• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian:... (Yosua 1:1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian:... (Yosua 1:1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian: ... (Yosua 1:1)

        Manusia itu terbatas, seberapa kuat tenaganya, betapa hebatnya beliau pelayanan, betapa pandainya berkotbah, betapa tingginya beliau sekolah di Seminari termasuk betapa tinggi kerohaniannya, pada saatnya tetap akan meninggal dunia. Sebab Tuhan menempatkan manusia di dunia ini sifatnya sementara, sampai pada saatnya tiba IA akan memanggil kita kembali ke rumah-Nya. Semua manusia tidak mungkin mengelak hal ini termasuk para pendeta. Pada bagian terdahulu kita sudah menyinggung tentang pendeta yang pensiun, di situ sangat diharapkan agar seorang pendeta menjadi teladan, terlebih-lebih tentunya seorang pendeta yang meninggal dunia.

Ingatlah seperti pepatah mengatakan bahwa ketika manusia meninggal dunia, ia hanya meninggalkan sebuah nama. Tatkala namanya baik selama ia hidup; maka ia akan dikenang terus sebagai orang yang memang patut diteladani, namun ketika namanya jelek, tentu ia akan mendapat cemooh, sepanjang orang mengingatrnya kembali; walaupun tidak terus terang diungkapkan.

        Membangun sebuah nama baik itu tidak gampang, mungkin harus diperjuangkan sepanjang kehidupan manusia. Namun untuk merusaknya sangat gampang sekali, barangkali kita hanya memerlukan waktu satu menit saja; ibarat pepatah mengatakan panas setahun dihancurkan oleh hujan sehari. Manusia kelihatannya begitu kejam, tatkala Allah berkata dosamu yang merah Kirmizi sudah dibersihkan dan diampuni, namun manusia tetap saja mengingat dan mengecam serta menghakimi. Itu sebabnya tuntutan hidup bagi seorang percaya sangat tinggi, apalagi seorang pendeta tentunya lebih tinggi lagi. Bagi manusia dan bagi Tuhan seorang pendeta harus bebas dari dosa yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Supaya tatkala ia berada di hadapan Allah, ia kedapatan diperkenankan Tuhan. Kepada manusia mungkin bisa dikelabui, namun kepada Tuhan kita tidak bisa; sebab IA

mengetahui seluruh seluk-beluk kita.

        Kematian sangat ditakuti oleh manusia, terutama bagi mereka yang tidak tahu ke mana kalau sudah meninggal dunia. Namun walau sangat ditakuti, tetap saja kematian itu merupakan bagian dari setiap orang dan makhluk ciptaan Tuhan, hal ini tidak dapat dihindari. Kematian tidak memandang ras, ekonomi, usia, tingkah laku dan

(2)

agama. Manusia itu ditetapkan mati satu kali saja, walaupun kita pernah mendengar apa itu mati suri dan sebagainya, namun sebenarnya kematian yang sungguh satu kali. Oleh karena kematian itu satu kali, maka setiap orang harus insaf, dan menjalani hidup ini penuh arti.

        Reaksi terhadap kematian seseorang itu juga berbeda-beda, tergantung siapa yang meninggal. Jikalau orang yang meninggal itu dikenal baik, maka rasa

kehilangannya juga akan sangat terasa sekali, namun kalau yang meninggal itu kurang dikenal, apa lagi pernah berbuat kesalahan, tentunya reaksinya biasa-biasa saja, atau mungkin muncul reaksi yang negatif.

        Beberapa tahun yang lalu sewaktu saya masih kuliah di Malang , saya mendengar ada seorang pendeta muda yang meninggal dunia mungkin karena penyakit jantung. Saya membaca di koran bahwa ketika jenazah almarhum dibawa ke gereja, iring-iringan dari jemaatnya berupa mobil dan motor sempat memacetkan kota itu berjam-jam. Kelihatan sekali bahwa pendeta itu sangat dikagumi oleh jemaatnya. Apakah ini suatu kesalahan, saya mencoba bertanya di dalam hati? Tentu tidak, yang menjadi masalah adalah jangan sampai kekaguman jemaat terhadap pendetanya melebihi kekaguman pada Tuhan Yesus.  Ini yang menjadi masalah besar! Syukurlah, pendeta tersebut telah

melakukan yang terbaik selama ia hidup, dia mengakhiri pelayanannya dalam keadaan terpuji.

       Sebaliknya saya juga pernah mendengar keluhan dari jemaat dan juga para rekan-rekan pendeta, ada seorang  pendeta yang terlalu kelewatan semasa hidupnya, ia menjadi “ketidaksukaan” dari jemaat dan rekan-rekannya; sehingga waktu beliau meninggal dunia; ada rekan pendeta berkata: “Sebenarnya saya ini terpaksa melakukan upacara penutupan peti dan penguburan ini, hanya karena melihat anak-anak dan isterinya saja.”

        Memang kematian itu hadir tanpa kita sadari, Alkitab mengatakan kematian itu datang seperti pencuri; semua orang tidak pernah mengetahui kapan waktunya. Itu sebabnya bukan hanya umur lanjut baru seseorang meninggal, namun ada yang masih muda sudah meninggal seperti contoh pendeta yang saya ceritakan di atas. Masalahnya adalah kepada pendeta yang meninggal itu, kita coba bertanya bagaimana sikap atau perlakuan gereja terhadap keluarga yang ditinggalkan itu?

Memang untuk sekali lagi kita harus ingat bahwa tidak semua gereja mempunyai aturan main yang sama. Namun sedikitnya ada perhatian dari jemaat terhadap keluarga

(3)

pendeta yang meninggal, apalagi beliau meninggal di dalam masa tugas pelayanannya. Di dalam perusahaan sekuler saja hal ini sangat diperhatikan, tentunya di gereja juga demikian; walaupun kita yakin Tuhan tidak pernah meninggalkan keluarga

hamba-hamba-Nya, namun barangkali  para jemaat dan majelis memang yang dipergunakan Tuhan untuk memperhatikan keluarga pendeta itu?

       Di Jawa Timur pernah terjadi, seorang hamba Tuhan yang sedang melayani pembesukan jemaat dengan memergunakan sepeda motor, dan dalam

perjalanan tiba-tiba beliau ditabrak sebuah truk, saat itu juga langsung meninggal dunia. Hamba Tuhan ini meninggalkan seorang isteri dan anak yang masih di dalam

kandungan empat bulan. Tentu hal seperti ini tidak diharapkan oleh jemaat atau kita semua, namun kenyataan Tuhan itu lain, IA mau memanggil hamba-Nya terlebih dahulu. Masalah tentu timbul sekarang, bagaimana dengan isteri yang ditinggalkan dan seorang anak yang masih di dalam kandungan itu? Saya kurang jelas untuk

selanjutnya, namun yang saya ketahui setelah isteri hamba Tuhan itu  ditinggalkan suaminya, ia masih sempat berada di gereja tersebut dua atau tiga tahun, kemudian baru pindah ke tempat lain. Bagi saya, gereja perlu memikirkan hal ini!

        Kalimat yang pernah Rasul Paulus ucapkan "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah"

(Filipi 1:21 -22a). Bagi Paulus apabila Tuhan memberikan dia kehidupan maka tugasnya adalah melayani, namun kematian pun tidak masalah, sebab itu adalah keuntungan. Memang benar, saya rasa para pendeta juga setuju seperti rasul Paulus, bahwa kematian itu adalah keuntungan; dengan demikian sudah langsung bertemu dengan Tuhan Yesus. Namun masalahnya adalah keluarganya yang ditinggalkan itu? Apabila sang pendeta meninggalkan anaknya yang masih kecil-kecil, tentu gereja perlu memperhatikan kesejahteraan keluarganya.

       Walaupun bukan pujian manusia yang merupakan tujuan pelayanan seorang pendeta, namun manusia cenderung menilai dari kacamata manusianya. Kadang keputusan dan sikap tegas seorang pendeta tidak selalu disenangi setiap jemaat, namun mestinya hal ini tidak masalah. Yang penting  sang pendeta tidak

melanggar firman Tuhan, dan keputusan yang diambil itu tidak melanggar firman Tuhan.

(4)

Yosua 1:1 mencatat “Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepda Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian: “Hamba-KU Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini…………dst “  Ayat ini berindikasi bahwa sesudah Musa meninggal, maka penggantinya sudah tersedia yakni Yosua. Tentu Yosua sudah dipersiapkan sejak lama, dari seorang yang disebut sebagai abdi Musa (Yosua 1:1) akhirnya menjadi abdi Allah (Yosua 24:29)

       Jaman ini banyak sekali pendeta yang gagal mempersiapkan penggantinya, sewaktu masih muda tentu persoalan ini masih belum diperhatikan, namun kalau sang pendeta sudah lanjut usia; maka persoalan ini sudah mulai menjadi ketakutan, sebab tidak menemukan penggantinya. Beda dengan Musa, jauh-jauh hari ia sudah mempersiapkan seorang penggantinya. Salah satu faktor seorang

pendeta dinilai berhasil, tatkala ia berhasil juga mempersiapkan seseorang sampai boleh menggantikan kedudukannya.

        Sebenarnya saat ini banyak sekali pendeta-pendeta yang sudah mulai lanjut usia, namun kepiawaiannya belum ditularkan kepada generasi mudanya. Saya hanya takut sebelum itu, sang pendeta sudah dipanggil Tuhan sehingga kelanjutan pelayanannya agak terganggu. Memang kita yakin sebenarnya semua itu akan berada di tangan pimpinan Tuhan, namun sekali lagi tidak menutup kemungkinan bukan, Tuhan akan memakai para pendeta senior sebagai penyalur kemampuan bagi gererasi penerusnya.

        Alkitab mencatat bahwa Yosua yang sebagai pengganti Musa itu

merasakan juga berbagai kesulitan. Orang-orang Israel yang lama apa lagi mereka yang tegar tengkuk tidak begitu yakin akan kekuatan Yosua ini. Jadi Yosua sendiri harus berusaha meyakinkan kaum Israel itu, walaupun sudah cukup banyak waktu dia dilatih sebelumya. Apalagi kalau tanpa persiapan seperti itu sama sekali, tentu kesulitannya lebih terlihat lagi. Tuhan memberikan bimbingan kepadanya, supaya tidak meyimpang ke kanan atau pun ke kiri, artinya harus senantiasa taat pada firman Tuhan. Namun bagaimanapun, Musa berhasil mempersiapkan seorang penggantinya.

        Dewasa ini di gereja-gereja terlalu sulit untuk mendapatkan yang namanya pengganti itu? Saya tidak tahu apakah memang tidak dicari atau sengaja dipersulit? Dipersulit dalam pengertian supaya posisi ini tetap dapat diduduki oleh sang pendeta sampai akhir riwayat hidupnya? Tentu ini bukan jalan keluar yang terbaik! Kita rindu setiap pelayanan di gereja dapat berjalan begitu rupa, walaupun

(5)

pemimpinnya sudah tidak ada, seperti Musa yang baru saja meninggal dunia. Pekerjaan Tuhan itu harus jalan terus tidak boleh mandek. (Yosua 1:1) Karena Tuhan akan

memakai setiap orang sesuai dengan talenta yang diberikan kepadanya.

        Permisi tanya, kalau anda sebagai pendeta hari ini, apakah talenta yang ada padamu sudah anda pergunakan dengan sebaik-baiknya demi gereja dan

pelayanan bagi Tuhan? Masih samakah semangat pelayanan anda ketika pertama dipanggil Tuhan untuk melayani Dia dengan saat ini setelah anda melayani

bertahun-tahun? Bagaimana dengan persiapan buat generasi penerus anda, apakah hal ini pernah dipikirkan atau dilakukan?

        Kalau hari ini anda adalah seorang jemaat atau majelis gereja,

pernahkah engkau berpikir tentang kehidupan masa tua pendeta anda bahkan tatkala beliau waktu sakit-sakitan dan tidak ada tenaga lagi untuk melayani? Pernahkah anda memikirkan pula segala kebutuhan keluarganya, baik isteri dan anak-anaknya? Lalu, pernahkah engkau juga mencoba bekerja sama dengan pendeta anda untuk

mempersiapkan seorang generasi muda sebagai tonggak penerus pelayanan di gereja anda tanpa melukai perasaan pendeta anda yang mungkin sudah lanjut usianya? Pernahkah?

        Hari ini kita mendengar berita Pdt Eka Darmaputera sudah meninggal dunia, dia sudah meninggalkan kita untuk sementara waktu. Tugasnya di dunia ini sudah selesai….namun saya yakin harapannya, semangatnya, perjuangannya, belum sirna. Beliau seorang  pengajar yang berkaliber, beliau seorang  tokoh masyarakat yang dikagumi, beliau seorang penulis yang berbobot, beliau juga seorang PENDETA. Sudah siapkah anda menggantikannya??  Selamat jalan Pak Eka …Selamat

Jalan…..Sampai bertemu……

        *) Artikel ini dikutip dari Buku: PENDETAKU DIPUJI & DICACI yang SEGERA terbit di Pertengahan JULI ini oleh Penerbit Kairos Jogjakarta . Sementara untuk daftar isinya anda boleh ngintip di sini:

Referensi

Dokumen terkait

Untuk level keyakinan terukur, jumlah dan distribusi serta keterpaduan dari titik-titik pengamatan, yang mungkin ditunjang oleh data interpretatif, cukup untuk memberikan

Dari hasil studi jenis serta pengamatan langsung di lapangan telah ditemukan 4 jenis tumbuhan nepenthes yang tumbuh di puncak Taman Wisata Alam bukit Kelam,

Menjabat di beberapa posisi di unit usaha lainnya di Grup Jaya, termasuk sebagai Komisaris PT Jaya Beton Indonesia dan PT Jaya Trade Indonesia sejak tahun 2009, sebagai Direktur

Melihat keadaan peserta didik di SMPK Santa Famillia Sikumana Kupang, hasil belajar yang mereka peroleh, dan kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada materi suhu dan

Gonore merupakan penyakit menular seksual yang sering dijumpai di Indonesia, dan masih menduduki peringkat atas sebagai penyakit infeksi menular seksual yang sering terjadi. Penyakit

Artikel ini membahas penelitian terkait implementasi program matematika kreatif di Taman Kanak-kanak (TK) dan Kelompok Bermain (KB) Laboratorium UPI sebagai alternatif solusi

Hasil statistik menunjukkan bahwa perlakuan suhu dan waktu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap rendemen pektin yang dihasilkan, sedangkan interaksi suhu dan waktu

Sehingga, dilakukannya ratifikasi Konvensi Rotterdam oleh para Negara peserta memberikan harapan bagi Indonesia, Amerika Serikat, dan Cina untuk memiliki kebiasaan