• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KOTA TERNATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KOTA TERNATE"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 1

ARAHAN STRATEGIS NASIONAL

BIDANG CIPTA KARYA UNTUK

KOTA TERNATE

3.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang

dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

(2)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 2 Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

i. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: i. Pertahanan dan keamanan,

a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan

c) peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

d) merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang

e) berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. ii. Pertumbuhan ekonomi,

(3)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 3 a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c) memiliki potensi ekspor,

d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. iii. Sosial dan budaya

a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

b) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa,

c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional,

c) pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir d) memiliki sumber daya alam strategis nasional

e) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa f) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau g) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau

d) diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, e) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun

berpeluang

f) menimbulkan kerugian negara,

g) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro h) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup i) rawan bencana alam nasional

j) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

(4)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 4 Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO PROVINSI PKN PKW

(1) (2) (3) (4)

1 Nanggroe Aceh Darussalam Lhokseumawe Sabang, Banda Aceh,

Takengon, Meulaboh

2 Sumatera Utara

Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro) Tebingtinggi, Sidikalang, pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Balige, Padang Sidempuan, Sibolga

3 Sumatera Barat Padang

Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut, Bukittinggi, Solok

4 Riau Pekanbaru, Dumai

Bangkinang, Teluk Kuantan, Bengkalis, Bagan Siapiapi, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura

5 Kepulauan Riau Batam

Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga, Dabo – Pulau Singkep, Tanjung Balai Karimun 6 Jambi Jambi Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo, Muara Bulian

7 Sumatera Selatan Palembang

Muara Enim, Kayuagung, Baturaja, Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat

8 Bengkulu Bengkulu, Manna,

Muko-Muko, Curup 9 Bangka Belitung

Pangkal Pinang, Muntok, Tanjung Pandan, Manggar

10 Lampung Bandar Lampung Metro, Kalianda,

(5)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 5

Kotabumi, Kota Agung

11 DKI Jakarta –Jawa Barat-Banten

Kawasan Perkotaan Jabodetabek

12 Banten Serang, Cilegon Pandeglang,

Rangkas Bitung 13 Jawa Barat Kawasan Perkotaan Bandung Raya, Cirebon Sukabumi, Cikampek – Cikopo, Pelabuhanratu, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya, Pangandaran 14 Jawa Tengah Surakarta, Kawasan Perkotaan Semarang- Kendal-Demak- Ungaran-Purwodadi (Kedungsepur), Cilacap Boyolali, Klaten, Salatiga, Tegal, Pekalongan, Kudus, Cepu, Magelang, Wonosobo, Kebumen, Purwokerto

15 Daerah Istimewa Yogyakarta Yogyakarta Bantul, Sleman

16 Jawa Timur Kawasan Perkotaan (Gerbangkertosusila), Malang Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan 17 Bali Kawasan Perkotaan Denpasar-Bangli- Gianyar-Tabanan (Sarbagita) Singaraja, Semarapura, Negara

18 Nusa Tenggara Barat Mataram Praya, Raya,

Sumbawa Besar

19 Nusa Tenggara Timur Kupang

Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere, Waingapu, Ruteng, Labuan Bajo

20 Kalimantan Barat Pontianak

Mempawah, Singkawang, Sambas, Ketapang, Putussibau, Entikong, Sanggau, Sintang

21 Kalimantan Tengah Palangkaraya

Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok,

Muarateweh, Sampit

(6)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 6

22 Kalimantan Selatan Banjarmasin

Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru 23 Kalimantan Timur Kawasan Perkotaan Balikpapan- Tenggarong- Samarinda-Bontang, Tarakan Tanjung Redeb, Sangata, Nunukan, Tanjung Selor, Malinau, Tanlumbis, Tanah Grogot, Sendawar

24 Gorontalo Gorontalo Isimu, Kuandang,

Tilamuta

25 Sulawesi Utara Kawasan Perkotaan

Manado-Bitung

Tomohon, Tondano, Kotamobagu

26 Sulawesi Tengah Palu

Poso, Luwuk, Buol, Kolonedale, Tolitoli, Donggala 27 Sulawesi Selatan Kawasan Perkotaan Makassar- Sungguminasa- Takalar-Maros (Maminasata) Pangkajene, Jeneponto, Palopo, Watampone, Bulukumba, Barru, Parepare

28 Sulawesi Barat Mamuju, Majene,

Pasangkayu

29 Sulawesi Tenggara Kendari

Unaaha, Lasolo, Bau-Bau, Raha, kolaka 30 Maluku Ambon Masohi, Werinama, Kairatu, Tual, Namlea, Wahai, Bula,

31 Maluku Utara Ternate Tidore, Tobelo,

Labuha, Sanana

32 Papua Barat Sorong

Fak-Fak, Manokwari, Ayamaru

33 Papua Jayapura, Timika

Biak, Nabire, Muting, Bade, Merauke, Sarmi, Arso, Wamena

(7)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 7 Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional

(PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO PUSAT KEGIATAN STRATEGIS

NASIONAL STATUS PROVINSI

(1) (2) (3) (4) 1 Kota Sabang I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Nanggroe Aceh Darussalam 2 Kota Dumai I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Riau 3 Kota Batam I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Kep. Riau

4 Ranai (Ibukota Kab. Natuna)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kep. Riau

5 Atambua (Ibukota Kab. Belu)

I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Nusa Tenggara Timur

6 Kalabahi (Ibukota Kab. Alor)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Nusa Tenggara Timur 7 Kefamenanu (Ibukota Kab. Timor

Tengah Utara) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Nusa Tenggara Timur 8 Paloh - Aruk (Kab.

Sambas) I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Kalimantan Barat

9 Jagoi Babang (Kab. Bengkayang)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kalimantan Barat

10 Nangabadau (Kab. Kapuas Hulu)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kalimantan Barat

11 Entikong ( Kab. Sanggau)

I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Kalimantan Barat

12 Jasa (Kab. Sintang)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Barat

13 Nunukan (Ibukota Kab. Nunukan)

I / A/ 1 :

Pengembangan / Peningkatan Fungsi

Kalimantan Timur

14 Simanggaris (Kab. Nunukan) I / A / 2 :

Pengembangan

Kalimantan Timur

(8)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 8

Baru (Tahap I) 15 Long Midang (Kab. Nunukan)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Kalimantan Timur

16 Long Pahangai (kab. Kutai Barat)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Timur

17 Long Nawan (Kab. Malinau)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Kalimantan Timur

18 Melonguane (ibukota Kab. Talaud)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Sulawesi Utara

19 Tahuna (ibukota Kab. Kep. Sangihe)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Sulawesi Utara

20 Saumlaki (Kab. Maluku Tenggara Barat)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I)

Maluku

21 Ilwaki (Kab. Maluku Barat Daya)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Maluku

22 Dobo (Kab. Kep.Aru)

II / A/ 2 : Pengembangan Baru (Tahap II)

Maluku

23 Daruba (Kab. Pulau Morotai)

I / A / 2 : Pengembangan Baru (Tahap I) Maluku Utara 24 Kota Jayapura I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Papua 25

Kota Tanah Merah (Ibukota Kab. Tanah Merah) I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Papua

26 Kota Merauke (Ibukota Kab. Merauke) I / A/ 1 : Pengembangan / Peningkatan Fungsi (Tahap I) Papua

(9)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 9 Tabel 3.3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO KAWASAN STRATEGIS NASIONAL SUDUT KEPENTINGAN KOTA / KABUPATEN *) PROVINSI STATUS HUKUM (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Kawasan Industri Lhokseumawe Ekonomi Kota Lhokseumawe Nanggroe Aceh Darussalam 2 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang

Ekonomi Kota Sabang

Nanggroe Aceh Darussalam 3 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Banda Aceh Darussalam

Ekonomi Kota Banda

Aceh Nanggroe Aceh Darussalam 4 Kawasan Ekosistem Leuser Lingkungan Hidup 13 Kabupaten (Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang) Nanggroe Aceh Darussalam 5 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala) dengan negara India / Thailand / Malaysia Pertahanan dan Keamanan Kota Sabang Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara 6 Kawasan Perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo (Mebidangro) Ekonomi Kota Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo Sumatera Utara Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

(10)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 10

Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo 7 Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya Lingkungan Hidup Kab. Samosir, Kab. Tapanuli Utara, Kab. Humbang Hasundutan, Kab. Dairi, Kab. Karo, Kab. Simalungun, Kab. Toba, Kab. Pakpak Barat Sumatera Utara 8 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kototabang Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Agam Sumatera

Barat 9 Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh Lingkungan Hidup Kab. Kuantan Singingi dan Kab. Indragiri Hulu Riau 10 Kawasan Hutan Lindung Mahato Lingkungan Hidup Kab. Rokan Hilir Riau 11 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Nongsa) dengan negara Malaysia / Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi Kab. Bintan, Kab. Natuna, Kab. Kep. Anambas, Kab. Karimun, Kota Batam Kepulauan Riau

(11)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 11

Vietnam / Singapura 12 Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun Ekonomi Kab. Bintan, Kab. Natuna, Kab. Karimun, Kota Batam Kepulauan Riau Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun 13 Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional Kerinci Seblat Lingkungan Hidup Kab. Kerinci, Kota Padang, Kab. Lubuk Linggau, Kab. Rejang Lebong Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sumatera Selatan 14 Kawasan Taman Nasional Berbak Lingkungan Hidup Kab. Muaro Jambi Jambi 15 Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh Lingkungan Hidup Kab. Indragiri Hulu, Kab. Indragiri Hilir, Kab. Tanjung Jabung Barat, Kab. Tebo Jambi dan Riau 16 Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas Lingkungan Hidup Kab. Soralangu, Kab. Muaratebo, Kab. Batanghari Jambi 17 Kawasan Selat Sunda Ekonomi Kota Serang, Kota Bandar Lampung Lampung dan Banten Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembang an Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda 18 Kawasan Instalasi Lingkungan dan Cuaca Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi Kota Jakarta

Pusat DKI Jakarta

19 Kawasan Fasilitas Pengolahan Data dan Satelit Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi DKI Jakarta

(12)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 12

20 Kawasan Perkotaan Jabodetabek- Punjur termasuk Kepulauan Seribu Ekonomi Kota Jakarta (Utara, Selatan, Barat, Timur, Pusat), Kota Bogor, Kab. Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, Kab. Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Bekasi, Kab. Bekasi, Kab. Cianjur DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat 21 Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung

Ekonomi Kota Bandung,

Kab. Bandung Jawa Barat

22

Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pamengpeuk Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Garut Jawa Barat

23 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pamengpeuk Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Garut Jawa Barat

24 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjung Sari Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi Kab.

Sumedang Jawa Barat

25 Kawasan Stasiun Telecomand Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi Jawa Barat 26 Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi Kabupaten

Pangandaran Jawa Barat

27 Kawasan Pangandaran – Kalipuncang – Segara Anakan – Lingkungan Hidup Kab. Pangancaran, Kab. Ciamis, Kab. Cilacap Jawa Barat dan Jawa Tengah

(13)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 13

Nusakambangan (Pacangsanak) 28 Kawasan Perkotaan Kendal – Demak – Ungaran – Salatiga – Semarang - Purwodadi (Kedung Sepur) Ekonomi Kab. Kendal, Kab. Demak, Kab. Semarang, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kab. Grobogan Jawa Tengah 29 Kawasan Borobudur dan Sekitarnya Lingkungan Hidup Kab. Magelang Jawa Tengah 30 Kawasan Candi Prambanan Lingkungan Hidup Kab. Klaten, Kab. Sleman Jawa Tengah 31 Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi Lingkungan Hidup Kab. Sleman, Kota Yogyakarta, Kab. Klaten, Kab. Boyolali, Kab. Magelang Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta 32 Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan (Gerbangkertosusi la) Ekonomi Kab. Gresik, Kab. Bangkalan, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kab. Lamongan Jawa Timur 33 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Watukosek Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi

Kab. Pasuruan Jawa Timur

34 Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Lingkungan Hidup Kab. Pandeglang Banten 35 Kawasan Perkotaan Denpasar – Badung – Gianyar - Tabanan (Sarbagita) Ekonomi Kota Denpasar, Kab. Badung, Kab. Gianyar, Kab. Tabanan Bali Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung,

(14)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 14

Gianyar, dan Tabanan 36 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima

Ekonomi Kab. Bima,

Kab. Dompu Nusa Tenggara Barat 37 Kawasan Taman Nasional Komodo Lingkungan Hidup Kab. Manggarai Barat Nusa Tenggara Barat 38 Kawasan Gunung Rinjani Lingkungan Hidup Kab. Lombok Utara, Kab. Lombok Tengah, Kab. Lombok Timur Nusa Tenggara Barat 39 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay

Ekonomi Kab. Ngada

Nusa Tenggara Timur 40 Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Timor Leste Pertahanan dan Keamanan Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu Nusa Tenggara Timur 41 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 5 pulau kecil terluar (Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan Mangudu) dengan negara Timor Leste/Australia Pertahanan dan Keamanan Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Utara, Kab. Belu Nusa Tenggara Timur 42 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Khatulistiwa

Ekonomi Kab. Sanggau Kalimantan

Barat 43 Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pontianak Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi Kota Pontianak Kalimantan Barat 44 Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun Lingkungan Hidup Kab. Kapuas Hulu Kalimantan Barat 45 Kawasan Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) Pertahanan dan Keamanan Kab. Sambas, Kab. Kapuas Hulu, Kab. Sanggau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur

(15)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 15

Pengembangan Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuas dan Barito

Palangkaraya, Kab. Pulang Pisau, Kab. Kapuas, Kab. Barito Selatan Tengah 47 Kawasan Taman Nasional Tanjung Putting Lingkungan Hidup Kab. Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah 48 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin Ekonomi Kab. Kotabaru, Kab. Tanah Bumbu Kalimantan Selatan 49 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Samarinda, Sanga-Sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan Ekonomi Kota Samarinda, Kab. Kutai Kalimantan Timur 50 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar (Pulau Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Lingian, Salando, Dolangan, Bangkit, Mantewaru, Makalehi, Kawalusu, Kawio, Marore, Batu Bawaikang, Miangas, Marampit, Intata, dan Kakarutan) dengan negara Malaysia dan Philipina Pertahanan dan Keamanan Kab. Nunukan, Kab. Berau, Kab. Tolitoli, Kab. Boolang Mongondow Utara, Kab. Kep. Sitaro, Kab. Kep. Sangihe, Kab. Sangihe Talaud, Kab. Kep. Talaud Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara) 51 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado – Bitung

Ekonomi Kota Manado,

Kota Bitung Sulawesi Utara 52 Kawasan Konservasi dan Wisata Daerah Aliran Sungai Tondano Lingkungan Hidup Kab. Minahasa,Kab . Minahasa Utara, Kota Tomohon, Sulawesi Utara

(16)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 16

Kota Manado 53 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batui

Ekonomi Kab. Banggai Kab. Banggai

54 Kawasan Poso

dan Sekitarnya Sosial Budaya Kab. Poso

Sulawesi Tengah 55 Kawasan Kritis Lingkungan Balingara Lingkungan Hidup Kab. Tojo Una-Una Sulawesi Tengah 56 Kawasan Kritis Lingkungan Buol - Lambunu Lingkungan Hidup Kabupaten Buol, Kabupaten Donggala , Kabupaten Parigi Moutong , Kabupaten Toli-Toli Sulawesi Tengah 57 Kawasan Perkotaan Makassar – Maros – Sungguminasa – Takalar (Mamminasata) Ekonomi Kota Makassar, Kab. Maros, Kab. Gowa, Kab. Takalar Sulawesi Selatan Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminas a, Takalar 58 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare Ekonomi Kota Pare- Pare, Kab. Barru Sulawesi Selatan 59 Kawasan Toraja

dan Sekitarnya Sosial Budaya

Kab. Tana Toraja, Kab. Toraja Utara Sulawesi Selatan 60 Kawasan Stasiun Bumi Sumber Alam Parepare Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi Kota Pare- Pare Sulawesi Selatan 61 Kawasan Soroako

dan Sekitarnya Sosial Budaya Kab. Luwu

Sulawesi Selatan 62 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Buton, Kolaka, dan Kendari Ekonomi Kab. Buton, Kab. Kolaka, Kota Kendari Sulawesi Tenggara

(17)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 17

Nasional Rawa Aopa - Watumohai dan Rawa Tinondo

Hidup Kab. Kolaka,

Kab. Buton, Tenggara 64 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram Ekonomi Pulau Seram Kab. Maluku Tengah Maluku 65 Kawasan Laut

Banda Sosial Budaya

Kab. Maluku Tengah Maluku 66 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula, Karaweira, Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela, Miatimiarang, Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan negara Timor Leste/Australia Pertahanan dan Keamanan Prov. Maluku: Kab. Maluku tenggara, Kota Tual, Kab. Kep. Aru, Kab. Maluku Tenggara Barat, Kab. Maluku Barat Daya, Prov. Papua: Kab. Merauke Maluku dan Papua 67 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 8 pulau kecil terluar (Pulau Jiew, Budd, Fani, Miossu, Fanildo, Bras, Bepondi, dan Liki) dengan negara Palau Pertahanan dan Keamanan Kab. Halmahera, Kab. Sorong, Kab. Biak Numfor, Kab. Jayapura Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua 68 Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat

Lingkungan Hidup Kab. Raja Ampat Papua Barat 69 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak

Ekonomi Kab. Biak

Numfor Papua 70 Kawasan Stasiun Bumi Satelit Cuaca dan Penggunaan Sumberdaya Alam dan Kab. Biak Numfor Papua

(18)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 18

Lingkungan Teknologi Tinggi 71 Kawasan Stasiun Telemetry Tracking and Command Wahana Peluncur Satelit Penggunaan Sumberdaya Alam dan Teknologi Tinggi Kab. Biak Numfor Papua

72 Kawasan Timika Sosial Budaya Kab. Mimika Papua

73 Kawasan Taman Nasional Lorentz Lingkungan Hidup Kab. Mimika, Kab. Asmat, Kab. Nduga, Kab. Yahukimo, Kab. Jayawijaya, Kab. Lanny Jaya, Kab. Puncak Jaya, Kab. Puncak, Kab. Paniai Papua 74 Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati Teluk Bintuni Lingkungan Hidup Kab. Tel. Bintuni Papua 75 Kawasan Perbatasan Darat RI dengan negara Papua Nugini Pertahanan dan Keamanan Kota Jayapura, Kab. Keerom, Kab. Pegunungan Bintang, Kab. Boven Digoel, Kab. Merauke Papua 76 Kawasan Perbatasan Negara termasuk 19 pulau kecil terluar (Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga, Sibarubaru, Sinyaunyau, Enggano, Mega, Batu Kecil, Deli, Manuk, Nusa Kambangan, Barung, Sekel, Pertahanan dan Keamanan Prov. NAD: Kab. Simelue, Kab. Aceh Barat, Kab. Aceh Besar, Prov Sumut: Kab. Nias, Prov Sumbar: Kab. Kep. Mentawai, Prov. Bengkulu: Kab. Bengkulu Utara, Prov. Lampung: Kab. Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara

(19)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 19

Panehan, dan Sophialouisa) yang berhadapan dengan laut lepas

Tanggamus, Prov. Banten: Kab. Pandeglang, Prov. Jabar: Kab. Tasikmalaya, Prov. Jateng: Kab. Cilacap, Prov. Jatim: Kab. Jember, Kab. Trenggalek, Prov. NTB: Kab. Lombok Barat Barat

Ket: *) Penentuan kabupaten/kota yang menjadi wilayah delineasi KSN masih dapat berubah sebelum Perpres RTRW KSN ditetapkan.

3.1.2 RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN. b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:

i. Ekonomi

ii. Lingkungan Hidup iii. Sosial Budaya

iv. Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi v. Pertahanan dan Keamanan

c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan

c) RTH.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

iii. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Adapun RTRW KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:

a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;

b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;

(20)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 20 c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;

d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;

e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;

f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

3.1.3 Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau

Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:

a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi; b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan; c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera; d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa-Bali. 3.1.4 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

Rencana pola ruang wilayah mencakup: (1) Rencana pengembangan ruang kawasan lindung dan (2) Rencana pengembangan kawasan budidaya. Pola pemanfataan ruang dan luasan wilayah untuk pola ruang di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel 3.4.

(21)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 21 Tabel 3.4

Pola Ruang Provinsi Maluku Utara

No POLA RUANG LUAS HA

1 Hutan Lindung 823798.8371

2 Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 45841.10175 3 Hutan Produksi Terbatas 710137.0029

4 Hutan Produksi 353317.1267

5 Hutan Produksi Konversi 962248.1681

6 Perkebunan 345948.6431

7 Pertanian Lahan Kering 279228.529

8 Pertanian Lahan Basah 111256.7206

9 Permukiman 14422.21634

Sumber : RTRW Propinsi Maluku Utara 2007-2027 a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

 Kawasan Lindung

Berdasarkan hasil Analisa dapat diketahui bahwa luas total Kawasan Lindung di Provinsi Maluku Utara hanya sekitar 20 persen. Angka ini masih kurang dibandingkan dengan luas minimum Kawasan Lindung yang hendaknya dimiliki suatu wilayah pengembangan (luas minimum 30 persen). Perbandingan menurut Kota dan Kabupaten menunjukkan bahwa Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Timur memiliki potensi Kawasan Lindung yang sesuai dengan luas minimum yang disyaratkan. Sementara itu, Kawasan Lindung di Kabupaten Halmahera Tengah dan Halmahera Barat relatif paling sempit (8-11 persen). Berdasarkan hasil analisa diketahui Kawasan Lindung yang terdapat di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:

1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya (yang dalam hal ini terdiri dari hutan lindung), tersebar di hampir seluruh pulau dengan luas 799.629,6 Ha atau sekitar 21,9 % dari total luas daratan. Sebaran hutan lindung ini mayoritas tersebar di Pulau Halmahera Utara, Pulau Bacan, Pulau Mangoledan Pulau Taliabu (tersebar di seluruh kabupaten);

2) Kawasan perlindungan setempat berlokasi di sepanjang pantai seluruh pulau, sekitar danau dan sungai;

3) Kawasan suaka alam yang terdiri atas beberapa jenis, baik di daratan maupun di wilayah perairan laut. Lokasinya adalah sebagai berikut:

a) Taman Nasional Aketajawe, Kota Tidore Kepulauan, GP-1 (RTRWN); b) Cagar Alam Lolobata, Halmahera Timur, GP-5 (RTRWN);

c) Cagar Alam Wayabula di Pulau Morotai (diusulkan), GP-4;

d) Suaka Margasatwa Gamkonora yang terdapat di Kecamatan Sahu/Ibu (diusulkan), GP-2;

e) Cagar Alam Saketa di Pulau Halmahera bagian selatan, GP-6; f) Cagar Alam Gunung Sibela di Pulau Bacan, GP-6 (RTRWN); g) Cagar Alam Pulau Obi, GP-6 (RTRWN);

h) Cagar Alam Lifamatola, GP-7 (RTRWN); i) Cagar Alam Tobalai (RTRWN);

(22)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 22 j) Cagar Alam Taliabu di Pulau Taliabu, GP-8 (RTRWN);

k) Cagar Alam Pulau Seho di Pulau Seho, Taliabu Barat, GP-8 (RTRWN); l) Cagar Alam Taman Laut di Tobelo (diusulkan), GP-3;

m) Cagar Alam Taman Laut di Gane Timur (diusulkan), GP-6.

Secara lengkap pengembangan kawasan lindung di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Gambar 3.1.

(23)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 23 Gambar 3.1 Peta Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

(24)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 24

 Kawasan Budidaya

Secara umum kondisi luasan areal dan produksi komoditas pertanian dan non pertanian, dapat dijelaskan sebagai berikut:

(a)Tanaman Pangan

Tanaman pangan yang diusahakan oleh masyarakat di Provinsi Maluku Utara adalah Padi, jagung, kedelai seluas 16.253 Ha dengan kemampuan produksi 2 - 4 Ton gabah kering/ha (sekitar 1.8 Ton beras/Ha). Tegalan yang sering digunakan untuk penanaman jagung, ubi kayu,ubu jalar, kacang tanah dan lain-lain, seluas ± 15.600 Ha dengan kemampuan produksi umbi 6 – 10 ton/Ha.

(b)Hortikultura

Buah-buahan yang banyak diusahakan adalah Durian, rambutan, mangga, jeruk, langsat, duku, manggis, nangka, alpukat, pepaya, jambu, nenas, salak, semangka, sukun, pisang, dan lain-lain dengan luasan ±14.115 Ha. Sedangkan sayur-sayuran yang banyak diusahakan antara lain, kangkung, bayam, terong, cabe, tomat, ketimun, sawi, kacang panjang, buncis dan lain-lain dengan luas lahan sebesar ± 1.406 Ha.

(c) Perkebunan

Jenis tanaman perkebunan yang diusahakan adalah Kelapa, pala, cengkeh, kakao, kopi, jambu mete, kayu manis, vanili, dan lain-lain dengan luasan ± 246.322 Ha. (d)Peternakan

Populasi ternak yang dominan di Maluku Utara adalah kambing dan sapi yang tersebar hampir merata di Kabupaten/ Kota. Khusus mengenai ternak sapi terdapat potensi di Halmahera Timur, sedangkan ternak kambing potensial di Halmahera Selatan dan Halmahera Tengah. Tidak terdapat kawasan yang secara spesifik diarahkan khusus sebagai daerah peternakan skala besar. Namun pemanfaatan ruang kegiatan peternakan pada dasarnya mengacu pada potensi yang sudah berkembang dan mengacu pada tata ruang daerah Kota atau Kabupaten yang bersangkutan.

(e)Hutan Produksi

Secara umum, kondisi tahun 2005 sesuai data BPS menunjukkan bahwa di Maluku Utara terdapat 2.861.480 Ha yang terdiri dari Hutan Lindung seluas 683.750 Ha, Hutan produksi terbatas seluas 675.500 Ha, dan Hutan produksi biasa seluas 497.600 Ha, serta Hutan Konversi seluas 956.625 Ha dan 48.000 Ha hutan PPA. Namun berdasarkan Analisa GIS diketahui bahwa hutan lindung telah menyusut menjadi 557.950 Ha. Sehingga telah terjadi alih fungsi lahan dari hutan lindung ke dalam bentuk pemanfaatan lainnya. Dilihat dari komposisi pemanfaatan lahannya, diantara Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Maluku Utara, nampak bahwa Kabupaten Halmahera Selatan, Halmahera Timur, Halmahera Utara dan Kepulauan Sula, memiliki hutan lahan kering dengan luas yang cukup signifikan, dibandingkan daerah lainnya. Pada Tahun 2005 produksi hutan menghasilkan kayu sebesar 446.951 m3, yang sebagian besar (273.753 M³) merupakan hasil dari HPH. Kemudian Kayu olahan juga diproduksi sebesar 144.826 M³ pada tahun 2005. Jelas

(25)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 25 bahwa potensi kayu dan kayu olahan dari hasil hutan menunjukkan angka yang cukup besar, apabila dianggap sebagai pendukung sumber daya ekonomi. Selain produksi kayu, di kawasan hutan juga menghasilkan rotan yang cukup besar pula, dimana pada tahun 2005 telah dihasilkan rotan sebesar 114,92 Ton.

Dengan demikian maka strategi pengembangan hutan produksi adalah realistis mengingat besarnya angka produktifikas yang dihasilkan. Namun demikian, dalam strategi pengembangannya, perlu dikaitkan dengan program gerakan reboisasi agar tersedia kecukupan penghijauan bagi pembangunan secara berkesinambungan. (f) Pertambangan

Lokasi atau Kawasan pertambangan, terdapat cukup banyak dan tersebar di Maluku Utara dengan berbagai ragam jenis tambang. Namun yang terpenting bahwa pengembangan lokas pertambangan tidak merubah fungsi hutan lindung atau kawasan lindung. Pengembangan secara lebih luas mengenai pertambangan tetap mengacu pada peraturan perundanganan mengenai kegiatan pertambangan secara nasional. Pemanfaatan lahan untuk pertambangan adalah pada tatanan kawasan budidaya yang non produktif dibagian permukaan tanah, sehingga memberikan manfaat lain pada kondisi tanah yang sebelumnya dianggap non produktif.

(g)Permukiman

Kawasan pemukiman dalam struktur tatanan ruang adalah kawasan pemukiman perkotaan atau perdesaan. Sedangkan dalam wujud pengembangannya adalah dapat berupa permukiman tertentu menurut fungsi pemakainya, seperti permukiman transmigrasi, permukiman nelayan, permukiman pegawai, dan lain lain. Dalam hal pengembanga pemukiman, diarahkan untuk menempati lahan yang ditujukan sebagai lahan fungsi budidaya dengan kelerengan yang tidak sampai melebihi 25%. Alokasi ruang pemukiman adalah pada unit-unit satuan pedesaan atau perkotaan, karena pada hakekatnya penempatan ruang pemukiman adalah sebagai inti kegiatan kehidupan pedesaan dan perkotaan. Selain itu, pengembangan permukiman perlu disinergikan dengan keadaan infrastruktur seperti jaringan jalan, air bersih, listrik dan telekomunikasi. Rencana Tata Ruang baik di tingkat Kota dan Kabupaten pada dasarnya sudah menempatkan fungsi kota atau desa menurut ordenya masing-masing, dimana dalam ruang kota dan desa tersebut terdapat ruang kegiatan permukiman.

(h)Pariwisata

Kawasan pariwisata banyak yang sudah berkembang di Maluku Utara, namun banyak juga yang belum diberdayakan sebagai sumber devisa daerah. Sejumlah peninggalan bersejarah seperti benteng, meriam, bahkan kebudayaan, dapa dijadikan oyek wisata melalui prosedur perlindungan benda bersejarah. Dengan demikian maka pada daerah tertentu yang memiliki peninggalan bersejarah tersebut perlu diberikan perlindungan pemanfaatan ruang sampai pada tingkat Kota/Kabupaten. Disebutkan diantaranya di Ternate, Tidore, Bacan, dan lain-lain. Sementara itu, kawasan lindung seperti taman suaka alam, hutan lindung, dan taman lindung laut, juga berpotensi untuk dijadikan obyek wisata. Dengan demikian

(26)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 26 pengembangan obyek wisata yang tersebar di sejumlah kawasan dikaitkan atau diintegrasikan dengan program pengendalian ruang kawasan lindung.

(i) Industri

Pengembangan industri di Maluku Utara, dapat berupa industri berat maupun ringan dan dapat berada di suatu kawasan khusus industri, dengan persyaratan tetap di kawasan budidaya. Persyaratan lokasi kawasan industri telah diatur menurut ketentuan yang ada baik dari Deperindag maupun dari Departemen Kimpraswil. Pada prinsipnya alokasi kawasan industri berada pada kelerengan yang tidak lebih dari 8 persen serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk pengembangannya.

ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

Hierarki kota atau daerah perkotaan dibagi atas 4 kelompok berdasarkan fungsi dan pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu:

(a)Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Kota atau daerah yang dimaksud adalah perkotaan yang mempunyai wilayah pelayanan skala nasional, disamping merupakan pintu gerbang bagi keluar masuknya arus barang dan jasa, juga merupakan simpul perdagangan internasional. Kota atau perkotaan yang termasuk klasifikasi ini merupakan pusat pelayanan jasa, produksi, dan distribusi serta merupakan simpul transportasi untuk pencapaian beberapa pusat kawasan atau provinsi. Biasanya yang termasuk golongan kota/perkotaan ini adalah kota-kota besar/metropolitan, disebabkan karena kelengkapan sarana dan prasarana yang dimilikinya.

(b)Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten. Golongan ini biasanya merupakan kota besar dan kota sedang setara dengan kota orde I.

(c) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal yang merupakan Pusat Wilayah Pengembangan (Gugus Pulau), dan diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah. Kota tersebut disebut PKLW (Pusat Kegiatan Lingkungan-Wilayah)

(d)Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kota atau perkotaan yang termasuk klasifikasi ini adalah yang mempunyai wilayah pelayanan beberapa kawasan dalam lingkup kabupaten dan umumnya merupakan kota kecil/ibukota kecamatan.

(e)Kota atau daerah perkotaan yang mempunyai fungsi khusus dalam menunjang sektor ekonomi tertentu. Kota atau perkotaan yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah yang mempunyai fungsi pelayanan khusus dalam menunjang sektor

(27)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 27 strategis, menunjang pengembangan wilayah baru atau penyebaran kegiatan ekonomi dan berfungsi pula sebagai daerah penyangga aglomerasi pertumbuhan pusat kegiatan yang sudah ada. Pengelompokan kota-kota ini untuk dapat merumuskan kebijakan yang lebih terarah dan sesuai dengan setiap kelompok tersebut.

Secara diagramatis hierarki pusat-pusat permukiman di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Rencana Struktur Pusat-Pusat Permukiman di Provinsi Maluku Utara

No. Hierarki Gugus Pulau (Wilayah

Pengembangan)

Kota/Ibukota Kecamatan

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) 1 Ternate

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 1 Tidore

3 Tobelo,

6 Labuha

7 Sanana

3. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) 4 Daruba 4. Pusat Kegiatan Lokal Wilayah (PKLW) 1 Sofifi

2 Sidangoli

2 Jailolo

5 Weda

8 Bobong

5 Maba

5. Pusat Kegiatan Lokal (PKL ) 3 Galela

4 Bere-Bere 4 Wayabula 3 Kao 3 Malifut 2 Kedi 2 Tongutesungi 2 Susupu 5 Buli 5 Payahe 5 Patani 5 Subaim 6 Guruapin 5 Lelief 6 Mafa 6 Saketa 6 Babang 8 Falabisahaya 7 Dofa 5 Pulau Gebe

Sumber : RTRW Propinsi Maluku Utara 2007-2027

Kota-kota yang diusulkan menjadi PKLW adalah Kota Jailolo, Weda, Bobong yang masing-masing merupakan pusat pengembangan wilayah di Gugus Pulau 2, 5 dan 8. Kota Sofifi diusulkan menjadi PKLW untuk menggantikan fungsi pusat pemerintahan Provinsi Maluku

(28)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 28 Utara yang selama ini berada di Kota Ternate. Dengan demikian Kota Ternate yang semula merupakan kota dengan fungsi pusat pemerintahan, difokuskan hanya untuk kegiatan pusat perdagangan dan jasa, karena di kota ini sudah berkembang sarana dan prasarana infrastruktur yang lebih lengkap dibandingkan kota-kota/kawasan-kawasan lain di Provinsi Maluku Utara.

Secara lengkap rencana kebijakan untuk pengembangan PKN, PKW, PKSN, PKLW dan PKL di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut:

(1) Rencana Kebijakan Pengembangan PKN

 Pemantapan keterkaitan antar wilayah dengan kota-kota utama di wilayah Indonesia Bagian Timur (seperti Sorong, Fak-fak, Biak, Merauke, Dili, Manado, Kendari dan Ujung Pandang), Indonesia Bagian Barat (Surabaya, Jakarta, dan lain-lain) dan Negara Asia Pasifik (Australia, Jepang dan lain-lain) melalui peningkatan sarana dan prasarana komunikasi (laut, udara dan telekomunikasi);

 Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

 Peningkatan peran swasta dalam pembangunan prasarana dan sarana perkotaan;

 Pengembangan kegiatan ekonomi kota (industri, jasa, perdagangan, dan lain-lain) untuk memacu pertumbuhan daerah serta memperluas kesempatan kerja;

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(2) Rencana Kebijakan Pengembangan PKW

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui pengembangan jaringan jalan darat, laut dan udara;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah regional, nasional maupun internasional yang dilayani melalui pengembangan jaringan transportasi laut dan udara, khususnya bagi pusat-pusat pengembangan wilayah di masing-masing Gugus Pulau yang berfungsi sebagai Pintu Jamak (Multy Gate);

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(3) Rencana Kebijakan Pengembangan PKSN

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah internasional yang dilayani melalui pengembangan jaringan transportasi laut dan udara;

 Peningkatan wilayah perbatasan untuk menunjang kepentingan pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional;

 Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana wilayah untuk peluang investasi.

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(29)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 29 (4) Rencana Kebijakan Pengembangan PKLW

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah nasional yang dilayani melalui pengembangan jaringan transportasi laut dan udara;

 Peningkatan wilayah perbatasan untuk menunjang kepentingan pertahanan keamanan wilayah Provinsi Maluku serta integrasi nasional;

 Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana wilayah Provinsi untuk peluang investasi;

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(5) Rencana Kebijakan Pengembangan PKL

 Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;

 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayani melalui pengembangan jaringan jalan darat dan laut;

 Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

(30)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 30 Gambar 3.2

(31)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 31 3.1.5. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Adapun arahan dalam RTRW Kabupaten/Kota yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:

Kawasan strategis adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ternate, secara hierarkis terdapat beberapa jenjang kawasan strategis yaitu Kawasan Strategis Nasional (KSN), Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan Kawasan Strategis Kota Ternate.

i. Pertahanan keamanan ii. Ekonomi

Kawasan strategis kepentingan pertumbuhan ekonomi, merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis terhadap kepentingan ekonomi Kota Ternate. Penetapan kawasan ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kota Ternate, dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada, sehingga diharapkan dapat menjadi sumber-sumber pendapatan ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat. Fungsi kawasan diarahkan untuk kegiatan budidaya, dengan mengembangkan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki :

• Potensi ekonomi cepat tumbuh.

• Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi.

• Potensi ekspor.

• Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi.

• Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi.

Kawasan strategis kepentingan pertumbuhan ekonomi, yang diarahkan pengembangannya di Kota Ternate meliputi :

• Kawasan pengembangan Kota Baru Ternate di Kecamatan Ternate Selatan dan Kecamatan Pulau Ternate.

• Kawasan Perdagangan dan Jasa di kelurahan Gamalama, Muhajirin, Bationg Talangame, reklamasi pantai kelurahan Salero – Dufa-dufa.

• Kawasan wisata pantai Sulamadaha, Pantai Hol dan Telaga Nita di Kelurahan Sulamadaha, Pantai Tabanga di Kelurahan Tobololo, Pantai Ake Rica wisata di Kelurahan Rua, Pantai Bobane Ici di Kelurahan Rua dan Pantai Kastela di kelurahan Kastela;

• Kawasan Minapolitan meliputi Kecamatan Ternate Utara, Ternate Tengah, Kecamatan Ternate Selatan dan wilayah hiterland di Kecamatan Pulau Ternate, Hiri, Moti dan Kecamatan Pulau Batang Dua;

(32)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 32 iii. Lingkungan hidup

Kawasan Strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang diarahkan di Kota ternate, meliputi :

(a) Kawasan Cengkeh Afo di Kelurahan Marikurubu;

(b) Kawasan rawan letusan gunung api terdapat di Pulau Ternate yaitu Kecamatan Ternate Utara, Kecamatan Ternate Tengah, Kecamatan Ternate Selatan, dan Kecamatan Pulau Ternate;

(c) Kawasan resapan air pada daerah kemiringan lereng > 25% terdapat di Kecamatan Ternate Utara, Ternate Tengah, Ternate Selatan, Pulau Ternate, Hiri, Moti dan Kecamatan Pulau Batang Dua;

(d) Kawasan rawan bencana tsunami terdapat pada pesisir pantai di Kecamatan Ternate Utara, Kecamatan Ternate Tengah, Kecamatan Ternate Selatan, Kecamatan Pulau Ternate, Kecamatan Batang Dua, Kecamatan Pulau Hiri dan Kecamatan Moti;

(e) Kawasan Danau Laguna, Danau Tolire dan sekitarnya; dan

(f) Kawasan Mata Air Tege - Tege di Kelurahan Marikurubu, Mata Air Ake Ga’ale di Kelurahan Sangadji, Mata Air Santosa di Kelurahan Salero dan Mata Air Akerica di kelurahan Rua, Mata Air Jebubu di Kelurahan Tafaga, Mata Air Ake Boki dan Ake Hula Kelurahan Tadenas (Moti).

Kawasan-kawasan tersebut perlu dilakukan pelestarian untuk menjaga kelangsungan dan

kelestarian lingkungan, yang berfungsi untuk menjaga keselamatan lingkungan dan masyarakat.

iv. Sosial budaya

Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya, merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, seperti :

• Keraton Kesultanan Ternate di Kelurahan Soa Kecamatan Ternate Utara;

• Lapangan Ngaralamo dan Dodoku Ali di Kelurahan Salero;

• Kawasan Benteng Kota Janji di Kelurahan Fitu Kecamatan Ternate Selatan;

• Kawasan Benteng Orange di Kelurahan Makassar Timur Kecamatan Ternate Tengah;

• Kawasan Benteng Toloco/Holandia di Kelurahan Sangaji Utara Kecamatan Ternate Utara;

• Kawasan Benteng Kalamata (Santalucia) di kelurahan Kayu Merah;

• Kawasan Benteng Kastela/Gamlamo (Santo Paolo/Nostra Senora De Rosario) di Kelurahan Kastela; dan

• Kawasan wisata budaya di Kawasan Kelurahan Soasio seperti Upacara Adat Kolano Uci Sabea, Penobatan Kapita/Fanyura, Baramasuwen (Bambu Gila), Badabus, Soya-soya, Cakalele, Lagu dan Dadansa, Tide dan Ronggeng, Gala, Upacara Adat perkawinan Malut, Lala, Dana-dana, Salai Jin dan Togal yang merupakan wisata budaya yang memiliki potensi sebagai atraksi budaya tradisional Ternate.

(33)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 33 Penetapan kawasan ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi pengembangan sosial budaya termasuk pelestarian nilai-nilai budaya lokal dan history yang dapat menjadi ciri khas kota, serta sebagai daya tarik atraksi wisata budaya.

v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi

(34)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 34 Gambar 3.3

(35)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 35 b. Arahan pengembangan pola ruang dan pemanfaatan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang:

Penataan Ruang bahwa rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya kabupaten, yang juga berlaku mutatis mutandis untuk wilayah kota. Pemanfaatan ruang di satu wilayah harus dilakukan berdasarkan fungsinya, yaitu fungsi lindung dan fungsi budidaya. Pada dasarnya kedua kawasan ini tidak terpisahkan satu dengan yang lain, karena penetapan satu kawasan untuk berfungsi lindung didasarkan pada pertimbangan untuk menjaga agar kawasan budidaya tetap dapat berfungsi menyediakan peluang bagi pemenuhan kebutuhan manusia, baik secara langsung, maupun secara tidak langsung.

Pemanfaatan Ruang Kota Ternate berdasarkan fungsi utamanya secara makro terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penetapan kawasan lindung di Kota Ternate pada dasarnya dijadikan titik tolak di dalam pengembangan tata ruang wilayah yang berlandaskan pada prinsip pembangunan berkelanjutan. Dalam pengertian ini deliniasi kawasan lindung diintegrasikan dengan tata ruang wilayah secara keseluruhan. Setelah kawasan lindung ditetapkan sebagai limitasi dan atau kendala di dalam pengembangan wilayah, barulah kemudian dapat direkomendasikan arahan kawasan budidaya untuk mengakomodasikan kebutuhan ruang baik bagi kegiatan budidaya pertanian maupun budidaya non pertanian. Rencana pemanfaatan ruang mengacu pada rumusan-rumusan hasil analisis identifikasi kawasan lindung dan kesesuaian kawasan budidaya. Metodologi untuk perumusan rencana pemanfaatan ruang dapat dilihat pada Gambar berikut.

(36)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 36 Gambar. 3.4

(37)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 37 (a) Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan ini dipertahankan sebagai kawasan lindung sesuai fungsinya untuk menjaga tata air kawasan bawahnya terutama hutan lindung di Pulau Ternate, Pulau Hiri, Pulau Moti, Pulau Mayau dan Pulau Tifure.

Kawasan lindung di Kota Ternate direncanakan berupa :

• Kawasan Hutan Lindung.

• Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya.

• Kawasan Perlindungan Setempat.

• Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota

• Kawasan Cagar Budaya

(38)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 38 Gambar 3.5

(39)

I

RPI2-JM

I

Kota Ternate

I

Bantuan Teknis

RPI2JM

Dalam Implementasi Kebijakan Keterpaduan Program

Bidang Cipta Karya –

Provinsi Maluku Utara Tahun

2014

III - 39 (b) Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya

Pola ruang untuk Kawasan Budidaya direncanakan meliputi: kawasan permukiman, kawasan jasa dan perdagangan, kawasan perkantoran, kawasan industry, kawasan pariwisata, kawasan Terbuka Non Hijau (RTNH) dan kawasan peruntukan lainnya. 1. Kawasan hutan produksi

Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1990 pasal 1 angka 2 definisi hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya sebagai hutan tetap (Pasal 1 angka 3 UU No. 41 Tahun 1999 dan Putusan MK No. 45/PUU-IX/2011 tanggal 21 Pebruari 2012).

Berdasarkan kategori fungsi hutan, hutan dibagi menjadi Hutan produksi dan hutan lindung. Hutan produksi terdiri dari hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap/biasa dan hutan produksi yang dapat dikonversi.

2. Kawasan permukiman,

Kawasan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Fungsi utama kawasan permukiman :

Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial. Perumahan sebagai bagian dari permukiman berfungsi sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga. 3. Kawasan jasa dan perdagangan,

Kawasan jasa dan perdagangan adalah kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan jasa dan perdagangan yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah pada suatu kawasan perkotaan. Kawasan peruntukan jasa dan perdagangan memiliki fungsi antara lain:

1) Memfasilitasi kegiatan transaksi jasa dan perdagangan antar masyarakat yang membutuhkan dan masyarakat yang menjual jasa;

2) Menyerap tenaga kerja di pusat kegiatan dan memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB.

Sektor perdagangan adalah sektor yang selalu ada dan cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sektor andalan suatu daerah, dimana sektor ini akan selalu menjadi aktivitas setiap hari oleh penduduk selama berlangsungnya kehidupan karena sektor perdagangan adalah sektor yang menunjukkan interaksi antar penduduk yang saling membutuhkan dan mendukung. Potensi sector jasa dan perdagangan di Kota Ternate telah diuraikan sebelumnya, yang pada

Gambar

Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan  Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun
Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional  (PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN  NO  PUSAT KEGIATAN STRATEGIS
Tabel 3.3 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)  Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN  NO  KAWASAN  STRATEGIS  NASIONAL  SUDUT  KEPENTINGAN  KOTA /  KABUPATEN *)  PROVINSI  STATUS HUKUM  (1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  1  Kawasan Industri  L
Gambar 3.1 Peta Rencana Pengembangan Kawasan Lindung  di Provinsi Maluku Utara
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bagi perusahaan-perusahaan yang menghasilkan cat maka cat adalah produk (hasil produksi) sehingga mereka menyebutnya sebagai barang. Namun, bagi pengusaha pengecatan

Dari seluruh komponen PDRB yang mengalami penurunan, komponen PMTDB (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto), turun paling tinggi dengan pertumbuhan mencapai - 2,40

Pada hasil analisa didapatkan metode terbaik untuk kedua waduk tersebut yaitu IDW dengan power 3 dengan nilai error terkecil yaitu 1,258 untuk Wlingi dan 1,39 untuk

Dari uji mekanik disimpulkan bahwa dibandingkan pada binder poliester, penggunaan binder silicone rubber menghasilkan sifat mekanik yang semakin menurun pada

Program ini ditujukan kepada generasi muda remaja putra dan putri di sekitar daerah sepanjang pantai ekologi hutan mangrove daerah Tanjung Jabung Barat berusia

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran menulis karangan naratif dengan model CTL (Contextual Teaching and Learning) dan meningkatkan

4. Pada dasarnya pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan akan tercapai jika siswa aktif membangun pengetahuannya dalam

Daripada analisis ini dapat dibuat rumusan bahawa pelajar tingkatan empat ini mempunyai tahap regulasi diri yang tinggi ketika mempelajari Bahasa Melayu.. Pelajar berpendapat