• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI POLA BUSANA PENGETAHUAN PIRANTI MENJAHIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSTRUKSI POLA BUSANA PENGETAHUAN PIRANTI MENJAHIT"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

KONSTRUKSI POLA BUSANA

PENGETAHUAN PIRANTI MENJAHIT

Disusun Oleh:

Dra. Astuti, M.Pd

19601205 198703 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2010

(2)

KONSTRUKSI POLA BUSANA

PENGENALAN MESIN JAHIT Tujuan :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam mesin jahit 2. Mahasiswa dapat menjelaskan bagian-bagian mesin jahit Pokok Bahasan :

Maca-macam mesin jahit, bagian-bagian mesin jahit sebagai alat menjahit pokok Tugas Mahasiswa :

1. Mempelajari bahan perkuliahan sampai mengerti

2. Mengamati berbagai macam mesin jahit yang biasa dipergunakan untuk pakaian

3. Mempelajari dengan seksama bagian-bagian pokok mesin jahit Intisari Bahan Perkuliahan :

Macam-macam mesin jahit

Pada dasarnya mesin jahit dapat dikelompokan ke dalam 3 golongan, yaitu : 1. Mesin jahit umum

2. Mesin jahit khusus 3. Mesin jahit sebaguna

1. Mesin Jahit Umum

Mesin jahit umum biasanya sering dijumpai di rumah-rumah yang dimiliki oleh ibu rumag tangga. Mesin jahit ini pada dasarnya hanya dapat membuat jahitan lurus. Bila ditambahkan alat-alat tertentu, maka mesin jahit ini dapat digunakan untuk membuat tusuk kelok (zig-zag), lubang kancing, membordir, mengelim kecil, dan sebagainya.Mesin jahit ini dapat digerakkan dengan pemutar engkol tangan, injakan kaki, dan motor listrik.

(3)

2. Mesin jahit khusus

Mesin jahit khusus adalah mesin jahit yang hanya dapat dipergunakan untuk menjahit satu jenis pekerjaan tertentu, misalnya : Mesin jahit kulit, mesin jahit terpal, mesin obras, mesin obras halus, mesin over deck (untuk menjahit kaos). Pada umumnya mesin jahit seperti ini dimiliki oleh perysahaan atau industri tertentu, misalnya : Perusahaan pembuatan sepatu, perusahaan pembuatan jok kendaraan atau kap mobil, perusahaan obras dan lain-lain.

3. Mesin Jahit Serbaguna

Mesin jahit serbaguna pada hakekatnya adalah mesin jahit umum yang dilengkapi dengan berbagai alat yang sudah terpasang langsung di dalam mesin secara tetap, sehingga dapat bekerja secara otomatis. Mesin jahit ini memiliki tombol pemutar dan pelat (cam) sepatu untuk menjahit berbagai tusuk jahitan, misalnya jahit tusuk lurus, zigzag, lubang kancing, dan berbagai macam tusuk hias. Mesin jahit srbaguna ini ada yang semi otomatis dan otomatis.

Bagian –Bagian Mesin Jahit

Bagian-bagian mesin jahit yang paling banyak diperhatikan pada mesin jahit umum adalah sebagai berikut :

1. Badan Mesin Jahit

Badan mesin jahit dibuat dari baja tuang, berbentuk menyerupai huruf G. Badan mesin jahit meliputi :

(4)

a. Badan mesin bagian bawah yang berbentuk pelat yang bertugas sebagai landasan jahit. Pada pelat badan terpasang engsel, sehingga bagian-bagian mesin yang terletak di bawah pelt badan, dapat dibersihkan dan diperbaiki dengan mudah. b. Badan mesin bagian atas berongga sebagai tempat bagian-bagian mesin yang

mengubah dan meneruskan gerakan putar menjadi gerakan bagian-bagian mesin yang lain.

Pada badan mesin jahit terdapat beberapa lubang yang digunakan untuk meneteskan minyak pelumas, sehingga mesin jahit dapat berjalan dengan lancar ketika digunakan.

Badan mesin jahit dan bagian-bagiannya :

Keterangan gambar :

1. Batang pengatur tekanan 9. Pelat jarum 2. Tutup bagian depan 10.Tiang kumparan

3. Pengungkit 11. Pengatur basar kecil tusukan 4. Pegas tempat benang 12. Pemutar sepul

5. Cakram penekan 13. Roda pengembang 6. Penunjuk benang tutup bagian depan 14. Tempat jarum

7. Kaki penekan 15. Sekrup penekan jarum 8. Penutup luncur 16. Jarum

2. Kepala Mesin Jahit

Kepala mesin jahit dibuat dari besi tuang. Kepala mesin jahit ini berbentuk roda yang terpasang di bagian kana atas pada badan mesin jahit. Kepala mesin berfungsi sebagai roda penerus tenaga penggerak mesin dan meneruskan gerakan putar itu ke semua bagian mesin lain yang harus bergerak. Gerak putar dari kepala

(5)

mesin diubah menjadi bentuk gerakan yang berlainan yaitu gerak bolak balik atau naik turun dari jarum jahit, lengan penarik benang, gigi penarik, sakoci dan lain-lain. Pada kepala mesin terdapat puli, ialar roda tempat tali pemutar mesin, sehingga kepala mesin tersebut dapat diputar dengan injakan kaki atau dengan motor listrik.

3. Alat-alat Penggerak Mesin Jahit

Mesin jahit dapat digerakan dengan tiga cara yaitu : a. Dengan pemutar engkol yang diputar oleh tangan

b. Dengan pemutar injakan kaki

Mesin jahit yang menggunakan injakan kaki, selalu punya kaki mesin. Pada kaki mesin terpasang rangka injakan kaki dan puli (roda) pemutar mesin. Puli pemutar pada kaki mesin dibuat dengan ukuran lima kali ukuran puli kepala mesin, sehingga satukali putaran puli memutar akan menyebabkan lima kali putaran puli kepala mesin. Tali pemutar biasanya digunakan kulit tebal yang disayat tipis dan dibulatkan. Agar tali dapat bekerja baik, harus diusahakan supaya tali selalu kering. Tali yang basah oleh minyak atau air akan licin dan kurang baik memindahkan gaya putar, karena selip

(6)

c. Dengan pemutar motor listrik

Mesin jahit yang dilengkapi dengan motor listrik sebagai penggeraknya, dapat dipasang di atas kaki mesin maupun tanpa kaki. Motor listrik penggerak mesin jahit, dibuat dengan daya yang sesuai dengan keperluannya. Putaran yang dihasilkan motor ini adalah 1500 putaran tiap menit (ptm).

Saklar motor listrik penggerak mesin jahit , pada umumnya berbentuk saklar injak yang menggunakan tahanan awal. Arus listrik dari stop kontak tidak langsung masuk ke motor, tetapi harus melalui saklar injak. Jika saklar diinjak perlahan-lahan, arus listrik yang mengalir ke motor akan masuk sedikit demi sedikit sesuai dengan beratnya injakan.

Diantara puli motor dan puli kepala mesin, dipasang tali pemutar (belt) dibuat dari karet atau atau plastik yang berpenampang V. Sebagai tali pemutar dapat pula digunakan tali karet yang berpenampang bulat, bergaris tengah 6 mm.

Pemasangan tali pemutar tidak boleh terlalu tegang, agar motor listrik tersebut tidak lekas panas. Sebaliknya tidak boleh juga terlalu kendor, agar tidak selip.

4. Kopeling

Kopeling adalah alat yang menghubungkan kepala mesin dengan poros utama mesin jahit. Kopeling dibuat dari pelat baja yang mempunyai ketebalan 1,5 mm, berbentuk bulat dan mempunyai tonjolan ke luar serta ke dalam. Pelat kopeling dipasang diantara kepala mesin dan roda penekan. Bila roda roda penekan dikendurkan, pelat kopeling tidak tertekan, sehingga kepala mesin tidak dapat menggerakan bagian mesin yang lain. Kedudukan kopeling yang kendur, dapat digunakan pada saat menggulung benang pada kelos sekoci.

(7)

5. Poros Utama

Poros utama pada mesin jahit terpasang di dalam rongga badan mesin pada bagian atas. Panjang poros utama adalah mulai dari pelat kopeling sampai kaki pemegang jarum jahit. Poros utama secara langsung menggerakkan tangkai penarik benang dan kaki pemegang jarum jahit. Gerak putar bolak balik dari poros utama juga dipindahkan ke bagian bawah badan mesin, untuk menggerakkan sekoci dan gigi penarik kain. Poros utama secara langsung digerakkan oleh kepala mesin.

6. Sepatu Mesin Jahit

Dinamakan sepatu mesin, karena bagian ini menyerupai sepatu. Kaki yang dipasangi sepatu, dapat diatur tekanannya terhadap gigi penarik kain dengan cara menyetel mur penekan pegas. Sepatu mesin jahit digunakan untuk menekan kain yang dijahit.

(8)

7. Kaki Pemegang Jarum

Jarum untuk menjahit dipasang pada kaki pemegang jarum, kaki pemegang jarum digerakkan oleh poros utama dengan mengubah gerak pemutar poros tersebut menjadi gerak naik turin kaki pemegang jarum.

8. Sekoci Dan Palet

Sekoci merupakan alat yang mengatur pengeluaran benang bawah, sedangkan jarum membawa benang atas pada kain jahitan. Di dalam sekoci terdapat palet atau bobin, ialah kelos benag yang khusus, yang dapat masuk tepat ke dalam sekoci dan digunakan untuk menggulung benang bawah. Sekoci ditempatkan di dalam rumah rumah sekoci yang juga berisi peluncur. Peluncur ini mengaitkan benang bawah terhadap benang atas yang diantaranya oleh jarum jahit. Pada peluncur terdapat poros sebagai ”tempat duduk” sekoci dan paletnya.

Agar peluncur tidak dapat terlepas dari dalam rumah sakoci, maka ditahan oleh pelat penahan. Pelat dikunci terhadap rumah sakoci.

9. Pengatur Setikan Mesin

Tusuk atau setu jahitan dapat diataur panjangnya. Mengatur panjang setikan dilakukan dengan mengatur tobol atau tangkai penyetel panjang setikan sesuai ukuran setikan yang diinginkan. Pada tombol tersebut terdapat angka 7 sampai 15. Bila tombol disetel pada angka kecil seperti angka 7, maka setikannya akan semakin panjang, begitu pula sebaliknya bila tombol disetelpada angka besar seperti angka 15 maka setikannya akan semakin kecil (pendek).

(9)

KONSTRUKSI POLA BUSANA

ALAT MENJAHIT TAMBAHAN Tujuan :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai macam peralatan menjahit tambahan 2. Mahasiswa dapat menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk mengukur dan

menggambar pola

3. Mahasiswa dapat menjelaskan alat untuk memotong dan menggunting kain yang digunakan dalam menjahit pakaian

4. Mahasiswa dapat menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk memberi tanda pola pada kain

5. Mahasiswa dapat memilih jenis jarum jahit dan jarum mesin yang baik Pokok Bahasan :

Alat menggambar pola dan alat untuk mengukur, alat-alat untuk memotong dan menggunting, alat-alat untuk memberi tanda pola pada kain dan berbagai jenis jarum jahit dan jarum mesin

Tugas Mahasiswa :

1. Mempelajari bahan perkuliahan sampai mengerti

2. Mengamati setiap jenis peralatan menjahit tambahan dan cara menggunakannya

Intisari Bahan Perkuliahan

Peralatan menjahit tambahan diperlukan untuk kelancaran pekerjaan menjahit. Peralatan menjahit tambahan terdiri dari :

1. Alat Menggambar pola dan Alat Mengukur

Alat untuk menggambar pola yang biasa digunakan adalah : a. Pensil

b. Penghapus

c. Macam-macam penggaris d. Skala

e. Pinsil warna yaitu pinsil khusus berwarna merah dan biru Alat mengukur yang dibutuhkan untuk membuat pola adalah : a. Pita ukur

Pita ukur dipergunakan dalam pembuatan pola, mulai dari pengukuran badan, pembuatan pola, dan dalam proses penjahitan, sampai pakaian itu jadi. Kesalahan dalam membuat pola salah satunya disebabkan pita ukur sudah tidak layak pakai. Pita

(10)

ukuran yang baik adalah panjangnya 150 cm, terbuat dari bahan plastik, tidak bertiras, garis dan angkanya tercetak jelas dikedua sisinya, terdapat logam penjepit pada kedua ujungnya, logam dipasang datar dan tidak miring. Fungsi logam adalah agar ujung pita tidak rodek. Cara menyimpan pita ukur adalah digantung, sehingga panjang ukuran tidak berubah dan angka tidak rusak.

b. Mistar atau Penggaris

Mistar yang dignakan dalam pembutan pola adalah : 1). Mistar lurus

2). Segi tiga siku-siku

3). Serbaguna : membuat garis panjang, garis tegak lurus, dan garis miring

4) lengkung pendek :membuat garis kerung lengan, kerung leher, dan garis hias lengkung.

5) lengkung panjang : menggambar pola sisi rok, tepi bawah rok, dan garis hias 6) sewing gauge : penggaris dengan ukuran 15 cm, digunakan untuk mengukur keliman dan lipit, menentukan tempat saku dan jarak antara lubang kancing.

2. Alat Menggunting dan Memotong

Alat-alat menggunting dan memotong terdiri dari: a. Gunting pemotong bahan

harus tajam, baud terpasang rapat, antikarat, panjang antara 20-25 cm, dan mempunyai cincin pegangan kecil untuk ibu jari, dan cincin besar untuk jari-jari lainnya.

b. Gunting zigzag

Gunting baik adalah yan tajam dan antikarat. Gunting ini digunakan untuk menyelesaikan kampuh terbuka agar tidak bertiras atau menggunting pinggiran kain sebagai garis hias.

c. gunting lubang kancing

Berfungsi membuat lubang kancing yang dibuat dengan tangan. d. Gunting bordir

Gunting harus tajam dan digunakan untuk menggunting benang dan membuat guntingan-guntingan kecil pada bahan waktu membordir.

e. Pendedel (pembuka jahitan)

Digunakan untuk membuka jahitan yang salah dan untuk memotong lubang kancing yang dibuat dengan mesin.

(11)

f. Pemotong benang (clippers)

Digunakan untuk memotong benang, terbuat dari baja, cara kerja seperti sistem pengungkit.

g. Meja potong

Meja potong yang ideal adalah panjang 200 cm, lebar 150 cm, terbuat dari kayu yang kuat, permukaannya licin, dan dilengkapi laci-laci.

3. Peralatan untk Memberi Tanda Pola

Untuk meminahkan garis pola ke bahan, dibutuhkan alat yang tepat dan kondisi baik. Peralatan yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut adalah:

a. Rader

Untuk memindahkan garis pola pada bahan, baik yang memakai karbon jahit maupun tidak.

Jenis-jenis rader : rader bergerigi, rader bertepi licin, rader kembar.

b. Karbon jahit

Digunakan bersama rader dan pinsil kapur untuk memberi tanda pada pola bahan, selain itu bisa digunakan untuk memindahkan desain sulaman pada bahan.

c. Kapur jahit dan pinsil kapur

Kapur jahit dan pinsil kapur terdiri dari berbagai macam warna yang gunanya untuk memindahkan bentuk dan garis pola pada bahan-bahan yang tebal seperti wool, drills, dan jeans.

d. Karton tebal

Sebagai alat saat meraider agar rader tidak perlu ditekan keras-keras dan garis rader tetap terlihat jelas dan pakaian tidak rusak.

(12)

4. Peralatan untuk Menjahit a. Jarum tangan

Digunakan untuk menjahit pakaian pada waktu penyelesaian dengan tangan, misalnya mengesom, memasang kancing, dan membuat lubang kancing dengan tangan.

Merk jarum yang biasa digunakan untuk menjahit: - Sharps, lubang bundar, ukurannya 1-12

- Betweens, mirip dengan sharps, ukurannya 5-10

- Self-threading, mirip dengan sharps tapi dengan lubang lebih kecil. Ukurannya 4-8

- Straw, lebih panjang dari yang lainnya, ukurannya 1-12

Macam-macam jarum yang digunakan untuk membuat hiasan seperti border atau untumk memasang manik-manik:

- Chenilles, untuk menghias kain menggunakan benang rajut. Ukurannya antara 13-24

- Tapestry, berat dan tumpul untuk membuat permadani dan hiasan dinding., ukurannya 13-24

- Beading, tipis panjang untuk memasang manik-manik dan perhiasa, ukurannya 10-15

b. Jarum pentul

Berguna untuk menyemat pola pada kain pada waktu memotong dan untuk menyemat kain sebelum dijahit.

Macam-macam jarum pentul : jarum pentul untuk kain busana, jarum pentul berkepala, dan jatum pentul T

c. Jarum mesin

Ada dua jenis system dalam penggunaa nomer ukuran jarum mesin, yaitu system continental antara 60-110 dan system btritish dengan nomor 9-18.

(13)

Berdasarkan bentuk ujungnya, jarum mesin terbagi menjadi tiga jenis dengankegunaan yang bebeda:

Sharp Point, ujungnya runcing digunakan untuk kain tenun

Ball point, ujungnya berbentuk bulat untuk menjahit bahan rajutan (knit fabric)

Wedge point, dibuat khusus seperti bentuk tombol, ujung kuat dan tajam,

digunakan untuk bahan kulit dan beledu

Jarum mesin kembar, digunakan untuk membuat stik hias

d. Bidal atau tudung jari

Digunakan sebagau pelindung jari pada waktu menjahit menggunakan jarum tangan.

e. Pengait benang

(14)

MODUL

KONSTRUKSI POLA BUSANA

TEKNIK MENGUKUR BADAN WANITA DEWASA

Disusun Oleh:

Dra. Astuti, M.Pd

19601205 198703 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2010

(15)

KONSTRUKSI POLA BUSANA

TEKNIK MENGUKUR BADAN WANITA DEWASA Tujuan :

Mahasiswa dapat melakukan cara mengukur badan wanita dewasa Pokok Bahasan :

Teknik mengukur badan wanita dewasa Tugas Mahasiswa :

1. Mempelajari bahan perkuliahan sampai mengerti

2. Mengamati teknik mengukur badan wanita dewasa yang tepat 3. Mempraktekkan teknik mengukur badan wanita dewasa Intisari Bahan Perkuliahan :

Teknik mengukur badan wanita dewasa

Pada waktu mengambil ukuran, model atau orang yang diukur harus berdiri dengan sikap tegak lurus supaya ukuran yang diambil tepat. Sebelumnya ikatlah tali ban (peter ban) atau ban elastik kecil dengan lebar tidak lebih dari 2 cm pada pinggang sebagai batas badan dan bawah. Perhatikan benar agar letak tali tepat di tempatnya dan tidak berkelok-kelok.

Ukuran-ukuran yang diperlukan ialah: 1. Lingkar badan (Li.Ba)

Diukur pada bagian badan belakang, melalui ketiak hingga melingkari payudara, diambil angka pertemuan meteran dalam keadaan pas. Tambahkan 4 cm pada hasil ukurannya. (Diukur dari titik A – B – C – A).

2. Lingkar pinggang (Li.Pi)

Diukur pada bagian pinggang yang terikat vetter-band, diambil angka pertemuan meteran dalam keadaan pas, tambahkan 2 cm pada hasil ukurannya.

(Diukur dari titik D – E – F – D). 3. Lingkar leher (LL)

Diukur sekeliling leher, diambil angka pertemuan meteran pada lekuk leher depan bagian bawah. (Diukur dari titik H – I).

4. Lebar dada (LD)

Dibawah lekuk leher turun sekitar 5 cm, diukur mendatar ati kerung lengan sebelah kiri sampai kerung lengan seebelah kana.

(16)

( Diukur dari titik H – I). 5. Panjang dada(PD)

Diukur dari titik G ke bawah sampai dengan batas pinggang. (yang terikat Vetter ban)

6. Panjang sisi (PS)

Diukur dari bawah kerung lengan ke bawah sampai ke batas pinggang.

(Diukur dari titik B-E) 7. Lebar bahu (LB)

Diukur dari batas leher sampai ke bagian bahu yang terendah (pangkal lengan). (Diukur dari titik K-J)

8. Panjang lengan (PL) Lengan pendek

Diukur dari ujung bahu / pangkal lengan ke bawah, sampai 5cm diatas siku atau sepanjang yang diinginkan. (Diukur dari titik K-L).

Lengan panjang

Diukur dari ujung bahu/ pangkal lengan ke bawah, sampai 2 cm di bawah ruas pergelangan tangan atau sepanjang yang diinginkan.

(diukur dari titik K-L-M). 9. Lingkar kerung lengan (LKL)

Diukur pada keliling kerung lengan dalam keadaaan pas, tambahkan 4 cm pada hasil ukurannya.( diukur dari titik K- I- Q- T- K)

10. Lingkar pangkal lengan (LPL)

Diukur tepat di bawah ketiak pada pangkal lengan dalam keadaan pas, tambahkan 4 cm pada hasil ukurannya. (diukur dari titik R-S ditambah 4 cm ).

11. Tinggi kepala lengan (TKL)

Meteran tidak dilepas dan diukur dari batas kerung lengan (ujung bahu) sampai pangkal lengan (tepat di tempat lingkar pangkal lengan ).

(17)

12. Lingkar lengan (LL)

Ukur keliling lengan dalam keadaan pas , tambahkan 4 cm pada hasil ukurannya.

(diukur dari titik V-L-V di tambah 4 cm) 13. Lingkar pergelangan lengan (LPL)

Ukur keliling pergelangan tangan dalam keadaan pas ditambah 2cm atau sesuai dengan model lengannya. (diukur dari titik M-W-M)

14. Jarak payudara (JPD)

Diukur dari puncak payu dara sebelah kiri ke sebelah kanan. (diukur dari titik X-Y)

15. Tinggi puncak (TP)

Diukur dari pinggang ke atas sampai kurang 2 cm dari puncak payu dara. ( diukur dari titik Z-Y)

16. Ukuran pemeriksa (UP)

Diukur dari pertengahan pinggang bagian depan, serong melelui payudara ke bahu terendah, kemudian teruskan ke pertengahan pinggang belakang.

(diukur dari titik D-K – P) 17. Panjang punggung (PP)

Diukur pada bagian punggung, dari ruas tulang leher yang menonjol di pangkal leher, turun ke bawah sampai btas pinggang bagian belakang.(diukur dari titik O-P)

18. Lebar punggung (LP)

Dari ruas tulang leher turun 8cm, diukur dari kerung lengan sebelah kiri sampai kerung lengan sebelah kanan. (diukur dari titik T-U).

19. Panjang rok (PR)

Diukur dari batas pinggang ke bawah sampai panjang rok yang diinginkan. (diukur dari titik a-b).

20. Lingkar pinggul (LP)

Diukur bagian panggul terbesar, dari ukuran pas di tambah 4 cm, (diukur dari titik d-e-d diatambah 4 cm).

(18)

Diukur dari pinggul yang terbesar ke atas sampai batas pinggang. (di ukur dari titik t-r).

22. Lingkar pinggang rok (LPR)

Diukur pada bagian pinggang yang terikat vetterban, diambil angka pertemuan pada pita meteran dalam keadaan pas. (diukur dari titik F-E-F).

23. Panjang Celana

Diukur dari ban pinggang sebelah kanan kebawah sampai sekitar 3 cm di bawah mata kakai atau sesuai keinginan. (Diukur dari titik A sampai B)

24. Lingkar pesak

Diukur pada bagian pinggang (diatas ban pinggang celana), diambil keliling pinggang hingga pada pertemuan meterannya. (Diukur dari titik C – D – C).

25. Lingkar pinggul

Diukur pada bagian pinggul terbesar, diambil angka pertemuan pada meterannya dalam keadaan pas. (Diukur dari titik E – F – E).

26. Lingkar pesak

Diukur dari ban pinggang bagian depan ke bawah melalui selagkang melingkar keatas sampai pada akhir ban

pinggang bagian belakang. (Diukur dari titik G sampai H).

27. ½ lingkar paha

a. Diukur pada keliling pahanya, diambil ½ lingkaran pahanya ditambah sekitar 2 cm. (model polos) b. Diukur pada bagian paha yang terbesar ari lipatan

celananya bagian belakang sampai bagian depan. (Diukur dari titik I sampai J).

28. ½ lingkar lutut

Diukur pada sekeliling lutut, dari lipatan celana bagian belakang sampai depan. Bagi hasilnya menjadi 2, lalu tambahkan 3 cm.

(19)

29. ½ lingkar kaki

Diukur pada kakinya, dari lipatan celana bagian belakang sampai depan (besar kecilnya hasil disesuaikan dengan permintaan pemesan).

(Diukur dari titik M sampai N) 30. Panjang lutut

Diukur dari ban pinggang sebelah kanan ke bawah sampai batas lututnya. (Diukur dari titik A samapi O).

Daftar Ukuran Wanita Dewasa

No Nama ukuran Dalam Sentimeter

S M L 1 Lingkar badan 80 86 86 90 92 98 2 Lingkar pinggang 64 66 68 72 74 78 3 Lingkar leher 33 34 35 36 37 38 4 Panjang dada 30 31 32 33 33 34 5 Lebar dada 30 31 32 33 34 35 6 Panjang punggung 34 35 36 37 38 39 7 Lebar punggung 32 33 34 35 35 36 8 Lebar bahu 11 11,5 12 12,5 13 13,5 9 Panjang sisi 15 16 16 17 17 18 10 Panjang lengan 20/50 21/52 22/54 23/55 23/56 24/57 11 Lingkar kerung lengan 40 42 43 44 46 48 12 Lingkar lengan 30 32 33 34 34 35 13 Lingkar pergelangan 16 17 18 19 20 21 14 Tinggi puncak 12 12,5 12,5 13 13 13,5 15 Jarak payudara 17 17,5 17,5 18 18,5 19 16 Panjang rok 50 55 60 65 65 70 17 Tinggi panggul 16 17 17 18 19 20 18 Lingkar panggul 84 88 90 96 98 108 19 Lingkar pinggang 64 66 68 70 72 78 20 Panjang celana 86 90 92 94 98 102 21 Lingkar pesak 60 63 65 69 70 75 22 ½ lingkar paha 25/28 26/29 28/31 29/31 30/33 31/34 23 ½ lingkar lutut 20/21 21/22 22/23 23/24 24/25 25/26 24 ½ lingkar kaki 16/17 17/18 18/19 19/20 20/21 21/22

(20)

MODUL

KONSTRUKSI POLA BUSANA

POLA DASAR BADAN WANITA DEWASA

Disusun Oleh:

Dra. Astuti, M.Pd

19601205 198703 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2010

(21)

KONSTRUKSI POLA BUSANA

POLA DASAR BADAN WANITA DEWASA Tujuan :

Mahasiswa dapat membuat pola dasar badan wanita dewasa Pokok Bahasan :

Tanda-tanda pola, dan pola dasar badan wanita dewasa Tugas Mahasiswa :

1. Mempelajari bahan perkuliahan sampai mengerti 2. Mempraktekkan pembuatan pola badan wanita dewasa Intisari Bahan Perkuliahan :

Tanda-tanda pola

1. ... titik-titik Garis penolong. Bisa juga dibuat garis biasa 2. garis hitam tipis Garis pola dasar Asli

3. garis hitam tebal Garis pola dasar yang sudah diubah

4. setriptitik, setrip Garis tanda lipatan, tetapi tidak untuk dirangkap jadi satu

5. setrip-setrip Garis tanda lipatan, untuk dirangkap jadi satu

6. garis kembar Garis tanda untuk paralel dipotong dipisah

7. tanda siku Garis yang dibuat harus menggunakan garis siku

8. arah panah Tanda untuk menandai tegak berdirinya pola (arah serat kain)

9. corak titik-titik Tanda untuk menandai kain luar dan kain dalam

10. garis biru Tanda pola bagian belakang 11. garis merah Tanda pola bagian depan

12. TM / TB singkatan Tengah Muka / Tengah Belakang 13. Tanda tarik

14. Jelulur

(22)

16. Pembagian yang sama

17. Buka dan tutup

18. Tanda pasangan (digabungkan)

19. Dikembangkan

(23)

POLA DASAR BADAN WANITA DEWASA

Ukuran : Lingkar badan = 84 cm Panjang punggung = 37 cm Lingkar pinggang = 64 cm

Keterangan pola:

A-B = C-D = ½ Lingkar badan + 5 A-C = B-D = Panjang punggung A-E = B-F = 1/6 lingkar badan + 7 cm E-G = 1/6 lingkar badan + 4,5 cm F-H = 1/6 lingkar badan + 3 cm A-I = ½ (A-B) – 0,5 cm A I B D C E F G H

(24)

POLA DASAR BADAN WANITA Ukuran : Lingkar badan = 84 cm

Panjang Punggung = 37 cm Lingkar pinggang = 64 cm

Keterangan pola:

A-B = C-D = ½ Lingkar badan + 5 A-C = B-D = Panjang punggung A-E = B-F = 1/6 lingkar badan + 7 cm E-G = 1/6 lingkar badan + 4,5 cm F-H = 1/6 lingkar badan + 3 cm A-I = ½ (A-B) – 0,5 cm

(25)

MODUL

KONSTRUKSI POLA BUSANA

PEMBUATAN ROK

Disusun Oleh:

Dra. Astuti, M.Pd

19601205 198703 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2010

(26)

KONSTRUKSI POLA BUSANA

PEMBUATAN ROK Tujuan :

1. Mahasiswa dapat membuat pola rok sesuai dengan model 2. Mahasiswa dapat membuat rok sesuai dengan model

3. Mahasiswa dapat membuat rancangan bahan dan harga pembuatan rok sesuai dengan model

Pokok Bahasan :

Berbagai pola rok, rancangan bahan dan harga, langkah kerja pembuatan rok Tugas Mahasiswa :

1. Mempelajari bahan perkuliahan sampai mengerti

2. Mempraktekkan pembuatan pola rok sesuai dengan model 3. Merancang bahan dan harga pembuatan rok

4. Mempraktekan pembuatan rok sesuai dengan lagkah kerja Intisari Bahan Perkuliahan :

(27)

Ukuran : Lingkar Pnggang = 66 cm Lingkar Panggul = 88 cm Tinggi Panggul = 20 cm Panjang Rok = 55 cm

Keterangan Pola:

Keterangan pola rok bagian belakang: A-B = Panjang rok A-C = Tinggi Panggul A-A’ = 1 cm D-D’ = 0,7 cm D’-F’ = Panjang rok A’-G = 1/10 Lingkar pinggang G-G’ = 3 cm

Keterangan pola rok bagian depan: a-b = Panjang rok

a-c = Tinggi panggul d-d’ = 0,7 cm

d’- f’ = Panjang rok

a-g = 1/10 Lingkar pinggang + 1 cm g-g’ = 3 cm

(28)

Rok Lipit Hadap Ukuran : Lingkar Pnggang = 66 cm

Lingkar Panggul = 88 cm Tinggi Panggul = 20 cm Panjang Rok = 55 cm

Keterangan Pola:

Keterangan pola rok bagian belakang:

- Jiplak pola dasar rok (rok suai) bagian belakang (A’-B-D’-F’) - Jiplak kup (G-G’-I)

Keterangan pola rok bagian depan:

- Jiplak pola dasar rok (rok suai) bagian belakang (a’-b-d’-f’) - Jiplak kup (g-g’-i)

- Tambahkan 10 cm dari (a-a’) = b-b’ untuk besarnya lipatan - a-a’ = 0,5 cm

(29)

Rok Lipit Sungkup Ukuran : Lingkar Pnggang = 66 cm

Lingkar Panggul = 88 cm Tinggi Panggul = 20 cm Panjang Rok = 55 cm

Keterangan Pola:

Keterangan pola rok bagian belakang:

- Jiplak pola dasar rok (rok suai) bagian belakang (A’-B-D’-F’) - Jiplak kup (G-G’-I)

Keterangan pola rok bagian depan:

- Jiplak pola dasar rok (rok suai) bagian belakang (a’-b-d’-f’) - Jiplak kup (g-g’-i)

- Buat garis lurus dari titik i ke bawah (b’) - Gunting dari titik g’-i-b’

- Buat kup g’-g-i

(30)

Rok A Line Ukuran : Lingkar Pnggang = 66 cm

Lingkar Panggul = 88 cm Tinggi Panggul = 20 cm Panjang Rok = 55 cm

(31)

Pecah Pola Rok A Line

(32)

Rok Setengah Lingkaran Ukuran : Lingkar Pnggang = 66 cm

Lingkar Panggul = 88 cm Tinggi Panggul = 20 cm Panjang Rok = 55 cm

Keterangan pola:

A-B = A-D = A-C = 1/3 Lingkar pinggang – 1 cm B-G = D-F = C-E = Panjang rok

(33)

Rok Pias Enam Ukuran : Lingkar Pnggang = 66 cm

Lingkar Panggul = 88 cm Tinggi Panggul = 20 cm Panjang Rok = 55 cm

(34)

Rancangan Bahan dan Harga Pembuatan Rok Rancangan bahan pembuatan rok

75 cm

57,5 cm

75 cm

(35)

Rancangan Harga Pembuatan Rok

No Nama Bahan Banyaknya Harga Satuan Jumlah 1 Kain Drill 75 cm Rp. 20.000,- Rp. 17.500,- 2 Kain Keras (ban pinggang) 3 cm Rp. 3.000,- Rp. 300,- 3 Retsluiting (Tutup tarik) 1 bh Rp. 1.500,- Rp. 1.500,- 4 Kancing kait 1 pc Rp. 500,- Rp. 500,- 5 Benang Jahit 1 bh Rp. 1.500,- Rp. 1.500,- 6 Obras 1 rok Rp. 3.000,- Rp. 3.000,- Jumlah Rp. 24.300,- 37,5 cm 150 cm

(36)

Langkah kerja pembuatan rok

1. Jahit semua kup bagian depan dan bagian belakang rok 2. Menjahit bagian model/ variasi rok

3. Memasang tutup tarik dan menjahit belahan belakang 4. Sambungkan sisi rok bagian belakang dengan bagian depan 5. Menjahit ban pinggang

6. Penyelesaian akhir

 Kelim bagian bawah rok sebesar 3 – 4 cm dengan menggunakan tusuk flannel.

 Pasang kancing kait pada masing-masing ujung ban pinggang, dengan menggunakan tusuk feston.

(37)

MODUL

KONSTRUKSI POLA BUSANA

TEKNIK MEMASANG TUTUP TARIK

Disusun Oleh:

Dra. Astuti, M.Pd

19601205 198703 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2010

(38)

KONSTRUKSI POLA BUSANA

TEKNIK MEMASANG TUTUP TARIK Tujuan :

Mahasiswa dapat memasangkan tutup tarik Pokok Bahasan :

Teknik memasang tutup tarik Tugas Mahasiswa :

1. Mempelajari bahan perkuliahan sampai mengerti 2. Mempraktekkan pemasangan tutup tarik

Intisari Bahan Perkuliahan :

Teknik memasang tutup tarik

1. Pasang retsluiting di tempat yang diinginkan, dengan posisi tertelungkup. Jahit dengan menggunakan sepatu khusus di bagian pinggir retsluiting, dari atas (a) sampai bawah (b). Matikan dengan jahitan maju mundur sedikit.

2. Untuk paspoal: potong kain dengan lebar 6 cm, dan panjangnya seukuran panjang retsluiting ditambah 5 cm. Rapatkan pinggir kain tersebut (c-d) dengan pinggir retsluiting (a-b), beri jarak 1-1 ½ cm dari retsluiting lalu jahit searah dengan retsluiting. Matikan dengan jahitan maju mundur sedikit.

3. gunting di tengah antara jahitan retsluiting dan jahitan paspoal (a-c), dari atas sampai bawah 1 cm dari batas jahitan yang dimatikan (d-b). Kemudian gunting bercabang tepat di ujung jahitan yang dimatikan (b) dan gunting pula ke kiri tepat sampai ujung jahitan (d).

(39)

4. Jahit retsluiting ke dalam sampai terlentang, angkat kain paspoal dan langsung lipat ke dalam selebar 1-1 ½ cm, hingga dapat menutupi retsluiting (e-f). Jelujur sampai rapi (g-h).

5. Dorong dan lipat ke dalam ujung guntingan yang bercabang (d-b), hingga dari luar kelihatan rapi.

6. Tindis kain paspoal yang sudah dijelujur di atas retsluiting. Jahitannya di tepi mengikuti pinggir kain paspoal dari bawah sampai ke atas (i dan j), langsung menembus mengenai retsluiting yang berada di bawahnya.

7. Jahit dari dalam ujung guntingan yang sudah dilipat, dua kali maju mundur. 8. Obras tirasnya atau lipat ½ cm lalu jahit dengan mesin.

(40)

MODUL

KONSTRUKSI POLA BUSANA

TEKNIK MEMASANG BAN PINGGANG

Disusun Oleh:

Dra. Astuti, M.Pd

19601205 198703 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2010

(41)

KONSTRUKSI POLA BUSANA

TEKNIK MEMASANG BAN PINGGANG Tujuan :

Mahasiswa dapat memasangkan ban pinggang Pokok Bahasan :

Teknik memasang ban pinggang Tugas Mahasiswa :

1. Mempelajari bahan perkuliahan sampai mengerti 2. Mempraktekkan pemasangan ban pinggang Intisari Bahan Perkuliahan :

Teknik Memasangkan Ban Pinggang

1. Ukur pinggang rok, sesuaikan dengan usuran pinggang yang sebenarnya.

2. Pasang kain ban pinggang di atas pinggang rok (q), jelujur. Setelah benar letaknya jahit dengan mesin.

3. Angkat kain ban pinggang yang telah melekat pada pinggang rok (r), lipat ke luar agar dapat dijahit ujungnya (s).

4. Jahit ujung ban yang berlebih. Untuk ban bagian bawah, jahit rata dengan badan roknya (t), sedangkan untuk ban bagian atas dibuat lebih 1 cm untuk tempat kancing kait/hak (u).

5. Balik kain ban yang sudah menempel pada kain keras ke dalam. Jelujur dari sebelah luar, hinga rapi dan mantap. Tindis dengan mesin di pinggir atas ban pinggang (v), atau terselip di pinggir bawah ban pinggang (w).

(42)

6. Memasang kancing kait:

a. Pasang kancing kait dengan jarum tangan

b. Kancing kait yang besar (yang mengait) dipasang di sebelah atas ban. Kancing kait yang kecil (yang dikait) dipasang di sebelah bawah.

(43)

MODUL

KONSTRUKSI POLA BUSANA

PEMBUATAN BLUS

Disusun Oleh:

Dra. Astuti, M.Pd

19601205 198703 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2010

(44)

KONSTRUKSI POLA BUSANA

PEMBUATAN BLUS Tujuan :

1. Mahasiswa dapat membuat pola blus sesuai dengan model 2. Mahasiswa dapat membuat blus sesuai dengan model

3. Mahasiswa dapat membuat rancangan bahan dan harga pembuatan blus sesuai dengan model

Pokok Bahasan :

Berbagai pola blus, rancangan bahan dan harga, langkah kerja pembuatan blus Tugas Mahasiswa :

5. Mempelajari bahan perkuliahan sampai mengerti

6. Mempraktekkan pembuatan pola blus sesuai dengan model 7. Merancang bahan dan harga pembuatan blus

8. Mempraktekan pembuatan blus sesuai dengan lagkah kerja Intisari Bahan Perkuliahan :

(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

Rancangan Bahan Pembuatan Blus

150 cm

(53)

57,5 cm 150 cm

(54)

180 cm

(55)

Rancangan Harga Pembuatan Blus

No Nama Bahan Banyaknya Harga Satuan Jumlah 1 Kain Katun 150 cm Rp. 15.000,- Rp. 17.500,- 2 Kain Pelapis 10 cm Rp. 3.000,- Rp. 300,- 3 Kancing Hias 8 bh Rp. 500,- Rp. 4.000,- 4 Lubang Kancing 8 pc Rp. 300,- Rp. 2.400,- 5 Benang Jahit 1 bh Rp. 1.500,- Rp. 1.500,- 6 Obras 1 blus Rp. 3.000,- Rp. 3.000,- Jumlah Rp. 28.700,-

Langkah kerja pembuatan blus

1. Jahit semua kup bagian depan dan bagian belakang blus 2. Menjahit bagian model/ variasi blus

3. Sambungkan sisi blus bagian belakang dengan bagian depan 4. Sambungkan bagian bahu

5. Sambungkan lengan sehingga membentuk pipa lengan 6. Sambungkan bagian badan dengan bagian lengan

7. Selesaukan bagian leher (juka berkerah pasang kerah, jika tidak pasangkan lapisan)

8. Penyelesaian akhir

 Kelim bagian bawah blus sebesar 3 – 4 cm dengan menggunakan tusuk flannel.

 Pasang kancing hias pada masing-masing ujung bukaan bagian depan dengan menggunakan tusuk balut

 Buat lubang kancing sepanjang diameter kancing + 0.2 cm

Referensi

Dokumen terkait

BPR Mitra Rukun Mandiri adalah para pengusaha kecil dan menengah sedangkan untuk produk kredit konsumtifnya telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan swasta,

Setelah data-data kosakata bahasa Ansus dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data dan dikelompokkan berdasarkan jenis katanya, maka selanjutnya kata-kata tersebut

Pokja Pengadaan Jasa Konstruksi Satuan Kerja Pengadilan Negeri Gorontalo, akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan Pasca Kualifikasi sumber dana APBN

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti proses seleksi untuk Paket Pekerjaan Renovasi Interior Aula A Lantai 4 Rektorat , bersama ini

Sebagai tindak lanjut da diharuskan untuk menyerahkan paling lambat 14 (empat belas) menerima penunjukan Anda, akan dikenakan sanksi tentang Pengadaan

[r]

Dosen PAI di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memaknai gender Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap beberapa dosen pendidikan Islam di UIN Maliki Malang, dilengkapi

Asupan protein dipengaruhi oleh konsumsi protein dan kecernaan protein, semakin tinggi konsumsi protein dan kecernaan protein maka asupan protein dalam tubuh ternak