• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan dan Kebijakan Terkait Komitmen Iklim Indonesia 2030

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peraturan dan Kebijakan Terkait Komitmen Iklim Indonesia 2030"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Peraturan dan Kebijakan Terkait Komitmen Iklim Indonesia 2030

Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Paris melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang tentang Pengesahan Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim. Dalam regulasi tersebut disebutkan bahwa Indonesia memiliki beberapa Undang-Undang yang mendukung ketercapaian target Indonesia dalam Perjanjian Paris. Adapun Undang-Undang tersebut adalah:

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;

b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

c. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Perubahan Iklim)

d. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; e. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas;

f. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim); g. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;

h. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;

i. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; j. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan

Geofisika;

k. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

l. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.

Untuk mencapai tujuan dari Perjanjian Paris, Indonesia menetapkan kontribusi atau target nasional terhadap upaya global dalam menurunkan emisi gas rumah kaca yang dituangkan dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia 2030. Dalam dokumen tersebut, Indonesia menetapkan aksi mitigasi dan adaptasi yang selanjutnya diturunkan menjadi kebijakan dalam berbagai sektor, salah satunya yaitu di sektor kehutanan. Kebijakan-kebijakan dalam sektor kehutanan untuk mendukung ketercapaian target NDC Indonesia 2030 antara lain:

Kebijakan Mitigasi

No Kebijakan Keterangan

1 Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation, Plus Conservation (REDD+)

Suatu pendekatan kebijakan dan mekanisme insentif untuk pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, peran konservasi, pengelolaan hutan lestari, dan

peningkatan simpanan karbon (​carbon stock​). Peraturan terkait pelaksanaan REDD+ meliputi: 1

1. Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) Nomor P.68/Menhut-II/2008 tentang Penyelenggaraan Demonstration Activities Pengurangan Emisi 1 Wibowo, Ari., Salminah, Mimi. 2017. ​Sinkronisasi Kebijakan Nasional REDD+ Dengan Kepentingan Para Pihak Pada Tingkat Nasional​. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No. 2

(2)

Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan. Substansi peraturan ini terkait dengan Tata cara pelaksanaan ​Demonstration Activities ​REDD+; 2. Permenhut Nomor P.30/ Menhut-II/2009 tentang

Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan. Peraturan meliputi Tata cara pelaksanaan REDD+;

3. Standar Nasional Indonesia (SNI) 7645: 2010 tentang klasifikasi penutupan lahan. Peraturan meliputi Penghitungan data historis perubahan penutup lahan;

4. SNI 7725: 2011 tentang Penyusunan Persamaan. Alometrik untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan. Peraturan meliputi pengukuran dan penghitungan cadangan karbon;

5. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Peraturan meliputi Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK), 88% kegiatan penurunan emisi nasional berasal dari REDD+;

6. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 71 tahun 2011 tentang. Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) Nasional. Peraturan meliputi metode inventarisasi GRK;

7. Permenhut Nomor P.20/Menhut-II/2012 tentang Penyelenggaraan Karbon Hutan. Peraturan meliputi penyelenggaraan karbon hutan yang mengijinkan perusahaan penyelenggara karbon hutan utuk menjual pengurangan emisinya maksimal 49% ke pihak atau negara lain;

8. Permenhut Nomor P.11/Menhut-II/ 2013 tentang Perubahan atas Permenhut Nomor 36/Menhut II/2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha

Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung. Peraturan meliputi perubahan mekanisme perizinan usaha pemanfaatan penyerapan dan/atau penyimpanan karbon pada hutan produksi dan hutan lindung;

9. Permenhut P.50/Menhut-II/2014 tahun 2014 tentang Perdagangan Sertifikat Penurunan Emisi Karbon Hutan. Peraturan meliputi Perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hutan indonesia. 2 Sistem Verifikasi Legalitas Kayu

(SVLK)

Sistem pelacakan yang disusun secara multistakeholder untuk memastikan legalitas sumber kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia tidak berasal dari

(3)

pembalakan liar dan pengrusakan hutan. Peraturan terkait pelaksanaan SVLK meliputi : 2

1. Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor

P.15/PHPL/PPHH/HPL.3/8/2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor P.14/PHPL/SET/4/2016 Tentang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu (VLK). Peraturan meliputi Tata Cara Pedoman Pemantauan Independen dalam Sistem Verifikasi Legalitas Kayu; 2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Nomor

P.30/MenLHK/Setjen/PHPL.3/3/2016 tentang Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada

Pemegang Izin, Hak Pengelolaan, atau pada Hutan Hak. Peraturan meliputi mekanisme penilaian kinerja dan verifikasi standar dan pedoman pengelolaan hutan produksi lestari serta standar dan pedoman verifikasi legalitas kayu;

3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.46/Menlhk-Setjen/2015 tentang Pedoman Post Audit terhadap Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Izin Pemanfaatan Kayu. Peraturan meliputi pedoman post audit ​terhadap pemegang izin usaha

pemanfaatan hasil hutan kayu dan izin pemanfaatan kayu;

4. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor : P.5/VI-BPPHH/2013 tentang Pedoman Persetujuan Hak Akses atau Nota Kesepahaman dalam Penyediaan dan Pelayanan Informasi Verifikasi Legalitas Kayu Melalui Portal Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK). Peraturan meliputi tata cara atau pedoman hak akses terhadap Portal Sistem Informasi Legalitas Kayu;

5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.96/Menhut-II/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2013 tentang Standar Biaya Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu. Peraturan meliputi standar verifikasi legalitas kayu atas berbagai industri;

2 Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produk Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. ​Daftar Peraturan​. Diakses di ​http://silk.dephut.go.id/index.php/download/regulation_svlk pada 29 Mei 2020

(4)

6. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Nomor P.15/VI-BPPHH/2014 tentang Mekanisme Penetapan Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LVLK) sebagai Penerbit Dokumen V-Legal. Peraturan meliputi mekanisme penetapan lembaga penerbit dokumen V-Legal;

7. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.18 Tahun 2013 Tentang Informasi Verifikasi Legalitas Kayu Melalui Portal Sistem Informasi Legalitas Kayu (SILK) dan Penerbitan Dokumen V-Legal. Peraturan meliputi mekanisme penerbitan dokumen V-Legal melalui Portal Sistem Informasi Legalitas Kayu. 4 Inpres No. 5 Tahun 2019

tentang Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

Kebijakan penghentian pemberian izin baru hutan alam primer dan lahan gambut yang berada di Hutan

Konservasi, Hutan Lindung, dan Hutan Produksi yang meliputi Hutan Produksi Terbatas; Hutan Produksi Biasa atau Tetap; Hutan yang Dapat Dikonversi; serta Areal Penggunaan Lain (APL) sebagaimana tercantum dalam Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB). 5 Inpres No. 8 Tahun 2018

tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit

Kebijakan untuk mengevaluasi dan menata kembali izin-izin perkebunan sawit, mendorong adanya peningkatan produktivitas sawit nasional, serta

peningkatan pembinaan petani sawit guna menjaga dan melindungi kelestarian lingkungan termasuk penurunan emisi Gas Rumah Kaca

6 Perhutanan Sosial Sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan

Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Adat dan Kemitraan Kehutanan.

7 Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut

Upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi Ekosistem Gambut dan mencegah terjadinya kerusakan Ekosistem Gambut yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Peraturan terkait pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut meliputi : 3

1. Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut. Peraturan meliputi

perencanaan; penetapan fungsi ekosistem gambut; penyusunan dan penetapan rencana perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut; pemanfaatan, pengendalian. pemeliharaan, dan 3 Badan Restorasi Gambut. ​Daftar Produk Hukum​. Diakses di ​http://brg.go.id/produk-hukum/ pada 29 Mei 2020

(5)

pengawasan ekosistem gambut; serta pemberian sanksi;

2. Peraturan Presiden No. 1 Tahun 2016 tentang Badan Restorasi Gambut. Peraturan meliputi kewenangan dan fungsi Badan Restorasi Gambut dalam pelaksanaan kebijakan restorasi gambut serta masa kerja Badan Restorasi Gambut; 3. Inpres No. 5 Tahun 2019 tentang Penghentian

Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Peraturan meliputi penghentian pemberian izin baru hutan alam primer dan lahan gambut yang berada di Hutan Konservasi, Hutan Lindung, dan Hutan Produksi yang meliputi Hutan Produksi Terbatas; Hutan Produksi Biasa atau Tetap; Hutan yang Dapat Dikonversi; serta Areal Penggunaan Lain (APL) sebagaimana tercantum dalam Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB); 4. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11

Tahun 2015 Tentang: Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan. Peraturan meliputi instruksi kepada para pejabat terkait untuk pencegahan dan pemadaman karhutla serta penanganan pasca karhutla termasuk karhutla di lahan gambut. 8 Badan Pengelola Dana

Lingkungan Hidup (BPDLH)

Badan Layanan Umum (BLU) yang berada di bawah Kementerian Keuangan sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2017 tentang Instrumen

Ekonomi Lingkungan Hidup dan Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2018 tentang Pengelola Lingkungan Hidup. BPDLH memiliki tugas untuk melaksanakan pengelolaan dana lingkungan hidup, termasuk untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di sektor kehutanan.

9 Sistem Registri Nasional (SRN) Suatu wadah pengelolaan data dan informasi aksi dan sumber daya Adaptasi dan Mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Sistem Registri Nasional dikembangkan dengan tujuan mendata aksidan sumber daya Adaptasi dan Mitigasi perubahan iklim di Indonesia, sebagai bentuk pengakuan pemerintah atas kontribusi berbagai pihak terhadap upaya pengendalian perubahan iklim di Indonesia, serta sebagai penyedia data dan informasi kepada publik tentang aksi dan sumber daya Adaptasi dan Mitigasi serta capaiannya, untuk menghindari

penghitungan ganda (​double counting​) terhadap aksi dan sumber daya Adaptasi dan Mitigasi sebagai bagian pelaksanaan prinsip ​clarity, transparency dan understanding​ (CTU).

10 SIGN SMART (Sistem Inventarisasi GRK Nasional- Sederhana, Mudah,

Akurat, Ringkas, Transparan)

Sistem informasi berbasis web yang memberikan informasi tentang status, tingkat, dan kecenderungan emisi di tingkat nasional dan menjadi dasar laporan resmi kepada Menteri dan sektor terkait. SIGN-SMART merupakan dasar data untuk laporan ke tingkat internasional (Sekretariat

(6)

UNFCCC) dan dimuat dalam National Communication and Biennial Update Report (BUR). SIGN-SMART dapat diakses melalui laman (http://signsmart.info)

11 SIPONGI – KMS (Sistem Monitoring Karhutla dan link dengan

sistem terkait lainnya di berbagai K/L/Organisasi dan lingkup KLHK)

Manajemen informasi peringatan dan deteksi dini

kebakaran hutan dan lahan yang dapat diakses pada laman website (http:// sipongi.menlhk.go.id). Adapun informasi tersebut berupa: Analisa Peringkat Bahaya Kebakaran, Analisa Deteksi Hotspot, Analisa Trajectory Angin dan Asap, dan pengaduan masyarakat.

Sumber​: Diolah dari berbagai sumber Kebijakan Adaptasi

No Kebijakan Keterangan

1 Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) 2014

RAN-API merupakan bagian dari kerangka perencanaan pembangunan nasional Indonesia. RAN-API diharapkan dapat memberikan arahan pada Rencana Kerja Pemerintah maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di masa depan agar lebih tanggap terhadap dampak perubahan iklim. RAN-API sendiri bukan merupakan dokumen terpisah yang memiliki kekuatan legal formal. Tujuan utama RAN-API adalah terselenggaranya sistem pembangunan yang berkelanjutan dan memiliki ketahanan (resiliensi) tinggi terhadap dampak

perubahan iklim. 2 Permen LHK No: P.33 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Aksi Adaptasi Perubahan Iklim

Pedoman teknis integrasi adaptasi dalam pembangunan yang mencakup Kajian dampak, kerentanan dan risiko iklim di

wilayah/sektor strategis meliputi Ketahanan Pangan; Kemandirian Energi; Kesehatan; Permukiman; Infrastruktur; dan Pesisir dan pulau-pulau kecil.

3 Sistem Informasi Data Indeks Kerentanan (SIDIK)

Sistem yang dikembangkan oleh KLHK dalam menyediakan informasi tentang tingkat kerentanan Desa/Kelurahan seluruh Indonesia. Tingkat kerentanan menggambarkan tingkat

keterpaparan (​exposure​), sensitivitas (​sensitivity​) dan kapasitas adaptasi (​adaptive capacity​) desa/kelurahan yang dianalisis berdasarkan data fisik, sosial dan ekonomi yang berkontribusi terhadap risiko perubahan iklim seperti banjir, longsor,

kekeringan, dsb. SIDIK dapat diakses melalui web dengan laman (http://adaptasi.menlh.go.id)

4 Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH)

Badan Layanan Umum (BLU) yang berada di bawah Kementerian Keuangan sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup dan Peraturan Presiden No. 77 Tahun 2018 tentang Pengelola Lingkungan Hidup. BPDLH memiliki tugas untuk melaksanakan pengelolaan dana lingkungan hidup, termasuk untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di sektor kehutanan.

5 Program Kampung Iklim (ProKlim)

Program berlingkup nasional yang bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Program ini juga bertujuan untuk memberikan pengakuan terhadap program adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang

(7)

ada, yang telah berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan sesuai dengan situasi setempat. Peraturan terkait dengan pelaksanaan ProKlim yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 tentang Program Kampung Iklim meliputi tata laksana ProKlim; Apresiasi ProKlim; Pembinaan; Pembiayaan; serta Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan.

6 Sistem Registri Nasional (SRN)

Suatu wadah pengelolaan data dan informasi aksi dan sumber daya Adaptasi dan Mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Sistem Registri Nasional dikembangkan dengan tujuan mendata aksidan sumber daya Adaptasi dan Mitigasi perubahan iklim di Indonesia, sebagai bentuk pengakuan pemerintah atas kontribusi berbagai pihak terhadap upaya pengendalian perubahan iklim di Indonesia, serta sebagai penyedia data dan informasi kepada publik tentang aksi dan sumber daya Adaptasi dan Mitigasi serta capaiannya, untuk menghindari penghitungan ganda (​double counting​) terhadap aksi dan sumber daya Adaptasi dan Mitigasi sebagai bagian pelaksanaan prinsip ​clarity, transparency dan

understanding​ (CTU). 7 SIGN SMART (Sistem

Inventarisasi GRK Nasional- Sederhana, Mudah,

Akurat, Ringkas, Transparan)

Sistem informasi berbasis web yang memberikan informasi tentang status, tingkat, dan kecenderungan emisi di tingkat nasional dan menjadi dasar laporan resmi kepada Menteri dan sektor terkait. SIGN-SMART merupakan dasar data untuk laporan ke tingkat internasional (Sekretariat UNFCCC) dan dimuat dalam National Communication and Biennial Update Report (BUR). SIGN-SMART dapat diakses melalui laman (http://signsmart.info) 8 SIPONGI – KMS (Sistem

Monitoring Karhutla dan link dengan

sistem terkait lainnya di berbagai K/L/Organisasi dan lingkup KLHK)

Manajemen informasi peringatan dan deteksi dini

kebakaran hutan dan lahan yang dapat diakses pada laman website (http:// sipongi.menlhk.go.id). Adapun informasi tersebut berupa: Analisa Peringkat Bahaya Kebakaran, Analisa Deteksi Hotspot, Analisa Trajectory Angin dan Asap, dan pengaduan masyarakat.

Sumber​: Diolah dari berbagai sumber

Sumber Artikel

1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 2017. ​Summary Nationally Determined Contribution (NDC) dan Progres

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Persetujuan Paris Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim

3. Rahmat, Mei Amelia. 2019. ​‘Kampung Iklim’, Program Indonesia Tangani Masalah Iklim​. Diakses di https://news.detik.com/berita/d-4811723/kampung-iklim-program-indonesia-tangani-masalah-iklim pada 24 April 2020

4. Kusuma, Hendra. 2019. ​Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup Resmi Dibentuk​. Diakses di https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4739179/badan-pengelola-dana-lingkungan-hidu

(8)

5. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2014. ​Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim

6. Wibowo, Ari., Salminah, Mimi. 2017. Sinkronisasi Kebijakan Nasional REDD+ Dengan Kepentingan Para Pihak Pada Tingkat Nasional. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 14 No. 2

7. Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produk Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Daftar Peraturan. Diakses di

http://silk.dephut.go.id/index.php/download/regulation_svlk pada 29 Mei 2020

8. Badan Restorasi Gambut. ​Daftar Produk Hukum​. Diakses di http://brg.go.id/produk-hukum/ pada 29 Mei 2020

9. Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 2017. ​Sekilas Tentang Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim​. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, struktur modal, dan keputusan investasi secara simultan dan parsial

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program linier dapat digunakan untuk mendapatkan penduga koefisien regresi yang meminimumkan maksimum sisaan mutlak, pada data

Sehubungan dengan pengadaan Jasa Konsultansi paket Pengadaan SID Perluasan Sawah 1 Paket pada Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan ini kami

The organizer shall reserve the right to change the location and/or the size of the space allocated to the exhibitor at any time prior to the commencement of the build-up of

[r]

Konsep Tata Bangunan pada Permukiman Padat di Kawasan Pesisir Pantai, Studi Kelurahan Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar. Wiwik Wahidah Osman,

Tingkat keberhasilan tersebut untuk mempercepat terwujudnya kesejahtraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan dasar yaitu penyelenggaraan pendidikan dasar,

An abstract query element from which service specifications can subclass a concrete query element that implements a query operation that allows a client to specify a list of