• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Auditor BPKP Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Auditor BPKP Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Deis dan Groux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) berpendapat bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu (Elfarini, 2005). Kualitas audit dianggap penting karena semakin tingginya kualitas audit maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dapat dipergunakan oleh para pihak yang berkepentingan.

(2)

akan melakukan atribusi kesalahan lebih besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman, sehingga dapat mempengaruhi kualitas audit (Nataline, 2007). Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002). Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan (Alim dkk, 2007). Hasil penelitian Herliansyah dkk (2006) menunjukkan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak relevan terhadap judgement auditor.

Standar umum kedua (SA Seksi 220 SPAP, 2011) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi), karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Menurut Pusdiklatwas BPKP (2005), auditor yang independen adalah auditor yang tidak memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak manapun. Dalam Arens dkk (2004) dinyatakan bahwa nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik akan independensi yang dimiliki auditor. Independen berarti auditor tidak mudah dipengaruhi. Auditor tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Sikap independen meliputi independen dalam fakta (in fact) dan independen dalam penampilan (in appearance). Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit di mana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen.

(3)

panitia tender, kepanitiaan lain dan atau pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional obyek yang diperiksa, (3) Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang lain, (4) dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi, serta (5) dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Akuntan Indonesia mengamanatkan bahwa setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, auditor akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa pretensi. Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi objektivitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa objektivitas auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan.

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Sunarto (2003) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005).

(4)

nilai audit yang dihasilkan. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir (Abdul, 2008:32). Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium (Suraida, 2005). Kompetensi menjadikan auditor lebih peka dan lebih dapat melakukan penilaian dalam pengambilan keputusan secara tepat sehingga data-data ataupun hasil audit yang diambil oleh auditor dapat diandalkan oleh para pemakai hasil audit tersebut. Etika secara garis besar didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral yang memiliki rangkaian nilai (Arens dkk, 2008:98). Etika menjadi dasar perilaku bagi auditor dalam menjalankan tugasnya. Auditor harus menjadikan aturan etika yang berlaku sebagai pedoman dalam pemberian jasa audit kepada masyarakat.

(5)

kementerian yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang berupa audit, konsultasi, asistensi, evaluasi, pemberantasan KKN, serta pendidikan dan pelatihan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jadi BPKP merupakan auditor internal yang bertugas membantu presiden dalam melakukan pengawasan dalam penyelenggaraan Negara.

Auditor BPKP, Inspektorat Jenderal Departemen, Unit pengawasan LPND, Inspektorat Propinsi, Kabupaten, dan Kota termasuk dalam Auditor Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP). Di sisi lain terdapat pula auditor BPKP yang merupakan anggota IAI yang dalam keadaan tertentu melakukan audit atas entitas yang menerbitkan laporan keuangan yang disusun berdasar PABU (BUMN/BUMD) sebagaimana diatur dalam PSAK. Sejak 15 Januari 2014 peran BPKP berubah menjadi supervisor atau inspektorat nasional. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan peran APIP. Selama ini peran APIP kurang maksimal karena berada di bawah struktur pemerintah dan Kementerian, jadi BPKP akan mengkoordinasikan APIP dengan Polri, Kejaksaan Agung, Mendagri, dan BIN untuk mendorong terbentuknya APIP yang lebih kuat, mandiri, independen, dan profesional.

Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman kerja (Sukriah dkk, 2009; Mabruri dan Winarna, 2010), independensi (Alim dkk, 2007; Fauziyah, 2009; Suyono, 2011; Septiari dan Sujana, 2012; Suseno, 2013; Carolina, 2013), objektivitas (Sukriah dkk, 2009; Mabruri dan Winarna, 2010), integritas (Mabruri dan Winarna, 2010; Badjuri, 2012), kompetensi (Alim dkk, 2007; Sukriah dkk, 2009; Fauziyah, 2009; Badjuri, 2012; Septiari dan Sujana, 2012; Yusnita, 2009), dan etika auditor (Kovinna dan Betri, 2014).

(6)

objektivitas (Badjuri, 2012), integritas (Sukriah dkk, 2009), kompetensi (Kovinna dan Betri, 2014; Carolina, 2013), dan etika auditor (Alim dkk, 2007) terhadap kualitas audit.

Oleh karena sebegitu pentingnya kualitas audit ditambah lagi dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan ketidak konsistenan hasil penelitian, hal ini menjadi faktor-faktor yang mendorong untuk melakukan penelitian kembali berkaitan dengan masalah kualitas hasil pemeriksaan ini. Adapun judul penelitian ini adalah ”Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas, Kompetensi Dan Etika

Auditor Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Auditor BPKP Provinsi Sumatera

Utara”.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan etika auditor berpengaruh secara simultan terhadap kualitas hasil pemeriksaan auditor BPKP Provinsi Sumatera Utara?

(7)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan etika auditor secara bersama-sama terhadap kualitas hasil pemeriksaan auditor BPKP Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan auditor BPKP Provinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan sebagai sarana untuk mengetahui secara lebih luas tentang teori maupun praktek, sehingga dapat memperluas pandangan peneliti terhadap ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah, khususnya tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan auditor BPKP Provinsi Sumatera Utara.

2. Bagi Objek Penelitian

(8)

3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah literatur yang dapat digunakan untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam rangka pengembangan dan pendalaman pembahasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas hasil pemeriksaan auditor BPKP Provinsi Sumatera Utara.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Sukriah dkk (2009), namun terdapat beberapa perbedaan yang meliputi :

1. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak lima variabel, di mana lima variabel bebas mengacu pada variabel yang digunakan oleh Sukriah dkk (2009) serta penambahan satu variabel yang mengacu pada teori dari Maryani dan Ludigdo (2001) sebagai variabel bebas.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa pemahaman konsep kelas eksperimen yang belajar dengan Model pembelajaran Inkuiri Terbimbingberada pada kategori

Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan petugas kesehatan IGD terhadap tindakan triage berdasarkan

Media jaringan komputer bisa tanpa kabel dan bisa melalui kabel, hal ini memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar informasi, misalnya data atau dokumen,

5.1. 2) Tidak ditemukan sampel yang positif mengandung methanil yellow, peroksida, nitrit, sianida, rhodamin dan iodat. 3) Sampel yang positif mengandung bahan

Sebuah kondensator nyaris ideal (faktor Q mendekati tak terhingga) dapat dibuat dengan membuat lilitan dari kawat superkonduktor pada helium atau nitrogen cair.. Ini membuat

Selain itu, dari pengujian yang dilakukan dapat dilihat pengaruh temperatur terhadap waktu pengereman atau laju pemberhentian dari tiap variasi putaran mesin memiliki hasil

Nilai akhir TIK dari keseluruhan kelas VIII hanya mencapai ketuntasan 71%, diharapkan oleh guru TIK adalah nilai ketuntasan 85%. Ini disebabkan karena media belajar

- Tidak memenuhi persyaratan Dokumen Prakualifikasi Bab IV/LDK, C, 6 : "Manajemen Badan Usaha maupun Tenaga Ahli bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS)/anggota TNI/Polri, yang