• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Perkotaan di Kecamatan Medan Selayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Perkotaan di Kecamatan Medan Selayang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap negara di dunia baik yang sudah maju maupun berkembang pasti

menginginkan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Salah satu untuk meningkatkan

kesejahteraan tersebut ialah dengan pembangunan. Sebagai negara yang berkembang

Indonesia senantiasa melakukan pembangunan nasional untuk mensejahterakan

masyarakatnya. Salah satu fungsi pemerintah dalam pembangunan nasional di Indonesia

terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia 4 yaitu membentuk suatu

Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial. Memajukan kesehjateraan rakyat merupakan cita-cita setiap negara

agar dapat mandiri dalam pemenuhan kebutuhannya.

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam

membiayai pembangunan yaitu dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri

berupa pajak. Pajak berasal dari rakyat sebagai kewajiban, oleh rakyat dan untuk

kesejahteraan rakyat dalam meningkatkan taraf hidup bermasyarakat. Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB) merupakan salah satu pajak yang hasil penerimaannya dapat digunakan

untuk membiayai pembangunan.

Dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut maka perlu kerjasama

(2)

mengenai pembagian hasil penerimaan dari PBB antara pemerintah pusat dan daerah pada

pasal 2 ayat (1 dan 2) hasil penerimaan PBB dibagi untuk pemerintah Pusat dan Daerah

dengan imbangan 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk daerah. Jumlah yang 90%

merupakan bagian daerah yang diperincikan sebagai berikut:

a. 16,2% (enam belas koma dua perseratus) untuk daerah propinsi yang bersangkutan.

b. 64,8%(enam puluh empat koma delapan perseratus) untuk daerah kabupaten/kota

yang bersangkutan.

c. 9%(sembilan perseratus) untuk biaya pemungutan.

PBB yang semula diatur dalam undang-undang 12 Tahun 1994 kini menjadi Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan ( PBB-P2). Bentuk kebijakan tersebut

dituangkan ke dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (PDRD). Hal ini adalah titik balik dalam pengelolaan Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan, dan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

Perkotaan (PBB-P2). Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian,

penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB-P2 akan

diselenggarakan sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota). Khusus untuk kota

Medan diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011.

Tujuan Pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah sesuai dengan

Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:

1. meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah.

2. memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan pungutan baru

(menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah).

3. memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi dengan

(3)

4. memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif pajak daerah, dan

5. menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada

daerah.

Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah, Pemerintah Daerah kini mempunyai tambahan sumber pendapatan asli

daerah (PAD) yang berasal dari Pajak Daerah, sehingga saat ini Jenis Pajak Kabupaten/Kota

terdiri dari sebelas jenis pajak, yaitu Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir,

Pajak Air Tanah, dan Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan

Perkotaan, dan Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Perubahan PBB membawa keuntungan bagi negara karena realisasi pemungutannya

pada tahun 2014 menurut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan,

melaporkan bahwa realisasi penerimaan pajak sampai dengan 7 Mei 2014 sebesar Rp

307,508 triliun, atau sekitar 27,70 persen dari target penerimaan pajak 2014, yang sebesar Rp

1.110 triliun. Realisasi penerimaan pajak Bumi dan Bangunan (PBB) mencatat kenaikan

paling signifikan 82,87 persen dibanding periode sama tahun lalu. Penerimaan PBB sampai 7

Mei 2013 sebesar Rp 480,58 miliar, sedangkan penerimaan PBB sampai 7 Mei 2014 sebesar

Rp 878,42 miliar. (www. Kompas.com).

Kondisi yang sama juga terjadi dibeberapa daerah di Indonesia. Rata-rata realisasi

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan mencapai target sesuai

jumlah yang telah ditentukan oleh masing-masing daerah. Di Kabupaten Batang sejak 2013

terjadi peningkatan realisasi penerimaan Pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

(PBB P2). Ini setelah terjadi pengalihan PBB P2 yang sekarang ini dikelola langsung oleh

(4)

Rp 13,821 miliar. Untuk 2014, dari target Rp 15,5 miliar, realisasinya mencapai Rp 17,155

miliar. (www.Suara Merdeka).

Kota Medan yang diharapkan juga mampu mencapai target untuk realisasi PBB,

ternyata tidak dapat memenuhi target tersebut. Padahal salah satu tujuan dari pengalihan

pajak tersebut agar daerah sendiri yang mengelola kewenangan PBB tersebut. Dengan

harapan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi setiap daerah. Dispenda

mengemukakan untuk tahun 2014 Pemerintah Kota Medan menargetkan pendapatan Rp 365

M lewat Pajak Bumi dan Bangunan. Namun, hingga Agustus baru mencapai 22 persen dari

target pendapatan pajak itu. Masyarakat masih minim yang mau membayar pajak. Selain itu,

pelayanan yang diberikan saat ini kurang maksimal karena masyarakat tidak diberikan pilihan

lain kecuali membayar dengan menggunakan Bank Sumut yang merupakan kebijakan itu dari

pusat, yakni setiap pemerintah daerah diharuskan untuk menggunakan satu pembukuan dalam

pembayaran PBB. Maka dari itu, Dispenda sedang berjuang agar masyarakat dapat sadar

membayar PBB itu penting dan meningkatkan penghasilan. ( Tribun-Medan.com).

Ketidakberhasilan pencapaian target PBB di kota Medan sejak menjadi pajak daerah

mulai dari tahun 2012 sampai 2014. Padahal jumlah wajib pajak setiap tahunnya di kota

Medan mengalami kenaikan. Data dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1.1

Jumlah Wajib Pajak dan Pokok ketetapan PBB serta target dan Realisasi Pertahun Anggaran 2012-2014.

No. Tahun Anggaran

Jumlah Wajib Pajak

Target Realisasi %

1 2012 436.173 353.346.171.770 275.138.356.001 77,87%

(5)

3 2014 465.967 365.000.000.000 289.000.081.973 79,18%

Sumber: Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan 2015.

Masalah tidak tercapainya target realisasi PBB juga harus mendapatkan perhatian

yang serius dari setiap pihak. Karena mengingat di daerah lain pemungutan untuk PBB tidak

mengalami permasalahan, bahkan dapat melampaui target yang ditentukan. Walikota Medan

Dzulmi Eldin meminta kepada seluruh camat, lurah dan kepala lingkungan (kepling) untuk

meningkatkan kinerjanya dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Karena hasil

penerimaan pajak dari sektor PBB masih belum memenuhi target. Dari total target PBB

sebesar Rp.365 miliar yang ditetapkan, sementara yang teralisasi 80 % per-12 Desember

2014. Meskipun secara keseluruhan PBB belum mencapai target yang dinginkan. Beberapa

kecamatan yang cukup berhasil ialah Kecamatan Medan Belawan memperoleh presentase

penerimaan PBB terbaik sebesar 87 %. Dari 14.231 STTS (Surat Tanda Terima Sementara)

yang diterima dengan target penerimaan sebesar Rp.8.133.807.926 Kecamatan Medan

Belawan berhasil merealisasikan penerimaan sebesar Rp.7.120.240.609. Sedangkan

kelurahan yang berhasil merealisasikan penerimaan PBB sebear 100 % adalah Kelurahan

Laucih dan Kelurahan Mabar.( Berita-Sore.com).

Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu kecamatan yang berada di kota

Medan yang target realisasinya masih belum tercapai, bahkan termasuk dalam lima

kecamatan yang paling rendah dalam pemungutan PBB. Seperti yang di kutip dalam Pos

Metro Medan,10 Januari 2015.

(6)

kecamatan di Medan yang perolehan PBB minim yakni: Medan Denai dengan target penerimaan Rp 5.543.884.511 terealisasi Rp 3.607.847.422 (65,08%), Medan Johor dengan target penerimaan Rp 19.613.976.338 terealisasi 12.048.913.430 (61,43%), Medan Marelan dengan target penerimaan Rp 8.958.091.397 terealisasi Rp 5.101.026.522 (56,94%), Medan Selayang dengan target penerimaan Rp 22.884.110.260 terealisasi Rp 11.726.128.790 (51, 24%), Medan Tuntungan dengan target penerimaan Rp 15.936.735.991 realisasi Rp 11.726.128.790( 47,07%).

Hasil penerimaan PBB yang tidak sesuai target di Kecamatan Medan Selayang

tersebut juga diakibatkan tidak tercapainya realisasi penerimaan di setiap kelurahan yang

terdapat di kecamatan tersebut seperti yang tertera pada tabel.

Tabel 1.2

Realisasi Penerimaan PBB Kecamatan Medan Selayang Juni 2013

No Kelurahan

Target penerimaan PBB

Realisasi Penerimaan

1 Asam Kumbang 3,323,316,476 173,412,806

3,645 588

2 Tanjung Sari 5,001,602,662 414,736,921

2,516 1,608

3 PB.Selayang I 1,580,461,232 108,990,797

2,516 392

4 PB. Selayang II 1,502,971,156 157,800,578

5,983 1,051

5 Beringin 387,425,281 24,739,079

1,683 214

6 Sempakata 1,622,375,335 101,081,580

2,908 492

Jumlah 13,418,152,142 980,761,761

19,251 4,345

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Selayang

Tabel 1.3

Realisasi Penerimaan PBB Juni 2014

No Kelurahan

Target penerimaan PBB

Realisasi Penerimaan

1 Asam Kumbang 1.361.960.882 169,432,843

3.296 588

2 Tanjung Sari 1.883.406.796 411,119,553

6.370 1,288

3 PB.Selayang I 904.001.733 116,624,972

1.887 372

4 PB. Selayang II 2,103,404,881 213,184,399

(7)

5 Beringin 369,055,254 34.621,780

1.648 251

6 Sempakata 1,122,548,953 126,330,433

2.478 472

Jumlah 7,744,378,499 1,071,313,980

21.064 3.621

Sumber : Kantor Kecamatan Medan Selayang

Dari data yang tertera diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada permasalahan yang

timbul dalam melaksanakan Pemungutan pajak bumi bangunan tersebut, oleh karena itu perlu

dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pajak bumi dan bangunan sehingga dapat diketahui

hambatan-hambatan apa saja yang membuat pelaksanaan pajak bumi dan bangunan tidak

dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ”Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB) Sektor Perkotaan di Kecamatan Medan Selayang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) Sektor Perkotaan di Kecamatan Medan Selayang?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menggambarkan faktor-faktor yang menjadi penghambat di dalam

pemungutan pajak bumi bangunan sektor perkotaan di Kecamatan Medan Selayang.

2. Untuk menggambarkan secara mendalam upaya-upaya yang dilakukan pihak

kecamatan dan fiskus dalam meningkatkan realisasi penerimaan pajak bumi bangunan

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Secara subyektif, penelitian ini bermanfaat untuk melatih, meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologi penulis

dalam menyusun suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

instansi terkait dan masyarakat khususnya ditempat penelitian ini dilaksanakan agar

dapat terus melaksanakan kewajibannya.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara

langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan departemen ilmu administrasi

negara dan bagi kalangan penulis lain yang ingin meneliti hal yang sama.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil

penelitian ini secara singkat adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan kerangka teori dan defenisi konsep

(9)

Memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data dan keterbatasan penelitian.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisi gambaran tentang kecamatan Medan Selayang dan gambaran umum

dinas pendapatan daerah.

BAB V : EVALUASI PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN SEKTOR PERKOTAAN DI KECAMATAN MEDAN

SELAYANG

Memuat penyajian data dan hasil analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Gambar

Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

The amino acid composition (g/16 g N) of all meals was uniform while the FDNB-available lysine content was lower in the meal with acidi®ed lecithin than in the control meal

adalah benar tercatat dan masih aktif sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung pada semester Ganjil Tahun Akademik 2016/2017 dan saat ini

A complex and large room that would normally require five view point to be fully covered, would require nineteen view points to obtain full coverage under the range and incidence

Berdasarkan Kurikulum 2013, buku siswa kelas XI ini memuat delapan pelajaran yang berisi materi menyusun prosedur, mempelajari teks eksplanasi, mengelola informasi

PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH. Tim Anggaran

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5/W2, 2013 XXIV International CIPA Symposium, 2 – 6 September 2013,

7. a) Menjadi Warga Negara Indonesia b) Menjadi Warga Negara Indonesia c) Menjadi Warga Negara Indonesia.. Pelaksanaan prinsip nasionalisme yang dilandasi

Participation learning strategy will create and lead students into good and conducive learning atmosphere because the students will make themselves more involved,