• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELECEHAN SEKSUAL OLEH ANAK TERHADAP ANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELECEHAN SEKSUAL OLEH ANAK TERHADAP ANA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PELECEHAN SEKSUAL OLEH ANAK TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INDONESIA

JURNAL

Oleh :

M. SOFIAN ASSAORI NIM. D1A.008180

FAKULTAS HUKUM

(2)

PELECEHAN SEKSUAL OLEH ANAK TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA INDONESIA

JURNAL

Oleh :

M. SOFIAN ASSAORI NIM. D1A.008180

Menyetujui,

Pembimbing Utama,

(3)

PELECEHAN SEKSUAL OLEH ANAK TERHADAP ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA INDONESIA

M. SOFIAN ASSAORI D1A 008 180 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aturan tindak pidana pelecehan seksual oleh anak terhadap anak dalam hukum pidana Indonesia dan bentuk pertanggungjawaban pidana dalam melakukan pelecehan seksual, dalam perspektif Hukum Pidana Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah hukum normatif. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengaturan tindak pidana pelecehan seksual oleh anak dalam hukum pidana Indonesia adalah datur dalam Hukum Pidana (KUHP) terdapat dalam Pasal 290 KUHP ayat (2) sedangkan dalam Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terdapat dalam Pasal 82 ayat (3), di dalam Undang-undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Pasal 26 dan 27, menyatakan bahwa sanksi pidana bagi anak adalah setengah dari sanksi pidana orang dewasa. Bagi penegak hukum diharapkan harus memberikan rasa adil bagi anak.

Kata Kunci : Anak, Seksual, Sanksi.

SEXUAL ABUSE BY CHILDREN AGAINST CHILDREN IN THE INDONESIAN CRIMINAL LAW PERSPECTIVE

M. SOFIAN ASSAORI D1A 008 180

ABSTRACT

This study aims to determine the rules of criminal sexual abuse by children against children in the Indonesian criminal law and criminal responsibility in the form of sexual harassment, in the perspective of the Indonesian Penal Code. The research method used is normative. The result showed that the setting criminal sexual abuse by a child in Indonesia is datur criminal law in the Criminal Code (Code) contained in the Criminal Code Article 290 paragraph (2), while in Act No. 23 of 2002 on Child Protection contained in Article 82 paragraph (3), in Act No. 3 of 1997 on Juvenile Justice Articles 26 and 27, suggesting that criminal sanctions for children is half the adult criminal sanctions. For law enforcement should hopefully provide a sense of justice for children.

(4)

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kejahatan pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak diatur di dalam Undang-undang No 3 Tahun 1997, tentang Pengadilan Anak dalam pasal 1 ayat (2) adalah anak nakal merupakan anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum yang hidup dalam masyarakat yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana pengaturan tindak pidana pelecehan seksual oleh anak terhadap anak dalam Hukum Pidana Indonesia? Dan bagaimana pertanggung jawaban anak melakukan pelecehan seksual terhadap anak dalam perspektif Hukum Pidana Indonesia?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penyusun dalam mengadakan penelitian ini yaitu: untuk mengetahui aturan dan pertanggungjawaban tindak pidana pelecehan seksual oleh anak tehadap anak dalam hukum pidana Indonesia.

(5)

dilakukan oleh anak terhadap anak digolongkan dalam tindak pidana yang diatur dalam hukum pidana Nasional.

D. Metode Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) pendekatan perundang-undangan (statute approach) adalah dengan cara mengkaji peraturan perundang-undangan sebagai berikut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, 2) pendekatan konseptual (conceptual approach) adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji literature-literatur dan doktrin-doktrin yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji. 3) Pendekatan kasus Adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara mengkaji dan mempelajari putusan pengadilan yang berkaitan dengan permasalahan yaitu dikaji tentang pelecehan seksual.

E. Pembahasan

1. Pengaturan Tindak Pidana Pelecehan Seksual Oleh Anak Terhadap Anak Dalam Hukum Pidana Indonesia.

Pasal 1 Undang-undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan anak ayat(2a) dan (2b) yang menyebutkan:

Anak nakal adalah11) anak yang melakukan tindak pidana, 2) anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun peraturan menurut hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyrakat yang bersangkutan.

Sebagaimana pengaturan ketentuan pidana bagi pelaku pelecehan seksual terhadap anak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di

1Wirajono prodjodikoro Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia,(PT Refika Aditama,

(6)

Indonesia penyusun menganalisis sebagai berikut bahwasanya pengaturan tindak pidana pelecehan seksual diatur dalam 3 aturan yaitu KUHP, Undang-undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, sebagai aturan yang menjelaskan tentang ketentuan pidana atau tindakan pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak, Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pada perinsipnya bahwasanya pelecehan seksual tidak diatur secara khusus namun diatur dalam tindak pidana kesopanan atau kesusilaan yang ada dalam KUHP pasal 290 dan diatur dalam pasal 82 Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Di dalam Pasal 290 menyatakan: Dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun di hukum 1e. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya. 2e Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang diketahuinya atau patut untuk disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa orang itu belum masanya buat kawin. 3e Barang siapa membujuk (menggoda) seseorang yang diketahuinya atau patut untuk disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa ia belum masanya buat kawin, akan melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, atau akan bersetubuh dengan orang lain dengan tiada kawin.

(7)

(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

Jika anak sebagai pelaku pelecehan seksual maka tindak pidana yang diberikan kepada anak menggunakan ketentuan yang ada dalam pasal 26 dan 27 Undang-undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang menyatakan sanksi bagi anak adalah ½ (setengah) dari sanksi pidana orang dewasa, jadi untuk tindak pidana yang ada dalam Pasal 290 KUHP hukuman bagi anak adalah 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan. Terhadap tindak pidana yang diatur dalam Pasal 82 Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap anak adalah paling lama 7 (tujuh) tahun ½ (setengah) dan denda paling banyak (maksimum) Rp 150.000.000,00(seratus limapuluh juta) dan paling sedikit Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta).

2. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak Yang Melakukan Pelecehan Seksual Terhadap Anak

Setiap orang yang melakukan tindak pidana tentunya akan mendapatkan sanksi pidana yang berupa hukuman, hal ini dapat berupa pidana mati, penjara, kurungan, atau denda. Pemberian hukuman sangat erat kaitanya dengan pertanggungjawaban pidana dimana orang yang dihukum harus mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya. “Pertanggungjawaban pidana harus

sesuai dengan asas hukum pidana tentang pertanggungjawaban pidana yang berbunyi tidak dipidana jika tidak ada kesalahan (geen straf zonder schuld actus

non facit reum nisi mens sist rea),”2 unsur-unsur pertanggungjawaban pidana yaitu a. melakukan tindak pidana (sifat melawan hukum) b. di atas umur tertentu mampu bertanggungjawab c. mempunyhai suatu bentuk kesalahan yang berupa

(8)

kesengajaan atau kealpaan, d. tidak adanya alasan pemaaf, asas dan unsur pertanggungjawaban pidana ini berlaku jugan untuk anak yang melakukan tindak pidana.”3

Aturan-aturan hukum yang digunakan dalam memberikan sanksi bagi anak yang melakukan tindak pidana yaitu adalah KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), dan Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Tetapi dalam hal Anak sebagai pelaku tindak pidana, maka pemebrian pertanggungjawaban pidana bagi anak menggunakan Undang-undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, dan terdapat pula Putusan MK (Mahkamah Konstitusi) No 1/PUU-VIII Tahun 2010.

1. Di dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 mengatur pertanggungjawaban pidana bagi anak sebagai berikut:

Pasal 22.

“Terhadap Anak Nakal hanya dapat dijatuhkan pidana atau tindakan yang ditentukan dalam Undang-undang ini.”

Di dalam pasal 23 Undang-undang No 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak dijelaskan macam-macam hukuman bagi anak yaitu:

(1) Pidana yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah pidana pokok dan pidana tambahan.

(2) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah : a) pidana penjara

b) pidana kurungan c) pidana denda d) pidana pengawasan.

(9)

(3) Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terhadap Anak Nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan, berupa perampasan barang-barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi.

(4) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 24.

(1) Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah : a) mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh;

b) menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja; atau

c) menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja.

(2) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh Hakim.

“Selain diserahkan kepada orang tua/wali, anak juga dapat diserahkan kepada Negara apabila menurut penilaian Hakim, pendidikan dan pembinaan terhadap anak nakal tidak dapat lagi dilakukan di lingkungan keluarga,(pasal 24 ayat (1) huruf b Undang-undang No 3 Tahun 1997), maka anak tersebut diserahkan kepada Negara. Departemen di Lembaga Pemasyrakatan Anak dan wajib mengikuti pembinaandan latihan kerja. Tujuanya untuk memberikan bekal keterampilan bagi anak, berupa keterampilan di bidang pertukangan, pertanian, perbengkelan, dan lain-lain. Selesai menjalani tindakan itu anak diharapkan mampu hidup mandiri dan menjadi anak penerus Bangsa dan Negara.”4

Pasal 25.

(1) Terhadap Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, Hakim menjatuhkan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

(10)

(2) Terhadap Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf b, Hakim menjatuhkan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24

Pasal 26.

(1) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama 1/2 (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.

(2) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak tersebut paling lama 10 (sepuluh) tahun.

(3) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka terhadap Anak Nakal tersebut hanya dapat dijatuhkan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b.

(4) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang tidak diancam pidana mati atau tidak diancam pidana penjara seumur hidup, maka terhadap Anak Nakal tersebut dijatuhkan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

Pasal 27 .

(11)

Pasal 28.

(1) Pidana denda yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal paling banyak 1/2 (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa.

(2) Apabila pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ternyata tidak dapat dibayar maka diganti dengan wajib latihan kerja.

(3) Wajib latihan kerja sebagai pengganti denda dilakukan paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja dan lama latihan kerja tidak lebih dari 4 (empat) jam sehari serta tidak dilakukan pada malam hari..

Terhadap anak yang tidak mampu membayar denda maka anak di berikan hukuman yang berbentuk pelatihan kerja, pelatihan kerja yang di berikan terhadap anak harus sesuai dengan kemampuan anak tersebut, seperti yang di jelaskan di dalam pasal 28 ayat (3) Undang-undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menjelaskan anak di berikan pelatihan kerja dalam sehari jangka waktu pelatihan kerja tersebut adalah paling lama 4 (empat) jam.

Pasal 30.

(1) Pidana pengawasan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun.

(2) Apabila terhadap Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, dijatuhkan pidana pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka anak tersebut ditempatkan di bawah pengawasan Jaksa dan bimbingan Pembimbing Kemasyarakatan.

(12)

Pasal 32.

Apabila Hakim memutuskan bahwa Anak Nakal wajib mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf c, Hakim dalam keputusannya sekaligus menentukan lembaga tempat pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja tersebut dilaksanakan.

2. Putusan MK (Mahkamah Konstitusi) No 1/PUU-VIII Tahun 2010

Bahawasanya di dalam putasan MK menyatakan Anak yang berumur 8 (delapan) sampai umur 12 (duabelas) tahun, tidak dapat mempertanggungjawabkan tindak pidana yang dilakukan oleh anak tersebut, tetapi anak yang berumur 12 (duabelas) tahun sampai 18 (delapan belas) tahun dapat mempertanggng jawabkan pidananya sesuai dengan Undang-undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

F. Penutup 1. Kesimpulan

(13)

hal anak sebagai pelaku tindak pidana atau yang di dalam Undang-undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak disebut Anak Nakal, bahwasanya sanksi pidana bagi anak adalah ½ (setengah) dari sanksi pidana orang dewasa, anak juga dapat diberikan tindakan-tindakan yang diputuskan oleh Hakim seperti pengembalian kepada orang tua, Negara, Lembaga-lembaga sosial.

2. Saran

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Gultom Maidin, 2008 Perlindungan Hukum Terhadap Anan Dalam Sistem Peradilan

Pidana Anak Di Indonesia Jakarta PT. Refika Aditama.

Moletjatno 2009 Asas-asas Hukum Pidana Jakarta, Reneka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelelitian yang dilakukan dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : Kondisi karakteristik tanah asli sebelum di campur dengan kapur yaitu kondisi

lain, dan lain-lain) tidak memerlukan modirikasi atau alat tambahan untuk charging. Kerugian dari sistem UNIFORM RATE adalah dari segi pelanggan dimana untuk

Terhadap penanganan perkara Anak Berhadapan Hukum terutama pada penanganan kasus tindak pidana kecelakaan Lalu Lintas Polri tetap berpedoman pada UU SPPA dan berbagai aturan

Biaya PKKMB-DLL ( terdiri dari biaya untuk kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi This PDF book provide rincian biaya masuk pgsd upi 2013 information.. To download free

Gadai Emas Syariah adalah produk dimana bank memberikan fasilitas pinjaman (qardh) kepada nasabah dengan agunan berupa barang/harta (berupa emas) milik nasabah

Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Perkembangan zaman membuat manusia menjadi lebih berkembang dan kebutuhan untuk memenuhi kepuasan juga semakin meningkat. Hadirnya banyak toko kecil, mall, supermarket

3.1 Bentuk perlindungan hukum terhadap anak jalanan yang menjadi korban tindak pidana pelecehan seksual adalah perlindungan hukum preventif, sesuai dengan Undang-Undang