BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa
bahan lain yang diproses melalui fermentasi yang secara umum dikenal sebagai
“ragi tempe”. Lewat proses fermentasi ini, biji kedelai mengalami proses
penguraian menjadi senyawa sederhana sehingga mudah dicerna. Tempe dapat
dikatakan sebagai bahan pangan yang cukup populer bagi rakyat di Indonesia.
Kondisi ini dapat dilihat dari tiga aspek yaitu nilai gizi cukup tinggi, harga yang
relatif terjangkau oleh daya beli berbagai lapisan masyarakat. Selain itu,
pembuatan tempe tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat
yang biasa terdapat di rumah tangga.
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan
menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai
Indonesia dijadikan untuk memproduksi tempe, 40% tahu, dan 10% dalam
bentuk produk lain seperti tauco, kecap, dan lain-lain (Badan Standarisasi
Nasional, 2012).
Tempe merupakan makanan kegemaran yang tidak hanya dikonsumsi oleh
masyarakat kelas bawah dan menengah saja, melainkan makanan yang
dikonsumsi kelas atas baik perdesaan maupun perkotaan. Bahkan kini seluruh
masyarakat di Indonesia mengkonsumsi tempe. Hal ini terlihat dalam data
rata-rata per kapita seminggu masyarakat di Indonesia mengkonsumsi tempe, tahun
Tabel 1.1
Konsumsi Tempe Rata-Rata Per Kapita Seminggu, Tahun 2007-2014 Di Indonesia.
Sumber: Publikasi Statistik Indonesia, 2015.
Produksi tempe kebanyakan dilakukan oleh industri rumah tangga. Metode
dalam memproduksi tempe umumnya menggunakan cara-cara yang tradisional,
sementara itu daya beli masyarakat untuk produk ini relatif tinggi. Hal ini
disebabkan adanya suatu persaingan antara industri yang besar memiliki modal
besar dan teknologi canggih di bandingkan dengan industri rumah tangga yang
memiliki modal kecil dan teknologi yang terbatas. Upaya yang dilakukan agar
industri rumah tangga dapat berkembang maka perlu dilakukan kerja sama antara
industri besar, menengah dan kecil. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasok
bantuan berupa bahan baku dan bahan pembantu serta alat-alat untuk
meningkatkan produksi.
Di dalam suatu produksi tidak lepas dari adanya proses produksi. Pada
produksi tempe ini membutuhkan berbagai jenis faktor produksi, diantaranya
No. Tahun Jumlah (Kg)
1 2007 0,153
2 2008 0.139
3 2009 0,135
4 2010 0,133
5 2011 0,140
6 2012 0,136
7 2013 0,136
terdiri dari modal, bahan baku dan tenaga kerja. Jadi faktor produksi tersebut
adalah jenis-jenis sumber daya yang digunakan dan diperlukan dalam suatu
proses produksi guna menghasilkan barang dan jasa. Selain faktor produksi
modal, bahan baku dan tenaga kerja juga terdapat faktor produksi yang lain
seperti tanah, kekayaan alam dan kewirausahaan atau entrepreneurship
(Sadono,2011:6).
Wilayah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat merupakan salah satu
wilayah yang masih rendah pertumbuhan industrinya dan sedikit menyerap
tenaga kerja di bandingkan dengan lapangan usaha lainnya seperti pertanian,
perdagangan, hotel, restoran dan jasa-jasa yang banyak memberikan kontribusi.
Hal ini dapat dilihat dari kondisi perekonomian Kecamatan Binjai Kabupaten
Langkat melalui struktur PDRB Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat, seperti
dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.2
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2012 (Jutaan Rupiah).
Desa/Kelurahan 2009 2010* 2011* 2012**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pertanian 146.929,47 154.918,70 163.399,57 172.087,69
2. Pertambangan dan
Penggalian 175,11 205,41 215,15 218,10
3. Industri Pengolahan 5.057,19 5.320,89 5.615,42 5.890,32 4. Listrik, Gas dan Air 817,53 888,05 944,10 1.001,02
5. Konstruksi 8.579,10 9.159,56 9.870,69 11.453,78
6. Perdagangan, Hotel
Sumber : BPS Kabupaten Langkat, 2015
Ket : r) Angka Revisi, *)Angka Sementara, ** )Angka Sangat Sementara
Tenaga kerja merupakan faktor produksi secara langsung maupun tidak
langsung menjalankan kegiatan produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
tenaga kerja memiliki peranan yang sangat penting sebagai penggerak utama di
dalam produksi. Keberhasilan suatu produksi bukanlah semata-mata tergantung
kepada efisiensi mesin-mesin dan peralatan, tetapi keberhasilan suatu produksi
dapat diukur dari berjalannya atau tidaknya tenaga kerja secara baik atau buruk di
dalam produksi. Kinerja yang berjalan baik di dalam produksi dapat menentukan
keberhasilan produksi di dalam pencapaian tujuan produksi itu sendiri. Oleh
karena itu kemampuan atau ketrampilannya baik melalui pendidikan formal
maupun non formal perlu di tingkatkan. Dengan demikian tenaga kerja dalam
menghasilkan barang dan jasa, tidak hanya memperhatikan jumlahnya tetapi juga
kualitasnya.
Tidak berbeda dengan usaha-usaha lainnya, produksi tempe di wilayah
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat akan bertahan hidup serta berkembang
apabila mampu mengelola biaya secara efektif dan efisien, demi meraih laba
maksimal. Apabila sebuah produksi tempe tidak dapat mengelola biaya secara
baik, maka laba atau keuntungan pada produksi tempe tersebut akan sulit dicapai,
bahkan dapat mengakibatkan kerugian. 7. Angkutan dan
Komunikasi 6.948,36 8.908,70 9.428,64 9.997,82 8.Keuangan,Persewaan
Jasa Perusahaan 8.334,25 9.366,66 10.301,88 11.769,01
9. Jasa-Jasa 15.912,78 15.930,91 17.101,12 18.577,31
Pendapatan para pengrajin tempe di wilayah Kecamatan Binjai Kabupaten
Langkat sangat tergantung dari penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Penjualan
yang dilakukan pengrajin tempe belum mampu mendatangkan keuntungan yang
optimal karena harganya yang murah dan pemasaran yang dilakukan para
pengerajin tempe juga tidak terlalu luas. Perajin tempe memasarkan produk yang
dihasilkan ke kedai dengan cara menitipkan produk tempenya kepada pemilik
kedai atau menjual secara langsung ke konsumen melalui pasar. Selain itu biaya
yang dikeluarkan untuk bahan baku semakin besar dengan adanya krisis ekonomi.
Kenaikan harga kedelai dari Rp.6000 per/kg menjadi Rp.8000 per/kg
sebagai bahan baku dalam pembuatan tempe membuat para perajin tempe di
wilayah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat memperkecil ukuran produk
dengan harga jual tetap. Selain itu para perajin tempe terpaksa mengurangi jumlah
produksi untuk menghindari kerugian semakin besar dan keberadaan ini juga
banyak membuat para pengrajin tempe tidak mampu berproduksi lagi.
Para pengerajin tempe sangat tergantung pada kedelai impor dan sedikit
para pengerajin tempe menggunakan kedelai lokal. Ketergantungan kedelai impor
berdasarkan penuturan dari beberapa para perajin tempe di wilayah Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat di karenakan kedelai impor lebih bagus untuk produksi
tempe sedangkan kedelai lokal lebih bagus untuk produksi tahu. Hal ini
dikarenakan kedelai lokal memiliki ukuran kecil atau tidak seragam dan kurang
bersih, kulit ari kacang sulit terkelupas saat proses pencucian kedelai, proses
peragian sangat lama lalu setelah berbentuk tempe, proses pengkukusan lebih
dilakukan peneliti jumlah industri tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
sebanyak 15 industri tempe .
Tabel 1.3
Jumlah Industri Tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat
Data Sensus, 2016 Sumber: Penulis
Hal ini terjadi karena modal yang dimiliki oleh pengerajin tempe terbatas
untuk membeli kedelai akibat fluktuasi harga kedelai. Permodalan merupakan
faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu produksi. Industri
tempe merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang
mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan
modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena
persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat
dipenuhi. Dengan berbagai permasalahan dan kelemahan tersebut produksi tempe
di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dapat mengalami resiko kegagalan.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka peneliti
tertarik untuk memilih judul dalam peneltian ini adalah “ Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi Tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat”.
No Kelurahan/Desa Jumlah Industri Tempe
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini:
1. Apakah modal berpengaruh terhadap produksi tempe di Kecamatan Binjai
Kabupaten Langkat?
2. Apakah bahan baku berpengaruh terhadap produksi tempe di Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat?
3. Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi tempe di Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat?
4. Apakah modal, bahan baku, tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi
tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat?
5. Bagaimana strategi pengembangan pada produksi tempe di Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh modal terhadap produksi tempe di Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui pengaruh bahan baku terhadap produksi tempe di
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat .
3. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap produksi tempe di
4. Untuk mengetahui pengaruh modal, bahan baku, dan tenaga kerja terhadap
produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.
5. Untuk mengetahui strategi pengembangan produksi tempe di Kecamatan
Binjai Kabupaten Langkat.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Akademis
Sebagai bahan untuk memperluas pengetahuan di bidang produksi tempe
khususnya di Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat.
2. Bagi Pelaku Usaha Industri Tempe
Bagi pelaku usaha industri tempe dapat memberi kontribusi dalam
mengembangkan produksi tempe di Kecamatan Binjai Kabupaten
Langkat.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan serta menambah
wawasan peneliti mengenai produksi tempe khususnya di Kecamatan