• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM PESERTA DIDIK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN MUSLIM PESERTA DIDIK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Data di SMAN 1 Kedungwaru Kabupaten Tulungagung

a. Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual

Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

kontekstual (Contekstual Teaching And Learning) di SMAN 1

Kedungwaru meliputi (1) membuat keterkaitan yang bermakna, (2)

pembelajaran mandiri (3) melakukan pekerjaan yang berarti, (4) bekerja

sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk

tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8)

menggunakan penilaian autentik.

1) Membuat keterkaitan yang bermakna

Pembelajaran PAI di SMAN 1 Kedungwaru senantiasa

mengaitkan materi dengan kehidupan nyata dan bagaimana cara

mengaitkannya tergantung pada sub bahasannya dan tidak hanya

dilihat dari aspek religious saja namun juga aspek aspek yang lain

seperti aspek sosiologis, psikologis, pendidikan bahkan kesehatan

yang sebagaimana yang diungkapkan oleh Istiqomah salah satu

GPAI di sekolah tersebut bahwa :

Tergantung materinya bu…misalnya materi tentang pergaulan

(2)

berlaku tentang wakaf bisa dari media internet selain dari Al

Qur‟an dan mencari contoh tentang pengelolaan wakaf di

lingkungan rumah atau masyarakat . Untuk materi zakat anak berlatih dengan memberikan dan menginfakkan 2,5 persen dari

uang saku setiap minggunya pada saat pembelajaran.1

Menurut Nunik yang juga salah seorang GPAI di sekolah ini

membuat keterkaitan materi agar lebih bermakna dapat dilakukan

dengan memanfaatkan media yang ada di sekolah, seperti LCD,

dengan mengamati tayangan yang disesuaikan dengan materinya

maka anak akan lebih menjiwai terhadap materi dan tidak gampang

lupa sehingga akan lebih mudah mempraktekkannya dalam

kehidupannya sehari-hari sebagaimana diunkapkannya bahwa :

Klo saya dengan memutarkan video anak mempelajari dengan cara mengamati kemudian mempraktekkannya. Karena dengan langsung praktek, anak-anak lebih menjiwai materi sehingga tidak gampang lupa karena belajar itu akan lebih bermakna

dengan cara melihat, mempelajari kemudian

memprakktekkan.2

Hal senada juga diungkapkan oleh Suryani salah seorang GPAI

sekaligus pembina ekstrakurikuler remaja masjid ;

Saya biasanya menggunakan media terlebih dahulu seperti internet atau tayangan video untuk menunjukkan kejadian yang sebenarnya sebelum anak melaksanakan kegiatan praktek, dengan begitu mereka akan lebih cepat menguasai materi dan

mampu mempraktekkannya dengan baik.3

2) Pembelajaran Mandiri

Pembelajaran secara mandiri juga diterpakan di sekolah ini.

Dalam kegiatan belajar mengajar adakalnya peserta didik ditugaskan

(3)

menyiapkan dan mempelajari materinya sendiri yang bisa diperoleh

dari berbagai sumber sebelumnya yang kemudian dipelajari

bersama-sama. Sebagaimana diungkapkan Nunik bahwa :.

Dalam pelaksanaan pembelajaran mandiri, sebagai guru PAI saya senantiasa menerapkan pembelajaran mandiri contohnya ketika mempelajari satu bagian tema dari materi PAI terlebih dahulu siswa saya tugaskan mencari materi sendiri bisa dari internet, buku-buku yang ada di perpustakaan atau sumber-sumber lain yang relevan yang kemudian dipresentasikan di dalam kelas. Disamping itu kegiatan mandiri juga terlihat pada

kegiatan siswa tadarus di hari Jum‟at pagi.4

Pembelajaran mandiri tidak hanya diterapkan di saat KBM di

dalam kelas namun dalam kegiatan Jum‟at pagi, dimana setiap hari

Jum‟at pukul 06.30 sampai dengan pukul 07.00 peserta didik melaksanakan tadarus (membaca) Al Qur‟an terlebih dahulu.

Kegiatan ini dipandu oleh peserta didik sendiri yang tergaung dalam

Remaja Masjid. Remaja Masjid ini bertugas memandu, menjalankan

dan menertibkan kegiatan tadarus Al Qu‟an secara mandiri sedang GPAI hanya mengawasi dan mengevaluasinya saja. Hal ini

sebagaimana yang diungkapkan Suryani salah satu GPAI yang juga

Pembina Ekstrakurikuler Remaja Masjid di SMAN 1 Kedungwaru

ini bahwa :

Saya senantiasa mngarahkan anak untuk belajar mandiri, setiap pembelajaran di kelas mereka juga saya anjurkan mempelajari materi terlebih dahulu. Untuk kegiatan di luar kelas seperti

setiap hari Jum‟at pagi sebelum KBM jam 06.30-07.00 ada kegiatan mengaji bersama yang di pandu oleh anak-anak remus sendiri sedang GPAI hanya mengawasi dan mengontrol kegiatan ini, mereka semua sangat antusias menjalankan program ini, terlihat mereka juga menerapkan sangsi bagi siswa-siswi yang terlambat tidak ikut dalam kegiatan membaca

Al Qur‟an ini. Sangsinya dengan mengulangi kegiatan tadarus

di waktu siangnya di hari Jum‟at itu juga ditambah dengan

menulis Al Qur‟an. Namun jika sangsi ini membuat anak tidak

4

(4)

jera maka akan diserahkan kepada GPAI untuk memberikan

sangsinya. 5

Dalam kegiatan tadarus ini dilaksanakan di dalam kelas dengan

cara monitoring. Mentornya terdiri dari dua atau tiga remaja Masjid

dalam satu kelas, mereka yang memandu dan mengabsen kehadiran

peserta didik. Hal ini di ungkapkan oleh Mohammad Sahrian sebagai

ketua remaja Masjid bahwa :

Kita senantiasa dilatih untuk mandiri selain belajar di dalam

kelas juga kegiatan membaca Al Qur‟an di hari Jum‟at pagi

dilaksanakan dengan cara monitoring, yakni setiap 2 sampai 3

remaja masjid mendampingi membaca Al Qur‟an di kelas

sesuai dengan pembagian masing-masing, remaja masjid tersebut bertugas memimpin pelaksanaan kegiatan membaca

Al Qur‟an yang dilaksanakan secara bersama-sama kemudian

mengabsensi kehadiran para siswa.6

Selanjutnya Rahmat Ali sebagai wakil ketua remaja Masjid

menjelaskan tentang sangsi jika mereka tidak hadir atau terlambat

mengikuti kegiatan ini yaitu bahwa :

Bagi mereka yang tidak hadir atau terlambat dalam kegiatan

jum‟at pagi maka akan diberi sangsi, diantara sangsinya adalah

membaca dan menulis Al Qur‟an yang dilaksanakan setelah sholat Jum‟at. Namun Jika masih tidak melaksanakannya, maka yang memberi sangsi adalah guru agama masing- masing.7

Data diatas juga didukung oleh observasi peneliti tentang

kegiatan membaca Al Qur‟an di hari Jum‟at yang berjalan dengan

lancar dengan penuh hikmat. Sudah sejak pagi remaja masjid

berkumpul di emperan masjid untuk melakukan koordinasi . Mereka

sudah menyiapkan Al Qur‟an dan kotak amal yang dijajar secara rapi

(5)

untuk kemudian di bawa kekelas sesuai tugas masing-masing. Meski

hanya dipandu oleh peserta didik sendiri yang tergabung dalam

remaja masjid namun peserta didik kelihatan sangat antusias dan

tertib. Kemandirian mereka sangat terlihat dalam mensukseskan

pembelajaran ini. Di dalam kelas remaja masjid memandu kegiatan

dengan penuh percaya diri dan semua peserta didik mengikuti

pembacaan Al Qur‟an dengan tertib. Sedang guru hanya bertugas

mengontrol pelaksanaan pembelajaran ini dan mengevaluasinya.8

Gambar 4 : Persiapan Kegiatan Mandiri Tadarus Al Qur„an9

3) Melakukan pekerjaan yang berarti

Peserta didik juga diajarkan melakukan pekerjaan yang berarti

dalam kehidupannya. Hal ini yang sering diterapkan dalam materi

yang berkaitan dengan zakat, infaq dan sodaqoh. Karena materi ini

akan melibatkan dari orang-orang yang lemah ( kaum dhuafa ) yang

8

O. Kegiatan Tadarus Al Qur‟an, SMAN 1 Ked., 8-5-2015. 9D. Kegiatan Mandiri Tadarus Al Qur‟an

(6)

meliputi fakir miskin, anak yatim dan orang-orang cacat ataupun

orang-orang jompo. Peserta didik diharapkan tidak hanya

mengetahui pengertian dari sodaqoh namun mereka menyadari

pentingnya bersodaqoh. Peserta didik diajarkan mengumpulkan dari

uang saku sedikit demi sedikit setiap hari sehingga tidak

memberatkan mereka sehingga akan terkumpul sangat banyak di

akhir tahun dan ini akan diberikan kepada kaum dhuafa sesuai

dengan usulan mereka sebagaimana dituturkan Solehah salah

seorang GPAI yang paling senior di sekolah ini bahwa :

Sebagai implementasi dari materi sodaqoh setiap hari anak dianjurkan untuk menyisihkan uang saku seratus rupiah, dalam seminggu uang itu terkumpul enam ratus rupiah dan dalam sepuluh bulan akan terkumpul sekitar enam juta untuk masing-amasing anak dan itu masih dikalikan jumlah siswa di sekolah ini. Namun kadang ada anak-anak yang tidak telaten mengumpulkan uang sedikit demi sedikit namun mereka langsung mengumpulkan lebih banyak di akhir waktunya. Dana itu akan disalurkan sesuai keinginan anak diantaranya ke fakir, miskin atau anak yatim yang ada disekitar sini dan itu biasa kita sebut dengan peduli famia dan biasanya diberikan dalam bentuk uang atau sembako.Kegitan ini sudah menjadi

rutinitas para peserta didik di sekolah ini tiap tahunnya.10

Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan Istiqomah, bahwa;

Untuk materi zakat anak berlatih dengan memberikan dan menginfakkan 2,5 persen dari uang saku setiap minggunya pada saat pembelajaran untuk diberikan kepada orang-orang

yang tidak mampu, disamping itu mereka juga

menyumbangkan seragam mereka ketika lulus dari sekolah.11

10

W. SK.GPAI, SMAN 1 Ked., 8-5-2015.

11

(7)

Gambar 5 : Pemberian Santunan kepada Anak Yatim12

4) Kerjasama

Bentuk kerjasama antara siswa juga diterapkan dalam

pembelajaran PAI, kerjasama bisa berupa kerja kelompok, dalam

satu kelas murid dibagi menjadi beberapa kelompok untuk

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini diungkapkan

oleh Suryani “ Bentuk kerjasamanya dengan cara berkelompok bu,

guru memberi arahan dan siswa secara berkelompok mencari data

dari internet, perpus, atau aplikasi Al Qur‟an di HP”.13 Selanjutnya Istiqomah juga menjelaskan tentang kerjasama dalam penyampaian

materi tentang wakaf yang disajikan dengan perpaduan seni drama

dimana peserta didik dibagi secara berkelompok untuk bermain

peran dalam proses pelaksanaan wakaf sebagaimana diungkapkan

oleh Istiqomah bahwa :

12

D. Kegiatan Santunan Anak Yatim, 2015. 13

(8)

Dalam materi wakaf kemarin anak-anak saya beri tugas untuk bermain peran dalam tatacara pelaksanaan wakaf, anak-anak membentuk kelompok dan membagi perannya masing-masing, diantaranya siapa yang menjadi wakif, mauquf dan nadzir dan bagaimana melafalkan sighotnya dalam penyerahan harta wakafnya dan siapa saja pihak-pihak yang terkait dalam proses ini, sehingga dari sini akan terlihat jika ana-anak melakukan kerjasama dengan baik maka akan mendapatkan hasil yang baik pula dan Alhamdulillah mereka dapat melaksanakan

dengan sangat baik.14

Hal senada diungkapkan oleh Nunik bahwa kerjasama dapat

diterapkan dengan cara berkelompok dalam mempraqktekkan

tatacara pengurusan jenazah namun sebelumnya peserta didik

mengamati video bagaimana memandikan, menkafani, mensholatkan

dan mengkuburkan jenazah secara benar sebagaimana

diungkapkannya :

Bentuk kerjasamanya secara berkelompok contohnya dalam materi jenazah, anak-anak diperlihatkan tontonan video tentang materi jenazah baik itu memandikan, mengkafanni, mensholatkan dan menguburkan, kemudian mereka membagi tugas untuk mempraktekkannya dan hasilnya akan bagus jika

kerjasama mereka juga bagus”.15

5) Berpikir kritis dan kreatif

Menurut Nunik berpikir kritis dan kreatif itu sangat diperlukan

di zaman sekarang karena untuk bisa bertahan hidup dan mampu

bersaing dengan manusia lain. Menurutnya berpikir kritis dalam

pembelajaran PAI dapat dengan mau bertanya dan banyak mengkaji

kandungan Al Qur‟an sedangkan kreatif peserta didik dapat

14

W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015. 15

(9)

menyajikan tugasnya dengan dikemas agar menjadi lebih menarik

sebagaimana diungkapkannya bahwa :

Berpikir kritis dan kreatif itu diperlukan dalam pembelajaran PAI, karena pada zaman sekarang orang yang akan survive dalam hidup adalah orang yang kritis dan juga kreatif, dan untuk menumbuhkan kritis pada pembelajaran PAI misalnya dengan memberi kesempatan anak untuk bertanya dan mengungkapkan pengetahuannya dari yang sudah mereka kaji

sebelumnya, sebagai contoh bagaimana memaknai Al Qur‟an

dalam konteks zaman dulu dengan zaman sekarang yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.Sedang untuk kreatif misalnya di akhir semester siswa mengumpulkan dan

menyusun tugas-tugasnya hingga menjadi sebuah modul.16

Disamping itu untuk menjadikan peserta didik yang mampu

berpikir kritis dan kreatif harus dimulai dari memberi motivasi,

memberi kesempatan bertanya, mencari sumber materi yang lain

dan member kesempatan mengkomunikasikan di hadapan

teman-temannya. Sedangkan menurut Istiqomah bahwa :

Untuk menciptakan siswa yang mampu berpikir kritis dan kreatif dimulai dari memberi motivasi, kemudian diberi

kesempatan bertanya, mengumpulkan data kemudian

mengkomunikasikan atau mendiskusikan diantara mereka sehingga siswa mampu membuat kesimpulan dari materi yang diberikan sedangkan guru sifatnya hanya menguatkan saja dan mengamati proses pembelajaran apakah sudah sesuai dengan

yang dikehendaki dari RPP.17

Data diatas juga didukung oleh observasi peneliti bahwa

berpikir kritis sangat terlihat ketika peserta didik melakukan diskusi

materi yang sedang dipelajari, mereka berdiskusi secara

berkelompok. Disini terlihat peserta didik saling berebut mengajukan

pertanyaan kepada para penyaji materi. Jika penyaji mampu

(10)

menjawab secara langsung mereka meminta waktu atau menundanya

untuk mencari jawabannya dari berbagai macam sumber atau

literature.18

Gambar 6 : Suasana Diskusi di Kelas19

6) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang

Membantu peserta didik untuk tumbuh dan berkembang

dengan optimal merupakan tanggungjawab seorang guru. Untuk

dapat membantu tumbuh dan kembang peserta didik dengan baik

maka perlu mengenal peserta didik terlebih dahulu. Mengenal

peserta didik dapat dilakukan dari proses pembelajaran yang

dilakukan sehari-hari. Dari gaya belajar dan keaktifan peserta didik

di dalam kelas tentunya juga dapat diamati selain melakukan

pendekatan emosional yang lain sebagaimana diungkapkan Nunik

bahwa:

18

O. Diskusi di dalam kelas, 2-5-2015. 19

(11)

Biasanya saya mengenal siswa dari proses pembelajaran di dalam kelas yang kita lakukan sehari-hari, sebagai contoh jika terdapat salah satu siswa yang tugasnnya kurang atau tidak mengumpulkan tugas saya panggil, saya adakan pendekatan emosional dengan cara saya tanya alasan-alasannya yang membuat mereka melakukan itu. Dari sini saya juga melakukan pendekatan individual terhadap siswa. Sehingga akan terlihat anak yang membutuhkan untuk pendalamn materi/remidi.Ini saya lakukan agar anak yang mempunyai masalah dan tidak mempunyai masalah dalam belajar supaya

dapat berkembang dengan baik dan optimal.20

Dalam rangka membantu peserta didik untuk tumbuh dan

berkembang selain dapat dilakukan melalui proses pembelajaran

juga dapat dilakukan melalui proses penilaian. Dalam pembelajaran

PAI dengan pendekatan kontekstual yang menekankan pada proses,

maka bentuk penilaian dapat berupa penilaian diri sendiri dan

penilaian teman sejawat untuk mengetahui sikap peserta didik, ujian

tulis untuk mengetahui kemampuan kognitif peserta didik maupun

ujian lesan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam

menyampaikan ide-idenya. Sebagaimana diungkapkan oleh

Istiqomah bahwa :

Untuk mengenal siswa dapat saya lakukan dengan cara mengamatinya dalam proses pembelajaran yang berlangsung setiap harinya, disamping itu melalui proses penilalian, penilaian itu ada berbagai macam bentuknya yaitu penilaian sikap atau penilaian afektif, penilaian kemampuan atau

kognitif dan penilaian psikomotorik atau penilaian

ketrampilan. Untuk penilaian sikap selain observasi

diantaranya ada lembar penilaian diri dan penilaian teman sejawat ini digunakan untuk mengetahui perkembangan sikap anak dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu ada ujian tulis untuk mengetahui kemampuan kognitif anak, ujian lesan untuk mengetahui kemampuan anak dalam beretorika dan masih banyak instrumen- instrumen penilaian lain yang ada dalam kurikulum 2013 yang semuanya dapat membantu kita mengenal anak lebih dalam. Memang sangat sulit untuk

20

(12)

mengetahui masing-masing karakteristik anak apalagi beban mengajar guru yang banyak yaitu 24 jam pelajaran perminggu,

namun begitu tetap bisa dilakukan tapi tidak bisa sempurna.21

Hal yang sama juga diungkapkan Suryani, bahwa :

Saya mengenal dan menghafal siswa dari proses pembelajaran di kelas, dari sini saya tahu kelebihan dan kekurangan siswa untuk kemudian diberikan arahan, disamping juga mengadakan

pendekatan individual terhadap mereka.22

7) Mencapai standar yang tinggi

Di sekolah ini mempunyai standar ketercapaian pembelajaran

yang tinggi. Dalam aspek kognitif peserta didik tidak hanya harus

mampu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) namun

harus melebihi nilai KKM bahkan mendekati nilai sempurna.

Sedang aspek sikap dan ketrampilan peserta didik juga harus mampu

menerapkannya. Sebagaimana diungkapkan Nunik, “ Targetnya ya

sampai bisa melakukan bu untuk praktek dan sikapnya…untuk nilai

ya harus mendekati sempurna tidak hanya melebihi KKM saja”.23 keuntasan dalam pembelajaran, dan untuk menjadikan siswa mempunyai nilai standar yang tinggi tidak hanya mampu mencapai batas minimum nilai ketuntasan dalam belajar

(13)

namun mencapai nilai yang lebih tinggi dari itu baik aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik.25

Data ini di dukung oleh observasi peneliti yakni dalam rangka

pencapaian standart tinggi peserta didik dibiasakan ketika ulangan

harian mereka secara bergantian. Sebagian peserta didik dalam satu

kelas sedang mengerjakan ulangan harian, sedangkan sebagian yang

lain menunggu dan belajar di luar. Ini dimaksudkan agar peserta

didik mampu mengerjakan sendiri tanpa ada kesempatan meminta

bantuan kepada temannya.Dan ini dapat diterapkan dengan baik di

sekolah ini sehingga peserta didik mampu mencapai standar nilai

yang tinggi.26

8) Menggunakan Penilaian Autentik

Di sekolah ini menggunakan kurikulum 2013 tentu saja

menggunakan penilaian proses. Penilaian proses dalam Kurikulum

2013 merupakan penilaian menyeluruh meliputi penilaian dalam

aspek kognitif (pengetahuan) yaitu berupa tes formatif dan tes

sumatif. Kedua penilaian afektif (sikap) yaitu berupa pengamatan,

penilaian diri serta penilaian antarteman dan ketiga penilaian

psikomotorik yang berupa penilaian praktek, unjuk kerja, penilaian

produk dan potofolio sebagaimana diungkapkan Istiqomah bahwa :

Penilaiannya yang kita gunakan meliputi 3 aspek yaitu yaitu pertama aspek kognitif itu kita dapatkan dari ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan semester, kedua aspek afektif, yaitu dengan melakukan observasi terhadap

25

W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015. 26

(14)

perilaku siswa sehari-hari, ada lembar penilaian diri juga penilaian sejawat atau antar teman, ketiga penilaian psikomotorik seperti praktek ibadah sholat, membaca Al

Qur‟an dan lainnya, unjuk kerja, membuat produk dan portofolio, pokoknya pinilaiannya benar-benar menyeluruh bu.27

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Nunik, bahwa ;

Penilaiannya menyeluruh bu…mulai dari penilaian sikap, praktek atau ketrampilan, dan pengetahuan, melalui penilaian antar teman, pengamatan perilaku,praktek ibadah, penilaian

produk , porto folio, tes lesan maupun tes tulis.28

Suryani juga mengungkapakan hal yang senada, “ Karena kita

menerapkan kurikulum 2013, maka kita menggunakan penilaian

autentek meliputi, aspek kognitif, afektif dan psikomotor”.29

b. Implikasi Pembelajaran Contekstual teaching And Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual berakar dari progressivisme Dewey

dengan landasan filosofis konstruktivisme pada tahun 1916. Intinya

peserta didik akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari

berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui serta proses

belajar mengajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses

belajar mengajar. Di SMAN 1 Kedungwaru pembelajaran dengan

pendekatan Contekstual Teaching And Learning (CTL) dalam

Pendidikan Agama Islam sudah diterapkan. Pelaksanaan pembelajaran

ini banyak memberikan implikasi khusunya bagi peserta didik dan

semua yang berhubungan dengan proses pendidikan.

(15)

Pembelajaran yang menekankan pada keaktifan peserta didik

tentunya mempunyai dampak yang berbeda dari pembelajaran tradisional

dimana pembelajaran tradisional hanya berpusat pada guru saja (teacher

oriented). Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai

banyak komponen yang mengarah pada keaktifan peserta didik.

Komponen tersebut ialah membuat keterkaitan yang bermakna,

pembelajaran mandiri, melakukan pekerjaan yang berarti, bekerja sama,

berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan

berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian

autentik. Menurut Harim Soejatmiko selaku Kepala Sekolah pendekatan

kontekstual diterapkan dalam semua materi pelajaran, hal ini dianggap

memiliki implikasi penting bagi proses pendidikan yaitu mendidik tidak

hanya bertujuan mentransfer materi pelajaran namun lebih dari itu

bagaimana peserta didik bisa berempati, bersimpati, bersyukur atas

kenikmatan yang diperoleh sebagaimana diungkapkan beliau bahwa :

Semua pembelajaran di sekolah ini menggunakan pendekatan kontekstual, tidak hanya mata pelajaran Agama saja. Mengapa demikaian..ya karena dengan pembelajaran kontekstual kita bertujuan menjadikan anak mampu berempati terhadap apapun tidak hanya sekedar bersimpati saja yang pada akhirnya empati ini akan bermuara pada sikap pensyukuran. Dalam pembelajaran PAI kita sering mengunjungi tempat-tempat sebagai sumber belajar seperti panti asuhan, panti jompo sehingga pembelajaran tidak

sekedar melihat dan mendengar ceramah da‟i, tapi anak-anak benar-benar menyadari dan merasakan. Jadi ilmu itu tidak sekedar

sebuah teori namun bagaimana ilmu itu bisa membumi.30

Waka Kurikulum Nur Khosim mengungkapakan;

30

(16)

Pendekatan kontekstual berimplikasi pada proses pembelajaran tidak hanya mentransfer pengetahuan namun juga memberikan pendidikan yang mendalam bagi anak. dan membentuk karakter anak didik, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa

menjadi bisa dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.31

Hal diatas diperkuat oleh ungkapan Istiqomah, bahwa ;

Komponen-komponen yang ada dalam pendekatan kontekstual jika benar-benar diterapkan akan berdampak pada proses pembelajaran yang tidak hanya pada kegiatan mentransfer pengetahuan saja

namun juga pada pembentukan sikap dan ketrampilan anak.32

Gambar 7 : Melatih Peserta Didik Terampil Berpidato33

Dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan

kontekstual di Sekolah ini diberi keleluasaan fasilitas untuk keberhasilan

dalam pembelajaran PAI, kreatifitas dan ide yang muncul dari para guru

sangat dihargai dan semua kegiatan yang positif akan didukung oleh

Kepala Sekolah, bahkan dukungan itu juga datang dari pihak luar yaitu

sponsor. Hal ini sebagaimana diungkapakan Kepala Sekolah bahwa :

31

W. NK.WKU, SMAN 1 Ked.,1-7-2015.

32

W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015. 33

(17)

Di sekolah ini kreatifitas guru sangat dihargai, ide banyak muncul dari guru PAI sedang saya sangat mendukung terhadap kegiatan-kegiatan yang positif dan sebisa mungkin memberikan fasilitas. Disamping dari pihak sekolah kegiatan di sekolah ini banyak di dukung dari pihak luar atau dari pihak sponsor sebagai contoh alumni dari sekolah ini memberikan sumbangan untuk pembangunan masjid, dan masjid disini masih baru dan baru juga

diresmikan tahun lalu oleh Bapak Bupati Syahri Mulyo.34

Gambar 8 : Peresmian Masjid Sumbangan Alumni

oleh Bupati Tulungagung35

Hal yang sama juga diungkapkan Sholehah, bahwa ;

Disini kalau ingin mengadakan kegiatan yang melibatkan anak dan itu positif bagi pendidikan anak, sekolah sangat mendukung misalnya dengan memberikan fasilitas jadi ide yang kita usulkan di beri apresiasi yang baik oleh pihak sekolah terutama Kepala

Sekolah, sehingga kita sebagai guru tambah bersemangat.36

Hal ini diperkuat oleh ungkapan Waka Kurikulum ;

Untuk menerapkan proses pembelajaran yang lebih baik, maka juga harus menyediakan fasilitas yang mendukung bagi terlaksananya pembelajaran tersebut. Fasilitas bisa berupa media, dana maupun

waktu.37

34

W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015. 35

D. Peresmian Masjid oleh Bupati Tulungagung, 2014.

36

W. SK.GPAI, SMAN 1 Ked., 8-5-2015.

37

(18)

Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual

supaya berjalan dengan baik Kepala Sekolah senantiasa mengevaluasi

dengan mengadakan supervise kepada Guru PAI, supervise ini tidak

hanya dilaksanakan di dalam kelas dengan mengevaluasi perangkat

pembelajaran38 dan kegiatan belajar mengajar namun juga ketika guru

melasanakan proses pembelajaran yang ada di luar sekolah seperti

kegiatan social atau yang lainnya sebagaimana diungkapkan beliau :

Saya senantiasa melaksanakan supervise terhadapa guru PAI baik di dalam maupun di luar kelas, kita evaluasi mulai dari perangkat pembelajarannya seperti RPP namun diluar sekolah saya juga pernah mengikuti kegiatan pembelajaran yang diadakan sekolah ini

seperti praktek sholat khusu‟ yang di selenggarakan di Masjid Al

Muslimun baru-baru ini dan saya benar-benar merasakan

hikmahnya.39

Hal senada juga diungkapkan Waka Kurikulum, bahwa ;

Saya selalu mengikuti kegiatan keagamaan siswa, istigosah,

pengajian, praktek sholat khusu‟ dan kegiatan-kegiatan yang lain selama itu kegiatan positif apalagi ibadah, saya mendukungnya. Disitu selain ingin turut menanamkna nila-nilai agama, juga untuk

mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah ini.40

Hal ini diperkuat oleh ungkapan Nunik bahwa ; “Supervisi

biasanya dilakukan di dalam kelas seperti mengevaluasi perangkat

pembelajaran dan proses pembelajaran, namun Kepala Sekolah ikut aktif

mengikuti kegiatan yang dilakukan siswa diluar sekolah”.41

Di SMAN 1 Kedungwaru pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran PAI banyak memberikan implikasi sebagaimana tersebut

38

(19)

diatas disamping itu juga membawa implikasi kepada peserta didik,

diantaranya memberikan pengalaman yang mendalam, daya

kreatifitasnya meningkat, nilai yang mencangkup aspek pengetahuannya

meningkat, mampu berkomunikasi dengan baik, kedisiplinannya juga

bertambah sebagaimana diungkapkan Suryani bahwa :

Pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual membuat anak lebih berkesan terhadap materi yang sedang dipelajari,karena mereka belajar tidak hanya teorinya saja, namun juga belajar dengan pengalaman, karena anak berkesan sehingga daya kreatifitas anak bertambah, nilai akademik yaitu aspek kognitifnya juga semakin baik, anak lebih mahir dalam berkomunikasi dengan orang lain, yang tak kalah pentingnya menjadikan anak lebih disiplin.42

Ungkapan diatas diperkuat oleh Istiqomah bahwa pembelajaran

PAI dengan pendekatan kontekstual memberikan implikasi dalam

aspe-aspek kehidupan peserta didik, disamping aspe-aspek religious, peserta didik

juga lebih menjaga hubungan antar teman dikarenakan adanya penilaian

antar teman, berikut pemaparannya ;

Dengan pembelajaran kontekstual memberikan implikasi di berbagai aspek kehidupan anak, aspek religiustik anak dalam mengerjakan sholat dhuha semakin tekun, senantiasa melakukan ibadah puasa baik yang diwajibkan maupun sunnah dan ibadah-ibadah yang lain, aspek social adanya hubungan antar sesame saling menghargai dikarenakan adanya penilaian antar teman, sopan santun terhadap guru karena ada penilaian sikap dan observasi yang dilakukan oleh guru, karena pendekatan kontekstual itu juga menggunakan scientific sehingga pada prinsipnya semua aspek dinilai sehingga anak terbiasa berperilaku jujur sehingga

berimplikasi pada perubahan perilaku anak.43

42

W. SY.GPAI, SMAN 1 Ked., 6-5-2015. 43

(20)

Gambar 9 : Peserta Didik Sholat Dhuha pada Jam Istirahat44 Hal senada juga diungkapkan oleh peserta didik di SMAN 1

Kedungwaru ini,mereka menjelaskan berbagai implikasi pembelajaran

PAI dengan menggunakan pendekatan kontekstual, mereka lebih

mengetahui manfaat materi secara nyata, mampu mempraktekkan dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana Rahmat Ali

salah seorang siswa klas XI Mia 1 mengungkapkan, bahwa :

Dengan pembelajaran PAI yang senantiasa mengaitkan materi dengan kehidupan nyata saya lebih mengetahui manfaat dari materi yang sedang dipelajari, disamping itu lebih bisa menerapkannya atau mempraktekannya, disamping itu kita tahu dengan lebih nyata, karena jika materi hanya diberikan melalui teori saja maka kita

hanya mengangan-angannya saja.45

Mohammad Syahrian klas XI Mia 3 juga mengungkapkan manfaat

pembelajaran PAI dengan kontekstual disamping mereka dapat

mempraktekkan apa yang dipelajari dengan lebih baik, mereka juga lebih

44

D. Sholat dhuha, 2-5-2015. 45

(21)

mandiri, bertanggungjawab, khusu‟ dan disiplin, sebagaimana

unkapannya, bahwa :

Kita dapat mempraktekkan apa yang kita pelajari dengan lebih

baik, disamping itu kita lebih mandiri, bertanggungjawab, khusu‟

dalam beribadah, meninkatkan rasa kekeluargaan dan keakraban

dengan sesame serta meningkatkan kedisipilinan kita.46

Data diatas juga didukung oleh pangamatan peneliti ketika sedang

berada di SMAN 1 Kedungwaru ketika anak-anak remas akan

melaksanakan aktivitasnya seperti biasa yaitu membaca Al Quran‟an

pada hari Jum‟at pagi sebelum kegiatan belajar mengajar. Mereka dengan

penuh semangat dan bertanggungjawab berkumpul di Masjid melakukan

koordinasi. Hubungan mereka terlihat harmonis dan kekeluargaan. Ketua

Remas membagi tugas dan segera mempersilahkan para anggotanya

untuk segera masuk kelas sesuai tugasnya masing-masing. Disini begitu

terlihat anak-anak belajar dengan cara mandiri dan penuh kedisiplinan.47

Implikasi pembelajaran PAI tidak hanya pada peserta didik namun

juga terhadap guru. Guru tidak hanya mengajar dan menjadi fasilitator

saja namun harus mampu menjadi action for example atau menjadi suri

tauladan bagi anak didiknya, dan guru harus senantiasa belajar agar bisa

memberikan yang terbaik kepada peserta didik. Hal ini diungkapkan oleh

Kepala Sekolah bahwa :

Dengan kontekstual guru tidak sekedar mendidik namun lebih pada

action for example, jadi guru menjadi sumber contoh atau sumber tauladan bagi anak, sehingga guru dituntut untuk berperilaku sama dengan anak maksudnya sama-sama belajar sebagai contoh guru

46

W. MS.PS, SMAN 1 Ked., 8-5-2015.

47O. Kegiatan Rutin Tadarus Alqur‟an di Hari Jum‟at, 8

(22)

melarang merokok anak namun dia sendiri merokok, guru mengajarkan bagaimana wirausaha yang baik maka seorang guru mampu menata kehidupan ekonomunya dengan baik pula. Disamping hal itu perkembangan keilmuwannya guru tidak boleh

berhenti harus dinamis dan selalu diasah.48

Hal senada juga diungkapkan oleh Waka Kurikulum ;

Sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di Kabupaten Tulungagung, karena itu harus memilih cara belajar yang senantiasa mampu membentuk kepribadian murid dan juga menjadi pedoman bagi guru berperilaku. Pendekatan kontekstual menjadikan guru untuk senantiasa menjadi contoh atau tauladan bagi anak didiknya.Dan ini terlihat pada kekompakan guru disini setiap dua bulan sekali mengadakan anjangsana untuk menjalin silaturrahmi dimana dalam kegiatan itu selalu diselingi siraman rohani.49

Hal tersebut diatas diperkuat oleh Islami Ayang Nofikasi siswa

kelas XI MIA 6 yang menyatakan bahwa ; “ Bapak dan ibu guru disini

banyak yang memberikan contoh kepada kita, seperti rajin beribadah dan

ikut aktif dalam kegiatan keagamaan siswa”.50

c. Alasan Penerapan Pembelajaran PAI dengan pendekatan Kontekstual

(Contekstual Teaching And Learning) di SMAN 1 Kedungwaru

Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah senantiasa

diarahkan pada pembentukan kepribadian yang lebih baik. Begitu juga

pembelajaran PAI diharapkan mampu menjadikan peserta didik yang

memiliki kepribadian muslim. Dengan pembelajaran menggunakan

pendekatan kontekstual memberikan implikasi kepada peserta didik,

seperti mandiri, tanggungjawab, tekun, disiplin, mampu bekerjasama,

(23)

beribadah dan mempunyai kepribadian yang berdasarkan nilai-nilai Islam

sebagaimana tertuang dalam visi misi sekolah ini.51 Hal ini dikarenakan

pendekatan kontekstual dalam pembelajaran PAI merupakan sebuah

proses pendidikan untuk membentuk kepribadian peserta didik

sebagaimana Harim selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Kedungwaru

mengungkapkan bahwa:

Begini… ketika berbicara teori-teori yang bagus dan kita bisa

menerapkan sebuah teori tersebut dengan cara yang baik pula pasti akan mendapatkan hasil sesuai yang kita inginkan, kita ingat pada sebuah batu karang jika ditetesi air terus menerus pasti akan berlubang juga. Apalagi disaat sekarang dimana sebagian orangtua yang kurang memperhatiakan perkembangan kepribadian anak dan masyarakat permissive atau tidak mau ikut bertanggungjawab terhadap pendidikan, mungkin dikarenakan masyarakat yang sangat heterogen sehingga pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual menjadi alternative proses pendidikan yang tepat dalam

membantu penbentukan kepribadian muslim anak.52

Berhubungan dengan hal diatas Nunik mengungkapkan bahwa

komponen-komponen yang ada dalam pendekatan kontekstual membawa

pengaruh bagi pembentukan kepribadian muslim peserta didik,

komponen-komponen itu merupakan sebuah proses dalam rangka

membentuk kepribadian peserta salah satunya komponen yang

mengaitkan materi dengan kehidupan nyata, berikut ungkapannya ;

Sangat berpengaruh pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual dikarenakan ada perbandingan nyata antara teori dengan kehidupan sehari-hari disamping itu anak mengetahui secara dalam materi sehingga anak mampu mengambil nilai nilai yang ada dalam setiap materi pelajaran dan mereka akan menerapkan nilai-nilai itu atas keikhlasan mereka sendiri, dengan

51

D. Profil Sekolah Terlampir, 2015

52

(24)

begitu lambat laun anak menjadi seorang pribadi muslim yang

lebih baik dan mempunyai akhlak yang lebih baik pula”.53

Hal diatas diperkuat oleh Solihah bahwa mengaitkan materi dengan

kehidupan nyata seperti kegiatan sosial yang dilakukan peserta didik

mengadakan santunan langsung berkunjung kepada fakir miskin ataupun

panti jompo merupakan proses pendidikan yang sangat mendalam dan

tepat, peserta didik tidak hanya menyumbang namun juga berempati atas

keadaan mereka tersebut, sebagaimana diungkapkannya, bahwa :

Dengan pendekatan kontekstual salah satunya dengan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata misalnya dengan mengadakan kegiatan santunan langsung kepada fakir miskin yang akhirnya

mereka menyumbang dengan hati atau ”trenyuh“ karena melihat sendiri seperti juga santunan yang diadakan di panti jompo anak akan berfikir kelak jika mereka menjadi tua, mereka akan juga merasakan seperti mereka.Hal ini merupakan proses pendidikan yang dapat membentuk karakter atau kepribadian anak menjadi

pribadi muslim.54

Gambar 10: Pembelajaran dengan Mengunjungi Panti Jompo55

53

W. NM.GPAI, SMAN 1 Ked., 29-4-2015. 54

W. SK.GPAI, SMAN 1 Ked., 8-5-2015. 55

(25)

Pendekatan Kontekstual sangat sesuai diterapkan dalam

pembelajaran PAI dikarenakan komponen-komponennya dapat dengan

mudah dan menyenangkan peserta didik untuk dilaksanakan, hal ini

diungkapkan Istiqomah sebagai berikut :

Untuk memperdalam pengetahuan anak selain informasi yang di dapat dari guru, anak harus juga belajar mandiri sehingga ketiga aspek dapat dicapai yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dan juga dengan pendekatan ini lebih mengena

karena tidak melangit dan menyenangkan bagi peserta didik.56

Waka Kurikulum Nur Khosim menambahkan ;

Karena pendekatan kontekstual salah satunya mengaitkan materi dengan kehidupan nyata sehingga dalam proses pembelajaran akan menyenangkan, sehingga materi lebih mudah diserap oleh siswa, mudah dipahami sehingga juga mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.57

Hal diatas diperkuat oleh ungkapan Islami Ayang Nofikasi siswa

kelas XI MIA 6 bahwa ; “ Saya lebih suka jika dalam proses

pembelajaran tidak hanya ceramah saja, namun ada kegiatan diskusi,

praktek atau melihat kehidupan nyata melalui internet maupun video”.58

56

W. IQ.GPAI, SMAN 1 Ked., 2-5-2015.

57

W. HS.KS, SMAN 1 Ked., 29-5-2015.

58

(26)

Gambar 11 : Praktek Sholat Khusu‟59

Pembelajaran kontekstual dalam PAI penilaiannya menggunakan

penilaiana autentik yaitu penilaian menyeluruh dari peserta didik, karena

semua aspek dinilai peserta didik senantiasa membiasakan diri

berperilaku yang baik sehingga semakin lama menjadikan kepribadian

mereka lebih baik. Dalam hal ini Istiqomah mengungkapkan bahwa “

Karena pendekatan kontekstual itu juga menggunakan scientific sehingga pada prinsipnya semua aspek dinilai sehingga anak terbiasa dan membiaskan dirinya berperilaku baik sesuai nilai-nilai Islam yang pada akhirnya perilaku ini mampu membentuk kepribadian anak menjadi pribadi muslim yaitu pribadi yang

berdasarkan nilai-nilai Islam”.60

Hal senada juga diungkapkan Waka Kurikulum, Nur Khosim, bahwa ;

Dalam Kurikulum 2013 setiap aspek itu ada evaluasinya yang meliputi sikap, Pengetahuan dan ketrampilan, aspek pengetahuan meliputi proses pembelajaran di kelas, aspek sikap meliputi perilaku di dalam dan di luar kelas disamping ada penilaian diri, dan penilaian antar teman, dan aspek ketrampilan yang meliputi

59

D. Praktek Sholat Khusu‟, 2015.

60

(27)

kegitan praktek dan hasil karya siswa, semua ini membuat siswa menjadi lebih pandai, terampil dan kepribadiannya menjadi lebih baik.61

Hal ini diperkuat oleh ungkapan Suryani, bahwa ;

Karena dalam penilaian menggunakan penilaian autentik yang merupakan penilaian yang nyata dan menyeluruh maka anak

berusaha untuk menjadi insane kamil sesuai dengan syari‟at

Islam.Meskipun pada awalnya termotivasi karena adanya penilaian tapi lama-kelamaan menjadi sebuah kebiasaan dan kebutuhan anak.62

Sedangkan menurut Mohammad Syahrian siswa kelas XI MIA 3

menyebutkan beberapa perubahan akhlak yang ada pada dirinya kearah

yang lebih baik setelah menerapkan pembelajaran PAI dengan

pendekatan yang menuntut mereka untuk senantiasa aktif dalam kegiatan

pembelajaran sebagaimana diungkapkannya, bahwa ;

Karena pembelajaran dengan diskusi, praktek, penugasan, observasi, melakuakan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain seperti santunan ke masyarakat dan bekerjasama dengan kelompok

maka kita menjadi lebih mandiri, bertanggungjawab, khusu‟ dalam

beribadah, meninkatkan rasa kekeluargaan dan keakraban dengan

sesame serta meningkatkan kedisipilinan.63

Hal ini diperkuat oleh Istiqomah, bahwa ;

Karena pembelajarannya senantiasa mengaitkan langsung dan berhubungan dengan amalan sehari-hari menjadikan siswa harus aktif dalam pembelajaran sehingga timbul pembiasaan yang berkesinambungan sehingga membentuk karakter siswa menuju

masa depannya.64

Data ini di dukung observasi peneliti diketahui bahwa dengan

pembelajaran dengan praktek kotbah dalam rangka pembelajaran mandiri

(28)

yang dilakukan di Masjid dan diskusi di dalam kelas dalam rangka

melatih berpikir kritis dan kreatif anak menjadi lebih semangat, disiplin

dan bertanggung jawab dalam belajar.65

Hal lain yang nampak di sekolah ini, bahwa ketika jam istirahat

yakni jam 10.00-10.15 masjid tampak ramai. Peserta didik banyak yang

melaksanakan sholat dhuha di jam istirahat tersebut atas kesadaran

mereka sendiri bahkan ada yang menyempatkan diri untuk membaca Al

Qur‟an.66

2. Deskripsi Data di SMAN 1 Boyolangu Kabupaten Tulungagung

a. Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual

Untuk melaksanakan pembelajaran PAI dengan pendekatan

kontekstual ada beberapa komponen pembelajaran yang dapat

dilakukan, diantaranya membuat keterkaitan yang bermakna,

pembelajaran mandiri melakukan pekerjaan yang berarti, bekerja sama,

berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan

berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian

autentik. Di sekolah ini juga menerapkan pembelajaran dengan

komponen-komponen tersebut, diantaranya ;

a. Membuat keterkaitan yang bermakna

Berbagai cara digunakan oleh guru untuk mengaitkan materi

dengan kehidupan sehari-hari agar mendapatkan makna dari

65

O. Kegiatan Belajar Mengajar, 2-5-2015. 66

(29)

pembelajaran, materi pembelajaran PAI dapat dikaitkan dengan

peristiwa yang baru atau sering terjadi dalam lingkungan kehidupan

sehari-hari baik yang kita ketahui dari kehidupan sekeliling kita

maupun peristiwa yang sering kita lihat dari media, hal ini sangat

menarik bagi peserta didik dan meningkatkan semangat belajar

mereka, sebagaimana diungkapan oleh Wildan Hanson bahwa :

Pembelajaran PAI dengan cara mengaitkan hal yang paling actual maksudnya yang marak terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita misalnya materi tentang pengendalian diri ini bisa dikatkan dengan perkelahian antar pelajar yang sering terjadi akhir akhir ini. Baik yng diketahuinya dari kehidupan disekitarnya maupun yang dilihat melalui media elektronik seperti tawuran anak SMP,SMA bahkan anak SD, disamping itu kekerasan yang ada di lembaga wakil rakyat sebagai contoh DPR yang melaksanakan sidang dengan baku hantam

karena kurang memahaminya betapa pentingnya

pengendalian diri dan pemahaman bahwa pada dasarnya tidak ada penyelesaian suatu masalah dengan emosi yang

menghasilkan keputusan yang bijaksana.67

Sedangkan Musowidin juga memberikan contoh cara

mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari disekitar kita,

bahwa ilmu itu sering diketahui oleh manusia hanya

setengah-setengah saja tidak mendalam sehingga berakibat kurang baik

dalam kehidupan manusia tersebut, maka dari itu untuk bisa hidup

lebih baik peserta didik harus mengetahui ilmu secara mendalam

agar kelak jika hidup ditengah masyarakat mampu survive, berikut

ungkapannya :

67

(30)

Contoh mengaitkan materi PAI dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kita atau yang bisa kita ketahui dari televise atau media internet contohnya dalam hal pernikahan, banyak masyarakat yang menikah tapi tidak tahu makna menikah, pengetahuan tentang pernikahan seharusnya tidak hanya menyangkut hokum nikah saja yakni sunah, mubah, wajib, haram tapi bagaimana menyangkut hubungan suami istri itu halal, kadang apabila sudah menjatuhkan talaq satu yang mestinya mereka itu masih bisa rujuk tapi mereka tidak mengerti, anggapan mereka talaq satu harus menunggu masa iddah yang kemudian harus mbangun nikah lagi. Contoh lain dalam hal ilmu Faraid, pemerintah dalam menetapkan pembagian harta warisan hanya dari segi materi saja,sedang pembagian warisan dalam Islam berlandaskan dari berbagai unsure, dan saya menjelaskan ke anak-anak orang yang mendapat harta warisan tidak dengan menggunakan hokum agama maka hidupnya dipastikan akan sengsara atau tidak bahagia. Untuk meyakinkan hal ini anak-anak saya beri tugas observasi di lingkungan sekitar anak-anak atau lingkungan keluarga kemudian hasil pengamatan itu

dipresentasikan.68

Hal diatas juga di dukung oleh Nena siswi kelas XI MIA 8,

sebagaimana diungkapkannya, bahwa ;

(31)

Gambar 12 : Mengaitkan Materi melalui Media Internet70

b. Pembelajaran Mandiri

Pembelajaran mandiri merupakan salah ciri pembelajaran

aktif . Peserta didik senantiasa dilatih kemandirian agar kelak

senantiasa hidup dengan mandiri tanpa selalu mengharap belas

kasihan orang lain. Dalam pembelajaran kontekstual perlu adanya

pembelajaran mandiri. Bentuk-bentuk pembelajran mandiri dapat

dilakukan dengan cara peserta didik mencari materi yang akan

dipelajari terlebih dahulu dari sumber yang relevan melalui media

yang tersedia di sekolah seperti internet dan fasilitas lainnya71 yang

kemudian didiskusikan bersama di dalam kelas, dengan usahanya

sendiri ini peserta didik lebih semangat dalam pembelajaran

sebagaimana diungkapkan oleh Musowidin bahwa :

70

D. Menggunakan Media Internet.2015. 71

(32)

Kebetulan kita sebagai guru titik-titik bisa IT, agar anak mandiri anak mencari sumber materi sendiri bisa dilakukan dengan browsing dari internet karena dunia ini sudah dekat dengan anak kemudian hasilnya akan dipresentasikan dan ditayangkan di LCD sebagai contoh bagaimana penerapan hukuman zina di Arab, Afganistan dan Negara Islam lainnya, anak sangat tertarik mencari materi ini sendiri.dan kejadian nyata yang lain di dunia ini yang dapat ditemukan dari masing-masing anak, inilah pentingnya pembelajaran mandiri karena akan menemukan lebih banyak pengetahuan baru lainnyal.72

Hal senada juga diungkapkan oleh Wildan dengan mengacu

pada kurikulum 2013 dimana peserta didik melakukan proses

mengamati, menanya, mengeksplorasi dan kemudian

mengkomunikasikan.Dalam hal ini menurut Wildan bahwa peserta

didik senatiasa dilatih mandiri dan untuk mencari bahan materi

sendiri sebelum pembelajaran, materi tidak hanya melalui internet

saja namun dari buku-buku yang bisa dibaca diperpustakaan yang

kemudian didiskusikan di dalam kelas sebagaimana diungkapkan

bahwa :

Iya, Seperti yang ada di kurikulum 2013, diantaranya mempelajari materi sendiri bisa dengan browsing atau kajian perpus, ini merupakan proses mengamati,kemudian bisa ditanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya di dalam kelas, kemudian eksplorasi dan dikomunikasikan di dalam diskusi

(33)

Data ini juga di dukung oleh observasi peneliti dimana dalam

kegiatan belajar mengajar peserta didik di beri tugas mencari

materi di Internet secara mandiri sebelum di diskusikan bersama.74

c. Melakukan pekerjaan yang berarti

Melakukan pekerjaan yang berarti penting dalam

pembelajaran PAI. Karena ini merupakan salah satu cara

pencapaian dalam pembentukan kepribadian. Menurut Harun

melakukan pekerjaan yang berarti ini dapat diterapkan dengan cara

peserta didik melaksanaan ibadah sunat disamping ibadah wajib

setiap harinya seperti puasa sunat Senin Kamis, sholat dhuha dan

sholat sunat malam.Kegiatan ini agar berjalan dengan baik harus

senantiasa di evaluasi setiap minggunya, disamping itu yang

menerapkannya dengan baik diberikan apresiasi berupa poin untuk

menambah nilai sebagaimana diungkapkan beliau bahwa :

Anak-anak senantiasa saya anjurkan untuk puasa Senin Kamis, sholat dhuha dan sholat malam. Ini merupakan pekerjaan yang berarti bagi anak. Kegiatan ini saya evaluasi setiap seminggu sekali dan saya akan memberi poin tiap minggunya, minimal melakukan 4 kali kegiatan dalam seminggu akan mendapatkan 1 poin untuk nilai praktek

ibadah. Anak-anak sangat antusias mengerjakannya.75

Banyak hal-hal yang berarti yang dapat dilakukan peserta

didik setiap harinya di sekolah seperti mengucapkan salam ketika

bertemu, berjabat tangan dengan teman maupun gurunya, menjaga

kebersihan lingkungan sekolah. Ada kegiatan lain yang dilakukan

74

O. Kegiatan Belajar Mengajar, 30-4-2015.` 75

(34)

tiap minggu seperti sholat jum‟at, mengadakan kajian Islami,

membaca Surat Yasin dan Tahlil. Disamping itu ada juga kegiatan

yang dilakukan dalam tiap tahun seperti mengadakan perlombaan

yang bersifat sosial pada bulan Ramadhan, peringatan Hari

Kelahiran sekolah dengan melakukan Istighosah dan menyantuni

anak yatim begitu juga ketika akan melaksanakan Ujian Akhir

Nasional bagi peserta didik kelas akhir dan lain sebagainya hal ini

diungkapkan oleh Musowidin bahwa :

Mulai dari aktivitas yang paling kecil sampai kegiatan yang paling besar itu merupakan kegiatan yang berarti bagi kehidupan anak, sebagaimana yang mereka lakukan setiap harinya disamping mengerjakan sholat sunah, puasa sauna seperti mengucapkan salam, berjabat tangan, menjaga kebersihan, bahkan kegiatan dalam rangka membantu orangtua memenuhi kebutuhan hidupnya seperti ada anak yang menjual makanan di sekolah dengan cara pembeli mengambil dan membayar sendiri dan semuanya berperilaku jujur, dan ini sangat berarti bagi keduanya. Kemudian

kegiatan mingguan, seperti jum‟atan, siswa melakukan kajian

Islam, pembacaan yasin tahlil tiap hari jum‟at pagi. Dan

kegiatan tahunan seperti ngabuburit dengan lomba-lomba social, santunan anak yatim, Istigosah yang dilaksanakan pada saat harlah (malam terakhir) dan akan melaksanakan

UAN.76

Hal senada juga diungkapkan Waka Kurikulum, yang

menyatakan bahwa ;

Siswa aktif dalam melaksanakan kegiatan keagamaan baik yang bersifat harian seperti sholat berjamaah, sholat dhuha,

senyum salam sapa, mingguan seperti sholat jum‟at,

mengedarkan dan mengisi kotak amal,keiatan bulanan seperti pembacaan surat yasin dan tahlil serta kegiatan tahunan seperti istighosah ketika akan ujuin, even-even yang sifatnya

76

(35)

besar, peringatan hari-hari besar dengan mengadakan bakti

sosial, santunan anak yatim dan idul kurban.77

Data ini juga didukung oleh observasi peneliti ketika itu ada

seorang guru yang mengumumkan ada salah seorang dari keluarga

besar SMAN 1 Boyolangu yang meninggal kemudian anak-anak

dihimbau memberikan bantuan shodaqoh seikhlasnya yang akan

diberikan kepada keluarga yang ditinggalkan.78

d. Kerjasama

Kerjasama dalam pembelajaran diwujudkan dengan kerja

kelompok. Dengan pemberian tugas untuk dikerjakan secara

berkelompok maka akan muncul kejasama diantara peserta didik,

sebagaimana diungkapkan Musowidin, ”Contoh dalam materi

kutbah jum‟at, anak kerja kelompok untuk membuat materi kutbah

jum‟at kemudian dikumpulkan dan di praktekkan di masjid”.79 Selain kerjasama dilakukan untuk kegiatan praktek ibadah

seperti yang disebutkan diatas, kejasama dalam bentuk kerja

kelompok dapat dilakukan dalam kegiatan diskusi di kelas, peserta

didik dibagi dalam kelompok kemudian mereka dengan

bekerjasama dengan kelompoknya menyiapkan materi sebagai

bahan diskusi. Hal ini diungkapkan Wildan

Dengan cara pembagian kelompok di dalam kelas ketika kita akan melakukan diskusi, mereka mencari materi

(36)

sama temannya bisa dengan browsing, kajian perpus atau dari

buku-buku lain yang mereka dapatkan”.80

Hal diatas didukung oleh ungkapan Iklil siswa kelas X IIS

bahwa ; “ Di dalam kegiatan diskusi kita biasanya dibagai menjadi

beberapa kelompok kemudian kita bekerjasama dalam menyiapkan

materinya”.81

Gambar 13: Peserta didik Melakukan Kerjasama82

e. Berpikir kritis dan kreatif

Peserta didik di sekolah ini sangat perlu dilatih untuk berfikir

kritis dan kreatif. Berfikir kritis dan kreatif dapat dilakukan dengan

memberi kesempatan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan,

meskipun jika pertanyaaa itu kurang bagus itu lebih baik dari pada

selalu diam saja, dan jika peserta didik mampu mengajukan

pertanyaan yang bagus dan kritis maka seorang guru harus

80

W. WH.GPAI, SMAN 1 Boy., 28-4-2015.

81

W. IL.PS, SMAN 1 Boy, 6-5-2015. 82

(37)

memberikannya apresiasi agar bertambah semangat dalam belajar.

Sedangkan sifat kreatif peserta didik dapat dilakukan dengan

kepandaian peserta dalam mencari sumber pengetahuan

sebagaimana diunkapkan Wildan bahwa :

Sangat perlu anak berlatih berpikir kritis yaitu dengan cara memberi kesempatan anak bertanya dalam setiap kegiatan belajar mengajar, karena menurut saya anak yang bertanya namun salah lebih baik dari pada tidak bertanya kemudian pertanyaan yang bagus harus segera diberikan apresiasi meskipun hanya sekedar tepuk tangan hal ini akan membuat anak lebih semangat, disamping itu saya seneng klo ada anak yang membantah atau berbeda pendapat dalam kegiatan diskusi di kelas sehingga membuat guru untuk mencari jawabannya atau sumber-sumber yang lebih banyak, Sedang untuk aspek kreatif anak dengan cara anak banyak membaca

melalui buku atau internet.83

Kreativitas peserta didik dalam belajar dapat juga

ditumbuhkan juga dengan keaktifan peserta didik dalam

menemukan gejala atau kejadian yang ada di dalam masyarakat

yang memerlukan analisa dan pembahasan di dalam kelas,

sehingga mereka akan lebih paham apa yang telah dilihat atau

ditemukannya di lingkungan mereka sehingga mereka tidak hanya

menonton saja namun dapat mengambil pelajaran dan hikmahnyha

sebagaimana diungkapkan Musowidin bahwa :

Untuk menumbuhkan kreatif anak dengan cara anak mencari kasus di luar atau mengamati kejadian di lingkungannya, jika mereka tidak faham maka di florkan di kelas untuk didiskusikan bersama-sama dengan teman dan gurunya sebagai contoh ketika ada orang yang meninggal dunia, disitu anak banyak yang bertanya mengapa orang yang meninggal

83

(38)

di lingkungan mereka ketika masih ditidurkan di rumah diatas atau utara kepalanya di beri lampu dan mengapa ketika berangkat akan dimakamkan disepanjang jalan yang akan

dilaluinya disapu terlebih dahulu,akhirnya setelah

didiskusikan mereka mengetahui makna dan maksudnya dari kebiasaan tersebut yaitu bahwa keluarga mereka yang ditinggalkan tersebut berharap orang yang meninggal tersebut

“dipadangne kubure dan dijembarne kubure” maksudnya

dijauhkan dari siksa kubur. Namun juga harus dipahamkan ke anak bahwa untuk dilapangkan kuburnya manusia harus melaksanakan sholat yang bagus, akhlaknya yang bagus dan sebagainya dan melaksanakan semua yang diperintahkan

Allah SWT dan menjauhi larangannya.84

Data ini juga didukung oleh observasi peneliti ketika masuk

ke dalam kelas dan anak-anak sedang berdiskusi, mereka kritis

bertanya tentang materi yang sedang dibahas.85

f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang

Dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

senantiasa ada pengenalan terhadap karakteristik peserta didik . Hal

ini dilakukan dalam rangka membantu peserta didik untuk tumbuh

dan berkembang secara optimal. Di SMUN 1 Boyolangu untuk

mengenal karakteristik peserta didik melalui proses pembelajaran,

seperti dalam kegiatan praktek membaca Al Qur‟an, praktek sholat,

sikap ketika berada di dalam kelas pada saat kegitan KBM. Dari

sini akan nampak karakter masing-masing peserta didik sehingga

guru dapat mengenal dan memperhatikannya agar peserta didik

dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan

84

W. MW.GPAI, SMAN 1 Boy., 30-4-2015. 85

(39)

kemampuan masing-masing sebagaimana diungkapkan Musowidin

bahwa :

Untuk mengenal setiap siswa, kita ini melihat ketika anak

praktek membaca Al Qur‟an, praktek sholat, melihat sikap anak ketika menerima pelajaran di kelas. Ketika mengamati praktek kita bisa mengenali karakter anak, kadang yang

berjilbab itu belum tentu bisa membaca Al Qur‟an namun

mereka biasanya memiliki kepribadian yang santun dan

memahami bahwa menutup aurot itu wajib hukumnya.86

Hal yang sama juga diungkapkan Wildan Hanson bahwa

melalui kegiatan praktek ibadah dapat diketahui karakter peserta

disamping itu dapat juga dilakukan dengan menanyainya langsung

tentang aktivitas sehari-hari mereka di rumah untuk kemudian

dianalisa dan ditindak lanjuti oleh guru supaya mereka dapat

berkembang ke arah yang lebih baik, demikian penjelasannya :

Melalui kegiatan membaca Al Qur‟an kemudian anak

dikelompokkan sesuai dengan kategorinya dari yang sangat mahir, mahir dan kurang mahir, juga dari keaktifan sholat mulai yang paling aktif, sedang-sedang saja dan yang kurang aktif, kemudian memperhatikan mereka dengan menanyai masing-masing anak tentang kegiatan sehari-hari mulai dari pertanyaan, kamu bangun jam berapa? sholat jam berapa? kenapa tidak sholat? mereka biasanya menjawab dengan jujur yang kemudian saya beri motivasi agar mereka dapat tumbuh

dan berkembang lebih baik.87

Hal diatas di dukung oleh Harim Soejatmiko selaku Kepala

Sekolah, mengungkapkan bahwa ;

Siswa disekolah ini heterogen dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbeda disamping itu bermacam-macam karakteristiknya, karena itu seorang guru harus mampu mengidentifikasi mereka mereka melalui proses pembelajaran

86

W. MW.GPAI, SMAN 1 Boy., 30-4-2015.

87

(40)

baik di dalam kelas maupun di luar kelas agar mereka dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal.88

g. Mencapai standar yang tinggi

Mencapai standar tinggi juga penting dalam pembelajaran

kontekstual karena keberhasilan akan ditentukan diberbagai aspek

baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ada standar nilai

yang diterapkan disekolah ini seperti yang diungkapkan “Disini kan

ada KKM, tapi saya harap anak tidak hanya sekedar memenuhi

KKM baik aspek kognitif, affektik dan psikomotorik”.89

Hal yang sama juga diungkapkan Musowidin bahwa peserta

didik diharapkan tidak hanya mampu mencapai KKM tetapi harus

melebihi bahkan mendekati nilai sempurna. Tidak hanya nilai

aspek kognitif yang harus bagus namun juga aspek sikap dan

ketrampilan lebih jauh diungkapkan oleh Musowidin bahwa:

Ya setelah menerima materi anak bisa melakukan menurut kemampuan, untuk nilai harus mendekati sempurna, KKM itu hanya untuk batasan kalangan bawah saja. Disamping itu anak harus mempunyai ketrampilan yang bagus juga sebagai contoh dalam materi warisan siswa-siswa saya mateng dalam penguasaan materi, saya tidak suka memberikan materi setengah-setengah, sehingga anak-anak terampil dalam menghitung harta warisan untuk bagiannya sendiri dan bagian keluarganya. Klo untuk aspek akhlak anak sudah punya pengetahuannya sejak masih SD dan SMP juga sudah diajarkan mereka tinggal maka ditingkat SMA mereka harus banyak merealisasikannya. Karena kesempurnaan manusia,

(41)

Hal tersebut diatas didukung oleh ungkapan Waka Kurikulum

Agus Winoto, bahwa :

Dalam Pembelajaran nilai anak harus mencapai KKM, jika tidak mereka harus diremidi agar masuk dalam criteria tuntas dalam belajar. Namun disini anak diharapkan tiudak hanya mencapai KKM namun harus mendapatkan nilai yang bagus

baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.91

h. Menggunakan Penilaian Autentik

Penilaian autentik diterapkan dalam kurikulum 2013, sekolah

ini pada saat peneliti mengadakan penelitian menerapkan

kurikulum 2013 . Penilaian di sekolah ini menggunakan penilaian

proses yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik. Seperti

yang diungkapkan Wildan Hansen;

Ya meliputi penilaian kognitif seperti ulangan harian, tes lesan, ulangan semester dan ulangan akhir semester, sedangkan aspek afektif dapat diambil dari pengamatan

keaktifan siswa dalam kegiatan sholat Jum‟at, peringatan hari

besar Islam, istigosah, dan aspek ketrampilan dari kemampuan praktek ibadah anak disamping itu tugas membuat porto folio, membuat produk seperti madding yang ada di masjid”.92

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Musowidin bahwa

penilaiaannya menggunakan authentic assessment menambahkan

bahwa :

Penilaian menggunakan penilaian autentik yang meliputi sikap, pengetahuan, psikomotor dimana anak dalam kegiatan

keagamaan selalu ada respon, o…anak ini tekun dalam

ibadahnya, respon terhadap pengumuman dan segera datang,

91

W. AW.WKU, SMAN 1 Boy., 7-5-2015.

92

(42)

mendengarkan dan melaksanakan tugas yang diberikan

dengan baik.93

Hal ini di dukung oleh ungkapan Rida siswa kelas XI MIA 2,

bahwa ; “ Dalam pembelajaran PAI penilaiannya banyak ada

penilaian pengetahuan, penilaian sikap dan penilaian praktek atau

ketrampilan”.94

b. Implikasi Pembelajaran Contekstual teaching And Learning (CTL)

Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

dilatar belakangi oleh adanya berbagai macam karakteristik peserta

didik. Karena itu pembelajaran harus menggunakan pendekatan yang

dapat membelajarkan peserta didik dengan berbagai karakteristiknya.

Peserta didik berasal dari lingkungan keluarga dan masyarakat yang

berbeda karena itu penting menggunakan pendekatan ini karena

pembelajaran tidak hanya mencangkup kognitif saja, namun

ketrampilan dan pembentukan sikap sebagaimana diungkapkan

Kepala Sekolah SMUN 1 Boyolangu bahwa :

(43)

Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil kepala sekolah

tentang pentingnya pembelajaran PAI dengan pendekatan

kontekstual yang merupakan tuntutan kebutuhan peserta didik pada

saat ini agar lebih mendalam dalam memahami materi sehingga

berimplikasi pembelajaran tidak sekedar pengetahuan hanya bentuk

dogma-dogma saja, namun lebih dari itu, berikut ungkapannya :

Pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual diterapkan karena tuntutan kebutuhaan anak, jika materi diberikan hanya dengan dogma-dogma saja maka anak hanya mengetahui dasar-dasar materi saja namun secara konteks mereka kurang

faham.96

Hal ini di dukung oleh ungkapan Harun yang menyatakan

bahwa;

Pembelajaran kontekstual itu menjadikan kita sebagai guru tidak hanya memindahkan pengetauan kepada anak didik saja, namun kita juga bertanggungjawab untuk membentuk ketrampilan dan sikap peserta didik yang kita lakukan dalam

proses pembelajaran setiap harinya.97

Pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual akan dapat

dilaksanakan dengan baik jika semua yang terkait dengan tanggung

jawab pendidikan ikut terlibat, seperti keluarga, lembaga sekolah

dengan semua warganya mulai dari Kepala Sekolah, semua guru tidak

hanya guru PAI saja, sebagaimana diungkapkan Wildan salah seorang

GPAI bahwa :

96

W. AW.WKU, SMAN 1 Boy., 7-5-2015.

97

(44)

Kalau menurut pembelajaran PAI dengan pendekatan kontekstual ini akan menjadi lebih baik jika semua yang bertanggungjawab terhadap pendidikan ikut aktif dalam melibatkan dirinya, pertama keluarga ini lembaga yang pertama dan utama dalam memberikan pendidikan kepada anak dan anak pertama kali mendapatkan pendidikan ya dari keluarganya, makanya keluarga harus senantiasa memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak, kedua lembaga sekolah yakni semua warga sekolah harus peduli dengan penanaman nilai-nilai agama sebagai salah satu proses mendidik anak dan ini tidak hanya guru agama yang bertanggungjawab. Saya senang klo ada guru non agama juga mengingatkan anak untuk senantiasa berperilaku Islam ini menunjukkan semua komponen peduli, sedang dari Kepala Sekolah wujud dari tanggungjawabnya yakni dengan memberi dorongan atau motivasi, keinginan atau ide yang baik dari kita di dukung, dan pada kenyatannya kami sangat dimudahkan dalam pelaksanaan program-program yang

telah kami rencanakan.98

Hal yang sama juga diungkapkan Musowidin, bahwa ;

Dalam penerapan pembelajaran kontekstual maka keluarga, masyarakat, guru dan warga sekolah akan terlibat, mereka berperan penting dalam pendidikan anak karena mereka

merupakan sumber contoh kehidupan yang dekat dengan anak.99

Hal ini didukung oleh ungkapan Waka Kurikulum Agus Winoto ;

Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama yaitu keluarga sekolah dan masyarakat. Dengan pendekatan kontekstual mendorong kita untuk menjadikan ketiga elemen itu terlibat secara aktif dalam proses pendidikan anak. Jadi pendidikan tidak

hanya antara murid dan guru saja.100

(45)

Gambar 14 : Keterlibatan Guru dan Kepala Sekolah dalam

Rangka Peduli Lingkungan101

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual

memberi implikasi pada pembentukan kepribadian peserta didik di

SMUN 1 Boyolangu, peserta didik lebih cepat dalam memahami

menguasai materi pelajaran, meningkatnya motivasi peserta didik

untuk senantiasa belajar dengan giat dan dengan cara mandiri,

sebagaimana diungkapkan Harun, bahwa ;

Banyak implikasi yang kita rasakan ketika kita belajar bersama anak-anak dengan pendekatan kontekstual diantaranya anak lebih cepat dalam mencerna materi pembelajaran, anak lebih

giat belajar, anak lebih termotivasi secara mandiri.102

Hal ini juga senada oleh ungkapan Nena,siswi kelas XI MIA 8

bahwa “kita menjadi tahu lebih nyata jika materi dikaitkan dengan

kehidupan nyata, sehingga kita lebih mudah memahami materi dan

101

D. Kegiatan Peduli Lingkungan, 2015.

102

Gambar

Gambar 6 : Suasana Diskusi di Kelas19
Gambar 8 : Peresmian Masjid Sumbangan Alumni                  oleh Bupati Tulungagung35
Gambar 11 : Praktek Sholat Khusu‟59
Gambar 12 : Mengaitkan Materi melalui Media Internet70
+2

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat pentingnya hal tersebut, maka Yayasan BESTDAYA (Bengkel Studi Budaya) bersama Museum Konperensi Asia-Afrika (MKAA), melaksanakan DIALOG CERDAS BERBUDAYA 60 TAHUN

Secara umum proses sertifikasi mencakup : peserta yang telah memastikan diri kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi untuk paket/okupasi Operator Boiler Kelas Dua

Secara umum proses sertifikasi mencakup : peserta yang telah memastikan diri kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi untuk paket/okupasi Operator Lantai Bor (OLB)

13 In deconstructing colonialism in Southeast Asia, one should unearth the intention and magnify it in the light of social danh tính, lipunan, and budaya.. In the 19 th

Perlu ditekankan bahwa pada suatu bahasa pemrograman terstruktur, di setiap struktur kode harus memiliki satu titik masuk dan satu titik keluar, banyak bahasa seperti C

Jika variabel tersebut diganti konstanta dengan semesta yang sesuai kalimat itu akan menjadi kalimat yang bernilai benar saja atau salah saja yang disebut Kalimat

Mahasiswa dapat menjelaskan 3 kemampuan yang diharapkan dihasilkan dari lulusan pendidikan tinggi.. Mahasiswa dapat menjelaskan latar belakang diberikannya ISD

[r]