1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Malang bisa disebut minim potensi wisata alam. Dalam hal ini, Pemerintah Kota Malang terus mengembangkan konsep kampung tematik
untuk mendorong kunjungan wisata.1 Saat ini, terdapat sekitar 20 lokasi
tematik berbasis kampung yang menawarkan berbagai konsep beberapa kampung tematik di Kota Malang yang telah eksis di antaranya Kampung Warna warni Jodipan, Kampung Budaya Polowijen, Kampung Tridi, Kampung Glintung GO Green (Tri G), Kampung biru Arema, Kampung Gribig Religi, Kampung Putih, Kampung Keramik Dinoyo, Kampung Kramat, dan Kampung Rolaku Indah juga ada Kampung Haritage Kayutangan, Kampung tempe sanan, Kampung Gerabah Penanggungan,
Kampung Wisata Tradisi Polowijen.2
Kampung tematik sendiri merupakan suatu kawasan di bawah administrasi kelurahan maupun kecamatan yang dapat menunjukkan ciri khas suatu potensi sosial maupun ekonomi wilayah yang diangkat atas dasar kesepakatan masyarakatnya. Pelaksanaan kampung tematik jika dikaitkan
1Wahida, S., Syafrieyana, Y., & Sukmana, O. (2020). Collaboration with Pentahelix Model in
Developing Kajoetangan Heritage Tourism in Malang City. Journal of Local Government Issues (Logos), 3(1), 1-17. doi:https://doi.org/10.22219/logos.v3i1.10699
2 Nurlayla Ratri. “Miliki 20 Lokasi Tematik, Kota Malang Maksimalkan Pengembangan Wisata
Berbasis Kampung”. https://www.malangtimes.com/baca/40740/20190619/113900/miliki-20-lokasi-tematik-kota-malang-maksimalkan-pengembangan-wisata-berbasis-kampung (Diakses pada tanggal 23 Oktober 2019 )
2 dengan skema inovasi sosial dapat memberikan perubahan yang positif menuju proses kolaboratif, serta inisiatif masyarakatnya untuk dapat saling
belajar dan melakukan setiap prosesnya secara bersama-sama.3
Kampung Wisata Rolak menjadi destinasi baru wisata kampung tematik di Kota Malang. Arena wisata tersebut berada di wilayah irigasi sungai Amprong atau dikenal Rolak, sesuai dengan Namanya. Kawasan tersebut merupakan aset di bawah Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur yang dulunya merupakan lokasi penimbunan urugan pasir. Namun setelah mendapatkan izin pengelolaan, warga RW 3 Kelurahan Kedungkandang,
Kecamatan Kedungkandang menyulap menjadi lokasi wisata.4
Aliran sungai amprong yang terbentang, dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Rolak Indah, menjadi destinasi wisata yang bernamakan sungai Rolak atau Kampung setelah diresmikan menjadi tempat wisata, ketika hari libur, wisatawan pun banyak yang berkunjung.Pengunjung yang datang bisa menikmati debit aliran sungai dengan menaiki perahu yang telah disediakan.
Handono, Ketua Pokdarwis Rolakku Indah berharap Kampung Wisata Rolak yang digagas masyarakat menjadi salah satu ikon wisata di Kota Malang. Lokasi tersebut dilengkapi dengan wisata tubing, wisata
3 Anindya Putri Tamara (2018). Kajian Pelaksanaan Konsep Kampung Tematik di Kampung Hidroponik Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang, Jurnal Wilayah Dan Lingkungan P-ISSN: 2338-1604 dan E-ISSN: 2407-8751 Volume 6 Nomor 1, April 2018, 40-57
4 Darmadi Sasongko. “Wisata Rolak Tambah Destinasi Wisata Kampung Tematik Kota Malang”.
https://malang.merdeka.com/kabar-malang/wisata-rolak-tambah-destinasi-wisata-kampung-tematik-kota-malang-190730x.html (Diakses pada tanggal 23 Oktober 2019)
3 perahu dan spot berswafoto."Kami yakin dapat menarik wisatawan, apalagi
berdekatan dengan pintu keluar jalan tol," ungkapnya.5
Kawasan tersebut juga memiliki air terjun Coban Belong yang mendukung sebagai destinasi wisata. Pokdarwis dan warga nantinya menjadi pengelola dengan menggandeng beberapa komunitas dan pelaku wisata. Dengan adanya kampung tematik rolak ini Perubahan kampung tersebut menjadi area wisata tentu memiliki dampak pada lingkungan sekitar. Terutama untuk sektor perekonomian warga sekitar. Paling tidak kini keberadaan kampung wisata tersebut menjadi tambahan pemasukan bagi para warga. Walikota Malang Sutiaji mengungkapkan "Dengan begini, selain kampung ini akan menjadi lebih bersih; perekonomian
masyarakat sekitar juga akan meningkat"6
Disamping itu Kampung Rolak terdapat juga taman edukatif yang ada di bantaran sungai, Taman edukatif ini mulanya wajah bantran sungai amprong yang dulunya kumuh dan ditumbuh I banyak tanaman liar, serta menjadi tempat pembuangan sampah. Kini berbah 180 derajat. Bantaran sungai yang mengalir di wilayah Kelurahan Kedungkandang, Kota Malang, itu disulap warga RW 03 Kelurahan Kedungakandang, Kecamatan Kedungakandang menjadi sebuah taman edukasi dan tempat bersantai bagi
5 Darmadi Sasongko. “Wisata Rolak Tambah Destinasi Wisata Kampung Tematik Kota Malang”.
https://malang.merdeka.com/kabar-malang/wisata-rolak-tambah-destinasi-wisata-kampung-tematik-kota-malang-190730x.html (Diakses pada tanggal 23 Oktober 2019)
6 Alfi Ramadana. “Rolak, Destinasi Wisata Kampung Tematik Baru di Kota Malang” .
https://jatim.idntimes.com/travel/destination/alfi-ramadana/rolak-destinasi-wisata-kampung-tematik-baru-di-kota-malang/full (Diakses pada tanggal 23 Oktober 2019)
4 masyarakat umum dikatakan taman edukatif rolak dikarenakan terdapat ruang baca anak di halaman taman ruang bac aini dapat menjadi tambahan itu dikarenakan di sekitar taman terdapat taman kanak kanak dan juga PAUD. Bagi masyarakat Kedungkandang taman rolak bisa menjadi ajang bermain dan ruang public.
Taman rolak ini didesain sedemikian rupa, sendiri oleh warga setempat. Pada lahan sepanjang kurang lebih 172 meter persegi, secara bertahap dibangun sarana prasana yang layak. Mulai dari taman gazebo sebagai tempat berteduh hingga tempat duduk permanen dan kayu langsung menghadap ke aliran sungai. Secara kebetulan memang sungai Amprong mengalir tepat di sisi selatan permukiman warga. Uniknya, tiap RT memilki taman sendiri dengan berbagai ukuran yang diisi dengan beragam tanaman hias.
Selain dari swadaya masyarakat setempat proyek taman ini mendapat bantuan dana dari Pemerintah daerah sebesar 20 juta rupiah yang bersumber dari PAK APBD Kota Malang. Jika di total taman ini menghabiskan dana hamper Rp 200 juta. Berikut pembiayaan taman rolak :
Tabel 1. 1 Pembiayaan Taman Rolak Tahun 2016
No Jenis Pembangunan Biaya
1 Monumen Tugu Rp 30.000.000
2 Gazebo Rp 20.000.000
3 Paving jogging track Rp 20.000.000
4 Kamar mandi Rp.20.000.000
5
6 Tenaga/Gotong Royong Rp.60.000.000
7 Bantuan Pemerintah Rp. 20.000.000
Jumlah Rp. 200.000.000
Sumber : Dokumen RW 03 Kelurahan Kedungkandang, 2020
Warga gotong royong mengumpulkan dana memakan waktu empat bulan warganya nyaris tidak berhebnti bergotong royon mempercantik Taman Rolak. Beruntungnya tak sedikit warga RW 03 yang memiliki ketrampilan dalam bidang pertukangan. Tak heran jika pembangunan taman memanjang mengikuti alur Sungai Amprong ini tak melibatkan atau
memperkejakan orang luar.7
Terkait Pemberdayaan masyarakat yang terdapat di Kampung Rolak ditangani oleh Pokdarwis Kelurahan Kedungkandang dan Pokdarwis RW 03 Kelurahan Kedungkandangyang mana dengan dikembangkan nya wilayah tersebut maka dapat mendorong dan memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan daya Tarik wisata setempat melalui upaya-upaya perwujudan sapta pesona. Salah satu contoh Pemberdayaan masyarakat yaitu dengan menciptakan destinasi pariwisata baru yang secara tidak langsung akan menambah income penduduk sekitar nantinya berjualan di Sekitar kampung Rolak sama seperti kampung warna warni yaitu pemberdayaan nya ekonomi kerakyatan
7Akaibara. “Taman Rolak, Taman Edukasi Hasil Swadaya Warga Kedungkandang”
https://ngalam.co/2016/04/19/taman-rolak-hasil-swadaya-warga-kedungkandang/ ( Diakes pada tanggal 23 Oktober 2019)
6 1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Kampung Tematik di Kampung Rolak Kelurahan Kedungkandang ? b. Apa yang menjadi factor penghambat Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Kampung Tematik di Kampung Rolak Kelurahan Kedungkandang ?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Kampung Tematik di Kampung Rolak Kelurahan Kedungkandang. b. Untuk mendeskripsikan factor penghambat Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Kampung Tematik di Kampung Rolak Kelurahan Kedungkandang
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diantaranya yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dalam rangka
pengembangan khazanah ilmu pengetahuan terutama yang
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Kampung Tematik di Kampung Rolak Kelurahan Kedungkandang
7 b. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan kontribusi yang positif disektor Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Kampung Tematik di Kampung Rolak Kelurahan Kedungkandang
1.5 Definisi Konseptual
a. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok, dan masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol lingkungannya untuk memenuhi keinginannya, termasuk aksesbilitasnya terhadap sumber daya yang berkaitan dengan pekerjaannya,juga aktivitas sosialnya.
Pemberdayaan Masyarakat menurut Soetomo (2013) adalah8 :
“Pemberdayaan masyarakat merupakan pendekatan yang
memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat, terutama masyarakat local untuk mengelola proses pembangunannya”
Di dalam proses pemberdayaan masyarakat mengacu pada model pemberdayaan Rothman yaitu model pengembangan masyarakat lokal yang artinya proses yang ditunjukan untuk melibatkan kemampuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai system dan yang bermasalah tetapi sebagai masyarakat
8 Utang Rosidin, 2014, Pemberdayaan Desa Dalam Sistem Pemerintahan Daerah, (Bandung : Pustaka Setia, hlm 71-73.
8 kecil yang memiliki potensi, hanya saja potensi itu belum dikembangkan.
Pengembangan masyarakat local terdapat 12 indikator yaitu kategori tujuan Tindakan terhadap masyarakat, Asumsi mengenai struktur komunitas dan kondisi permasalahannya, Strategi dasar melakukan perubahan, Karakteristik taktik dan Teknik perubahan, Peran praktisi yang menonjol, Media perubahan, Orientasi terhadap struktur kekuasaan, Batasan definisi penerima layanan, Asumsi mengenai kepentingan dari kelompok-kelompok di dalam suatu komunitas, Konsepsi mengenai peran klien, Pemanfaatan atau
pemberdayaan.9
b. Kampung Tematik
Kampung tematik merupakan suatu kawasan di bawah administrasi kelurahan maupun kecamatan yang dapat menunjukkan ciri khas suatu potensi sosial maupun ekonomi wilayah yang diangkat atas dasar kesepakatan masyarakatnya. Pelaksanaan kampung tematik jika dikaitkan dengan skema inovasi sosial dapat memberikan perubahan yang positif menuju proses kolaboratif, serta inisiatif masyarakatnya untuk dapat saling belajar dan melakukan setiap prosesnya secara bersama-sama.
9 Isbandi Rukminto, 2008, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat sebagai upaya
9 Pelaksanaan konsep kampung tematik berdasarkan skema inovasi sosial memiliki tiga tahapan. Tahap pertama merupakan pemetaan problematika yaitu: masyarakat secara bersama mencari ide/gagasan dalam mengembangkan kampungnya, sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan partisipasi masyarakat lokal. Tahap kedua adalah menentukan tema kampung dengan menemukan sekelompok orang yang tertarik untuk dapat bekerja sama dalam menerapkan gagasan atau tema pada kampungnya. Selanjutnya tahap ketiga adalah delineasi dan koordinasi melalui gagasan atau tema yang kemudian dimodifikasi oleh berbagai aktor yang terlibat hingga
akhirnya diimplementasikan secara nyata pada wilayahnya.10
1.6 Definisi Operasional
a. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Kampung Tematik di Kampung Rolak Kelurahan Kedungkandang
- Perencanaan Kampung Rolak
- Partisipasi masyarakat dalam pengembangan Kampung Rolak - Pengelolaan Kampung Rolak
- Bentuk- bentuk Partisipasi Masyarakat - Monitoring dan Evaluasi Kampung Rolak - Batasan Komunitas Kampung Rolak
- Dampak Kampung Rolak Terhadap Pemberdayaan Masyarakat
10 Ana Irhandayaningsih, 2018, Kampung Tematik Sebagai Upaya Melestarikan Seni Dan Budaya
10 b. Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan
Kampung Tematik di Kampung Rolak Kelurahan Kedungkandang - Kurangnya sarana prasarana pengembangan kampung rolak - Kurang konsisten nya masyarakat dalam pengembangan kampung
rolak 1.7 Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Model penelitian deskriptif ini nantinya untuk membantu menganalisa data dalam penulisan adalah menggunakan kualitatif. Menurut Creswell penerapan metode penelitian kualitatif menganalisa permasalahan-permasalahan yang berangkat dari persoalan sosial dan juga
kemanusaiaan.11 Mampu mendeskripsikan masalah secara rinci dari isu
yang diangkat, serta mampu menganalisa secara jelas berupa fakta,contoh, dan bukti dengan menampilkan data. Pemantapan kebenaran dengan mempelajari dan memahami kasus atau permasalahan yang terjadi.
Pemantapan masalah dapat diperoleh dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan pengumpulan data dari narasumber yang menjadi obyek penelitian secara spesifik atau terperinci yang
menyangkut tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui
11 Creswell,Johm W, 2016, Research Design : Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
11 Pengembangan Kampung Tematik di Kampung Rolak Kelurahan Kedungkandang.
Penggunaan studi kasus pada penelitian merupakan salah satu bagian dari paradigma kualitatif. Studi kasus menurut Creswell adalah salah satu strategi dalam metode penelitian menganalisa atau memahami masalah secara induktif yaitu, menganalisa secara jelas, dan dapat menampilkan data sebagai fakta penelitian di lapangan, serta melakukan pemantapan kebenaran berdasarkan fakta yang ditemui dan juga mampu memahami dengan baik permasalahan yang ada. Biasanya studi kasus yang digunakan pada saat penelitian kualitatif adalah menunjukan lokasi yang lebih spesifik untuk dijadikan tempat penelitian agar dalam menganalisa serta mengolah data lebih mengkerucut atau sesuai sasaran.
b. Sumber Data
Menurut Meleong terdapat dapat dua sumber data utama dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh sumber
data dengan menggunakan.12
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui obesevasi dan melakukan wawancara. Data tersebut diperoleh secara langsung dari narasumber. Subjek dari penelitian yaitu yang ditunjuk untuk memberikan informasi yang mendalam mengenai Pemberdayaan
12 Masyarakat Melalui Pengembangan Kampung Tematik di Kampung Rolak Kelurahan Kedungkandang.
2. Data Sekunder
Data Sekunder dalam penelitian dengan sumber data yang didapatkan berupa bukti atai dalam bentuk catatan, baik itu laporan maupun arsip lain yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Atau adapulan berupa dokumentasi dari intenet web.
c. Teknik Pengumpulan Data
Langkah selanjutnya dalam metode penelitian adalah
menentukan Teknik data dari hasil penelitian. Menurut Creswell pengumpulan data adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk membatasi penelitian dalam mencari data agar tetap focus pada masalah yang sedang diangkat. Dalam hal ini diharapkan dalam pengumpulan data hasil penelitian secara jelas, akurat, dan dapat dipercaya.
Pengumpulan berbagai infomrasi yang dapat diperoleh dari hasil wawancara kepada informan,observasi pada instansi atau lokasi penelitian, serta dokumentasi untuk mencatat dan merekam berbagai infomasi yang ada. Pengumpulan dari berbagai data yang ingin diperoleh pada penelitain ini dapat menggunakan strategi sebagi berikut, diantaranya adalah :
1. Wawancara Tersruktur : Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara
13 kualitaitif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. Suatu hal yang tidak
dapat dilakukan melalui pendekatan lain.13
2. Observasi Lapang: Peneliti melakukan observasi atau pengamatan langsung dilapangan untuk memahami apa yang diketahui oleh subjek penelitian yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat penomena yang muncul. Observasi bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah sehingga diproleh pemahaman atau sebagai alat rechecking atau
pembuktian terhadap informasi yang diperoleh sebelumnya.14
3. Dokumentasi: Dokumentasi adalah metode penelitian kualitatif yang dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan, baik berupa catatan transkrip, buku, surat kabar dan lain sebagainya.
d. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yang dituju yaitu pada Kampung Rolak di Kota Malang Kedungkandang, Kec. Kedungkandang, Kota Malang, Jawa
13 Basniter, P, Dkk, 1994, Qualitative Methods In Psykology , A Risearch Guide. Backingham: Open University Press, Hlm: 127
14
Timur 65137 dan Kelurahan Kedungkandang Jl. Ki Ageng Gribig No.
12, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang 65137 e. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti lebih disebut sebagai responden, yang dijadikan teman bahkan konsultan dari siapa informasi yang diperlukan diminta dan dikonsultasikan. Subjek dalam penelitian ini yaitu yang ditunjuk untuk memberikan informasi terkait dengan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Kampung Tematik Berbasis Partisipasi Masyarakat. Dalam penelitian ini subyek nya adalah Kasi pemberdayaan masyarakat kelurahan kedungkandang, Ketua RW 03 Kelurahan Kedungkandang, Pokdarwis Kedungkandang, Pokdarwis RW 03 Kelurahan Kedungkandang, dan Seksi Pembangunan RW 03 Kelurahan Kedungkandang
f. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh. Menurut Miles & Huberman (1992, p. 16) analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
15 kesimpulan/verifikasi. Mengenai ketiga alur tersebut secara lebih
lengkapnya adalah sebagai berikut15:
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitiannya memutuskan (sering kali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugusgugus, membuat partisi, membuat memo). Reduksi data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan
15 Miles, Matthew B dan huberman, A Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta : Universitas Indonesia Press, Hlm: 16
16 finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi.
Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkatperingkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.
2. Penyajian Data
Miles & Huberman membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.
17 3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan menghabiskan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Kesimpulan akhir tidak hanya terjadi pada waktu proses pengumpulan data saja, akan tetapi perlu diverifikasi agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.