• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di era globalisasi ini era

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Di era globalisasi ini era "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Di era globalisasi ini, perkembangan ilmu dan teknologi sangat cepat. Sejumlah penemuan dan inovasi memberikan kontribusi yang tinggi munculnya produk-produk baru yang

membudahkan pekerjaan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan kebanyakan para ilmuwan yang muncul berasal dari negeri barat yang rata-rata bukan berasal dari kaum musalimin. Lantas dimanakah para ilmuwan muslimin itu? Bukankah dalam islam disebutkan bahwa tiap muslim itu diwajibkan menuntut ilmu?Apakah kaum muslimin kini menyadari bahwa kita sedang mengalami apa yang dimaksud engan Ghozwul Fikri (Perang pemikiran)?

Definisi Ilmu dan Ilmu Pengetahuan

Menurut Sutrisno Hadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur.

Sedangkan ilmu itu sendiri (yang berasal dari kata science) adalah rangkaian keterangan tentang sesuatu yang berasal dari pengamatan gejala-gejala alamiah (fenomena) melalui studi dan pengalaman yang disusun dalam sebuah sistem untuk menentukan hakekat dari yang dimaksud. Dari pengertian ini terlihat bahwa rasio lebih dominan.

Menurut pemikiran manusia secara umum, hakekat ilmu adalah hubungan antara subyek terhadap obyek (timbale balik) menurut suatu idea (cita-cita). Selain definisi tersebut, masih banyak definisi lain tentang ilmu dan ilmu pengetahuan dari para ahli, tetapi bagaimana halnya menurut Al-Qur’an?

Pada Al-Baqarah:31

secara fungsional berlaku pada kita bahwa ilmu yang pertama adalah wahyu Allah. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”

Dan juga dijelaskan dalam surat Ar-Rahman ayat 1 dan 2 bahwa Al-Qur’an adalah suatu ilmu.(Tuhan ) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Qur’an..

Dan yang dimaksud ilmu dalam Al-Qur’an adalah rangkaian keterangan yang bersumber dari Allah.yang diberikan kepada manusia baik melalui rasu-Nya ataupun langsung kepada manusia yang menghendakinya tentang alam semesta sebagi ciptaan Allah yang bergantung menurut ketentuan dan kepastian-Nya.

Al -Qur’an sebagai sumber dari segala Ilmu Pengetahuan

Terkadang manusia tidak menyadari bahwa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pemikiran mereka akan alam beserta isinya terdapat dalam Al-Qur’an. Namun

bukannya justru kembali ke Al-Qur’an, malah mencari sumber dari berbagai buku, internet dan sebagainya. Padahal jawaban dari masalah pengetahuan itu secara tersurat/tersirat terdapat dalam Al-Qur’an.

(2)

berdasarkan subyektifnya, akan berakibat melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap saudaranya. Akibat dari tindak-tanduknya yang tidak mampu menyelesaikan permasalahan secara tuntas, membuatnya bingung sendiri. Selain itu, ayat ini menjelaskan bahwa manusia banyak pula mengambil pelajaran dari alam dan jangan segan-segan mengambil pelajaran dari yang lebih rendah tingkatan pengetahuannya.

Berikut ini beberapa potongan ayat tentang teknologi Yunus:101,

Katakanlah:”Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfat tanda kekuasaan Allah dan asul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”

Thaahaa:114

Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katkanlah:”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku Ilmu Pengetahuan

Al-Mulk:3-4

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali padamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.

Al-Alaq:1-5

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ijtihad

Beberapa kasus/masalah ilmu pengetahuan yang tidak terjawab oleh Al-Qur’an secara gamblang (disebabkan kondisi yag berbeda), dapat dicarikan jawaban/solusi dengan ijtihad, yaitu: bersungguh-sunguh /kesungguhan dalam rangka memahami hidayah yang diberikan oleh Allah.Menurut Mahmud Syaltout, salah satu wawasa yang menjadi focus dalam kegiatan ijtihad adalah bagaimana usaha untuk memahami makna Al-Qur’an dan Al-Hadis sehinga kesimpulannya menjadi jelas.

Ghozwul Fikri-perang pemikiran

(3)

pola perang mereka, dari fisik menjadi pemikiran. Melalui teknologi, saluran komunikasi, informasi perang itu terjadi. Lihat saja berbagai situs di internet yang terkadang kita tidak diketahui sumbernya beanr/tidak, menjadi saluran/strategi perang pemikiran yang efektif. Lihat saja kenyataannya, tidak sedikit situs-situs jaringan seperti Friendster, dsb menjadi rutinitas dan hal yang utama bagi tiap remaja untuk mencari teman, dsb. Dan bila kita tidak cerdik mengikapi perkembangan teknologi dan informasi ini, kita bisa terseret bahkan menjadi budak teknologi. Dan tidak sedikit terjadi waktu sholat/ibadah terbuang karena ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan bila manusia telah jauh dari Iman, dari islam dan Tuhannya, ilmu yang ia miliki tidak akan memberi manfaat, malah dapat menjadi penghambat atau menimbulkan kerusakan.

Oleh sebab itu sebagai insan cendikia yang bernafaskan islam, sudah selayaknya dalam menuntut ilmu dan mengikuti perkembangan teknologi, hendaknya juga dilandasi oleh iman, dan secara cerdik memanfaatkan saluran informasi dan teknologi itu untuk menghadapi perlawanan terselubung kaum Nasrani dan Yahudi. Sudah seharusnya kaum muslimin mengendalikan teknologi untuk kebaikan bukan menjadi budak teknologi sehingga dapat menghadapi Ghozwul Fikri.

Al-Maaidah:75,

… Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-anda kekuasaan (kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu)

Al-Hajj:46

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat

mendengar?Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang didalam

Ar-ruum:50

Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allha, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati.Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu Daftar pustaka

Al-Qur’an dan terjemahannya

Syafiie, Inu Kencana. Al-Qur’an sumber segala disiplin ilmu.Gema Insani Press:1996. Jusuf, H.Z. Pendidikan Agama Islam (suatu analisis ransangan afeksi).IKIP Jakarta.1990 Ditulis dalam rangka memenuhi tugas akhir perkuliahan Agama Islam II, UNJ, 2006 see more at my blog http://tukerpikiran.blogspot.com

(4)

Copas Artikel Ini ? Ijin Dulu Dengan Saya/Admin dan Gunakan Sumber Link Seperti di Bawah,Copas Tanpa Sumber Maka Blog Anda Saya Laporkan Pada Pihak Googl

Sumber : http://mukzizat-islam.blogspot.com/2011/05/islam-for-all-memandang-ilmu.html#ixzz2htBBqmd8

http://mukzizat-islam.blogspot.com/2011/05/islam-for-all-memandang-ilmu.html

<a href="http://mukzizat-islam.blogspot.com/2011/05/islam-for-all-memandang-ilmu.html">Islam For All: Memandang ilmu Pengetahuan dan teknologi dari kacamata Islam</a>

[url=http://mukzizat-islam.blogspot.com/2011/05/islam-for-all-memandang-ilmu.html]/Islam For All: Memandang ilmu Pengetahuan dan teknologi dari kacamata Islam[/url]

Ilmu pengetahuan umum yang berhubungan dengan masalah-masalah keduniaan juga manfaatnya bagi masyarakat tidak berbeda dengan manfaat ilmu agama, asalkan digunakan sejalan dengan tuntunan agama. Manusia dengan akalnya diberikan oleh Allah kemampuan untuk menyerap sejumlah ilmu pengetahuan, walaupun hanya sedikit saja dibandingkan dengan kesempurnaan ilmu Allah, akan tetapi tetap harus berpegang kepada kebenaran untuk mencari ridho Allah SWT.

http://hadi-abdillah.blogspot.com/2012/04/bagaimana-islam-memandang-ilmu.html

Dalam Islam agama mendasari aktivitas dunia, dan aktivitas dunia dapat menopang pelaksanaan ajaran agama. Islam bukan hanya sekedar mengatur hubungan manusia dengan Tuhan sebagaimana yang terdapat pada agama lain, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan dunia. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Dengan karakternya yang demikian itu, maka Pendidikan Islam tidak mendikotomikan agama dan ilmu. Dalam islam agama menetapkan tujuan yang harus dicapai manusia, sedangkan ilmu membantu mempercepat sampainya pada tujuan tersebut. Seseorang yang ingin melaksanakan ajaran agama dalam bentuk menunaikan ibadah haji, misalnya, ia membutuhkan produk ilmu dan teknologi berupa pesawat udara. Islam juga memandang bahwa manusia adalah makhluk yang disamping memiliki keunggulan dan keistimewaan, juga memiliki keterbatasan. Fisik, akal, perasaan, dan potensi lainnya yang dimiliki manusia serba terbatas. Untuk itulah agama datang melengkapi, menolong, menyempurnakan pengetahuan yang terbatas itu. Ilmu yang bersumber pada rasio memerlukan agama yang berasal dari Tuhan. Ilmu yang kebenarannya relatif harus tunduk kepada agama yang kebenarannya mutlak. Ilmu yang hanya berbicara hal-hal yang bersifat empiris perlu disempurnakan dengan agama yang berbicara tentang yang ghaib.

(5)

Menghubungkan Islam (Alquran) dengan Ilmu pengetahuan, termasuk dengan Ilmu Pendidikan, bukan dengan melihat, misalnya adakah teori relativitas atau bahasan tentang angkasa luar; adakah ilmu komputer tercantum dalam Alquran dan sebagainya; tetapi yang lebih diutamakan oleh Alquran adalah melihat adakah jiwa ayat-ayatnya menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat Alquran yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan? Dengan kata lain, Alquran meletakkan ilmu pengetahuan pada sisi social psychology (psikologi sosial)-nya, dan bukan pada sisi history of scientific progress (sejarah perkembangan ilmu pengetahuan)nya.

Selanjutnya perlu ditambahkan, bahwa sekalipun terdapat kata Islam dalam Ilmu Pendidikan Islam, namun dalam Ilmu Pendidikan Islam bukanlah Alquran atau setara dengan Alquran. Bagaimanapun hebatnya, Ilmu Pendidikan Islam adalah sebagai sebuah hasil Ijtihad yang tidak luput dari kesalahan. Namun demikian, ilmu pendidikan Islam bukan pula ilmu yang liberal atau bebas nilai. Ilmu Pendidikan Islam adalah hasil ijtihad yang dibimbing oleh ajaran Islam yang bersumber pada Alquran dan al-Sunnah. Bimbingan tersebut antara lain terlihat pada adanya nilai-nilai ajaran Alquran sebagaimana tersebut di atas yang menjadi prinsip pengembangan ilmu pendidikan Islam tersebut, dan sekaligus menjadi karakternya. Dengan demikian Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu yang dihasilkan melalui ijtihad yang terbimbing oleh nilai-nilai ajaran Alquran dan al-Sunnah dan bukan ilmu pendidikan Barat yang didasarkan pada hasil ijtihad manusia semata-mata.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat diperoleh pengertian bahwa Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu yang membahas berbagai teori, konsep, dan desain tentang berbagai aspek atau komponen pendidikan: visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar dan sebagainya yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana terdapat di dalam Alquran dan al-Sunnah. Kata Islam yang berada di belakang kata ”Ilmu Pendidikan,” selain berfungsi sebagai sumber informasi, motivasi, dan tujuan, juga menjadi karakter Ilmu Pendidikan Islam, yang selanjutnya membedakan dirinya dengan Ilmu Pendidikan yang berasal dari Barat. Dengan karakternya yang demikian itu, Ilmu Pendidikan Islam, bukan ilmu yang bersifat ekslusif dan statis, melainkan ilmu yang terbuka, menerima berbagai pengaruh dari luar, dan terus mengalami perkembangan sepanjang pengaruh tersebut tetap sejalan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.

Referensi

Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, Rajawali Pers: Jakarta, 2009.

http://susihandayaniiii.blogspot.com/2012/11/konsepsi-dasar-islam-terhadap.html

(6)

melakukan perubahan dan menemukan hal-hal baru, namun di sisi lain sering mendorong manusia terjerumus ke dalam “jurang” yang tidak berujung.

Peradaban manusia pada hakikatnya adalah hasil dari proses upaya manusia untuk

menemukan sesuatu yang baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai upaya yang dilakukan manusia berbeda, karena tuntutan kebutuhan yang berbeda. Bisa juga perbedaan tersebut diakibatkan oleh cara dan proses yang dilakukan antara satu manusia dengan manusia lainnya berbeda. Justru perbedaan inilah yang menghasilkan dan memperkaya peradaban manusia tersebut.

Salah satu wujud peradaban manusia yang sangat cepat berkembang adalah dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan pada bidang ini selain mendorong dirinya untuk berkembang juga mendorong bidang lain untuk terus juga ikut berkembang, seperti kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi yang sangat mengagumkan. Sama halnya dengan bidang lain, sudah menjadi sunatullah, bidang inipun dalam

perkembangannya beragam dan bervariasi. Keberagaman ini disebabkan oleh banyak factor diantaranya disebabkan oleh cara, proses, asal-usul, dan hubungannya (epistemology) (Al-Hussaini, 2007) dengan manusia dalam mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang menjadi minat dan perhatiannya yang juga berbeda.

Masing-masing bidang tentu memberi dampak dan manfaat yang berbeda bagi kehidupan manusia; masing-masing memberi kepuasan dengan jenis dan tingkat yang berbeda. Sehingga satu bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa mengklaim bahwa hanya

bidangnyalah yang paling benar, paling bermanfaat, dan paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini diperlukan keterbukaan sikap pada setiap individu yang

mengembangkan suatu bidang atau disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi dan memperhatikan prinsip holistik dalam upaya mencari kebenaran ilmu yang diusungnya.

PERBEDAAN KESADARAN

Keragaman dan perbedaan antara satu pengetahuan dengan pengetahuan lain sering bertentangan atau dipertentangkan. “Pertentangan” antar-ilmu pengetahuan ini disebabkan karena cara, proses, dan sumber (epistemology) ilmu pengetahuan sendiri yang berbeda memang tidak bisa dihindari. Dilihat dari sumbernya, berbagai kategori telah berkembang, seperti sumber ilmu pengetahuan yang berasal dari barat dan timur, ilmu pengetahuan tradisional dan modern, dan kategori lainnya. Sumber ilmu pengetahuan barat yang berasal dari proses pemikiran yang rasional dan empiris, berbeda dengan sumber ilmu pengetahuan timur yang berasal dari intuisi dan wahyu; Sebagai contoh, teori kepribadian barat yang dinilai bersifat relatif dan tidak mutlak, berbeda dengan teori sufis dari timur yang dinilai bersifat mutlak.

(7)

Para filosof Islam, misalnya, meyakini bahwa Islam memiliki sejumlah pilar utama dalam pencarian kebenaran (epistemologi), salah satunya adalah tasawuf. Aspek epistemologi Islam ini dapat dijadikan sebagai alternatif di jaman modern ini dimana kebanyakan manusianya telah dikuasai oleh hegemoni paradigma ilmu pengetahuan positivistic-empirisme dan budaya barat yang materialitik dan sekularistik. Al-Hussaini menilai bahwa filsafat pengetahuan barat yang hanya menilai keabsahan ilmu pengetahuan semata-mata yang bersifat induktif-empiris, rasional-deduktif, dan pragmatis, serta menafikkan atau menolak ilmu pengetahuan non-empiris dan non-positivisme, merupakan suatu masalah yang akut. Karena pada saat paradigma ini berhasil menemukan cabang disiplin suatu ilmu, maka penemuannya sering mereduksi sebuah kenyataan menjadi hanya kumpulan fakta dan bersifat material. Adam Smith, misalnya, pada saat bicara teori ekonomi, ia bicara tentang prinsip “mekanisme pasar”, dan Charles Darwin dalam biologi berbicara tentang “mekanisme evolusi”. Jelas ini menampikkan peran Penguasa, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah mengatur seluruh sendi kehidupan manusia. Dengan kata lain, paradigam mekanistik-materialistik telah

mengesampingkan Tuhan dari wacara keilmuan dan mempromosikan sekularisme (Al-Hussaini, 2007)

Kondisi, sebagaimana yang digambarkan di atas, mendorong digunakannya berbagai cara, proses dan sumber ilmu (epistemologi) yang menyeluruh (holistik) dan komprehensif. Dengan demikian, maka pengembangan epistemology berwawasan holistik akan kebenaran pengetahuan selalu bersifat intersubjektif, dimana keberadaan suatu ilmu tidak direduksi ke dalam satu aspek kebenaran dan kepastian tertentu saja. Hal ini sejalan dengan esensi dari epistemologi, yaitu suatu usaha membiarkan pikiran untuk mencapai pengenalan akan esensinya sendiri, dan berusaha mengekspresikan dan menunjukkan kepada dirinya sendiri tentang dasar-dasar kepastian yang sifatnya utuh, kokoh, dan holistik (Watloly, 2001)

KEBENARAN PENGETAHUAN YANG RELATIF

Prinsip holistik bermaksud menunjukkan bahwa pengetahuan mempunyai sifat analogis. Kehadiran pengetahuan tidak dinyatakan secara sama, misalnya pengetahuan di dalam persepsi indrawi tidak sama seperti pengetahuan abstrak atau pengalaman moral. Karena panca indra manusia yang merupakan satu-satunya alat penghubung manusia dengan realitas eksternal terkadang atau senantiasa melahirkan banyak kesalahan dan kekeliruan dalam menangkap objek luar. Kesadaran tidak bersifat subjektif murni, tetapi memiliki keterarahan kepada yang lain yang bukan-diri yang sesungguhnya dan mempunyai tingkat kejelasan yang berbeda.

(8)

Prinsip holistik mensyaratkan bahwa dibutuhkan sikap kehati-hatian dalam rangka mencari pernyataan-pernyataan epsitemologis yang lebih pasti. Tidak ada kebenaran yang sifatnya mutlak dalam setiap pernyataan pengetahuan yang bersifat reduksi sektoral, walaupun adalah hak setiap orang untuk membuat pernyataan atau penegasan. Tidak ada kebenaran dan kepastian yang sifatnya “exemplaris” (tidak selamanya A=A, bersifat analog bukan univok), sebab kebenaran dan kepastian itu penuh nuansa dan membangun perspektif.

Dalam filsafat ilmu, kita mengenal tiga macam kebenaran, yaitu: (1) kebenaran deduktif atau bisa disebut juga kebenaran subjektif/otoritatif/deklaratif; (2) kebenaran naratif atau

transmisif; (3) kebenaran induktif atau objektif/konklusif. Tiga jenis kebenaran ini bisa berkaitan namun tak bisa dicampuradukkan. Sedangkan dalam epistemology Islam, konsep kebenaran ilmu pengetahuan di samping mencakup kebenaran korespondensi, koherensi dan pragmatisme, juga yang bersifat spiritual-ilahiyah. Artinya sumber ilmu pengetahuan, selain mungkin didapat melalui akal rasional, dan empiris inderawi (observasi) juga niscaya didapatkan dan diperkuat melalui petunjuk wahyu (kitab suci), pelajaran sejarah, latihan-latihan ruhani, penyaksian dan penyingkapan ruhaniyah. Seperti kata Jalaludin Rumi, seorang sufi agung, kaki rasionalisme semata adalah kaki kayu yang rapuh untuk meraih ilmu

pengetahuan dan kebenaran (Al-Hussani, 2007)

Prinsip holistik menunjukkan bahwa karena isi pernyataan muncul dari sisi eksistensi dan eksistensi bersifat analog, maka sifat pengetahuan pun harus analog. Dibutuhkan kerendahan hati dan keterbukaan total karena setiap objek persepsi tidak dapat hadir secara tepat sama (univok).

Hanya dengan kesadaran moral, orang dapat mengenali kesalahan moral. Hanya kesadaran estetiklah yang dapat menyadari kesalahan estetik dan seterusnya.

Epistemologi, pada hakikatnya, merupakan ekspresi reflektif diri pribadi atau pengalaman pribadi yang perlu pemurnian terus menerus tanpa melenyapkan nilai epistemologisnya. Penegasan ini sekaligus menunjukkan bahwa elemen pokok dalam proses pemurnian pengetahuan adalah dialog antarbudi.

PERLUNYA KERJA SAMA

Prinsip holistik dalam pengembangan ilmu mensyaratkan perlunya kerja sama antarberbagai jenis epistemology yang sifatnya khusus. Melalui kerjasama akan diperoleh ilmu yang lebih baik, karena masing-masing epistemologi akan memberikan kontribusinya dan saling mengisi. Menurut hakikat dan strukturnya sebagai pengetahuan ilmiah atau “ilmu” (scince) maka pengetahuan (jenis-jenis epistemology yang sifatnya khusus) harus bersifat

terspesialisasi.

Kemajemukkan dan keanekaragaman aspek kemanusiaan mengisyaratkan perlunya kerja sama antara semua jenis epistemologi khusus karena semuanya saling terkait dan saling membutuhkan. Van Melsen selanjutnya menekankan bahwa spesialisai dalam ilmu pengetahuan (jenis-jenis epistemology yang khusus) biasanya terjadi karena ilmuwan

membatasi diri pada satu wilayah tertentu saja. Setiap jenis epistemology khusus berbeda satu sama lain karena menggunakan metode atau cara pandang (objek formal)-nya masing-masing yang sangat berlainan untuk menyelidiki, melukiskan, dan mengerti realitas manusia sebagai objek material. Akibatnya masing-masing melakukan observasi dan eksperimen yang

(9)

Prinsip holistik bermaksud menjelaskan bahwa keanekaragaman epistemology itu penting dalam rangka saling memperkaya untuk menciptakan iklim kesatuan dalam berbagai jenis epistemology. Seandainya jenis-jenis epistemology yang beraneka ragam itu memetakan sebagian realitas, maka hanya perlu menggabungkan peta-peta itu supaya dapat diperoleh tujuan yang mencakup seluruh realitasnya.

Alasan yang kuat bagi epistemology untuk dikembangkan secara menyeluruh (holistik) karena terdapat sesuatu yang sifatnya bersama yang terdapat diantara jenis-jenisnya yang khusus.

Dalam filsafat Islam permasalahan epistemologi tidak dibahas secara tersendiri, akan tetapi, begitu banyak persoalan epistemologi dikaji secara meluas dalam pokok-pokok pembahasan filsafat Islam, misalnya dalam pokok kajian tentang jiwa, kenon-materian jiwa, dan makrifat jiwa. Dengan demikian proses kerjasama benar-benar diperlukan. Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh manusia berhubungan satu sama lain, dan tolok ukur keterkaitan ini memiliki derajat yang berbeda-beda.

KEUTUHAN PENGETAHUAN MANUSIA

Prinsip holistik juga mengakui bahwa betapa pun besarnya kemampuan bidang pengetahuan eksakta dengan teknologinya, tetap tidak dapat merangkum dan mencakup seluruh

pengalaman manusia. Karena masing-masing bidang memiliki fokus, proses, dan sumber kajian yang berbeda. Pengetahuan, rasa citranya, perasaan terhadap keindahan, cinta dan kasih sayang, serta rasa harga diri manusia secara utuh tidak dapat dirangkum secara eksak. Ini menunjukkan tidak ada satupun bidang pengetahuan yang sempurna dan komprehensif. Masing-masing memiliki karakteristik sendiri, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Masalah yang dihadapi manusia sangat kompleks, beragam baik jenis maupun tingkat

kesulitannya. Oleh karena itu, setiap masalah manusia tidak dapat diselesaikan oleh salah satu disiplin secara sendiri-sendiri, apalagi hal itu dilakukan secara otonom, tertutup, dan terspisah dari disiplin lainnya. Prinsipnya, harus diberi tempat yang wajar untuk semua bidang

pengetahuan kemanusiaan dengan sumbangsihnya sendiri, baik dalam hal objek maupun dalam hal metode. Keutuhan pengalaman manusia harus ditemukan kembali dan diteliti secara ilmiah. Dengan kata lain untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi umat manusia diperlukan kerjasama antardisiplin ilmu yang dikembangkan dengan menggunakan epistemologi dan kebenaran yang beragam.

KESIMPULAN

- Perkembangan peradaban umat manusia didorong oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang beragam baik jenis maupun lingkupnya. Keragaman ilmu pengetahuan tersebut diakibatkan oleh fokus, proses, dan cara pengembangannya yang berbeda, dan dikembangkan untuk mengatasi masalah hidup manusia yang juga berbeda. Kondisi ini justru menghasilkan peradaban manusia menjadi lebih beragam dan kaya.

- Perkembangan ilmu yang beragam menghasilkan bipolaritas dalam ilmu itu sendiri.

(10)

- Aspek epistemologi Islam mengingatkan bahwa di jaman modern ini kebanyakan manusia telah dikuasai oleh hegemoni paradigma ilmu pengetahuan positivistic-empirisme dan budaya barat yang materialistik dan sekularistik, serta menampikkan peran Penguasa, Tuhan Yang Mahakuasa, yang telah mengatur seluruh sendi kehidupan manusia.

- Kemajemukan dan keanekaragaman karakteristik hidup dan kehidupan manusia, memerlukan ilmu yang berbeda yang saling bekerja sama secara komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

* Ahmad Y. Samantho al-Hussaini, Tasawwuf Sebagai Epistemologi, * Watloly, Aholiab. Tanggung Jawab Pengetahuan. Jakarta: Kanisius, 2001 * Amhar, Fahmi. Penelitian, Kebenaran dan Kreativitas dalam Paradigma Islam. http://famhar.multiply.com

* Rohmat. Pendekatan Islam Dalam Ilmu Ekonomi: Tinjauan Beberapa Alasan Krusial. http://www.rohmat.web.id

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memecahkan masalah yang ada pada SMK Jakarta Pusat 1 adalah dengan media pengembangan sistem dengan menggunakan metode air terjun (Waterfall) yang dapat mengatasi

Beberapa hal yang sangat krusial harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya adalah motivasi, kepemimpinan dan disiplin kerja, Permasalahannya adalah

Produsen 2 dengan modal Rp 20.600.00 dan hanya memproduksi dua jenis produk yakni kursi tamu dan kursi makan memiliki rasio omset penjualan terbesar yakni 1,40 berarti

Tujuan Pembelajaran ;> Menentukan pasangan sudut yang sama besar pada dua garis sejajar yang dipotong sebuah garis lain Materi Pokok Pembelajaran : Garis dan sudut

Hal ini semakin dibenarkan oleh fakta yang menyebutkan bahwa sebesar 43,75 persen petani di lokasi penelitian adalah petani yang termasuk ke dalam kategori usia

Bapak / Ibu Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jember yang telah memberikan studi referensi keilmuan terhadap penyelesaian skripsi ini berikut semoga

Tadi sudah disampaikan oleh pembicara yang tiga, saya setuju Pak, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, masukan, kami setuju Pak, dengan

Menimbang, bahwa oleh karena kapasitas Tergugat sebagai Pegawai Negeri Sipil, berdasarkan ketentuan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor