membantu atau menerima permintaan

(11)

bantuan moral dari siswa sehingga individu bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan serta dapat memahami dan mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuannya (kesimpulan dari beberapa tokoh).

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan layanan bimbingan konseling di sekolah adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh siswa yang mempergunakan layanan BK, baik secara sukarela ataupun tidak sukarela, dengan meminta bantuan atau menerima bantuan moral dari ahli (guru BK) sehingga siswa tersebut bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan serta dapat memahami dan mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuannya.

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Dalam rumusan bimbingan dan konseling terdapat dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan umum bimbingan dan konseling adalah membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan interpretasi, pilihan; penyesuaian, dan ketrampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya. Sedangkan tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya. Masalah-masalah individu yang bermacam-macam ragam jenis, intensitas dan sangkut-pautnya bersifat unik (Ermananti, 1999).

Menurut Tohirin (2007), tujuan bimbingan dan konseling yaitu: memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap diri siswa, mengarahkan diri siswa sesuai

(12)

dengan potensi yang dimilikinya, mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapi siswa, dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.

Adapun tujuan bimbingan dan konseling menurut Hallen (2002), adalah: a. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar siswa

mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri.

b. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar siswa mengenal lingkungannya secara obyektif, baik sosial maupun ekonomi. c. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar

siswa mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik pendidikan, karier maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat.

Menurut Prayitno dan Amti (2004), bimbingan dan konseling memiliki tujuan yang terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umun bimbingan dan konseling adalah membantu siswa agar dapat mencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat, kemampuan, minat dan nilai-nilai, serta terpecahnya masalah-masalah yang dihadapai siswa. Termasuk tujuan umum bimbingan dan konseling adalah membantu siswa agar dapat mandiri dengan ciri-ciri mampu memahami dan menerima dirinya sendiri dan lingkungannya, membuat keputusan dan rencana yang realistik, mengarahkan diri sendiri dengan keputusan dan rencananya itu serta pada akhirnya mewujudkan diri sendiri. Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah perkembangan siswa dan

(13)

masalah-masalah yang dihadapi. Tujuan khusus itu merupakan penjabaran tujuan-tujuan umum yang dikaitkan pada permasalahan siswa, baik yang menyangkut perkembangan maupun kehidupannya

4. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Fungsi bimbingan dan konseling di sekolah menurut Yusuf dan Nurihsan (2006) adalah:

a. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).

b. Preventif (pencegahan), yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.

c. Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

d. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan pemberian bantuan kepada iswa yang telah mengalami masalah.

e. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan yang sesuai dengan minat dan bakat siswa. f. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar

dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.

(14)

Layanan bimbingan konseling di sekolah memiliki fungsi yang mempunyai hubungan dan pengaruh yang sangat besar bagi para siswa, baik dari sikap maupun akademiknya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari bimbingan dan konseling di sekolah selain membantu siswa dalam memahami dirinya sendiri maupun lingkungannya, juga sebagai penyembuh (perbaikan) bagi siswa yang mengalami kesulitan ketika mendapatkan suatu permasalahan yang sulit untuk dipecahkan.

5. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Menurut Rahman (2003), terdapat tujuh jenis layanan bimbingan konseling di sekolah, yaitu :

a. Layanan orientasi

Layanan orientasi merupakan bentuk layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk mengenalkan lingkungan sekolah yang baru dimasukinya. Pemberian layanan ini berangkat dari anggapan bahwa memasuki lingkungan baru tidak selalu menyenangkan bagi setiap orang. Karena itu agar siswa lebih merasa familier dengan sekolahnya sendiri, maka ia perlu mengenal lebih jauh tentang berbagai fasilitas dan program-program yang ada disekolah.

Layanan orientasi, berupa pengenalan lingkungan sekolah yang baru kepada peserta didik, meliputi lingkungan fisik, personal sekolah, kurikulum, kegiatan, aturan yang berlaku, sistem pendidikan, organisasi siswa dan sebagainya.

(15)

b. Layanan informasi

Layanan informasi adalah layanan berupa pemberian pemahaman kepada siswa tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani tugas dan kegiatan disekolah dan untuk menentukan dan mengarahkan tujuan hidup. Layanan informasi, berarti memberikan informasi seluas-luasnya kepada peserta didik berkaitan dengan kegiatan akademis dan non akademis untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, meliputi bidang pribadi, sosial, belajar dan karir.

c. Layanan penempatan dan penyaluran

Layanan penempatan adalah upaya terencana dan sistematis untuk menempatkan siswa pada suatu posisi atau tempat yang sesuai dengan bakat minat dan kemampuannya. Sedangkan layanan penyaluran adalah upaya terencana dan sistematis untuk menyalurkan bakat minat dan potensi siswa secara optimal.

Layanan penempatan dan penyaluran, berarti menempatkan siswa pada posisi yang tepat dan menyalurkan segenap potensi, bakat dan minatnya secara optimal.

d. Layanan pembelajaran

Layanan pembelajaran adalah layanan yang diberikan kepada siswa agar siswa mampu mengembangkan sikap dan kebiasaan yang baik. Pembelajaran adalah proses yang dirancang untuk membawa siswa aktif dalam suasana belajar yang penuh makna, merangsang siswa untuk menggali, menemukan dan menguasai materi pelajaran.

(16)

Layanan pembelajaran merupakan salah satu bentuk layanan yang sangat penting diberikan kepada siswa. Pengalaman menunjukkan bahwa siswa yang gagal dalam belajar bukan selalu karena keterbatasan inteligensi, melainkan karena keterbatasan kemampuan dalam mengelola belajar.

Layanan pembelajaran, berarti upaya membangkitkan siswa agar tumbuh keinginan untuk terus belajar, juga menanamkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Belajar adalah kebutuhan.

e. Layanan konseling perorangan

Layanan konseling perorangan adalah bentuk pelayanan khusus berupa hubungan langsung tatap muka antara konselor dan siswa. Layanan ini merupakan bentuk layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien.

Layanan konseling perorangan, berupa dialog tatap muka antara konselor dan siswa untuk memecahkan berbagai masalah dan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki.

f. Layanan konseling kelompok

Konseling kelompok adalah layanan bimbingan konseling yang diberikan kepada sekelompok individu. Layanan konseling kelompok tidak hanya diberikan kepada sekedar sejumlah orang, melainkan kelompok atau kumpulan orang tersebut perlu memenuhi kriteria- kriteria sehingga bisa dikatakan sebagai suatu kelompok.

Layanan konseling kelompok adalah layanan yang diberikan kepada sekelompok individu guna mengatasi masalah yang relatif sama, sehingga

(17)

mereka tidak mengalami hambatan untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki.

g. Layanan bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok adalah layanan yang diberikan kepada sekolompok siswa baik ada masalah atau tidak ada masalah. Jumlah anggota berkisar antara 10 sampai 30 orang. Keanggotaan kelompok bisa anggota tetap atau tidak tetap. Bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan permainan atau out bond. Dapat juga berupa diskusi kelompok dengan membahas masalah atau topik tertentu. Masalah yang dibahas dapat ditentukan oleh konselor, dapat juga dipilih sendiri oleh siswa.

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh jenis layanan bimbingan konseling yang dapat dilakukan dalam setting sekolah, yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan, penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan bimbingan kelompok. Dalam pelaksanaannya, ketujuh jenis layanan bimbingan konseling tersebut dapat dilakukan secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda.

C. Gambaran SMA Negeri 14 Medan

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14 Medan yang berlokasi di jalan pelajar ini memiliki visi sekolah, yaitu untuk menciptakan pelajar yang terdidik,

(18)

menguasai iptek, unggul dalam prestasi, memiliki integritas yang tinggi, berdisiplin, beriman, dan bertaqwa serta berbudaya.

Untuk mencapai visi tersebut, SMAN 14 Medan memiliki misi, yaitu :

1. Mendayagunakan sekolah melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dalam mengembangkan potensi siswa/i secara optimal.

2. Menumbuhkan semangat keunggulan serta penghayatan terhadap ajaran agama.

Secara fisik bangunan sekolah ini cukup nyaman dan memadai untuk dilakukannya proses belajar mengajar. Gedung SMAN 14 Medan memiliki 1 (satu) lantai dan mengelilingi lapangan yang biasanya digunakan untuk upacara bendera dan olahraga. Berbagai fasilitas yang tersedia memadai, yaitu ruangan kelas (23 ruangan), lapangan olahraga (bola kaki dan basket), perpustakaan, kantin, ruanga laboratorium (lab biologi/kimia dan lab komputer), dan sebagainya. Semua sarana prasarana ini dimaksudkan untuk mendukung proses belajar mengajar agar lebih optimal.

Jumlah siswa dalam 1 (satu) ruangan rata-rata 40 siswa. Jadwal sekolah adalah dari hari senin sampai hari sabtu. Namun beberapa kegiatan di luar jam belajar normal seperti pramuka, paduan suara, ekstrakurikuler olahraga, dan paskibra.

SMAN 14 Medan menggunakan kombinasi metode pengajaran yang di sesuaikan dengan materi dan kondisi anak di kelas. Metode pengajaran yang biasa digunakan yaitu ceramah, diskusi, kerja kelompok, perpustakaan, dan pemberian tugas.

(19)

Perilaku siswa di sekolah menjadi salah satu fokus perhatian para guru, terutama guru Bimbingan dan Konseling (BK). Untuk jenis pelanggaran disiplin yang sering terjadi di SMAN 14 Medan, adalah cabut saat jam pelajaran, tidak masuk sekolah tanpa pemberitahuan kepada pihak sekolah, memakai seragam sekolah yang tidak sesuai dengan aturan sekolah, tidak menuruti dan mentaati guru, melanggar peraturan sekolah, terlambat ke sekolah, tidak berperilaku sopan di dalam kelas, tidak mengikuti upacara bendera, berkelahi, mencontek, dan sebagainya.

Untuk menangani siswa yang melakukan pelanggaran disiplin dan tata tertib sekolah, para guru BK memberikan beberapa layanan bimbingan konseling yang disesuaikan dengan kesalahan dan masalah siswa tersebut. Layanan bimbingan konseling yang tersedia di SMAN 14 Medan, yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan bimbingan kelompok, dan layanan home visit (sebagai layanan pendukung).

Adapun sistematika pelayanan BK di sekolah ini adalah ada sebagian siswa yang mendatangi guru BK dan menggunakan salah satu layanan dengan keinginan sendiri, tanpa ada panggilan dari guru BK. Ada juga sebagian lagi yang harus dipanggil oleh guru BK.

(20)

D. Gambaran Kedisiplinan Pada Siswa SMAN 14 Medan yang Menggunakan Layanan Bimbingan Konseling Di Sekolah

Berhasilnya suatu proses belajar mengajar bukan hanya ditentukan dari inteligensi yang dimiliki oleh siswa saja, tetapi juga dari faktor-faktor lain yang mendukungnya, antara lain adalah bimbingan yang diberikan oleh para guru-guru yang ada di sekolah, bagaimana para guru-guru membimbing murid-muridnya dengan bimbingan serta dukungan yang bisa menjadi para murid lebih semangat, berkreasi dan kreatif dalam belajar (Badriah, 2008).

Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa pada umumnya sekolah lebih fokus pada masalah prestasi akademik siswa dibandingkan dengan masalah akhlak dan pengendalian diri siswa (Depdiknas, 2009). Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan diantaranya. Melatih siswa untuk mengikuti dan menuruti aturan di sekolah adalah salah satu cara untuk memecahkan masalah ini (Tu’u, 2004). Maka dari itu perlu ditanamkannya kedisiplinan dalam diri siswa, dimana kedisiplinan dapat diartikan sebagai serangkaian tingkah laku yang dilakukan untuk dapat mencapai sasaran tertentu.

Dalam hal ini, kedisiplinan berarti tingkah laku yang sesuai dengan aturan atau hukum, seperti disiplin beragama dan undang-undang (Sukadji, 2000). Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban (Prijodarminto, 1994).

Kedisiplinan dianggap sebagai sarana agar proses belajar dapat efektif , maka perilaku yang dianggap tidak mendukung proses belajar mengajar dianggap

(21)

masalah disiplin (Sukadji, 2000). Oleh karena itu, dengan ditanamkannya kedisiplinan dalam diri siswa maka terciptalah siswa yang tidak hanya berprestasi akademik namun juga berakhlak serta memiliki pengendalian diri yang baik. Oleh karena itu, anak didik perlu dibimbing atau ditunjukkan mana perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana perbuatan yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik (Gordon, 1996).

Pelanggaran tata tertib sekolah memang sangat sering terjadi, seperti tidak mengerjakan tugas, tidak berpakaian seragam, tidak masuk sekolah tanpa izin, membolos, membuka buku pada ujian, perkelahian antar siswa, perkelahian antar sekolah, menentang guru, dan sebagainya (Silitonga, 2006). Jenis pelanggaran disiplin yang sering terjadi di SMAN 14 Medan, adalah cabut saat jam pelajaran, tidak masuk sekolah tanpa pemberitahuan kepada pihak sekolah, memakai seragam sekolah yang tidak sesuai dengan aturan sekolah, tidak menuruti dan mentaati guru, melanggar peraturan sekolah, terlambat ke sekolah, tidak berperilaku sopan di dalam kelas, tidak mengikuti upacara bendera, berkelahi, mencontek, dan sebagainya.

Kemudian, Faktor yang menyebabkan pelanggaran disiplin pada diri siswa dapat diperoleh dari sekolah, lingkungan sekolah, lingkungan, situasi tempat tinggal yang dapat menyebabkan konflik dalam diri siswa, dan akan menimbulkan masalah jika tidak diatasi dengan baik (Ekosiswoyo dan Rachman, 2000). Jadi, dapat diketahui bahwa faktor yang mendorong siswa untuk melanggar disiplin sekolah adalah karena adanya masalah dan konflik dalam diri siswa tersebut. Disamping itu, siswa SMA pada umumnya berada dalam tahap perkembangan

(22)

remaja, dimana remaja masih membutuhkan bantuan dari orang dewasa lainnya untuk membantu mengatasi masalah yang ia hadapi dengan baik (Sukadji, 2000).

Maka dari itu, diperlukan adanya suatu program atau layanan di sekolah yang dapat membantu siswa menghadapi dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Salah satu usaha pihak pendidikan di sekolah untuk mencegah dan menanggulangi pelanggaran disiplin pada siswa adalah dengan membuat sebuah layanan yang diperuntukkan bagi para siswa yaitu layanan Bimbingan Konseling (BK) atau Bimbingan Pendidikan (BP). Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sekolah yang bertujuan memberikan bantuan kepada siswa baik perorangan maupun kelompok agar menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara optimal (Sukadji, 2000). Layanan BK yang tersedia di SMAN 14 Medan adalah layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan bimbingan kelompok, dan layanan home visit (sebagai layanan pendukung).

Penggunaan layanan bimbingan konseling memiliki fungsi yang mempunyai hubungan dan pengaruh yang sangat besar bagi para siswa, baik dari sikap maupun akademiknya (Yusuf dan Nurihsan, 2006). Di samping sebagai penyemangat bagi para murid, penggunaan layanan bimbingan konseling juga bisa menjadi tempat mengadunya para murid atau tempat konsultasi ketika murid sedang menghadapi masalah atau problem dalam belajar (Djumhur dan Surya, 2003).

Tujuan dari bimbingan dan konseling untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh siswa, sesuai dengan kompleksitas

(23)

permasalahannya dan masalah-masalah siswa yang bermacam-macam ragam jenis, intensitas dan sangkut-pautnya bersifat unik. Dengan adanya penggunaan layanan bimbingan konseling menjadikan pengaruh yang baik bagi para murid terutama pada tingkah laku murid, yaitu murid akan lebih terarah, berani dalam mengambil keputusannya sendiri, tidak rendah diri (pesimis) melainkan selalu optimis (Ermananti, 1999).

Kebutuhan akan penggunaan bimbingan konseling di jenjang SMP maupun SMA lebih terasa daripada di jenjang pendidikan dasar, sebab masalah yang dihadapi anak-anak usia belasan tahun lebih banyak daripada anak-anak tahap perkembangan selanjutnya. Pada perkembangan remaja, banyak perubahan yang dialami sehingga menyebabkan adanya perubahan dan ketidakstabilan emosi. Keadaan emosi yang demikian dapat menyebabkan penyesuaian yang salah dan ketidaknyamanan. Siswa demikian membutuhkan bantuan untuk tumbuh ke arah ”kematangan emosional”, artinya kemampuan mengarahkan emosi dasar yang kuat ini ke penyaluran yang mendukung tujuan, serta tujuan ini memuaskan diri sendiri maupun dapat diterima oleh lingkungannya (Sukadji, 2000).

Siswa perlu mengenal dirinya dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal diri sendiri, siswa akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Namun demikian tidak semua siswa mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya, dan bantuan ini dapat diberikan melalui layanan bimbingan konseling (Walgito, 2004).

(24)

Maka dari itu, jika layanan bimbingan konseling yang ada di sebuah lembaga sekolah digunakan oleh siswa dengan baik, maka mereka dapat terbantu dalam menghadapi masalahnya dan dapat mengurangi faktor pelanggaran disiplin pada siswa. Tujuan disiplin adalah membantu individu memahami hal-hal yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan memotivasinya untuk tetap berlatih atau tetap mengikuti aturan yang telah ditentukan. Jadi, layanan bimbingan konseling membantu menentukan sasaran dan merancang program atau latihan yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan memotivasinya untuk disiplin mengikuti program ini (Walgito, 2004).

Jadi, dengan adanya layanan bimbingan konseling di sekolah, diharapkan siswa SMAN 14 Medan yang menggunakan layanan tersebut dapat lebih memahami masalah yang ia miliki dan dapat memecahkan masalahnya tersebut dengan baik. Oleh karena itu, diharapkan kedisiplinan siswa di sekolah dapat ditingkatkan.

Referensi

Dokumen terkait

Tahukah anda, banyak orang seTeLAH mengALAmi KAsiH KRisTUs mereka sAnggUP meLALUi apa saja yang tidak sanggup dilalui oleh orang lain.. seorang janda mungkin

(LB) 100 ml Sebanyak 1 g tripton, 0,5 g yeast extract, dan 0,5 g NaCl dicampur dan dilarutkan dengan akuades hingga mencapai volume 250 ml, kemudian disterilisasi dan disimpan

Pada Gambar 8 terlihat ada tiga variasi pengukuran kecepatan linier solution shaker yaitu pengukuran kecepatan ketika tanpa beban, pengukuran kecepatan dengan beban 50 g dan

Tahapan penting dalam latihan membaca puisi: (1) pahamilah isinya; (2) bubuhkan tanda- tanda pembacaan untuk pemandu penggunaan nada, tempo, irama, dan jeda; (3) bacalah

Pada pembaharuan-pembaharuan, perluasan atau prubahan-perubahan sebagian banguna-bangunan yang telah ada seperti dimaksud ayat (2) Pasal ini yang harus dikerjakan dengan

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, PGPAUD dan PGSD sejumlah 3 peserta karena akan mengajukan akreditasi dalam waktu dekat, 3 peserta tersebut dari

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan para pelaku usaha untuk melakukan penguasaan pasar secara negatif dengan cara-cara menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk

Waktu  bangun  pagi‐pagi  Noerdin  merasa  badannya  kurang  enak.  Sehari  itu  ia  tidak  bekerja  dan  panasnya  amat  tinggi.  Malamnya  makin  bertambah