SKRIPSI
Oleh
MUHAMMAD FAJAR
NIM.105711102716
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN
TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KECIL DAN
MENENGAH DI KABUPATEN PINRANG
PROVINSI SULAWESI-SELATAN
SKRIPSI
Oleh
MUHAMMAD FAJAR
NIM 105711102716
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(SE) Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini aku persembahkan untuk keluarga terutama kedua
orang tua saya yang tercinta Bapak Baharuddin dan Ibu Suati yang selalu
memberi doa, memberi motivasi dan memberi dukungan sepenuhnya. Serta
kedua dosen pembimbing saya yang senantiasa membimbing, memberikan
dukungan dan motivasi sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.
MOTTO HIDUP
”Penyesalan tidak pernah diawal cerita, Kita akan bisa mengambil suatu pelajaran ketika kita menerima kegagalan itu”
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah merupakan satu kata yang pantas diucapkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-nya yang tiada
henti diberikan kepada Hamba-Nya. shalawat serta salam tak lupa penulis
kirimkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada hentinya dan tak
ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Pinrang”.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar. Teristimewa dan terutama penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak
Baharuddin dan Ibu Suati yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, dukungan, kasih sayang dan doa tulus tampah pamrih. Dan
saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat
hingga akhir studi ini demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. semoga
apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya
penerang kehidupan di dunia dan di akhirat Insya Allah. Penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya
dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomidan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si., Selaku Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Hj. Arniati, SE., M.Pd Selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi dapat diselesaikan.
5. Bapak Asdar, SE., M.Si Selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam proses penyusunan skripsi.
6. Bapak/ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah telah banyak menuangkan
ilmunya kepada penulis selama mengikuti Kuliah.
7. Para Staf Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi
Pembangunan angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuan dan dorongannya dalam aktivitas studi penulis.
9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran,motivasi, dan dukungannya
sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak
utamanya pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skirpsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar. Billahi fisabilil Haq Fastabiqul Khairat,
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Makassar, 5 Desember 2020
Penulis
ABSTRAK
Muhammad Fajar, 2020. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan Menegah di Kabupaten Pinrang”,Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Hj. Arniati dan Pembimbing II Asdar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh upah, produktivitas, dan modal terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang dengan 79 unit usaha. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan bantuan program SPSS24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja, produktivitas berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja, dan modal berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang.
Kata Kunci: Upah, Produktivitas, Modal dan Penyerapan Tenaga Kerja.
ABSTRACT
Muhammad Fajar, 2020"Factors Affecting Labor Absorption in Small and Medium Industries in Pinrang Regency", Thesis of the Economic Development Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Hj. Arniati and Advisor II Asdar.
This study aims to determine the effect of wages, productivity, and capital on labor absorption in small and medium industries in Pinrang Regency. The population and sample in this study were small and medium industries in Pinrang Regency with 79 business units. The data analysis technique used in this study is multiple linear regression analysis with the help of the SPSS24 program. The results showed that wages had a positive but not significant effect on the labor absorption variable, productivity had a positive but insignificant effect on the labor absorption variable, and capital had a positive but insignificant effect on the labor absorption variable on labor absorption in small and medium industries in Pinrang Regency.
Keywords: Wages, Productivity, Capital and Labor Absorption.
DAFTAR ISI
SAMPUL ...i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSEMBAHAN DAN MOTO HIDUP ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
SURAT PERNYATAAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Tinjauan Teori ... 7
1. Industri Kecil dan Menengah ... 7
2. Tenaga Kerja ... 13
3. Penyerapan Tenaga Kerja ... 18
4. Upah ... 20
5. Produktivitas ... 22
6. Modal ... 24
7. Hubungan Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja ... 25
8. Hubungan Produktivitas dan Penyerapan Tenaga Kerja 26 9. Hubungan Modal dan Penyerapan Tenaga Kerja ... 27
B. Tinjauan Empiris ... 28
C. Kerangka Konsep ... 30
D. Hipotesis ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A. Jenis Penelitian ... 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
C. Sumber Data... 34
D. Populasi dan Sampel ... 34
E. Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Teknik Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Gambaran Umum Kabupaten Pinrang ... 41
B. Hasil Penelitian ... 49
1. Deskripsi Variabel ... 49
2. Analisis Data ... 58
C. Pembahasan... 69
1. Pengaruh Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Pinrang………..…69
2. Pengaruh Produktivitas Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Pinrang………..70
3. Pengaruh Modal Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
di Kabupaten Pinrang………..72
4. Variabel yang Berpengaruh Dominan Terhadap Penyerapan Tenaga Pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Pinrang ... 73 BAB V PENUTUP ... 74 A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA ... 76 DAFTAR LAMPIRAN ... 79 xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu………...28
Tabel 4.1 Luas Daerah, Persentase Luas Kecamatan Terhadap Luas
Kabupaten dan Letak Ketinggian Daerah Dari Permukaan Laut
Dirinci Tiap Kecamatan di Kabupaten Pinrang Tahun 2013 (Badan
Pertahanan Nasional Kabupaten Pinrang, Tahun 2020)…..………43 Tabel 4.2 Kependudukan di Kabupaten Pinrang (BPS Kabupaten Pinrang,
Tahun 2020) ...43
Tabel 4.3 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil Menurut Kecamatan Pada Dinas
Koperasi dan UKM Kabupaten Pinrang 2019 (Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Pinrang, Tahun
2020)………....….46 Tabel 4.4 Deskriptif Upah Pada Industri Kecil dan Menengah (Ayam Potong,
Mebel, Tahu, Udang Kering) di Kabupaten Pinrang (Rp/Bulan) dari
79 Sampel (Data Primer yang Diolah, Tahun
2020)…….………...50 Tabel 4.5 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Udang Kering di
Kabupaten Pinrang (Data Primer yang Diolah, Tahun
2020)………..51 Tabel 4.6 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Ayam Potong di
Kabupaten Pinrang (Data Primer yang Diolah, Tahun
2020)………
………..………...51
Tabel 4.7 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Tahu di Kabupaten
Pinrang ((Data Primer yang Diolah, Tahun
2020)………..52 Tabel 4.8 Industri Kecil dan Menengah Pengolahan Mebel di Kabupaten
Pinrang (Data Primer yang Diolah, Tahun
2020)….……….52 Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Modal Pada Industri Kecil dan Menengah di
Kabupaten Pinrang dari 79 Sampel (Data Primer yang Diolah,
Tahun 2020)………..……...…53 Tabel 4.10 Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Ayam Potong Berdasarkan Jenis
Kelamin Pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Pinrang
(Data Primer yang Diolah, Tahun
2020)………..54 Tabel 4.11 Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Udang Kering Berdasarkan Jenis
Kelamin Pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Pinrang
(Data Primer yang Diolah, Tahun
2020)…..………55 Tabel 4.12 Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Ayam Potong Berdasarkan
Tingkatan Umur Pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten
Pinrang (Data Primer yang Diolah, Tahun 2020)……… ……….……….55
Tabel 4.13 Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Udang Kering Berdasarkan
Tingkatan Umur Pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten
Pinrang (Data Primer yang Diolah, Tahun
2020)….……….…………...56
Tabel 4.14 Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Tahu Berdasarkan Tingkatan
Umur Pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Pinrang
(Data Primer yang Diolah, Tahun
2020)….………..…………..56 Tabel 4.15 Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mebel Berdasarkan Tingkatan
Umur Pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Pinrang
(Data Primer yang Diolah, Tahun
2020)……… ……….57
Tabel 4.16 Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Tahu Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Pinrang (Data
Primer yang Diolah, Tahun 2020)………....57 Tabel 4.17 Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Mebel Bedasarkan Jenis Kelamin
Pada Industri Kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang (Data
Primer yang Diolah, Tahun 2020)………...….58 Tabel 4.18 Hasil Uji Validitas (Data yang Diolah, Tahun
2020)……….……….…………..……….………59
Tabel 4.19 Hasil Uji Reabilitas (Output SPSS24, Tahun
2020)……….………....…60 Tabel 4.20 Hasil Uji Multikolinearitas (Output SPSS24, Tahun
2020)……….………..…..62 Tabel 4.21 Hasil Uji Regresi Linear Berganda (Output SPSS24, Tahun
2020)……….……..………....….…64
Tabel 4.22 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Output SPSS24, Tahun
2020)………
…...……….………….………66 Tabel 4.23 Hasil Uji f (Output SPSS24, Tahun
2020)……….………...………..………..67 Tabel 4.24 Hasil Uji t (Output SPSS24, Tahun 2020)………..68
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 31
Gambar 4.1 Gambar Peta Kabupaten Pinrang ... 41
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas ... 61
Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 63
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara
berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan
bagi seluruh rakyatnya. Namun dalam mencapainya sering di hadapkan
pada masalah-masalah pokok seperti pengangguran, ketimpangan distribusi
pendapatan, kemiskinan dan ketidakseimbangan ekonomi antar daerah
(Lestariningsih, 2006). Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan dari
pembangunan ekonomi suatu negara adalah dilihat dari kesempatan kerja
yang diciptakan dari pembangunan ekonomi (Kuncoro, 2004). Namun, upaya
untuk mengentaskan masalah pengangguran masih belum berhasil karena
dihadapkan pada kenyataan kesempatan kerja yang diciptakan kurang untuk
menyerap seluruh angkatan kerja yang ada.
Cita-cita bangsa Indonesia dengan pembangunan yang merata pada
sektor-sektor penting diperuntukan bagi kesejahteraan rakyat, tidak hanya
pada masyarakat golongan tertentu saja, melainkan pada semua lapisan
golongan masyarakat Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 (UUD 1945), Pasal 33 ayat 2 mengatur bahwa : “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak, dikuasai oleh negara”. Berdasarkan ketentuan tersebut, bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Frasa “dikuasai oleh negara” menunjukkan bahwa penguasaan negara dalam
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak.
Keterkaitan dengan hak penguasaan negara dengan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat akan mewujudkan kewajiban negara sebagai
berikut: “Pertama adalah segala bentuk pemanfaatan (bumi dan air) serta hasil yang didapat (kekayaan alam), harus secara nyata meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, selain itu Melindungi dan
menjamin segala hak-hak rakyat yang terdapat didalam atau di atas bumi, air
dan berbagai kekayaan alam tertentu yang dapat dihasilkan secara langsung
atau dinikmati langsung oleh rakyat. Serta mencegah segala tindakan dari
pihak manapun yang akan menyebabkan rakyat tidak mempunyai
kesempatan atau akan kehilangan haknya dalam menikmati kekayaan alam.
Ketiga kewajiban tersebut menunjukkan, bahwa segala jaminan bagi tujuan
hak penguasaan negara atas sumber daya alam yang sekaligus memberikan
pemahaman bahwa dalam hak penguasaan itu, negara hanya melakukan
pengurusan (bestuursdaad) dan pengolahan (beheersdaad), tidak untuk
melakukan eigensdaad (tidak untuk yang melakukan bersifat kepemilikan).
(Nugroho, 2012).
Seperti hal nya sektor unggulan yang ada di Kabupaten Pinrang
adalah sektor Pertanian, Industri Pengolahan & sektor Jasa. Salah satu
bentuk upaya Pemerintah Kabupaten Pinrang dalam mensejahterakan
masyarakatnya adalah mendorong peningkatan ekonomi keluarga terutama
dalam merangsang tumbuhnya wirausaha mikro yang berskala home
industry. Dimana pekerja disektor industri berubah ditiap tahunnya
Jumlah pekerja disektor industri di Kabupaten Pinrang, Sul-sel
2007-2013 pada dec 31 tahun 2007 sebanyak 7.561 pekeerja, dec 31 tahun 2008
sebanyak 6.589 pekerja, dec 31 tahun 2009 sebanyak 12.529 pekerja, dec
31 tahun 2010 sebanyak 11.399 pekerja, dec 31 pada tahun 2011 sebanyak
7.921 pekerja, dec 31 tahun 2012 sebanyak 6.442 pekerja, dec 31 tahun
2013 sebanyak 6.906 pekerja (Kementrian koordinator bidang
perekonomian, 2014).
Industri kecil adalah pelaku ekonomi yang resistant terhadap gonjang
ganjing perekonomian, oleh sebab itu pelaku usaha dalam skala mikro dan
menengah harus senantiasa mendapat dukungan baik berupa pelatihan – pelatihan dan pengutan terhadap jaringan klaster industri. Usaha mikro kecil
dan menengah (UMKM) memainkan suatu peranan yang sangat vital di
dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di
negara-negara sedang berkembang tetapi juga dinegara-negara-negara-negara maju. UMKM
sangat penting tidak hanya karena kelompok usaha tersebut menyerap
paling banyak tenaga kerja dibandingkan usaha besar seperti halnya di
negara-negara sedang berkembang, tetapi juga dibanyak negara
kontribusinya terhadap pembentukan pertumbuhan produk domestik bruto
(PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar (Tambunan,
2009: 1).
Menurut Peraturan kementrian Perindustrian No.64 tahun 2016,
industri kecil adalah industri yang memiliki karyawan maksimal 19 orang,
memiliki nilai investasi kurang dari 1 miliar rupiah, tidak termasuk tanah dan
menengah adalah nilai investasi minimal 1 miliar rupiah atau memiliki
karyawan minimal 20 orang dan nilai investasi maksimal 15 miliar rupiah.
Penyerapan tenaga kerja pada industri dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal. Secara eksternal dipengaruhi oleh tingkat
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga
(Handoko, 2008). Namun dalam dunia usaha tidaklah memungkinkan
mempengaruhi kondisi tersebut, hanyalah pemerintah yang dapat
menangani dan mempengaruhi faktor eksternal.Sedangkan secara internal
dipengaruhi oleh tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, dan modal
(Simanjuntak, 1985).
Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan
seseorang, oleh karenanya upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan
pekerja dan keluarganya dengan wajar. Sebagai imbalan tenaga dan pikiran
yang diberikan perekja kepada pengusaha, maka pengusaha akan
memberikan kepada pekerja dalam bentuk upah.
Produktivitas Tenaga Kerjapun diperlukan untuk hasil yang
memuaskan dengan pembagian kerja dalam setiap bidangnya, baik itu untuk
perempuan maupun laki-laki. Produktivitasnya pun bisa tinggi karena tenaga
kerja juga merupakan anggota keluarga atau tetangga sendiri. Modal juga
dapat berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja. Semakin banyak modal
yang tersedia, semakin berkembang usahanya. Semakin besar modal
Berdasarkan dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk meneliti
dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten pinrang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah upah berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada
industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang ?
2. Apakah produktivitas berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja
pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang ?
3. Apakah modal berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada
industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang ?
4. Variabel manakah yang berpengaruh dominan terhadap penyerapan
tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Upah terhadap penyerapan tenaga kerja
pada Industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang.
2. Untuk mengetahui pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industrI kecil dan menengah di
3. Untuk mengetahui pengaruh modal terhadap penyerapan tenaga kerja
pada industrI kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang.
4. Untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap
penyerapan tenaga kerja pada industrI kecil dan menengah di
Kabupaten Pinrang.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Dapat menerapkan ilmu yang didapat serta dapat mengetahui
tentang bagaimana penyerapan tenaga kerja terhadap industri kecil dan
menengah di Kabupaten Pinrang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Universitas Muhammadiyah Makassar
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah referensi atau karya
yang melengkapi pengetahuan dan wawasan yang ada di
perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar.
b. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan referensi bagi pengembangan penulisan selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Industri Kecil dan Menengah
IKM atau Industri Kecil dan Menengah adalah sebuah istilah yang
mengacu ke jenis usah kecil yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha serta usahanya berdiri sendiri. Pemberdayaan industri kecil dan
menengah merupakan salah satu prioritas pengembangan ekonomi
kerakyatan, karena merupakan wujud kehidupan sebagian rakyat
Indonesia paska krisis dan mampu mempertahankan kelangsungan
usahanya di banding industri besar. Industri kecil dan menengah juga
merupakan sektor yang strategis bagi tiap daerah untuk mengurangi
masalah pengangguran. (Rini Anita Sari dan Muhammad Husaini
(2015).
Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 Tahun 1998 maka
pengertian usaha kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan
usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha
yang tidak sehat. Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995
a. Mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,-( Dua
Ratus Juta Rupiah) dimana tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
b. Mempunyai hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
1.000.000.000,-(Satu Miliar Rupiah).
c. Dimiliki Warga Negara Indonesia.
d. Dimiliki / Berdiri sendiri, bukan merupakan bagian anak perusahaan
atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau
berafiliasi baik secara langsung maupun secara tidak langsung
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar lainnya.
e. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak
memiliki badan hukum, atau badan usaha yang memiliki badan
hukum, termasuk koperasi.
Industri Kecil dan Menengah disingkat IKM merupakan bagian dari
usaha rumah tangga yang dikelola secara sederhana, dan masih
terbatas dalam pengelolaannya. Karyawannya merupakan keluarga dan
melibatkan saudara-saudara serta tetangganya, Manajemennya masih
diatur oleh salah seorang anggota keluarganya. industri Kecil
merupakan jenis usaha informal, yang bukan termasuk badan hukum.
Pendirian badan usaha ini tidak memerlukan izin dan tata cara tententu
serta bebas membuat bisnis personal/pribadi tanpa adanya batasan
untuk mendirikannya. Pada umumnya bermodal kecil, jenis serta jumlah
produksinya terbatas, memiliki tenaga kerja/buruh yang sedikit dan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) kriteria usaha kecil dan
menengah dijelaskan bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.
Sedangkan pengertian dari usaha menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak.
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung sebagaimana
diatur dalam undang-undang. Dari klasifikasi di atas, usaha kecil dan
menengah tergolong ke dalam badan usaha yang tidak berbadan hukum
dan perusahaan perseorangan, dan karena jenis usahanya tergolong
informal, maka pekerjanya pun disebut sebagai pekerja informal.
Definisi buruh sektor informal ialah segala jenis pekerjaan di luar
perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak.
definisi lain, menyatakan pekerja industri rumahan ialah segala jenis
pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap dan tiadanya
keamanan kerja (job security) atau tidak ada status permanen atas
pekerjaan tersebut. Intinya, buruh informal ialah yang bekerja di unit
Industri kecil adalah usaha rumah tangga yang melakukan
kegiatan mengolah barang dasar menjadi barang jadi atau setengah
jadi, barang setengah jadi menjadi barang jadi, atau yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk
dijual. Dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak
19 orang termasuk pengusaha (BPS, 2003).
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia (dalam Prasetyo, 2008),
industri kecil adalah suatu usaha dalam bentuk industri yang dijalankan
oleh rakyat miskin atau mendekati miskin, yang memiliki aset < Rp 200
juta atau omset Rp 1 milyar, bersifat industri keluarga, menggunakan
sumber daya lokal, menerapkan teknologi sederhana dan mudah keluar
masuk industri.
Pengertian industri kecil secara mikro adalah kumpulan dari
perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang homogen,
atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang
sangat erat (Hasibuan,1993). Ada begitu banyak pengertian industri
kecil saat ini, karena masing-masing lembaga atau departemen
mendefinisikan pada kriteria yang saling berbeda.
Beberapa pengertian industri kecil menurut berbagai pihak adalah
sebagai berikut:
a. Pengertian Industri Kecil Menurut Departemen Perindustrian
Peraturan Menteri Perindustrian menjelaskan beberapa pengertian
yang berkaitan dengan usaha kecil dan menengah yaitu:
1) Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancangan bangunan dan perekayasaan
industri.
2) Perusahaan Industri Kecil yang selanjutnya disebut Industri Kecil
(IK) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di
bidang industri dengan nilai investasi paling banyak.
b. Pengertian Industri Kecil Menurut Departemen Perdagangan
Departemen perdagangan dalam mendefinisikan industri kecil lebih
menitik beratkan pada aspek permodalan, yaitu industri dengan
modal kurang dari Rp.25.000.000 (Mudrajad Kuncoro, 2000 : 310).
Kemudian Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
dalam RIP-IKM (2002-2004), mendefinisikan industri kecil sebagai
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga
maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang maupun
jasa untuk diperdagangkan secara komersial, yang mempunyai nilai
kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah dan mempunyai nilai
penjualan per tahun sebesar 1 milyar rupiah atau kurang.
Berdasarkan semua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh 5
sampai 19 orang atau rumah tangga yang mengolah bahan dasar atau
bahan mentah menjadi barang setangah jadi maupun barang jadi guna
Penggolongan industri kecil menurut Departemen Perindustrian
(1999) seperti yang tertulis menurut (Kasirotur 2014:10), adalah sebagai
berikut:
a. Industri pangan yang meliputi industri ikan olahan, kerupuk, dan
makanan ringan.
b. Industri kimia, agro non panganan, dan hasil hutan yang meliputi
industri minyak atsiri, arang kayu, furnitur kayu, furnitur rotan,
industri kayu, industri vulkanisir ban, dan industri komponen karet.
c. Industri logam, mesin, dan elektronik yang meliputi industri
pengelolaan logam, industri komponen, dan suku cadang.
d. Industri sandang, kulit, dan aneka yang meliputi industri barang jadi
tekstil, pakaian jadi, kain tenun ikat atau alas kaki, tenun adat, dan
bordir.
e. Industri kerajinan dan umum yang meliputi industri kerajinan
anyaman, perhiasan, sulaman bordir, batik, mainan anak,
keramik/gerabah, dan kerajinan kayu.
Penggolongan industri dengan pendekatan besar kecilnya skala
usaha dilakukan oleh beberapa lembaga, dengan kriteria yang berbeda.
Biro Pusat Statistik (Dumairy, 1996:232), membedakan skala industri
menjadi 4 lapisan berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha, yaitu:
a. Industri Besar, pekerja 100 orang atau lebih.
b. Industri Sedang, pekerja antara 20 sampai 99 orang.
c. Industri Kecil, pekerja antara 5 sampai 19 orang.
2. Tenaga Kerja
Menurut Badan Pusat Statistik, Tenaga Kerja adalah penduduk
usia kerja (15 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan
namun sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan.
Pengertian tenaga kerja menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003
Pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa: “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
”Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 menetapkan bahwa pengunaan istilah pekerja selalu diikuti dengan istilah buruh yang
menandakan bahwa Undang-undang ini mengartikan dengan istilah
maknanya sama. Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, memberikan pengertian. “Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain.”
Dari pengertian tersebut, dapat dilihat beberapa unsur-unsur yang
melekat dari istilah pekerja atau buruh, yaitu sebagai berikut :
a. Setiap orang yang bekerja (angkatan kerja maupun bukan angkatan
kerja tetapi harus bekerja).
b. Menerima imbalan/upah sebagai balas jasa atas pelaksanaan
pekerjaan tersebut.
Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Sedangkan
menurut DR Payaman tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau
melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah
tangga. Secara praksis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja
menurut dia hanya dibedakan oleh batas umur. Jadi yang dimaksud
dengan tenaga kerja yaitu individu yang sedang mencari atau sudah
melakukan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sudah
memenuhi persyaratan ataupun batasan usia yang telah ditetapkan oleh
Undang-undang yang bertujuan untuk memperoleh hasil atau upah
untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Klasifikasi Tenaga Kerja adalah penyusunan bersistem atau
berkelompok menurut standar yang ditentukan. Maka, klasifikasi tenaga
kerja adalah pengelompokan akan ketenaga kerjaan yang sudah
tersusun berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan yaitu:
a. Berdasarkan Penduduknya
1) Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap
dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan
kerja. Menurut Undang-undang Tenaga Kerja, mereka yang di
kelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia
antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
2) Kerja Bukan tenaga kerja adalah mereka yang di anggap tidak
mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan
bekerja. Menurut Undang-undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun
2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang
Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut
usia) dan anak-anak.
b. Berdasarkan Batas Kerja
1) Angkatan kerja Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif
yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan
tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif
mencari pekerjaan.
2) Bukan angkatan kerja Bukan angkatan kerja adalah mereka yang
berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah,
mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini
adalah: anak sekolah dan mahasiswa, para ibu rumah tangga
dan orang cacat, dan para pengangguran sukarela.
c. Berdasarkan Kualitasnya
1) Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu
keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara
sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya:
pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
2) Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian
dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga
kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang
sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya:
apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
3) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja
kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli,
Hak dan Kewajiban Setiap tenaga kerja atau buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan. Menurut Undang-undang No. 13
Tahun 2003 Pasal 86 ayat 1. ”Menurut Darwan Prints, yang dimaksud dengan hak disini adalah sesuatu yang harus diberikan kepada
seseorang sebagai akibat dari kedudukan atau status dari seseorang,
sedangkan kewajiban adalah suatu prestasi baik berupa benda atau
jasa yang harus dilakukan oleh seseorang karena kedudukan atau
statusnya. 10 Mengenai hak-hak bagi pekerja adalah sebagai berikut :
a. Hak mendapat upah atau gaji (Pasal 1602 KUH Perdata, Pasal 88
sampai dengan 97 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Peraturan
Pemerintah No. 8 Tahu 1981 tentang Perlindungan Upah).
b. Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan
(Pasal 4 Undang-undang No. 13 Tahun 2003).
c. Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan
kemampuannya (Pasal 5 Undang-undang No. 13 Tahun 2003).
d. Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta
menambah keahlian dan keterampilan lagi (Pasal 9-30
Undang-undang No. 13 Tahun 2003).
e. Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan serta
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama
(Pasal 3 Undang-undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek).
f. Hak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga Kerja
(Pasal 104 Undang-undang No. 13 Tahun 2003).
g. Hak atas istirahat tahunan, tiap-tiap kali setelah ia mempunyai masa
beberapa majikan dari satu organisasi majikan (Pasal 79
Undang-undang No. 13 Tahun 2003).
h. Hak atas upah penuh selama istirahat tahunan (Pasal 88-98
Undang-undang No. 13 Tahun 2003).
i. Hak atas suatu pembayaran tahunan, bila pada saat diputuskan
hubungan kerja ia sudah mempunyai sedikitnya enam bulan
terhitung dari saat ia berhak atas istirahat tahunan yang terakhir,
yaitu dalamhal bila hubungna kerja diputuskan oleh majikan tanpa
alasan-alasan mendesak yang diberikan oleh buruh, atau oleh
buruh karena alasan-alasan mendesak yang diberikan oleh majikan
(Pasal 150-172 Undang-undang No. 13 Tahun 2003).
j. Hak untuk melakukan perundaingan atau penyelesaian perselisihan
hubungan industrial melalui bipartit, mediasi, kosiliasi, arbitrase dan
penyelesaian melalui pengadilan (Pasal 6-115 Undang-undang No.
2 Tahun 2007).
Dari sudut tenaga kerja, mempunyai hak serta kewajiban dalam
pelaksanaankeselamatan dan kesehatan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaan adalah :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja.
b. Memakai alat keselamatan kerja.
Hak-hak tenaga kerja adalah :
a. Meminta kepada pimpinan atau pengurus perusahaan tersebut agar
dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan ditempat kerja yang bersangkutan.
b. Menyatakan keberatan melakukan pekerjaan bila syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat perlindungan diri yang
diwajibkan tidak memenuhi persyaratan, kecuali dalam batas-batas
yang masih dapat di pertanggung jawabkan.
3. Penyerapan Tenaga Kerja
Rahardjo (1984), mendefinisikan penyerapan tenaga kerja
sebagai jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor dalam
waktu tertentu. Menurut Kuncoro (2002), Penyerapan tenaga kerja
adalah banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari
banyaknya jumlah penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja terserap
dan tersebar diberbagai sektor perekonomian. Terserapnya penduduk
bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh
karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai
permintaan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini
adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja atau dipekerjakan
oleh pengusaha ikan asin.
Dalam penelitian ini, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan
sebagai permintaan tenaga kerja. Ada perbedaan antara permintaan
tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan.
Permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubungan antara berbagai
tenaga kerja yang diminta lebih ditujukan pada kuantitas atau
banyaknya permintaan tenaga kerja pada suatu tingkat upah tertentu
(Rejekiningsih, 2004).
Penyerapan tenaga kerja pada dasarnya tergantung dari besar
kecilnya permintaan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja secara
umum menunjukkan besarnya kemampuan suatu perusahaan menyerap
sejumlah tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk. Kemampuan
untuk menyerap tenaga kerja besarnya tidak sama antara sektor satu
dengan sektor yang lain ( Sony Sumarsono, 2003).
Permintaan tenaga kerja secara umum merupakan jumlah orang
yang dibutuhkan untuk bekerja dalam suatu perusahaan maupun dalam
proses produksi. Dalam hal ini yang dibicarakan adalah masalah industri
kecil, maka orang atau masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat
dalam industri kecil. Adapaun permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh
kegiatan masyarakat dalam.
industri kecil dan tingkat upah yang berlaku di dalamnya. Pada
posisi supply, besarnya penyediaan tenaga kerja dalam industri kecil
adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk terlibat dalam
proses produksi. Proses terjadinya hubungan kerja melalui penyediaan
tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja tersebut dinamakan pasar
4. Upah
Upah yaitu pembayaran yang diperoleh karena berbagai bentuk
jasa yang disediakan dan diberikan oleh tenaga kerja kepada para
pengusaha (Simanjuntak,1985). Mankiw (2000), mendefinisikan upah
sebagai kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang
berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya. Sedangkan
Sumarsono (2003), mendefinisikan upah sebagai suatu penerimaan
sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu
pekerjaan atau jasa yang telah atau dilakukan dan dinyatakan atau
dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan
atau peraturan perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar suatu
perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan termasuk
tunjangan, baik untuk karyawan itu sendiri maupun untuk keluarganya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja/buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh
dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
akan dilakukan. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan upah
adalah pembayaran oleh pengusaha ikan asin untuk tenaga kerja
Menurut Simanjuntak (1985), pengupahan di Indonesia pada
umumnya didasarkan pada 3 fungsi upah yaitu:
a. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya.
b. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang.
c. Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan.
Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan
seseorang, beberapa faktor penting yang mempengaruhi tinggi
rendahnya tingkat upah yaitu sebagai berikut (Sukirno, 2010:364):
a. Perbedaan corak permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis
pekerjaan .
b. Perbedaan dalam jenis-jenis pekerjaan.
c. Perbedaan keahlian, pendidikan dan kemampuan.
d. Terdapatnya pertimbangan bukan keuangan dalam memilih
pekerjaan.
e. Ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja.
Indikator-indikator upah (Hasibuan) :
a. Upah pokok,
b. Upah insentif,
c. Pemberian kenaikan upah dirasa adil.
Produktivitas kerja Menurut Sukirno (2009), Ahli ekonomi
membedakan pengertian upah menjadi dua, yaitu upah uang dan upah
riil. Upah uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para
pengusaha sebagai pembayaran ke atas tenaga mental atau fisik para
pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan upah riil
tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan para pekerja.
Sedangkan menurut Sumarsono (2003) upah dibagi menjadi tiga
macam yaitu :
a. Upah pokok adalah upah yang diberikan pada karyawan, yang
dibedakan atas upah per jam, per hari, per minggu, per bulan.
b. Upah lembur adalah upah yang diberikan kepada karyawan yang
bekerja melebihi jam kerja yang telah ditetapkan perusahaan.
c. Tunjangan sejumlah uang yang diterima karyawan secara
menyeluruh karena adanya keuntungan dari perusahaan pada akhir
tahun neraca.
5. Produktivitas
Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dapat
dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan persatuan
waktu. Produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran keberhasilan
tenaga kerja menghasilkan suatu produk dalam waktu tertentu
(Sumarsono, 2003). Produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran
kemampuan pekerja dalam menghasilkan output (Ananta,1985). Hal ini
karena produktivitas merupakan hasil yang diperoleh oleh suatu unit
produksi dengan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, dengan produktivitas
kerja yang tinggi menunjukkan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga
Menurut Simanjuntak (1985), Produktivitas mengandung
pengertian filosofis dan definisi kerja. Secara filosofis, produktivitas
mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik
dari hari kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik dari hari
ini. Pandangan hidup dan sikap mental yang demikian akan mendorong
manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi terus
mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja.
Untuk definisi kerja, produktivitas merupakan perbandingan antara
hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya (input)
yang dipergunakan persatuan waktu. Sumber daya masukan dapat
terdiri dari beberapa faktor produksi seperti tanah, gedung, mesin,
peralatan, bahan mentah dan sumber daya manusia sendiri.
Dari pengertian di atas, peningkatan produktivitas dapat terwujud
dalam bentuk:
a. Jumlah produksi yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan
sumber daya yang lebih sedikit,
b. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas, dan/ atau
c. Jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan
menggunakan sumber daya yang sama, dan/atau
d. Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan
pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil Produktivitas
Indikator dari produktivitas kerja ( Simora 2004; 612) :
a. Kuantitas kerja,
b. Kualitas kerja,
c. Ketepatan waktu.
Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah
barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit
usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen
(Sudarsono, 1990). Jadi yang dimaksud produktivitas dalam penelitian
ini adalah nilai produksi rata-rata yang dapat dihasilkan oleh tenaga
kerja.
6. Modal
Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
dalam Listyawan Ardi Nugraha (2011:9) “modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan
sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat
dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan”. Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah
uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis.
Menurut Keown (2010), modal kerja adalah investasi total
perusahaan pada aktiva lancar atau aktiva yang diharapkan dapat di
konversi menjadi kas dalam waktu setahun atau kurang dari dari
setahun. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja, karena
modal kerja digunakan untuk membiayai kegiatan operasi. Misalnya
untuk pembelian bahan baku, membayar upah buruh dan karyawan, dan
perusahaan, hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, penjualan
obligasi, penjualan saham, pinjaman dari bank, dan kredit dari supplier
(Timbul, 2013:134).
Indikator modal (endang) :
a. Sebagai syarat usaha
b. Pemanfaatan modal tambahan,
c. Besar Modal
Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan
modal usaha dengan cara berbagai kepemilikan usaha dengan orang
lain. Caranya dengan menggabungkan antara modal sendiri dengan
modal satu orang teman atau beberapa orang (yang berperan sebagai
mitra usaha) (Jackie Ambadar, 2010:15)
.
7. Hubungan Upah dan Penyerapan Tenaga Kerja
Upah bagi pengusaha dapat dipandang sebagai beban, karena
semakin besar upah yang dibayarkan kepada karyawan, semakin kecil
proporsi keuntungan bagi pengusaha (Simanjuntak, 1985). Perubahan
tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi
perusahaan.
Menurut Kuncoro (2002), kuantitas tenaga kerja yang diminta
akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah. Apabila tingkat upah
naik sedangkan harga input lain tetap, berarti harga tenaga kerja relatif
lebih mahal dari input lain. Situasi ini mendorong pengusaha untuk
mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan
input-input lain yang harga relatifnya lebih murah guna mempertahankan
8. Hubungan Produktivitas dan Penyerapan Tenaga Kerja
Menurut Mulyadi (2006), semakin tinggi produktivitas tenaga kerja,
maka akan semakin rendah penyerapan tenaga kerja yang tercipta.
Sebaliknya, semakin rendah produktivitas tenaga kerja, maka
penyerapan tenaga kerja akan meningkat.
Pertambahan produktivitas kerja dapat mempengaruhi
kesempatan kerja melalui tiga cara (Simanjuntak, 1985):
a. Peningkatan produktivitas kerja berarti bahwa untuk
memproduksikan hasil dalam jumlah sama diperlukan karyawan
lebih sedikit. Sebab itu, bila hasil produksi tetap sama, sebagian
karyawan dapat dilepaskan.
b. Peningkatan produktivitas kerja menurunkan biaya produksi per unit
barang. Dengan turunnnya biaya produksi per unit, pengusaha
dapat menurunkan harga jual barang, oleh sebab itu permintaan
masyarakat akan barang tersebut bertambah. Pertambahan
permintaan akan barang mendorong pertambahan produksi, dan
selanjutnya menambah permintaaan akan tenaga kerja.
c. Pengusaha dapat memilih menaikkan upah karyawan sehubungan
dengan peningkatan produktivitas kerja. Meningkatnya pendapatan
karyawan akan menambah daya beli mereka, sehingga permintaan
mereka akan konsumsi hasil produksi bertambah juga. Selanjutnya
pertambahan permintaan akan hasil produksi tersebut menaikkan
9. Hubungan Modal dan Penyerapan Tenaga Kerja
Modal dapat digunakan untuk memperbesar perusahaan atau
mendirikan usaha baru. Usaha baru tersebut bisa merupakan perluasan
dari usaha yang lama. Menurut (Komarudin, 1981), Penambahan modal
terhadap setiap industri akan dapat meningkatkan bahan baku atau
dapat mengembangkan usaha (menambah jumlah usaha). Dengan
semakin banyak usaha yang berkembang atau berdiri maka akan dapat
menyerap tenaga kerja yang banyak pula.
Dalam suatu industri, faktor-faktor produksi memiliki peranan
penting dalam menjalankan aktivitas industri. Menurut Hernanto
(2011:87 ) faktor produksi adalah semua unsur yang menompang usaha
penciptaan nilai atau produksi barang/jasa. Faktor-faktor produksi terdiri
dari empat yaitu :
a. tanah atau sumber daya alam,
b. tenaga kerja,
c. modal,
d. skill.
Setiap industri selalu membutuhkan sumber daya alam, tenaga
kerja, modal dan skill untuk proses produksi. Modal dalam suatu industri
mempunyai peranan yang sangat vital, karena dibutuhkan dalam
pendirian maupun operasional industri, karena itu berhasil atau tidaknya
aktivitas suatu industri salah satunya ditentukan oleh modal. Modal
dapat bertambah apabila laba juga bertambah, oleh karena itu suatu
industri akan memaksimalkan laba dengan cara meningkatkan jumlah
mengembangkan usaha (menambah unit usaha) sehingga tenaga kerja
yang bisa diserap juga meningkat. Selain modal, tenaga kerja juga
memiliki peranan penting dalam menjalankan kegiatan industri. Menurut
Bambang Raharjo (2005:121) ”tenaga kerja adalah penduduk yang dapat bekerja dan sanggup bekerja bila ada permintaan”. Ketika tenaga kerja atau karyawan sudah menjalankan tugasnya masing-masing,
maka industri tersebut akan memberikan imbalan berupa gaji atau upah.
B. Tinjauan Empiris
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penulis dan Tahun Judul Teknik Analisis Data Hasil 1. M.Taufik Zamrowi, 2007 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil Mebel di Kota Semarang) Analisis Regresi Linear Berganda. a. Variabel upah/gaji, produktivitas dan non upah sentra berpengaruh negative dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja. Sedangkan
variabel modal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja. b. Secara simultan atau bersama-sama variabel non upah, modal, tingkat upah atau gaji dan produktivitas mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan.
c. Variabel yang paling
dominan dalam
mempengaruhi
penyerapan tenaga kerja pada industri kecil mebel di Kota Semarang adalah variabel modal
2. Heru Setiyadi, 2008 Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Konveksi(Stud i Kasus Desa Sendang Kec. Kalinyamatan Kab. Jepara) Analisis Regresi Linear Berganda.
Variabel upah dan variabel biaya bahan
baku berpengaruh
negatif sedangkan variabel nilai produksi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di industri kecil konveksi . 3. Tri Wahyu Rejekiningsih, 2004 Mengukur Besarnya Peranan Industri Kecil dalam Perekonomian Jawa Tengah Analisis Regresi Linear Berganda.
Jumlah unit usaha dan output industri kecil di Jawa Tengah periode 1991 –1997 berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja adalah positif dan elastisitas yang berarti bertambahnya jumlah
unit usaha akan
menambah jumlah
tenaga kerja yang terserap. Sedangkan nilai produksi (output) berpengaruh negatif dan tidak elastis terhadap penyerapan tenaga kerja yang berarti kenaikan nilai output tidak harus selalu meningkatkan jumlah tenaga kerja yang terserap. 4. Arfiana Islahulyaqin, 2010 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Pengolahan Skala Besar dan Sedang di Jawa Tengah Analisis Regresi Linear Berganda.
Variabel jumlah unit usaha dan output berpengaruh positif dan signifikan, variabel upah berpengaruh negatif dan tidak signifikan, variabel modal berpengaruh positif dan tidak signifikan. 5. Meilinda Maya Widyastuti, 2009 Analisis Pengaruh Modal Kerja, Tingkat Upah, Tingkat Output dan Tunjangan Analisis Regresi Linear Berganda.
Variabel tingkat upah
dan tunjangan
berpengaruh negatif dan signifikan, variabel modal kerja berpengaruh positif dan signifikan, variabel
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Tepung Tapioka (Studi Kasus Desa Ngemplak Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati)
berpengaruh positif dan tidaksignifikan.
C. Kerangka Konsep
Variabel upah merupakan variabel yang dianggap mempengaruhi
tingkat penyerapan tenaga kerja, karena tingkat upah secara tidak
langsung akan memberikan dampak terhadap tingkat penyerapan tenaga
kerja. Variabel produktivitas tenaga kerja menjadi salah satu variabel
yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja karena produktivitas
tenaga kerja dapat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Jika
produktivitas tenaga kerja dapat diefisienkan maka ini dapat memacu
dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja. Variabel modal dianggap
mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang diserap pada suatu sektor
industri karena modal mempunyai peranan penting bagi setiap usaha
karena bagaimanapun juga modal akan menimbulkan peluang bagi
pelaku ekonomi untuk memperluas usahanya serta memperbaiki
sarana-sarana produksi, sehingga dapat meningkatkan output yang nantinya
dapat memperluas kesempatan kerja. Dan untuk lebih jelasnya pengaruh
Gambar 2.1 Kerangka Konsep D. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara
sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena
dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi (Nazir,
1983). Maka dari itu, dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis guna
memberikan arah dan pedoman dalam melakukan penelitian. Maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
1. Diduga bahwa upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Pinrang.
2. Diduga bahwa produktivitas berpengaruh positif dan signifikan
produktivitas terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Pinrang.
3. Diduga bahwa modal berpengaruh positif dan signifikan modal terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Pinrang. Upah (X1)
1. Upah pokok 2. Upah insentif
3. Pemberian kenaikan upah dirasa adil Produktivitas Tenaga Kerja (X2) 1. Kuantitas kerja 2. Kualiatas kerja 3. Ketepatan waktu Modal (X3)
1. Sebagai syarat usaha,
2. Pemanfaatan modal tambahan, 3. Besar modal
Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
1. Perubahan upah minimum 2. Laju peningkatan PDRB 3. Laju pertumbuhan investasi
4. Diduga bahwa modal yang dominan berpengaruh terhadap penyerapan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
deskriptif kuantitatif. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau
dihitung secara langsung sebagai variabel angka atau bilangan, penelitian
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya. Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan
hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Jenis penelitian ini
digunakan agar dapat mengetahui seberapa besar pengaruh upah,
produktivitas, dan modal terhadap penyerapan tenaga kerja pada IKM di
Kabupaten Pinrang. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam
penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental
antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari
hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian kuantitatif banyak digunakan dalam
ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Provinsi Sulawesi
2. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini kurang lebih selama dua bulan yaitu bulan September – Oktober 2020.
C. Sumber Data 1. Data Primer
Data autentik atau data langsung dari tangan pertama tentang
masalah yang diungkapkan. Secara sederhana data ini disebut data asli
(Hadari Nawawi, 2001).
2. Data Sekunder
Yaitu data yang mengutip dari sumber lain sehingga tidak bersifat
autentik karena sudah diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan selanjutnya.
Dengan demikian data ini disebut data tidak asli ( Hadari Nawawi,2001)..
Lembaga pengumpul data dalam penelitian ini antara lain:
a. Badan Pusat Stastistik Kabupaten Pinrang dalam beberapa terbitan.
b. Literatur-literatur serta informasi-informasi tertulis baik yang berasal dari
instansi terkait maupun internet, yang berhubungan dengan topik
penelitian untuk memperoleh data sekunder.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas,
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah industri kecil dan
menengah di Kabupaten Pinrang dengan 79 unit usaha.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan sampel adalah
bagian populasi yang hendak diteliti dan mewakili karakteristik populasi.
Apabila populasi penelitian berjumlah kurang dari 100, maka sampel yang
diambil adalah semuanya (Arikunto 2010: 134-185). Sehingga sampel
yang diambil tetap 79.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang
menggunakan pertolongan indra mata. Observasi juga merupakan salah
satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode peneltian
kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan
menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi yang diperlukan
untuk menjawab masalah penelitian.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laporan
3. Kuesioner
Dewa Ktut Sukardi (1983), pengertian kuesioner adalah suatu bentuk
teknik alam pengumpulan data yang dilakukan pada metode penelitian
dengan tidak perlu/wajib memerlukan kedatangan langsung dari sumber
data.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian.
Hal ini berdasarkan argumentasi bahwa dalam analisa inilah data yang
diperoleh peneliti bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan
kaidah ilmiah. Maka dari itu, perlu kerja keras, daya kreatifitas dan
kemampuan intelektual yang tinggi agar mendapat hasil yang memuaskan.
Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data. Sebab data yang telah
terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi barang yang tidak bermakna,
tidak berarti, menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena
itu, analisis data disini berfungsi untuk memberi arti, makna dan nilai yang
terkandung dalam data itu.
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah model
analisis regresi linear berganda dengan bantuan software SPSS, dan untuk
mengetahui tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi variabel
independen terhadap variabel dependen maka digunakan uji statistik
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model
estimasi telah memenuhi kriteria ekonometrika, dalam arti tidak terjadi
penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang harus
dipenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS):
1) Rata-rata kesalahan pengganggu (e) sama dengan nol.
2) Kesalahan pengganggu berbentuk distribusi normal.
3) Kesalahan pengganggu tidak berkorelasi dengan Variabel
Independen.
4) Tidak adanya Autokorelasi antar gangguan (e).
5) Tidak adanya Multikolinearitas.
6) Varian kesalahan pengganggu tetap atau homoskedastisitas (tidak
terjadi Heteroskedastisita).
Dalam hal ini uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji
normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.
1) Normalitas
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal. Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas atau
keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi
yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Deteksi normalitas dilakukan dengan melihat grafik Normal Probability
Plot. Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
arah garis diagonal. Maka model regresi ini tidak memenuhi kaidah
asumsi normalitas.
b. Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
yang diperoleh terdapat korelasi antara variabel bebas. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel
independennya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas
didalam model regresi dapat menggunakan tolerance value dan
variance inflation factor (VIF). Tolerance digunakan untuk mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih dan tidak dijelaskan oleh
variabel lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan
multikolinieritas adalah nilai tolerance lebih kecil sama dengan 0,01
atau sama dengan nilai VIF lebih besar sama dengan 10.
c. Heterokedasitas
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokodesitas adalah
dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya
heteroskodesitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual
(Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Apabila titik-titik
terlihat menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y atau
tidak ada pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa