BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori ini menjabarkan teori-teori mengenai struktur modal yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penelitian. Serta argumen yang dapat mendukung hipotesis permasalahan penelitian. Landasan teori berisi argumen dan teori sebagai tuntutan dalam pemecahan masalah serta perumusan hipotesis.
2.1.1 Pengertian Struktur Modal
Salah satu isu penting yang harus dihadapi oleh para manajer keuangan menurut Sartono (2001:225) adalah hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Sumber pendanaan dalam suatu perusahaan dibagi kedalam dua kategori yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal.
ditargetkan. Target ini selalu berubah sesuai dengan perubahan kondisi, tetapi pada setiap saat dibenak manajemen perusahaan terdapat bayangan dari struktur modal yang ditargetkan tersebut. Jika tingkat utang yang sesungguhnya berada dibawah target, mungkin perlu dilakukan ekspansi dengan melakukan pinjaman, sementara jika rasio utang sudah melampaui target, barangkali saham perlu dijual. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian. Penambahan utang akan memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Sedangkan resiko yang makin tinggi akan memperbesar utang sehingga menurunkan harga saham.
Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Struktur modal sebuah perusahaan menunjukkan nilai perusahaan itu sendiri. Suatu struktur modal yang baik dan optimal akan memaksimalkan nilai perusahaan tersebut dan meningkatkan harga saham dari sebuah perusahaan. Sehingga struktur modal dapat dikatakan mempengaruhi nilai perusahaan.
Menurut Sjahrial (2007:236), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan struktur modal yang optimal, yaitu :
1. Tingkat Penjualan
2. Struktur Aktiva
Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skala perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan
Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki resiko bisnis yang lebih kecil.
4. Kemampuan menghasilkan laba
Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang atau menerbitkan saham. 5. Variabilitas laba dan perlindungan pajak
Perusahaan dengan variabilitas laba yang kecil akan memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap yang berasal utang.
6. Skala perusahaan
Perusahaan besar yang sudah mapan akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding perusahaan kecil.
7. Kondisi intern perusahaan denga ekonomi makro
Menurut Brigham dan Houston (2001:45) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain : risiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas keuangan dan konservatisme atau agresivitas manajemen, khususnya pada struktur modal yang ditargetkan.
2.1.2 Teori Struktur Modal
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan bagaimana pengaruh struktur modal terhadap suatu nilai perusahaan. Bagaimana menciptakan struktur modal yang baik, sehingga mengoptimalkan nilai perusahaan. Teori struktur modal bertujuan untuk memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal.
2.1.2.1Pendekatan Tradisional
Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai akibat dari penggunaan utang yang semakin besar. Dengan demikian menurut pendekatan tradisional ini, terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Struktur modal yang optimal tersebut terjadi pada saat nilai perusahaan maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata modal tertimbang minimum.
2.1.2.2 Modigliani-Miller Model
Teori mengenai struktur modal bermula pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Profesor Merton Miller (yang selanjutnya disebut MM) mempublikasikan artikel keuangan yang paling berpengaruh yang pernah ditulis yaitu “The Cost of capital, Corporation Finance, and The Theory of Invesment”. MM membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya (Brigham dan Houston, 2001:31). Namun, studi MM didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain (Brigham dan Houston, 2001:31):
1. Tidak ada biaya broker (pialang) 2. Tidak ada pajak
3. Tidak ada biaya kebangkrutan
4. Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan.
5. Semua investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan pada masa mendatang
Pada tahun 1963, MM menerbitkan makalah lanjutan yang berjudul “Corporate Income Taxes and The Cost of Capital : A Correction” yang melemahkan asumsi tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran deviden kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan. Perlakuan yang berbeda ini mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modalnya. MM membuktikan bahwa karena bunga atas hutang dikurangkan dalam perhitungan pajak, maka nilai perusahaaan meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah hutang dan nilainya akan mencapai titik maksimum bila seluruhnya dibiayai dengan hutang (Brigham dan Houston, 2001:31).
dibandingkan dengan biaya kebangkrutan. Jika biaya kebangkrutan lebih besar dibandingkan dengan penghematan pajak dari hutang, perusahaan akan menurunkan tingkat hutangnya.
2.1.2.3 Trade-off Theory
Menurut trade-off theory yang dikemukakan Myers (2001) dalam Syahyunan (2013:228) bahwa perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency cost) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.
Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efesiensi pasar dan symetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (cost of financial distress). Perusahaan tanpa menggunakan hutang dalam modalnya akan membayar pajak yang lebih besar daripada perusahaan yang menggunakan hutang. Hal tersebut akan mempengaruhi nilai perusahaan tersebut. Nilai perusahaan dengan menggunakan hutang akan lebih besar dibanding perusahaan tanpa menyertakan hutang dalam modalnya.
besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aktiva tidak berwujud dalam jumlah besar meskipun memiliki kesempatan untuk lebih baik. Namun, dalam praktik, rasio utang dalam strukur modal sangat bervariasi dari satu perusahaan dengan perusahaan lain. Trade-off theory optimal menggambarkan keseimbangan biaya masalah dengan nilai perlindungan pajak bunga yang dihasilkan oleh pinjaman. Untuk itu perusahaan hendaknya menyeimbangkan antara besarnya hutang dengan modal sendiri.
2.1.2.4 Pecking Order Theory
Menurut Myers (1984) dalam Syahyunan (2013:228), pecking order theory menyatakan bahwa, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Dalam pecking order theory ini tidak terdapat strukur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.
1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada eksternal.
2. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih beresiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.
3. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran dividen konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.
4. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio yang lancar tersedia.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
beberapa variabel yang diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap struktur modal perusahaan. Seperti ukuran perusahaan dan profitabilitas.
2.1.3.1Ukuran Perusahaan
Menurut Sartono (2001:249) perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. Dalam beberapa penelitian disebutkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap besaran struktur modal perusahaan. Perusahaan yang besar, pasti juga akan membutuhkan dana yang besar pula. Disamping itu perusahaan besar juga memiliki aset yang besar.
Menurut Rajan dan Zingales (dalam Najmudin, 2011:316) ukuran perusahaan yaitu perusahaan yang berskala besar pada umumnya lebih mudah memperoleh hutang dibandingkan dengan perusahaan kecil karena terkait dengan tingkat kepercayaan kreditur pada perusahaan besar. Semakin besar aset yang dimiliki oleh perusahaan mempengaruhi kepercayaan kreditur untuk memberikan kredit kepada perusahaan tersebut. Semakin memiliki kemudahan untuk mendapatkan hutang. Pengukuran besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari besarnya total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Semakin besar perusahaan, semakin besar untuk menggunakan dana eksternal. Sebaliknya, semakin kecil perusahaan semakin sedikit dana eksternal yang dibutuhkan perusahaan.
2.1.3.2 Profitabilitas
total aktiva maupun modal sendiri. Dalam setiap operasional perusahaan, yang menjadi tujuan utama dari usahanya yaitu mencari keuntungan atau profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dari operasionalnya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas cukup untuk membiayai operasionalnya, tidak perlu menambah besaran hutang dari perusahaan tersebut. Karena semakin besar keuntungan perusahaan, semakin besar laba ditahan yang mampu untuk digunakan dalam operasionalnya. Return on asset perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan atau earning melalui operasionalnya. Semakin besar keuntungan perusahaan, semakin besar pula dana yang dimiliki perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti (tahun) Variabel
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
1.
Pengaruh Size of Firm, Growth, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Sambharakreshna (2010) Dependen: Regresi Berganda
Size of firm dan growth of firm berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Struktur Modal Independen: size of firm, growth dan profitabilitas 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada manufaktur
go public yang terdaftar di BEI tahun 2005-2007 Fadhli (2010) Dependen: Regresi Berganda Ukuran perusahaan, resiko bisnis, dan pertumbuhan aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal, edangkan profitabilitas berpengaruh negatif. Struktur Modal Independen: ukuran perusahaan, resiko bisnis, pertumbuhan aktiva dan profitabilitas 3.
Pengaruh Size of Firm, Growth of
Firm, dan Profitability Terhadap Struktur Modal Perusahaan Favianto (2013) Dependen: Regresi Berganda
Size of firm dan growth of firm berpengaruh positif dan siginifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitability berpengaruh negatif dan siginifikan terhadap struktur modal. Struktur Modal Independen: Size of Firm, Growth of Firm, dan Profitability
No Judul Peneliti
(tahun) Variabel
Teknik Analisis Data Hasil Penelitian 4. Capital Structure Decisions of Institutional Buyouts
Malte, et al (2000)
Dependen:
Regresi Berganda
Risk class, tangibility, growth, uniqueness, free
cash flow berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal,
sedangkan size dan profitability tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
struktur modal. Struktur Modal
Independen: risk class, size,
tangibility, growth, profitability, uniqueness, dan
free cash flow
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur Seftianne dan Handayani (2011) Dependen: Regresi Berganda Kepemilikan managerial , risiko bisnis, profitabilitas dan struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap
struktur modal, sedangkan growth opportunity dan ukuran perusahaan berpengaruh positif. Struktur Modal Independen: growth opportunity, ukuran perusahaan, kepemilikan managerial , risiko bisnis, struktur aktiva dan profitabilitas 6 Determinants of Capital Structure for Listed Construction Companies in Malaysia Baharuddin, et al (2011)
Dependen:
Regresi Berganda
profitability berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap struktur modal, sedangkan size, growth,
dan assets tangibility berpengaruh positif terhadap struktur modal. Capital Structure Independen: size, profitability, growth and assets tangibility
2.3 Kerangka Konseptual
Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen bisa dilihat sebagai berikut:
a. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal
Sartono (2001:249) mengemukakan bahwa perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini menunjukkan, bahwa perusahaan besar dapat meminjam lebih mudah, baik karena reputasi yang lebih baik atau karena risiko yang lebih rendah dianggap karena diversifikasi yang lebih baik. Perusahaan besar akan cenderung memiliki sumber pendanaan yang kuat, sehingga lebih cenderung untuk memilih utang jangka panjang. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Jadi, perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang tinggi akan cenderung menggunakan tingkat hutang yang tinggi dan begitu juga sebaliknya.
b. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal
menggunakan keuangan internal yaitu laba ditahan sebagai pilihan pertama diikuti dengan pembiayaan utang sebagai penggunaan pembiayaan ekuitas yang lalu.
Pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan menyukai pendanaan internal (yaitu, laba yang ditahan dan diinvestasikan kembali) daripada pendanaan eksternal (Brealy, Myers dan Marcus, 2008:32). Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Hal tersebut memiliki arti bahwa tingginya profitabilitas yang dihasilkan perusahaan maka perusahaan akan cenderung mempergunakan laba ditahannya untuk menjalankan operasionalnya sehingga penggunaan utang dapat ditekan dan struktur modal perusahaan akan semakin rendah.
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya, berikut disajikan kerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut ini :
Sumber : Fadhli (2010) dan Favianto (2013)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Ukuran Perusahaan
Profitabilitas