• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Kelelahan Kerja Pada Pekerja Harian Lepas (PHL) Bagian Afdeling Fanta di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Kelelahan Kerja Pada Pekerja Harian Lepas (PHL) Bagian Afdeling Fanta di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini bersifat deskriptif untuk mengetahui gambaran

kelelahan kerja pada Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling fanta di PT.

Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara

Kabupaten Agam.

3.2.2 Waktu

Penilitian berlangsung sejak bulan September 2016 – April 2017.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling

fanta di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam

sebanyak 40 orang.

(2)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

total populasi yaitu, teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 40 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dan menggunakan

kuesioner penguji kelelahan secara subjektif (Subjective Self Rating Test) dari

Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari data jumlah karyawan, arsip catatan dan

seluruh dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan bahan penelitian serta

data dari literatur lain.

3.5 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari penelitian ini adalah:

a. Umur adalah lama waktu hidup responden yang dihitung berdasarkan tahun

terakhir saat penelitian dilakukan.

b. Masa kerja adalah rentang waktu sejak responden menjadi pekerja di PT.

Mutiara Agam sampai saat penelitian ini dilakukan.

c. Tingkat Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang telah

diselesaikan oleh responden.

d. Kelelahan Kerja adalah suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan

adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan

(3)

3.6 Aspek Pengukuran

Dalam penelitian ini pengukuran kelelahan kerja menggunakan kuesioner

penguji kelelahan secara subjektif yang berskala Industrial Fatigue Research

Committee (IFRC) yang berjumlah 30 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan

tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi, dan 10

pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik. Skor yang diberikan pada tiap

masing-masing pertanyaan yaitu tidak pernah merasakan kelelahan diberi nilai 0,

kadang-kadang (1-3 dalam seminggu) merasakan diberi nilai 1, sering (>4 kali

dalam seminggu) merasakan diberikan nilai 2, selalu merasakan diberi nilai 3.

Langkah terakhir dari aplikasi kuisioner kelelahan subjektif adalah menentukan

tingkat kelelahan dan melakukan upaya perbaikan pada pekerjaan, jika diperoleh

hasil yang menunjukan tingkat kelelahan yang tinggi.

Dibawah ini merupakan pedoman sederhana yang dapat digunakan untuk

menentukan klasifikasi tingkat kelelahan subjektif.

Tingkat Kelelahan

Total Skor

Individu Klasifikasi Kelelahan Tindakan Perbaikan

(4)

Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif Berdasarkan Total Skor

Sumber : Tarwaka, 2015

3.7 Pengolahan Data dan Penyajian Data

Pengolahan data statistik dilakukan dengan cara manual dan proses

komputerisasi. Hasil pengukuran yang diperoleh kemudian dianalisa secara

deskriptif lalu disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3 68 – 90 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan

(5)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung

Mutiara Kabupaten Agam. PT. Mutiara Agam merupakan bidang usaha yang

bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. PT. Mutiara Agam

didirikan dengan Akta Notaris No. 4 tanggal 1 Desember 1982 dari notaries

Deetje Farida Djanas SH, Padang. Kemudian disahkan oleh Menteri Kehakiman

RI dengan surat keputusan No C2.176.HT.01.04 tahun 1991 tanggal 4 Januari

1991, yang dimuat dalam berita acara Negara RI no 960, 1991. Legalitas usaha

sebagai PMDN, didapat berdasarkan SPT Badan Koordinasi Penanaman Modal

Dalam Negeri Pusat No. 124/1/PMPN/1986 Tanggal 5 Oktober 1986. Sedangkan

dinyatakan sebagai perkebunan besar swasta nasional diperoleh berdasarkan

rekomendasi Departemen Pertanian. Direktorat Jendral Perkebunan No.

KB.720/ED.371/12.88 tanggal 27 Desember 1988.

Berikut adalah batas-batas wilayah PT. Mutiara Agam :

a. Timur : Kecamatan Tiku

b. Barat : Kabupaten Pasaman Barat

(6)

d. Selatan : Kecamatan Tiku

Land Clearing dan pembibitan digiatkan mulai tahun 1984, demikian pula

pembangunan prasarana pendukungnya. Berlanjut dengan kemajuan penanaman

kelapa sawit di lapangan, maka pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit (

PKS ) dimulai pada akhir bulan Desember 1992 dengan sistem swakelola.

Disamping modal sertaan daripada persero didapat pula fasilitas KLBI melalui

Bank Exim Indonesia cabang Padang pada media tahun 1989.PT. Mutiara Agam

mempunyai luas areal 8.625 ha dengan rincian areal planted seluas 6.592,87 ha.

Dalam kelancaran proses produksi dan demi tercapainya tujuan yang diinginkan,

PT. Mutiara Agam melibatkan +/- 1.873 orang yang terdiri dari beberapa tingkat /

level diantaranya : Staff, Semi Staff, Organik, SKU / PHT, dan PHL. Perkebunan

PT. Mutiara Agam terbagi atas 8 afdeling ( Wilayah Kerja ) yaitu afdeling A (

Alpha ), afdeling B ( Bravo ), Afdeling C ( Charlie ), afdeling D ( Delta ), afdeling

E ( Echo ), afdeling F ( Fanta ), afdeling G ( Golf ), afdeling H ( Hotel ). Setiap

afdeling dipimpin oleh seorang asissten dan dibantu oleh 5 orang mandor, 3 orang

kerani, ± 5 orang Pekerja Harian Tetap (PHT) dan 40 orang Pekerja Harian Lepas

(PHL).

Pada saat ini PT. Mutiara Agam sedang melakukan Replanting dan

Pembukaan lahan baru pada beberapa afdeling. Adapun afdeling yang sedang

dilaksanakan replanting adalah afdeling A (Alpha ), B (Bravo) dan C (Charlie).

(7)

dan sekarang sudah sampai pada proses pembibitan. Oleh karena itu, peneliti

hanya melalukan wawancara pada beberapa Pekerja Harian Lepas (PHL) di

Afdeling D (Delta), E (Echo) dan F (Fanta). Melalui wawancara yang peneliti

lakukan, pada afdeling F (Fanta) didapati banyak Pekerja Harian Lepas (PHL) nya

yang merasakan keluhan seperti nyeri bagian punggung, nyeri diseluruh badan,

nyeri dikaki, kebas-kebas pada bagian kaki dan kurang konsentrasi. Oleh karena

itu peneliti melakukan penelitian di afdeling fanta PT. Mutiara Agam.

Afdeling fanta memiliki luas 695,4 ha, dan jumlah Pekerja Harian Lepas

(PHL) nya sebanyak 40 orang. Jenis pekerjaan yang dilakukan Pekerja Harian

Lepas (PHL) ini adalah Pengendalian gulma, pemupukan, deteksi hama,

pengendalian hama, pembuatan piringan, prunning ( pemotongan pelepah sawit),

pembuatan titi dan memanen. Untuk kegiatan pengendalian gulma, pemupukan,

deteksi hama, pengendalian hama ini dilakukan hanya 3 bulan sekali. Pembuatan

piringin dilakukan setiap 1 bulan sekali, sedangkan pembuatan titi tergantung

dengan kondisi titi-titi sebelumnya yang sudah ada apakah perlu diganti atau

tidak. Untuk pekerjaan memanen dan prunning ini dilakukan setiap hari kerja.

4.2 Karakteristik Pekerja Harian Lepas (PHL) Bagian Afdeling Fanta di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017

4.2.1 Karakteristik Pekerja Harian Lepas (PHL) Bagian Afdeling Fanta di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017 Berdasarkan Kelompok Umur

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pekerja Harian Lepas (PHL) Berdasarkan Kelompok Umur di Bagian Afdeling Fanta PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017 Umur (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)

(8)

> 34 21 52.5

Total 40 100

Berdasarkan tabel 4.1. di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar

umur Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling fanta berada pada kelompok

umur > 34 tahun yaitu berjumlah 21 orang (52.65%) dan frekuensi terendah

berada pada kelompok umur < 34 tahun yaitu berjumlah 19 orang (47.5%).

4.2.2 Karakteristik Pekerja Harian Lepas (PHL) Bagian Afdeling Fanta di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerja Harian Lepas (PHL) Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Bagian Afdeling Fanta PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017 Pendidikan Terakhir Jumlah (n) Persentase (%)

SD 15 37.5

SMP 17 42.5

SMA 8 20.0

Total 40 100

Berdasarkan tabel 4.3. di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar

tingkat pendidikan Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling fanta berada pada

kelompok tingkat pendidikan SMP yaitu berjumlah 17 orang (42.5%) dan

frekuensi terendah berada pada kelompok tingkat pendidikan SMA yaitu

berjumlah 8 orang (20.0%).

4.2.3 Karakteristik Pekerja Harian Lepas (PHL) Bagian Afdeling Fanta di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017 Berdasarkan Masa Kerja

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerja Harian Lepas (PHL) Berdasarkan Masa Kerja di Bagian Afdeling Fanta PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017 Masa Kerja (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)

< 4 15 37.5

(9)

Total 40 100

Berdasarkan tabel 4.3., dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar masa

kerja Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling fanta berada pada kelompok

masa kerja > 4 tahun yaitu berjumlah 25 orang (62.5%) dan frekuensi terendah

berada pada kelompok masa kerja < 4 tahun yaitu berjumlah 15 orang (62.5%).

4.3 Hasil Pengukuran Kuesioner Perasaan Kelelahan dari IFRC pada Pekerja Harian Lepas (PHL) Bagian Afdeling Fanta di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerja Harian Lepas (PHL) Berdasarkan

Pertanyaan Perasaan-Perasaan Kelelahan Kerja Pada Kuesioner IFRC di Bagian Afdeling Fanta PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017

(10)

14

Berdasarkan tabel 4.4. di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi perasaan

kelelahan Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling fanta terbanyak yaitu

selalu merasakan lelah pada seluruh badan yaitu 8 orang (20%). Sering merasakan

berat dikaki dan haus yaitu masing-masing 19 orang (47.5%), kadang-kadang

merasakan sakit di bagian kepala yaitu 30 orang (75%), dan tidak pernah

(11)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pekerja Harian Lepas (PHL) Berdasarkan Perasaan Lelah di Bagian Afdeling Fanta PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017 Perasaan Lelah Frekuensi (orang) Persentase (%)

Rendah 6 15

Sedang 29 72.5

Tinggi 5 12.5

Total 40 100

Berdasarkan Tabel 4.5. diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi perasaan

kelelahan paling banyak berada pada kategori sedang yaitu berjumlah 29 orang

(72.5%), selanjutnya pada kategori rendah yaitu berjumlah 6 orang (15.%), dan

yang paling sedikit berada pada kategori tinggi yaitu berjumlah 5 orang (12.5%).

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Umur Pekerja Harian Lepas (PHL) Berdasarkan Perasaan Lelah di Bagian Afdeling Fanta PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.6. di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar

kategori rendah berada pada kelompok umur < 34 tahun yaitu berjumlah 6 orang

(100%), frekuensi terbesar kategori sedang berada pada kelompok umur > 34

tahun yaitu berjumlah 16 orang (55.8%), dan untuk kategori tinggi berada pada

(12)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pekerja Harian Lepas (PHL) Berdasarkan Perasaan Lelah di Bagian Afdeling Fanta PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.8. di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar

kategori rendah berada pada kelompok tingkat pendidikan SMA yaitu berjumlah 4

orang (66.6%), frekuensi terbesar kategori sedang berada pada kelompok tingkat

pendidikan SMP yaitu berjumlah 14 orang (48.3%), dan untuk kategori tinggi

berada pada kelompok tingkat pendidikan SD yaitu berjumlah 3 orang (60%).

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Harian Lepas (PHL) Berdasarkan Perasaan Lelah di Bagian Afdeling Fanta PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.7. di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar

kategori rendah berada pada kelompok masa kerja < 4 tahun yaitu berjumlah 4

orang (66.7%), frekuensi terbesar kelelahan kategori sedang berada pada

(13)

kategori tinggi berada pada kelompok masa kerja > 4 tahun yaitu berjumlah 5

orang (100%).

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Kelelahan Berdasarkan Umur Pekerja Harian Lepas (PHL) Bagian Afdeling Fanta PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017

Berdasarkan hasil kuesioner maka dapat dilihat bahwa umur Pekerja Harian

Lepas (PHL) bagian afdeling fanta berkisar antara 20 – 47 tahun. Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa umur pekerja yang terbanyak yaitu berumur > 34

tahun yaitu berjumlah 21 orang (52.5%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa

Pekerja Harian Lepas (PHL) di bagian afdeling fanta PT. Mutiara Agam

Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam ini berada dalam usia produktif

(14)

kategori rendah, dapat diketahui frekuensi terbesar berada pada kelompok umur <

34 tahun yaitu berjumlah 6 orang (100%). Berdasarkan kelelahan kategori sedang,

diketahui bahwa frekuensi paling banyak berada di kelompok umur > 34 tahun

yaitu berjumlah 16 orang (55.8%). Berdasarkan kelelahan kategori tinggi, semua

Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling fanta berada pada kelompok umur >

34 tahun yaitu berjumlah 5 orang (100%). Dari data ini dapat kita lihat bahwa

kelelahan kerja lebih banyak dialami oleh pekerja yang berumur > 34 tahun.

Hal ini terjadi karena semakin tua usia seseorang maka kemampuan fisiknya

semakin menurun sehingga lebih cepat mengalami kelelahan saat bekerja. Hal ini

juga sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2010) mengenai

hubungan beban kerja, status gizi dan usia dengan tingkat kelelahan pekerja

operator bagian dyeing, dengan responden yang berusia sebagian besar lebih dari

30 tahun juga menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara usia dengan

kejadian kelelahan pekerja, dengan menunjukkan sifat korelasi positif yang berarti

semakin tua usia seorang tenaga kerja maka akan semakin tinggi tingkat

kelelahannya.

5.2 Kelelahan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pekerja Harian Lepas (PHL) Bagian Afdeling Fanta di PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017

Tingkat pendidikan di afdeling fanta PT. Mutiara Agam ini berbeda-beda

mulai dari tamatan SD, SMP dan SMA. Berdasarkan Tabel 4.2. dapat diketahui

bahwa tingkat pendidikan Pekerja Harian Lepas (PHL) di bagian afdeling fanta

terbanyak berada pada kelompok tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 17

(15)

formal yang sesuai dengan program wajib belajar sembilan tahun. Berdasarkan

kelelahan kategori rendah, dapat diketahui frekuensi terbesar berada pada tingkat

pendidikan SMA yaitu berjumlah 4 orang (66.6%). Berdasarkan kelelahan

kategori sedang, diketahui bahwa frekuensi paling banyak Pekerja Harian Lepas

(PHL) di bagian afdeling fanta berada pada tingkat pendidikan SMP yaitu

berjumlah 14 orang (48.3%). Berdasarkan kelelahan kategori tinggi, diketahui

bahwa frekuensi paling banyak Pekerja Harian Lepas (PHL) di bagian afdeling

fanta berada pada tingkat pendidikan SD yaitu berjumlah 3 orang (60%).

Dari data ini dapat dilihat bahwa tingkat kelelahan pekerja dengan tingkat

pendidikan SMP lebih tinggi dari pekerja dengan tingkat pendidikan yang lain.

Hal ini terjadi dalam penelitian ini dikarenakan distribusi Pekerja Harian Lepas

(PHL) di bagian afdeling fanta sebagian besar adalah berpendidikan SMP yaitu

berjumlah 17 orang (42.5%). Kelelahan Pekerja Harian Lepas (PHL) di bagian

afdeling fanta dapat dilihat dari kondisi sikap kerja yang mana pekerja melakukan

pekerjaannya dalam posisi berdiri, membungkuk dan pandangan mengarah keatas

secara berulang dan kondisi lahan perkebunan yang agak panas. Banyaknya

pekerjaan dan tidak diiringi dengan istirahat yang cukup juga berpengaruh

terhadap kelelahan yang dirasakan pekerja.

Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan

di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara/ mempertahankan kesehatan

dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan (cancel out the

stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode

(16)

Faktor-faktor lain penyebab kelelahan yaitu: intensitas lamanya kerja fisik dan

mental, ergonomi, lingkungan (iklim, penerangan, kebisingan, getaran dll),

circadian rhythm, problem psikis (tanggung jawab, kekhawatiran, konflik dll),

kenyerian dan kondisi kesehatan, dan nutrisi (Tarwaka, 2015).

5.3 Kelelahan Berdasarkan Masa Kerja Pekerja Harian Lepas (PHL) Bagian Afdeling Fanta PT. Mutiara Agam Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun 2017

Masa kerja setiap Pekerja Harian Lepas (PHL) di bagian afdeling fanta ini

berbeda-beda, dimulai dari masa kerja 1 tahun sampai masa kerja 15 tahun.

Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui bahwa masa kerja Pekerja Harian Lepas

(PHL) bagian afdeling fanta yang terbanyak berada pada kelompok masa kerja > 4

tahun yaitu berjumlah 25 orang (62.5%). Dari data masa kerja ini, dapat dilihat

bahwa sebagian besar Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling fanta memiliki

pengalaman yang cukup lama dalam bekerja di afdeling fanta ini. Berdasarkan

masa kerja, diketahui bahwa frekuensi kelelahan kategori rendah paling banyak

Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling fanta berada pada masa kerja < 4

tahun yaitu 4 orang (66.7%). Berdasarkan kelelahan kategori sedang, diketahui

bahwa frekuensi Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling fanta paling banyak

berada pada masa kerj > 4 tahun yaitu 18 orang (62.1%). Berdasarkan kelelahan

kategori tinggi, semua Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling fanta berada

pada masa kerja > 4 tahun yaitu berjumlah 5 orang (100%). Dari data ini dapat

kita lihat bahwa Pekerja Harian Lepas (PHL) bagian afdeling fanta dengan masa

kerja > 4 tahun lebih banyak mengalami kelalahan kerja dari pada masa kerja < 4

(17)

Hal ini disebabkan karena pekerjaan yang dilakukan para pekerja terlalu

menoton dan dilakukan secara terus menerus sehingga dapat mengkibatkan

penurunan konsentrasi pada saat bekerja sehingga menimbulkan kelelahan kerja.

Hal ini sesuai dengan Suma‟mur (1993) menjelaskan bahwa kelelahan dapat

disebabkan oleh pekerjaan yang menoton yang berakibat terhadap penurunan

konsentrasi dalam bekerja dan Setyawati (2010) berpendapat bahwa pekerjaan

menoton dapat menyebabkan kelelahan kerja dan dapat mempengaruhi

produktivitas kerja.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Gambaran Kelelahan Kerja pada Pekerja Harian

Lepas (PHL) Bagian Afdeling Fanta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran kelelahan kerja paling dominan disebabkan oleh faktor masa kerja

pada Pekerja Harian Lepas (PHL). Dari ketiga ketegori kelelahan yaitu

kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi, kelelahan kerja paling

(18)

2. Gambaran kelelahan kerja paling dominan berdasarkan kelelahan ketegori

rendah disebabkan oleh faktor umur. Dari 6 pekerja yang mengalami kelelahan

kerja, semua pekerja berada pada kelompok umur < 34 tahun (100%).

3. Gambaran kelelahan kerja paling dominan berdasarkan kelelahan kategori

sedang disebabkan oleh faktor masa kerja. Dari 29 pekerja yang mengalami

kelelahan kerja, 18 pekerja berada pada kelompok masa kerja > 4 tahun

(62.1%).

4. Gambaran kelelahan kerja kategori tinggi, kelelahan kerja disebabkan oleh

faktor umur dan masa kerja. Dari 5 pekerja yang mengalami kelelahan,

semuanya berada dalam kelompok umur ≥ 34 tahun (100%) dan masa kerja ≥

4 tahun (100%).

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh maka saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut :

1. Para pekerja harian lepas (PHL) dapat menyesuaikan kemampuan tubuh

dengan kapasitas kerja fisiknya.

2. Para pekerja harian lepas (PHL) dapat menyesuaikan sikap kerja yang sesuai

(19)

3. Para pekerja harian lepas (PHL) dapat mengurangi pekerjaan yang

berulang-ulang yaitu dengan membuat rotasi kerja.

4. Bagi perusahaan sebaiknya dilakukan monitoring secara berkala agar dapat

meminimalisir terjadinya kelelahan kerja pada pekerja harian lepas (PHL).

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P., 2009. Psikologi Industri. PT Rineka Cipta, Yogyakarta

Badan Penanaman Modal Dalam Negri Pusat No. 124/1/PMPN/1986 Tanggal 5 Oktober 1986.

Gambar

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerja Harian Lepas (PHL) Berdasarkan
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pekerja Harian Lepas (PHL) Berdasarkan
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Harian Lepas (PHL)

Referensi

Dokumen terkait

Aja maneh pati durung tau weruh, prandene ngaruh-aruhi, wong bodho nora wruh ngelmu, pangrasane sasar sisip, kang akeh janma momoyok.. Ing Ngayogya Surakarta myang

b) Safety Helmet yang dipilih harus memberikan perlindungan yang optimal serta nyaman dipakai dan tidak menimbulkan masalah keselamatan yang lain. c) Cidera kepala

Kreditur yang dimaksud di sini adalah pihak yang memiliki uang ( money ), barang ( goods ), atau jasa ( service ) untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan haraan dari

Pengusaha (pemegang saham) tidak boleh memberhentikan pekerja dalam tindakan penggabungan perseroan terbatas, jika hal tersebut hanya menguntungkan dan

Bagi guru – guru SMP Negeri 7 Salatiga, sebaiknya guru di sekolah tersebut dapat menindak lanjuti dengan menerapkan model pembelajaran Example – non

Pengusaha (pemegang saham) tidak boleh memberhentikan pekerja dalam tindakan penggabungan perseroan terbatas, jika hal tersebut hanya menguntungkan dan

bahwa Peraturan Walikota Nomor 15 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak dan Sekolah di Kota Cirebon sebagaimana telah

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara SIKMR dan MTA dalam hal kekuatan tarik sebagai bahan kaping pulpa