• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 BERDASARKAN FALSAFAH PANCASILA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 BERDASARKAN FALSAFAH PANCASILA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

25

3.

PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENDIDIKAN

KARAKTER DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

BERDASARKAN FALSAFAH PANCASILA

Mimin Mintarsih Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta miensh66@gmail.com

Abstrak

Di era revolusi industri 4.0, dimana penerapan teknologi cyber dan teknologi otomatisasi dilakukan oleh teknologi tanpa memerlukan tenaga kerja manusia. Kemajuan teknologi ini tidak hanya dinikmati oleh orang dewasa saja, melainkan juga oleh anak-anak. Perkembangan teknologi saat ini mempunyai dampak positif dan dampak negatif. Komitmen negara untuk menjamin upaya perlindungan anak dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menjelaskan bahwa : “ setiap Anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak

atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Berdasarkan

ketentuan tersebut di atas, maka pemasalahan dalam penelitian ini bagaimana perlindungan anak dalam pembentukan karakter di era revolusi industri 4.0 berdasarkan falsafah Pancasila ? Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisa perlindungan anak dalam pembentukan karakter di era revolusi industri 4.0 berdasarkan falsafah Pancasila. Metode penelitian yang digunakan deskripti dengan pendekatan normatif. Adapun hasil penelitian yaitu komitmen negara untuk menjamin upaya perlindungan anak dirumuskan dalam UUD 1945, untuk menjamin pelaksanaan komitmen tersebut telah disahkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah dilakukan perubahan dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan yang berkaitan dengan karakter maka disyahkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kesimpulan yaitu upaya perlindungan anak dalam pembentukan karakter di era revolusi industri 4.0 berdasarkan falsafah Pancasila, harus mengedepankan pendidikan karakter bertujuan agar

(2)

26

peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai akhak dan moral, untuk menciptakan kehidupan berbangsa yang Religius, jujur, kerja keras, disiplin, rasa tanggung jawab, cinta tanah air, peduli terhadap lingkungan sekitar, jiwa sosial yang kuat. Teknologi alat untuk membantu memudahkan segala aktifitas manusia, yang berorientasi kepada Iman dan Takwa pada Tuhan yang Maha Esa.

Kata Kunci : Perlindungan Anak. Pendidikan Karakter. Revolusi Industri. Pancasila

Latar Belakang Masalah

Komitmen negara untuk menjamin upaya Perlindungan Anak dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Pasal 28B ayat (2) yang menjelaskan bahwa :

Setiap Anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang

serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Untuk

menjamin pelaksanaan komitmen tersebut telah disahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah dilakukan perubahan dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 21 yang mengamanatkan kepada:

1. Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati pemenuhan Hak Anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau mental.

2. Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), negara berkewajiban untuk memenuhi, melindungi, dan menghormati Hak Anak.

3. Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab

(3)

27

dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan Perlindungan Anak.

4. Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak dan melaksanakan

kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan

mendukung kebijakan nasional dalam penyelenggaraan

Perlindungan Anak di daerah.

5. Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diwujudkan melalui upaya daerah membangun kabupaten/kota layak Anak. 6. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan kabupaten/kota layak

Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Presiden.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka perlindungan khusus diberikan kepada anak, namun demikian mengingat anak masih mudah dipengaruhi oleh lingkungannya seperti orang tua, masyarakat, teman, dan guru untuk kepentingan pribadi, maka kegagalan untuk melindungi anak akan berdampak negatif bagi masa depan anak.

Di era digital saat ini sangatlah pesat, kemajuan dalam bidang teknologi tidak hanya dinikmati oleh orang dewasa saja, anak-anak usia sekolah dasar juga sudah bisa menikmati dari hasil perkembangan teknologi saat ini. Teknologi banyak dimanfaatkan di semua bidang termasuk dalam dunia pendidikan, sebagai sarana dan prasarana interaksi antara pendidik dan peserta didik. Perkembangan teknologi saat ini mempunyai dampak positif dan dampak negatif, sebaiknya dampak positif lebih dominan dimanfaatkan oleh pengguna teknologi. Teknologi membantu memudahkan segala aktifitas manusia, pencarian informasi, penyampaian informasi. Teknologi secara umum adalah sebuah proses yang meningkatkan nilai tambah, teknologi merupakan produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja, struktur atau sistam di mana proses dan produk it dikembangkan dan digunakan.

(4)

28

Munculnya banyak kasus yang destruktif dalam konteks kebangsaan, misalnya terjadinya sentimen antar etnis, perselisihan antar suku, kasus-kasus narkoba, tawuran antar pelajar, kekerasan terhadap anak, begal di mana-mana, kasus Bullying, menunjukkan karakter kebangsaan yang lemah. Pembentukan karakter sedari dini akan menumbuhkan budaya karakter bangsa yang baik dan kunci utama dalam membangun bangsa. Pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai akhak dan moral yang baik, untuk menciptakan kehiupan berbangsan yang adil, aman dan makmur. Sebagaimana dalam tujuan Pendidikan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Rumusan Masalah

Bagaimana perlindungan anak dalam pendidikan karakter di era revolusi industri 4.0 berdasarkan Falsafah Pancasila?

Metode Penelitian

Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. (Menurut Nazir : 1988).

Metode penelitian deskriptif ini dengan pendekatan normatif atau penelitian perpustakaan ini merupakan penelitian yang mengkaji studi

(5)

29

dokumen, yakni menggunakan berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, teori hukum, dan dapat berupa pendapat para sarjana. Penelitian jenis normatif ini menggunakan analisis kualitatif yakni dengan menjelaskan data-data yang ada dengan kata-kata atau pernyataan bukan dengan angka-angka.

Tinjauan Pustaka Perlindungan anak

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (UU Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Pasal 1 ayat 2)

Anak

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. (UU Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Pasal 1 ayat 1)

Karakter

Pengertian karakter merupakan sebuah nilai yang sudah terpatri di dalam diri seseorang melalui pengalaman, pendidikan, pengorbanan, percobaan, serta pengaruh lingkungan yang kemudian dipadupadankan dengan nilai nilai yang ada di dalam diri seseorang dan menjadi nilai intrinsik yang terwujud di dalam sistem daya juang yang kemudian melandasari sikap, perilaku, dan pemikiran seseorang. (Soemarno Soedarsono : 2008

(6)

30

Fungsi pendidikan karakter karakter adalah untuk mengembangkan potensi dasar seorang anak agar berhati baik, berperilaku baik, serta berpikiran yang baik. Dengan fungsi besarnya untuk memperkuat serta membangun perilaku anak bangsa yang multikultur. Selain itu pendidikan karakter juga berfungsi meningkatkan peradaban manusia dan bangsa yang baik di dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dapat dilakukan bukan hanya di bangku sekolah, melainkan juga dari bergai media yang meliputi keluarga, lingkungan, pemerintahan, dunia usaha, serta media tegnologi.

Tujuan pendidikan karakter

Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bekerja sama atau bergotong royong. Selain itu Pendidikan karakter juga membentuk bangsa mempunyai jiwa patriotik atau suka menolong sesama, berkembang dengan dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan serta teknologi, beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa.

Menurut Kamus Psikologi

Menurut kamus psikologi pendidikan karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. (Dali Gulo, 1982)

Nilai-nilai Karakter Berdasarkan Budaya Bangsa: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis; Rasa Ingin Tahu; Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Pedulia Sosial, Tanggungjawab

Era Revolusi Industri 4.0

Indonesia saat ini sudah masuk dalam Revolusi Industri 4.0, terlihat dari banyaknya pabrik-pabrik yang telah menerapkan sistem jaringan Fungsi pendidikan karakter

(7)

31

internet untuk memudahkan akses-akses informasi internal, pengawasan karyawan, dan pembukuan. Pabrik-pabrik tersebut sering disebut dengan istilah Smart Factory.

Revolusi Industri 4.0 merupakan penggabungan teknologi cyber dan teknologi otomatisasi, dengan tujuan otomatisasi ini dilakukan oleh teknologi tanpa memerlukan tenaga kerja manusia dalam proses pengaplikasiannya. Oleh sebab itu, diperlukan persiapan khusus terutama pemain industri, web developer, atau pemilik blog.

Pada mulanya nama istilah industri 4.0 bermula dari sebuah proyek yang

diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan

komputerisasi manufaktur (Yahya, 2018). Jerman merupakan negara pertama yang membuat roadmap (grand design) tentang implementasi ekonomi digital. Istilah disrupsi dalam bahasa indonesia adalah tercabut dari akarnya. Menurut (Kasali, 2018) Disrupsi diartikan juga sebagai inovasi. Dari istilah di atas maka disrupsi bisa diartikan sebagai perubahan inovasi yang mendasar atau secara fundamental. Di era disrupsi ini terjadi perubahan yang mendasar karena terjadi perubahan yang masif pada masyarakat dibidang teknologi di setiap aspek kehidupan masyaraka.

Di balik kemudahan yang kini dirasakan di era komunikasi ini, yaitu bagaimana agar karakter bangsapun tidak tergilas oleh perkembangan teknologi, sehimgga manusia tidak kehilangan jati dirinya sebagai manusia yang mana tugasnya adalah sebagai adalah sebagai manegeman di muka bumi ini. Jadi seyogyanya Sobat Jagoan mulai digitalisasi usaha yang dimiliki saat ini, perlu menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah negara Republik Indonesia.

Falsafah Pancasila

Pancasila adalah dasar negara dan secara yuridis konstitusional dipergunakan sebagai dasar mengatur menyelenggarakan pemerintahan

(8)

32

negara. Secara objektif ilmiah, Pancasila adalah suatu faham filsafat, suatu Philosophical way of thinking atau Philosophical system. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat dapat dianalisa dan dibicarakan secara mendalam, karena berpikir filosofis adalah merupakan sifat asasi atau kodrat manusia.

Manusia itu adalah buah atau hasil ciptaan yang ada mutlak. Jelaslah kebenaran yang mutlak itu berada pada sang pencipta manusia yang disebut Tuhan (ALLAH) pencipta alam semesta dan seisinya di mana ciptaan itu telah mempunyai ukuran atau kadarnya.

Dalam hal Pancasila sebagai Philosophical system harus diawali dengan pengertian sila pertama dalam sangkut pautnya dengan sila-sila yang berada di bawahnya. Sebagai Philosophical system Pancasila telah memakai perhitungan yang universal yaitu 1, 2, 3, 4, 5 yang berarti bahwa angka 1 (satu) tidak boleh di tempatkan di bawah, angka 2 (dua )di atas dan angka 3 (tiga)di tengah atau menempatkan angka 1 (satu) di tengah angka 2 (dua) di bawah angka 3 (tiga) di atas yang akan menghilangkan urutan berhitung yang diakui secara universal itu. Dengan sekadar uraian tersebut jelaslah Pancasila sebagai sistem filsafat telah mempunyai urutan yang harus difahami secara utuh atau bulat begitu juga dalam pelaksanaannya.

E.Hasil Penelitian

Komitmen negara untuk menjamin upaya perlindungan anak dirumuskan dalam UUD 1945, untuk menjamin pelaksanaan komitmen tersebut telah disahkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang telah dilakukan perubahan dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan yang berkaitan dengan pendidikan karakter maka disyahkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan karakter Pasal 3 UU SIKDIKNAS menyebutkan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membantu watak serta peradaban bangsa yang

(9)

33

bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi, peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Hal ini selaras dengan falsafah Pancasila, pertama menekankan pada sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, seterusnya sesuai dengan urutan dalam sila Pancasila. Dengan demikian, bahwa pendidikan tidak hanya berbasis kepada hard skill (keterampilan teknis) saja, tetapi juga harus berbasis kepada Soft skill (yang tertuang dalam emotional intelligence (EQ), dan spiritual intelligence (SQ), sehingga dari pendidikan dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang memiliki prestasi dalam akademik juga bersaing yang berbasis beretika, bermoral. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis saja, akan tetapi juga oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain.

Kesimpulan

Perlindungan anak dalam pendidikan karakter di era revolusi industri 4.0 berdasarkan falsafah Pancasila, harus mengedepankan pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai akhak dan moral, untuk menciptakan kehidupan berbangsa yang Religius, jujur, kerja keras, disiplin, rasa tanggung jawab, cinta tanah air, peduli terhadap lingkungan sekitar, jiwa sosial yang kuat. Teknologi alat untuk membantu memudahkan segala aktifitas manusia, yang berorientasi kepada Iman dan Takwa pada Tuhan yang Maha Esa. Rekomendasi

1. Perlu ditingkatkan dan perlu diutamakan yang berkaitan dengan pendidikan karakter hal ini upaya untuk menjaga nilai-nilai manusia agar tidak tenggelam terbawa oleh arus globalisasi yang menekankan kepada revolusi industri, .karena seperti dalam Agama Islam bahwa Allah SWT ciptakan manusia selain untuk tunduk kepadaNYA, juga manusia diberikan tugas sebagai khalifah di muka bumi.

(10)

34

2. Dalam kurikulum pendidikan baik mulai tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, tetap perlu mengedepankan yang breorientasi nilai-nilai dasar Pancasila untuk menghasilkan manusia seutuhnya, yaitu baik secara Jasmani maupun Rohani sebagai generasi penerus bangsa, hal ini merupakan bentuk perlindungan negara terhadap hak anak. Adapun ada teknologi hanya merupakan alat untuk membantu percepatan aktivitas kerja.

Daftar Pustaka

Ar-Riayah. (2018). Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 2. No. 1. Dalam pemikiran dan sikap

Dali Gulo. (1982). Kamus Psikologi. Bandung: Penerbit Tonis.

Kama Abdul Hakim. (2011). Pendidikan Pancasila dan Pendidikan

Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Umum. Jakarta : Direktorat

Jenderal Pendidikamn Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Kasali, R. (2018). Disruption (9th ed.). Jakarta : Gramedia.

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Notohamidjojo, O. (1970). Demokrasi Pancasila. Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1970.

Notonagoro. (1976). Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila.

Pamudji, S. (1981). Demokrasi Pancasila Dan Ketahanan Nasional. Jakarta : Penerbit Bina Aksara.

Soedarsono, Soemarno. (2008). Membangun Kembali Jati Diri Bangsa

Peran Penting Karakter dan Hasrat untuk Berubah. Jakarta : Kompas

Gramedia.

Trianto dan Titik Triwulan. (2007). Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Yahya, M. (2018). Era Industri 4.0: Tantangan Dan Peluang

Referensi

Dokumen terkait

2 Simpan Untuk menyimpan data baru atau update data 3 Batal Untuk membatalkan modus tambah atau ubah 4 Cari Untuk mencari No Bukti Peminjaman. 5 Cetak Untuk Mencetak

108/DSN-MUI/X/2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah (Studi Kasus Di Kampung Coklat Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan Kabupaten

Hasil Penelitian diperoleh hasil material logam induk adalah baja ST 42 dengan sifat sifat mekanis sebagai berikut Kekuatan tarik: 43,802 Kg/mm 2, Regangan patah: 4,833 % , Reduksi

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada peneliti dalam hal pengembangan media pembelajaran mata pelajaran IPA kelas IV pada hasil belajar siswa di

Penelitian yang dilakukan oleh Hermi (2019) dan Herawaty (2019) menyatakan bahwa varia- bel profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dikarenakan

10 Tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam primer dan Lahan Gambut, maka arah kebijakan untuk peningkatan produksi di bidang

Berdasarkan data produksi lemuru dalam kurun waktu 6 tahun terakhir (2010 – 2015) dapat dihitung produksi lestari perikanan atau Maximum Sustainable Yield

Perancangan Video Profil Batik Bolleches Dari Kabupaten Kediri ini merupakan salah satu upaya penulis untuk menginformasikan tentang hasil budaya berupa sebuah