Pengantar:
Potensi Sumber Daya Air di indonesia
(Air Permukaan dan Air tanah)
Ir. Mohammad Sholichin, MT. PhD
Website. www.water.lecture.ub.ac.id
email : sholichin67@gmail.com
Ir. Mohammad Sholichin, MT. PhD
Website. www.water.lecture.ub.ac.id email : sholichin67@gmail.com
1
Pengertian umum
Air tanah adalah air yang terdapat dalam
lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber
daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.
Selain air sungai/permukaan dan air hujan, air
tanah juga mempunyai peranan yang sangat
penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk
kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri dan lian sebgainya
Distribusi air di dunia
Uraian Vol (x 1000 km3)
% dr total
Air di atmosfr 13 0,001
Air Permukaan
Potensi SDA
Secara nasional, ketersediaan air di Indonesia
mencapai 694 milyar meter kubik per tahun. Jumlah ini pada dasarnya adalah potensi
yang dapat dimanfaatkan, namun faktanya saat ini baru sekitar 23 % yang sudah
termanfaatkan untuk berbagai keperluan
Sekitar 20 persen yang dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan air baku rumah tangga, kota dan industri, 80 persen lainnya
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi.(Hartoyo, 2010)
Indonesia memiliki lebih dari 5.590 sungai yang
sebagian besar di antaranya memiliki kapasitas tampung yang kurang memadai sehingga tidak bisa terhindar dari bencana alam banjir, kecuali sungai-sungai di Pulau Kalimantan dan papua
Secara umum sungai-sungai yang berasal dari
gunung berapi (volcanic) mempunyai perbedaan slope dasar sungai yang besar antara daerah hulu (upstream), tengah (middlestream) dan hilir
(downstream) sehingga curah hujan yang tinggi
dan erosi di bagian hulu akan menyebabkan jumlah sedimen yang masuk ke sungai sangat tinggi.
Tingginya sedimen yang masuk akhirnya
menimbulkan masalah pendangkalan sungai terutama di daerah hilir yang relatif lebih
landai dan rata, sehingga sering terjadi banjir di dataran rendah (Kementerian
PPN/Bappenas, Infrastruktur Indonesia, 2008)
Air permukaan
Potensi Airtanah
CAT Jatim
CAT Jateng
CAT Jabar
CAT Bali
Kondisi SDA, Sebuah
Paradox
Keterbatasan SDA, karena berbagai
kondisi pemenuhan kebutuhan untuk masyarakat, industri, peranian,
perikanan, peternakan dls
Ketersediaan semakin menurun
akibat , kerussakan lingkungan,
perubahan iklim, global warming, dls
Peningkatan jumlah kebutuhan dan
volume kebutuhan air bersih.
Akan memicuh konfik berbagai
level.
Konfik yang mungkin
timbul
Konfik antara kepentingan manusia
dan ketersediaan air
Konfik ruang terbangun terhadap
ruang hijau (ruang resapan)
Konfik tata ruang terbangun dan
tata ruang penyediaan air/infrastruktur
Konfik antar kabupaten juga antar
provinsi
Konfik swasta, pemerintah dan
masyarakat
Kodoatie dan Sjarief (2004) salah satu faktor pendukung
berkurangnya ruang hijau, yaitu:
Keterbatasan dana dari
pemerintah.
Jumlah populasi penduduk yang
kian meningkat terutama di kota kota besar.
Adanya otonomi daerah yang
kemudian dijadikan sebagai ajang kebebasan yang berlebihan dari kabupaten atau kota untuk
memajukan daerahnya.
Konsep Pengelolaan
SDA
Menurut UU No. 7/2004, Dua
komponen utama sumber daya air adalah air permukaan dan air tanah
Pengelolaan air permukaan
mengikuti konsep DAS (Daerah Aliran Sungai)
Pengelolaan air tanah mengikuti
konsep CAT (Cekungan Aair Tanah).
CAT (Cekungan Air
Tanah)
CAT menurut UU adalah suatu
wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua
kejadian hidrogelogis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan
pelepasan air tanah berlangsung
Pengertian Air Tanah
Ada banyak nengertian atau defnisi
mengenai air tanah. Undang Undang Nomor 7 tahun 2004 ttg SDA"
mendefnisikan air tanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah.
Beberapa ahli di dalam buku_buku
teks memberikan defnisi
Air tanah adalah sejumlah dir di bawah
permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau dengan pemompaan.
Atau dapat disebut aliran yang secara alami
mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Bouwer, 1978; Freeze dan
Cherry, t979; Kodoatie. ,1996).
Sedangkan menurut Soemarto (1989) adalah air
yang menenpati rongga rongga dalam lapisan geologi. Lapisan tanah di bawah permukaan tanah dinamakan lajur jenuh
Air yang berada pada lajur jenuh adalah
bagian dari keseluruhan air bawah
permukaan yang biasa disebut air tanah (groundwater). Air bawah bawah tanah (underground water dan sub terranean water) adalah istilah lain yang
digunakan untuk air yang berada pada lajur jenuh, namun istilah yang lazim digunakan adalah air tanah (Johnson, 1972).
Air yang tersimpan pada lajur jenuh
disebut dengan air tanah, yang kemudian bergerak sebagai aliran air tanah melalui batuan dan lapisan-lapisan tanah yang ada di bumi sampai air tersebut keluar sebagai mata air, atau terkumpul masuk ke kolam, danau, sungai, dan laut (Fetter, I994)
Air bawah permukaan adalah segala bentuk
aliran air hujan yang mengalir di bawah permukaan tanah sebagai akibat struktur
perlapisan geologi, beda potensi kelembaban tanah, dan gaya gravitasi bumi (Asdak,
2002).
Curah hujan yang masuk ke dalarn tanah dan
meresap ke lapisan yang ada di bawahnya, yang kemudian tertampung pada lapisan di bawah pemukaan tanah disebut air tanah (Wilson, 1993).
Jumlah air tawar yang terbesar, menurut
catatan yang ada, tersimpan di dalam perut bumi, yang dikenal sebagai air tanah (Chow, 1978).
Perkiraan Jumlah Air di Bumi (UNESCO,
1978 dalam Chow et al, 1988) Bahwa jumlah air tanah yang ada di bumi ini jauh lebih besar dibanding jumlah air permukaan (98% dari semua air di daratan tersembunyi di bawah permukaan tanah dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran).
Ada dua sumber air tanah yaitu:
Air hujan yang meresap ke dalam
tanah melalui pori-pori atau retakan dalam fonnasi batuan dan akhimya mencapai muka air tanah.
Air dari aliran air permukaan seperti
sungai danau dan
reservoir/waduk/empang yang meresap melalui tanah ke dalam lajur jenuh
Permasalahan Air Tanah
Di beberapa kota besar seperti Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makasar, Denpasar serta pusat-pusat
industri di Pulau Jawa, pengambilan air tanahnya sudah begitu intensif.
Banyak industri atau hotel yang
memiliki-banyak sumur produksi, bahkan ada satu perusahaan yang memiliki lebih dari 20 sumur dengan pengumbilan lebih dari 8.000 m3 per
hari.
Akibatnya di pusat-pusat pengambilan air tanah terjadi kemerosotan kuantitas,
kualitas dan bahkan lingkungan air tanah
(Danaryanto et aI, 2005)
Hal ini menyebabkan terjadinya konfik antara pihak industri dan masyarakat, karena akibat pengambilan Air secara
intensif oleh industri mengakibatkan sumur penduduk menjadi kering dan tercemar,
meskipun ada kewajiban setiap-industri
pengambil air tanah memberikan 10% dari air tanah yang dipompa kepada masyarakat sekitar
Dampak Pengambilan Air
Tanah
1)Penurunan muka air tanah 2)Pencemaran air tanah
3)Amblesan Tanah 4)dll
Pengambilan air tanah di Jakarta selama tahun 2001 hingga tahun 2006
mengakibatkan dampak penurunan muka air tanah pada sistem aquifer kedalaman 40-140 m sebagai berikut. Di bagian Barat yang meliputi daerah Kamal dan Pejagalan (Jakarta Utara), Kapuk dan Joglo (jakrta
Barat) serta Batu Ceper (Kota Tangerang) terjadi penurunan muka air tanah terhitung antara 0.5 m – 6.0 m (Danaryanto dan
Hadipurwo, 2006)
1)
1. Penurunan muka air
tanah
Penurunan muka air tanah pada sistem akuifer
kedalaman lebih dari 140 m di daerah dataran Jakarta menunjukkan adanya perubahan sebagai berikut:
Di bagian Barat terdapat tiga kerucut penurunan yaitu
di sekitar daerah Porisgaga (Kota Tangerang) dengan kedudukan muka air tanah 30 m di bawah permukaan laut. Di daerah sekitar Cengkareng (Jakarta Barat)
dengan muka air tanah mencapai kedalaman 44 m bml, serta di daerah sekitar Pasar lkan, Ancol, Mangga Dua (Jakarta Utara) serta Sawah Besar dan Senen (Jakarta Pusat) dengan muka air tanah mencapai kedalaman 46,66 m bml. (Danaryanto dan HadiPurwo, 2006).
Beberapa sumber pencemaran yang
menyebabkan menurunnya kualitas air tanah (Freeze dan Cherry, 1979) yaitu :
1. Sampah dari TPA.
2. Pembuangan limbah ke tanah. 3. Kegiatan pertanian.
4. Tumpahan minyak.
5. Pembuangan limbah radioaktif.
6. Pembuangan limbah cair pada sumur dalam, dll
2. Pencemaran air tanah
Di daerah Bandung air tanah dangkal di daerah
pemukiman dan industri umumnya tidak
memenuhi syarat sebagai sumber air minum. Beberapa parameter yang tidak sesuai
persyaratan untuk sumber air minum antara lain:
kekeruhan melebihi 5 FTU, warna lebih dari 15
PtCo, pH kurang dari 6,5, Fe3+, lebih dari 0,3 mg/ I, Mn2+ lebih dari 0,1 mg/I, NH4+ lebih dari 1,5 mg/I, Cl lebih dari 250 mgll, dan NO3- lebih dari 50 mg/l, serta mengandung bakteri coli yang berasal dari buangan tinja.
Pada sistem akuifer tertekan atas
(kedalaman 40-140 m) di daerah dataran bagian Barat terjadi
penurnan kualitas air tanah dengan peningkatan DHL air tanah di
wilayah Kota Tangerang (60-636
S/cm), Jakarta Utara (554 S/cm-1900 S/cm), dan Jakarta Pusat (14-56
s/cm) (Danaryanto dan Hadipurwo,
3.Amblesan Tanah
Amblesan tanah (land subsidence)
timbul akibat pengambilan air tanah
yang berlebihan pada lapisan pembawa air (akuifer) yang tertekan (confned
aquifers). Air tanah yang tersimpan
dalam pori-pori lapisan penutup akuifer akan terperas keluar yang
mengakibatkan penyusutan lapisan penutup tersebut, akibatnya terjadi amblesan tanah di permukaan
Beberapa lokasi di cekungan Bandung
mengalami penurunan tanah, pada periode 2000-2002, besamya penurunan tanah
berkisar 7 - 52 cm, dengan kecepatan
penununan berkisar antara 2-18 mm/bulan.
Dalam periode tersebut, lokasi-lokasi Cimahi
(Leuwigajah), Dayeuhkolot, Rancaekik mengalami penuruan tanah yang relatif
lebih besar, yaitu masing-masing sebesar 52 cm, 46 cm dan 42 cm.
Amblesan tanah di dataran pantai Jakarta
bagian Utara. Kecepatan penurunan tanah yang didasarkan
pengukuran pada patok ketinggian adalah
antara 1,3-12,0 cm/tahun
Air Tanah Sebagai Sumber Daya
Terbarukan dan/Atau Tak Terbarukan?
Air tanah meskipun termasuk dalam sumber
daya alam yang dapat diperbaharui, namun proses pembentukkannya memerlukan
waktu yang lama, mencapai puluhan tahun hingga ribuan tahun
Apabila air tanah tersebut telah mengalami
kerusakan kuantitas maupun kualitasnya maka proses pemulihannya akan
membutuhkan waktu lama,biaya tinggi, dan teknologi yang rumit, bahkan tidak akan
kembali pada kondisi awalnya.
Oleh karena itu air tanah dapat
dikatakan sebagai sumber daya terbarukan (renewable) dan
sekaligus takterbarukan (unrenewable resources).
Konsep air tanah sebagai
sumber daya terbarukan
didasarkan pada proses alami, yaitu adanya sirkulasi pada sistem akuifer: aliran masuk (infow) dan aliran
keluar (outfow) ataupun imbuh (recharge) dan luah (discharge).
Periode proses sirkulasi pada sistem akuifer ini sangat bervariasi antara
10 sampai 100.000 tahun (Hendray ana, 2007).
Sedangkan konsep air tanah sebagai
sumber daya tak-terbarukan adalah
konsep periode pengisian ulang
(replenishment period) air tanah antara 100 sampai 1.000 tahun. Periode
tersebut sangat panjang dibandingkan dengan periode aktivitas manusia pada umumnya, dan perencanaan
pendayagunaan sumber daya air pada khususnya (Hendrayana, 2007).
Perlunya Pengelolaan
(Management)
Air Tanah
Air tanah merupakan salah satu sumber
air baku yang penting dalam menunjang kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, serta kelangsungan pembangunan.
Pemanfaatannya saat ini telah
berkembang pesat terlltama sebagai sumber pasokan air bersih unhrk
keperluan sehari-hari penduduk, bahan baku industri, bahan kerja industri, dan sumber air irigasi.
Tujuan dari pengelolaan air tanah
berbasis cekungan air tanah:
Pemanfaatan air tanah secara efektif
yang dapat meningkatkan kondisi
kehidupan masyarakat, mengendalikan kekeringan, dan pencenraran, dan
permasalahan lain yang terkait dengan penggunaan air tanah, dan
mengawetkan air tanah tersebut untuk menjaga lingkungan (Shibasaki, 1995).
Pengelolaan air tanah diperlukan
untuk mengetahui bagaimana air tanah terjadi dan bergerak, dan bagaimana aktivitas manusia
mempengaruhi kejadian dan pergerakan air tanah tersebut ( ASCE, 1987).
Hal terpenting adalah menentukan
tujuan kualitatif dan kuantitatif dari
Diperlukan standar kualitas lingkungan
yang bisa dijabarkan secara ilmiah,
namun yang menetapkan adalah para ilmuwan, para pembuat peraturan,dan masyarakat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Meskipun penentuan
standar kualitas lingkungan didasarkan pada kenyataan ilmiah, namun hal
tersebut juga sangat dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya dan ekonomi.
Untuk dapat mengurangi konfik kepentingan
di atas, maka diperlukan suatu pengelolaan air tanah yang dapat memenuhi kepentingan pihak-pihak yang bersangkutan.
Biasanya lebih baik jika dalam penggunakan
air tanah, pemakai diberi batasan-batasan. Tidak hanya masalah teknis saja yang perlu diperhatikan, namun juga legalitas, wadah organisasi, aspek sosial dan politik
perlu diperhatikan
Topik diskusi…………...
Seberapa penting adanya
Pengelolaan air tanah? .
Bagaimana Metodenya?
Siapa yang berhak mengelolah?
Apa peran Pemerintah, swasta,
masyarakat dan PT?