• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada penelitian ini objek yang diambil penulis yaitu Direktorat Jenderal Pajak (atau disingkat DJP) yang bergerak di bidang perpajakan Indonesia.Direktorat Jenderal Pajak merupakan bawahan dari Kementrian Keuangan Indonesia yang secara spesifik mengurus segala hal dan masalah tentang perpajakan di Indonesia. Saat ini jumlah wajib pajak di Indonesia makin meningkat setiap tahunnya, disini peran Direktorat Jenderal Pajak sebagai pengurus perpajakan di Indonesia dibutuhkan untuk mengatur berbagai urusan mulai dari administrasi hingga ke regulasi serta masalah-masalah yang berkaitan dengan perpajakan yang tentunya masih dalam pengawasan Kementrian Keuangan.

1.1.1 Profil Perusahaan

Direktorat Jenderal Pajak ialah merupakan unit kerja di bawah koordinasi Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak mempunyai peran penting di dalam pemerintahan yaitu direktorat ini berperan sebagai penghimpun penerimaan negara melalui pajak yang nantinya penerimaan pajak tersebut akan dijadikan faktor penentu besarnya APBN Republik Indonesia. Hal ini serupa dengan visi Direktorat Jenderal Pajak yaitu menjadi institusi penghimpun penerimaan negara yang terbaik demi menjamin kedaulatan dan kemandirian negara. (Edukasi Pajak, Sekilas tentang DJP. 2017)

Selain itu, Direktorat Jenderal Pajak juga mempunyai misi yaitu untuk menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri dengan:

1. Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang tinggi dan penegakan hukum yang adil;

2. Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan kewajiban perpajakan;

(2)

2

3. Aparatur pajak yang berintegritas, kompeten dan profesional; dan

4. Kompensasi yang kompetitif berbasis sistem manajemen kinerja (Direktorat Jenderal Pajak, Visi Misi. 2017).

Gambar 1.1 Logo Direktorat Jenderal Pajak (Sumber: Edukasi pajak, Sekilas tentang DJP. 2017)

Direktorat Jenderal Pajak terbagi atas unit kantor pusat dan unit kantor operasional, dengan jumlah kantor operasional lebih dari 500 unit dan jumlah pegawai lebih dari 32.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Paja mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan di bidang perpajakan; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perpajakan; 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perpajakan; dan

5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pajak. (Edukasi Pajak, Sekilas tentang DJP. 2017)

1.2. Latar Belakang Penelitian

Saat ini, internet sudah menjadi suatu kebutuhan di bagian kehidupan masyarakat.Buktinya melihat dari tingkat penguna internet yang selalu meningkat dari tahun ke tahun selama 5 hingga 10 tahun kebelakang. Menurut data statistik dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau yang biasa disingkat dengan APJII , pengguna internet pada tahun 2005 hanya ada sekitar 16 juta pengguna dan 10 tahun kemudian pada tahun 2016 pengguna internet di Indonesia meningkat secara signifikan menjadi 132,7 juta pengguna internet dengan Pulau

(3)

3 Jawa sebagai dominasi wilayah terbesar untuk pengguna internet di Indonesia. Peningkatan jumlah pengguna internet ini dipicu oleh munculnya teknologi-teknologi baru yang mendukung peran internet sebagai alat yang dapat memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatannya serta dengan kemampuan CPE (customer premise equipment) dan smartphone yang mulai banyak digunakan oleh masyarakat.

Di jaman globalisasi saat ini, pemerintah mulai terdesak dengan keinginan masyarakat untuk menerapkan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah tersedia di Indonesia. Banyaknya masyarakat yang sudah mengadopsi teknologi dan internet membuat hal ini juga menjadi kebutuhan di dalam masyarakat akan fasilitas-fasilitas tersebut dapat diakses via internet. Fasilitas-fasilitas tersebut nantinya akan dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi-informasi yang terbaru serta informasi-informasi secara real-time. Maka dari itu, pemerintah Indonesia memulai untuk membuat suatu teknologi berupa sistem yang dinamakan E-government.

E-government berasal dari sebuah kata dalam bahasa inggris yang disingkat yaitu electronic government. Selain itu, e-Government mempunyai istilah lain seperti e-Gov, online government, digital government atau di beberapa negara tertentu disebut dengan transformational government. Pengertian lainnya tentang e-Government ialah adalah pengadopsian teknologi informasi oleh pemerintak yang digunakan untuk bisa memberikan informasi dan pelayanan bagi seluruh masyarakat, baik untuk urusan bisnis maupun hal-hal administratif yang berhubungan dengan pemerintahan (Jenny, 2014).

Sementara World Bank Group (2015) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi seperti e-Government oleh instansi pemerintahan mampu untuk meningkatkan hubungan dengan masyarakat, para pelaku bisnis, dan sesama bidang pemerintahan lainnya.Layanan e-Government juga dapat memberikan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat seperti dapat meningkatkan layanan-layanan yang disediakan pemerintah, interaksi antar pelaku bisnis dengan industri yang lebih baik, pemberdayaan masyarakat melalui akses terhadap informasi serta membuat manajemen pemerintahan yang lebih efisien dan efektif.

(4)

4

Pengertian lainnya mengenai e-Governmnet juga terdapat di dalam Inpres No 3 Tahun 2003. Menurut peraturan tersebut, e-Government merupakan suatu upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemerintahan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik secara efisiensi dan efektivitas. Dalam lampiran Inpres tersebut juga dibahas tentang strategi pengembangan e-Government, dengan mempertimbangkan kondisi pada tahun tersebut, pencapaian tujuan strategis e-Government dilaksanakan melalui enam strategi sebagai berikut:

a. Mengembangkan sistem pelayanan yang handal, terpercaya serta terjangkau masyarakat luas.

b. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah agar dapat mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara cepat.

c. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.

d. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi.

e. Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom, disertai dengan meningkatkan e-literacy masyarakat.

f. Melaksanakan pengembangan secara sistematis melalui tahapan yang realistis dan terukur

Indrajit (2002:8) mengemukakan manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan konsep e-Government bagi suatu negara, yaitu:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara.

2. Meningkatkan trasnparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance. 3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi,relasi, dan interaksi

yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk keperluan aktivitas sehari-hari.

(5)

5 4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber

pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak berkepentingan. 5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara tepat

menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada.

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara merata dan demokratis.

Dengan adanya e-Government, pemerintah bisa untuk lebih transparan kepada warga negaranya serta para pelaku bisnis dengan memberikan lebih banyak akses informasi yang dihasilkan oleh pemerintah.E-government juga memberikan kesempatan bagi warga negaranya untuk turut berpartisipasi dalam memberikan umpan balik kepada instansi-instansi pemerintah. Dengan cara ini, masyarakat juga turut berperan dalam perkembangan pemerintahan ke arah yang lebih baik dan dapat membuat hubungan antara warga negara dengan pemerintah menjadi lebih dekat (Turban & Volonino, 2008:187)

Konsep pelaksanaan e-Government sudah banyak diterapkan pada negara-negara maju dan berkembang.E-Government memiliki potensi yang sangat besar dalam hal meningkatkan penyampaian layanan dan efisiensi, respon yang lebih baik terhadap kebutuhan bisnis, warga negara dan penyediaan layanan pemerintah yang terjangkau.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah salah satu lembaga pemerintahan dibawah kendali Kementrian Keuangan yang mempunyai tugas sebagai pembuat serta pelaksana kebijakan dan standardisasi di bidang perpajakan Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak merupakan salah satu institusi pemerintahan yang sudah menerapkan sistem e-Government di Indonesia, yaitu berupa suatu layanan berbasis online yang dibuat dalam bentuk sistem yang mempunyai fungsi agar bisa memudahkan para wajib pajak untuk melaporkan pajaknya.Sistem ini disebut dengan e-Filing yang diluncurkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2004.

(6)

6

E-Filingadalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh secara elektronik yang dilakukan secara online dan real time melalui internet pada website DJP Online atau laman penyedia layanan SPT elektronik (Pajak, Article. 2017). Sejak mulai diluncurkan pada tahun 2004, sistem e-Filingterus mengalami kemajuan dalam perkembangannya.Pada tahun 2004, para wajib pajak hanya bisa mengakses sistem e-Filing melalui sebuah perusahaan penyedia jasa Aplikasi (Application Service Provider) seperti www.pajakku.com, www.laporpajak.com www.layananpajak.com serta www.spt.co.id.Tetapi sejak tahun 2012, para wajib pajak sudah bisa menggunakan akses ke sistem e-Filing melalui website resmi Direktorat Jenderal Pajak yaitu www.pajak.go.id (Ridho Syukro,2013). Saat ini penyampaian SPT Tahunan PPh OP dengan formulir 1770 S dan 1770 SS dapat dilakukan dengan sistem e-Filing yaitu dengan melalui website pajak yang dapat diakses secara gratis serta dapat memberikan alternatif baru bagi para wajib pajak (Wagimin, 2016).

E-Filing merupakan sebuah produk inovasi yang dihasilkan dari perkembangan teknologi informasi yang disediakan untuk memudahkan serta dapat pula meningkatkan pelayanan kepada para wajib pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.Dengan menggunakan layanan sistem e-Filing, kegiatan mengisi dan mengirim SPT tahunan dapat dilakukan dengan mudah dan lebih efisien karena telah tersedia formulir elektronik di layanan sistem e-Filing. Selain itu, keuntungan lainnya dalam menggunakan layanan pajak online adalah sistem e-Filing yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja, sehingga penyampaian SPT tahunan melalui sistem e-Filing dapat dilakukan setiap hari selama 24 jam serta dengan menggunakan sistem e-Filing, tidak diperlukan lagi dokumen fisik berupa kertas-kertas karena semua dokumen akan dikirim dalam bentuk dokumen elektronik.

Namun penggunanan sistem e-Filing di Indonesia masih belum terlaksana secara maksimal, hal ini dikarenakan adanya beberapa kendala dalam pelaksanaannya.Berdasarkan laporan kinerja Direktorat Jenderal Pajak tahun 2016, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk mencapai IKU (Indeks Kinerja Utama) antara lain:

(7)

7 a. pemahaman Wajib Pajak tentang prosedur penghitungan untuk pembayaran kewajiban pajak serta pengetahuan dalam menggunakan teknologi dan internet yang masih rendah;

b. cakupan luas jaringan internet yang tidak merata di seluruh wilayah Indonesia; c. adanya Wajib Pajak yang menunda penyampaian kewajiban sampai dengan

batas akhir waktu penyampaian SPT; d. keterbatasan kemampuan dari TIK DJP;

e. pelaporan pajak melalui e-Filing tidak memenuhi target yang sudah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar 27% dari jumlah Wajib Pajak. Hanya 8,5 Juta dari 32 Juta Wajib Pajak yang terdaftar menyampaikan pajaknya melalui e-Filing; f. sistem layanan e-Filing yang overload saat akhir batas waktu penyampaian

SPT Tahunan OP (31 Maret 2016) mengakibatkan banyaknya Wajib Pajak yang sulit mengakses dan yang belm terlayani (Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pajak, 2016).

Berikut dibawah ini adalah tabel mengenai data wajib pajak di Indonesia dan tabel mengenai data pelaporan SPT via e-Filing.

Tabel 1.1 Data Pelaporan SPT Tahunan dengaan layanan e-Filing Pelaporan SPT via

e-Filing 2014 2015 2016

Target 700.000 2.000.000 7.000.000

Realisasi 1.081.492 2.804.510 8.441.188

Capaian 154,5% 130,23% 120,58%

Sumber : Laporan Kinerja DJP Tahun 2016 Tabel 1.2 Data Wajib Pajak di Indonesia

Uraian 2014 2015 2016

Wajib Pajak

Terdaftar 27.379.256 30.044.103 32.769.215 Realisasi SPT 10.852.301 10.972.336 12.735.463

(8)

8

Menurut data diatas, wajib pajak yang menggunakan layanan sistem e-Filing masih sekitar 8,4 juta orang. Hal ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu dimana pengguna layanan sistem e-Filing hanya 2,8 juta orang dan sudah melebihi target yang sudah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada tahun sebelumnya.Tetapi presentase tersebut masih dibilang rendah yaitu hanya sebesar 25,75% dibandingkan dengan banyaknya wajib pajak yang terdaftar utnuk wajib SPT per tahun 2016 yaitu sebanyak 20,1 juta wajib pajak.

Kondisi ini berbeda dengan negara tetangga Indonesia yaitu Malaysia yang sudah menggunakan layanan sistem e-Filing sejak tahun 2006. Menurut data yang di dapatkan dari website pajak negara Malaysia, per tahun 2015 terdapat 7,4 juta wajib pajak di Malaysia dan lebih dari setengah para wajib pajak tersebut sudah menggunakan layanan sistem e-Filing untuk melaporkan pajak tahunannya. Sebanyak 4,1 juta wajib pajak Malaysia sudah melaporkan pajaknya via online dimana presentase jumlah pengguna layanan sistem e-Filing tersebut lebih tinggi dari pengguna sistem e-Filing di Indonesia artinya masih terjadi kesenjangan yang tinggi antara jumlah wajib pajak dan jumlah pengguna layanan sistem e-Filing di Indonesia. Berikut dibawah ini adalah tabel mengenai perbedaan data wajib pajak dan pelaporan pajak tahunan via e-Filing antara Indonesia dan Malaysia.

Tabel 1.3 Perbedaan Data Wajib Pajak dan Pelaporan Pajak Tahunan via e-Filing antara Indonesia dan Malaysia Tahun 2015

Uraian Indonesia Malaysia

Wajib Pajak

Terdaftar 30.044.103 7.459.200

Pengguna Layanan

Sistem e-Filing 2.804.510 4.166.177

Presentase 13,99% 55,85%

Sumber : Laporan Kinerja DJP Tahun 2016, LHDN Malaysia, dan olahan peneliti

Berdasarkan data tabel di atas, hanya 13,99% wajib pajak saja yang menggunakan layanan sistem e-Filing dan sisanya masih menggunakan cara manual yaitu dengan datang langsung ke KPP yang terdapat pada masing-masing

(9)

9 daerah untuk dapat melaporkan SPT Tahunan. Hal ini dimungkinkan adanya pengalaman buruk yang dirasakan oleh para pengguna layanan sistem e-Filing ketika akan melaporkan pajaknya, salah satu keluhannya yaitu sistem yang sering overload saat akhir batas waktu penyampaian SPT. Akibatnya, penggunaan sistem layanan e-Filing masih belum bisa efektif dan berhasil seperti yang sudah dicanangkan sebelumnya. Ketidaktahuan akan penggunaan teknologi terbaru dan tingkat kepercayaan yang rendah pada teknologi baru serta risiko yang nantinya ditimbulkan oleh teknologi baru diduga menjadi salah satu faktor mengapa masih banyak wajib pajak yang tidak melaporkan pajaknya via sistem e-Filing. Disamping itu, dimungkinkan masyarakat masih belum mengetahui tentang manfaat dari penggunaan teknologi terbaru tersebut.Para wajib pajak kemungkinan juga tidak melihat bagaimana keberhasilan pengadopsian tekmologi terbaru tersebut dapat memberikan manfaat dan kemudahan bagi penggunanya.Selain itu diperkirakan juga bahwa terdapat indikasi tentang kondisi dan keterlibatan pengguna lainnya dari fasilitas layanan sistem e-Filing.

Dalam penilaian keberhasilan atau kesuksesan sebuah teknologi, ada beberapa model dengan menggunakan kepuasan atau penerimaan teknologi sebagai tolok ukur. Model-model tersebut diantaranya adalah TAM (Technology Acceptance Model), TTF (Task Technology Fit), UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology), model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean, dan model kesuksesan sistem informasi EUCS (End User Computing Satisfaction). Model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology) dan TAM (Technology Acceptance Model) banyak digunakan pada penelitian-penelitian untuk melihat keberhasilan teknologi dari sisi penerimaan masyarakat terhadap suatu teknologi terbaru. Sementara untuk model TTF (Task Technology Fit) digunakan untuk melihat kesesuaian antara karakteristik tugas dengan teknologi yang ada dan model DeLone dan McLean serta model EUCS Doll dan Torkzadeh digunakan untuk melihat keberhasilan sistem dari sisi kepuasan pengguna.

Dalam penelitian ini model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology) dipilih untuk dapat menganalisis sikap dan niat wajib pajak

(10)

10

terhadap penggunanan layanan sistem e-Filing.Melihat dari hasil penelitian terdahulu bahwa model UTAUT dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan layanan situs e-Government sepertimemastikan dan menegaskan perlunya dimensi kualitas situs web (WQ) seperti kualitas konten, kualitas penampilan, aksesibilitas, kemudahan penggunaan, dan desain situs web yang baik(Alshehri, Drew, Alhussain, & Alghamdi, 2012). Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Azis dan Idris (2012), model UTAUT dapat membantu pemerintah untuk melihat penerimaan Wajib Pajak akan teknologi baru pada sistem pembayaran pajak di Malaysia. Model UTAUT dipilih karena dianggap mampu untuk bisa menjelaskan sikap dan niat para wajib pajak dari manfaat penggunaan teknologi (usefulness), kemudahan penggunaan (ease of use), keberhasilan pengguna menggunakan teknologi (self efficacy), kondisi fasilitas (facilitating condition), rasa percaya (trust), risiko yang dirasakan (perceived risk) dan keterlibatan sosial (social influence) pengguna layanan sistem e-Filing.

Penelitian yang menggunakan model UTAUT hingga kini sudah banyak, tetapi masih belum ada keseragaman dalam mengembangkan model, indikator yang digunakan, serta terjadi variasi antara hasil penelitian.Maka dari itu, model UTAUT yang sudah ada masih perlu untuk dikembangkan terutama disesuaikan dengan karakteristik teknologi yang diteliti.Penelusuran pustaka tentang model UTAUT masih belum ditemukan penelitian yang membahas tentang layanan sistem e-Filing di Indonesia.

Sikap dan niat dipilih untuk dapat menjelaskan bagaimana teknologi sistem terbaru dapat menarik para Wajib Pajak untuk dapat selalu menggunakannya dan dapat membantu pemerinta dalam memperbaiki kekurangan dari teknologi terbaru tersebut.Berdasarkan dari pemahaman yang dijelaskan di atas, maka penelitian ini akan menganalisis sikap dan niat Wajib Pajak terhadap layanan e-Filing dalam melaporkan SPT Tahunan PPh dengan menggunakan model UTAUT.Adapun judul dari penelitian ini adalah “Analisis Sikap Dan Niat Wajib Pajak Terhadap Penggunaan Layanan Sistem E-Filing Dengan Model UTAUT” dengan studi objek di kota Jakarta.

(11)

11 1.3. Perumusan Masalah

E-Filing telah mampu membuktikan bahwa layanan ini dapat memberikan serta memiliki nilai dan keuntungan yang lebih baik dari pada layanan yang sudah ada sebelumnya. Sayangnya, di Indonesia jumlah pengguna layanan e-Filing masih sangat kecil dilihat dari rasio antara jumlah pengguna layanan sistem e-Filing terhadap jumlah wajib pajak terdaftar yaitu sebesar 13,99%, dibandingkan dengan Malaysia yang sudah mencapai 55,85% (LHDN Malaysia, 2016). Faktor ketidakpercayaan, sulitnya fasilitas atauinfrastruktur yang belum merata seperti sulitnya akses internet di daerah timur Indonesia, server yang susah untuk dimasuki ketika sedang menginput pada layanan sistem e-Filing, serta pengalaman yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh para Wajib Pajak membuat jumlah pengguna layanan sistem e-Filing masih dibawah target yang diharapkan oleh DJP yaitu sebesar 27%. Maka perlu adanya pendekatan akademis untuk mengurai masalah tersebut dan menemukan solusinya.

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam menggunakan layanan sistem e-Filing masih belum bisa dipahami secara baik.Model UTAUT bisa digunakan sebagai salah satu pendekatan untuk menemukan solusi tersebut, tetapi model ini masih perlu untuk dikembangkan lebih lanjut lagi karena banyak sekali penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan variabel yang berbeda-beda sehingga kerangka model ini masih perlu untuk di sempurnakan lagi. Beberapa studi terdahulu menjelaskan bahwa hasil yang ada tidak sama dengan penelitian lainnya dikarenakan variabel dan objek yang diteliti berbeda.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Azis dan Idris (2012) menghasilkan kesimpulan sebuah kesimpulan yaitu dengan menggunakan pendekatan model UTAUT dapat membantu pemerintah untuk melihat penerimaan Wajib Pajak akan teknologi baru pada sistem pembayaran pajak di Malaysia Sementara pada penelitian yang dilakukan oleh Alshehri, Drew, Alhussain, & Alghamdi (2012) mengemukakan bahwa dengan menggunakan pendekatan model UTAUT pada penelitiannya menghasilkan kesimpulan yang dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan layanan situs e-Government seperti memastikan dan menegaskan perlunya dimensi kualitas situs web (WQ) seperti kualitas konten, kualitas

(12)

12

penampilan, aksesibilitas, kemudahan penggunaan, dan desain situs web yang baik.

Sejumlah faktor seperti manfaat penggunaan teknologi (usefulness), kemudahan penggunaan (ease of use), keberhasilan pengguna menggunakan teknologi informatika dan komunikasi (self efficacy), risiko yang dirasakan (perceived risk), kondisi fasilitas (facilitating condition), rasa percaya (trust), dan keterlibatan sosial (social influence) diperkirakan dapat mempengaruhi sikap dan niat para wajib pajak dalam menggunakan layanan sistem e-Filing. Untuk memastikan adanya hubungan sebab akibat antara faktor-faktor tersebut di atas perlu dikaji lebih lanjut melalui sebuah penelitian empirik.

1.4. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan formulasi permasalahan yang telah disebutkan di atas menimbulkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh hubungan antara variabel Self Efficacy, Perceived Ease of Use, Perceived Usefullness, Perceived Risk, Trust, Social Influence, dan Facilitating Conditions terhadap Attitude wajib pajak yang mempengaruhi dalam menggunakan layanan e-Filing?

2. Apakah terdapat pengaruh hubungan antara variabel Self Efficacy, Perceived Ease of Use, Perceived Usefullness, Perceived Risk, Trust, Social Influence, dan Facilitating Conditions terhadap Behavioral Intention wajib pajak yang mempengaruhi dalam menggunakan layanan e-Filing?

3. Apakah terdapat pengaruh hubungan antara variabel Attitude terhadap Behavioral Intention penggunaan layanan e-Filing?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengukur kekuatan pengaruh variabel Self Efficacy, Perceived Ease of Use, Perceived Usefullness, Perceived Risk, Trust, Social Influence, dan Facilitating Conditions terhadap sikap wajib pajak dalam menggunakan layanan sistem e-Filing.

2. Untuk mengukur kekuatan pengaruh variabel Self Efficacy, Perceived Ease of Use, Perceived Usefullness, Perceived Risk, Trust, Social Influence, dan

(13)

13 Facilitating Conditions terhadap niat wajib pajak dalam menggunakan layanan sistem e-Filing.

3. Untuk mengukur kekuatan pengaruh variabel Attitude terhadap Behavioral Intention wajib pajak dalam menggunakan layanan sistem e-Filing.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Praktisi dan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan rekomendasi bagi Direktorat Jenderal Pajak dan instansi pemerintahan lainnya yang menggunakan layanan e-Government dalam peningkatan layanan, perbaikan sistem, dan administrasi perpajakan untuk dapat mengembangkan sistem Filing dan layanan e-Government lainnya sehingga bisa menjadi bahan masukan tambahan yang berguna untuk mendorong pertumbuhan pengguna layanan sistem e-Filing dan layanan e-Government lainnya di Indonesia. Selain itu, dapat menambah wawasan tentang sistem e-Filing dan layanan e-Government lainnya serta dapat memberikan masukan sebagai informasi untuk melihat dan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masalah sejenis.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori mengenai perilaku dalam menggunakan teknologi informasi dan sekaligus menyempurnakan model UTAUT yang sudah ada. Selain itu, penelitian ini diharapakan bisa menjadi bahan referensi untuk melakukan penelitian mengenai analisa sikap dan niat pengguna layanan sistem e-Filing dengan menambahkan variabel lainnya di masa yang akan datang. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi informasi tambahan tentang keuntungan dari pemanfaatan teknologi informasi serta agar bisa mendorong masyarakat untuk mulai memanfaatkan teknologi informasi secara lebih optimal.

1.7. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis menetapkan ruang lingkup batasan penelitian mengenai faktor-faktor lain selain sikap dan niat yang mempengaruhi wajib pajak untuk menggunakan layanan sistem e-Filing. Selain itu, peneliti juga membatasi

(14)

14

penelitian ini dengan variable kontrol seperti umur, pekerjaan, dan jenis kelamin serta lokasi penelitian.

1.8. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Dalam penulisan tugas akhir dari hasil laporan penelitian terdiri dari lima bab, yaitu yang berisi:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi teori-teori yang mendasari masalah yang diteliti. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang variabel penelitian dan definisi operasional, menentukan posisisi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang deskriptif objek penelitian serta hasil analisis data. BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh penelitian serta saran-saran dan masukan yang berguna dimasa yang akan datang.

Gambar

Tabel 1.3 Perbedaan Data Wajib Pajak dan Pelaporan Pajak Tahunan via e- e-Filing antara Indonesia dan Malaysia Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan publik adalah urusan baru pada Pemerintah Kota Ambon yang dibentuk berdasarkan Perda Kota Ambon No.10 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki