• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kadar Hormon Tiroid Dengan Perkembangan Anak Sindrom Down

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Kadar Hormon Tiroid Dengan Perkembangan Anak Sindrom Down"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1452-1459

HUBUNGAN KADAR HORMON TIROID DENGAN PERKEMBANGAN

ANAK SINDROM DOWN

Rudy Santoso1, Galuh Hardaningsih 2, Farid Agung Rahmadi 2 1

Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

2

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK

Latar Belakang: Anak Sindrom Down mengalami berbagai kelainan, baik pada organ dan

sistem organ, sekaligus keterlambatan perkembangan, baik kognitif, berbicara dan berbahasa, personal sosial, serta keterampilan motorik. Salah satu hormon yang mempunyai peranan penting sebagai pengendali metabolisme dan perkembangan adalah hormon tiroid.

Tujuan: Membuktikan hubungan antara kadar hormon tiroid dengan perkembangan anak

Sindrom Down.

Metode: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subyek

penelitian adalah 30 pasien anak Sindrom Down di RSUP dr. Kariadi Semarang, dengan kisaran usia antara 0 - 72 bulan, Uji korelasi Spearman digunakan untuk menguji hubungan antara kadar hormon tiroid dan perkembangan anak Sindrom Down.

Hasil: Pasien terdiri dari 20 laki-laki (66.67%) dan 10 perempuan (33.33%). Sebanyak 19

anak (63.33%) termasuk hipotiroid dan 11 anak (36.67%) termasuk eutiroid. Nilai p antara kadar hormon tiroid dan perkembangan anak sebesar 0.043. Nilai p antara gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, kemampuan bahasa, dan personal sosial terhadap kadar hormon tiroid, masing-masing sebesar 0.011, 0.122, 0.216, dan 0.115. Nilai korelasi antara kadar hormon tiroid dengan perkembangan (r) sebesar 0,372, dengan koefisien determinasi (R) sebesar 0,14 yang berarti perkembangan anak dapat dijelaskan sebesar 14% oleh kadar hormon tiroid.

Kesimpulan: Kadar hormon tiroid terbukti berhubungan dengan perkembangan secara umum

pada anak Sindrom Down.

Kata Kunci: Tiroid, perkembangan, Sindrom Down

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THYROID HORMONE LEVELS AND THE DEVELOPMENT OF CHILDREN WITH DOWN SYNDROME

Background: Patients with Down Syndrome experience a wide range of disorders, both in the

organs, system organs, and developmental delays, either cognitive, speech and language, social personal, as well as motor skills. One hormone that plays an important role as a metabolism and growth controller is thyroid hormone.

Objective: To determine the relationship between thyroid hormone levels and the

development of children with Down Syndrome.

Methods: Analytic observational study with cross-sectional approach. The subjects were 30

patients with Down Syndrome at RSUP dr. Kariadi Semarang, with age range between 0-72 months, Spearman correlation test was used to examine the relationship between thyroid hormone levels and the development of children with Down Syndrome

Results: Patients consisted of 20 males (66.67%) and 10 women (33.33%). There were 19

hypothyroid children (63.33%) and 11 euthyroid children (36.67%). P- values between 1452

(2)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1452-1459

thyroid hormone levels and development of children was 0.043. The p-value between gross motor skills, fine motor skills, language skills, and social personal against thyroid hormone levels, respectively for 0.011, 0.122, 0.216, and 0.115. The correlation value between thyroid hormone levels and development (r) = 0.372 and the coefficient of determination (R) = 0.14,

ZKLFK PHDQV FKLOGUHQ¶V GHYHORSPHQW FDQ EH H[SODLQHG E\ WK\URLG KRUPRQH OHYHOV.

Conclusions: Thyroid hormone levels generally shown to be associated with the development

of children with Down Syndrome.

Keywords: Thyroid, development, Down Syndrome

PENDAHULUAN

Sindrom Down merupakan suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom 21 yang dapat berbentuk trisomi 21, translokasi, atau mosaicism.1,2 Manifestasi klinis dari Sindrom Down berupa hipotonia, karakteristik fisik yang khas, retardasi mental dan keterlambatan perkembangan.3 Anak dengan Sindrom Down mengalami kesulitan untuk belajar berbicara, memiliki pendengaran yang buruk, memerlukan waktu yang lebih lama untuk memahami hal baru, ketertundaan perkembangan motorik, serta memiliki daya intelektual yang terbatas.3,4 Berdasarkan data tahun 2000-2006, insiden Sindrom Down di Amerika Serikat sekitar 1:800 kelahiran bayi hidup.5 Sedangkan di Indonesia diperkirakan sekitar 300.000 anak dengan sindrom Down lahir setiap tahunnya.6 Banyaknya kelainan yang dialami penderita Sindrom Down menyebabkan mereka mengalami berbagai masalah kesehatan. Penderita sindrom Down mengalami keterlambatan perkembangan kognitif, keterlambatan berbicara dan berbahasa, keterlambatan personal sosial, serta keterlambatan keterampilan motorik.7

Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu dan merupakan indikator penting dalam menentukan kualitas hidup anak.8,9 Salah satu metode skrining yang dapat digunakan untuk menilai kelainan perkembangan anak adalah Denver

Development Screening Test II (DDST II). DDST menilai perkembangan anak dalam empat

sektor, yaitu personal sosial, motorik halus, motorik kasar, dan bahasa.8 Perkembangan anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor genetik, lingkungan sejak masa prenatal, natal, postnatal, nutrisi mencakup makronutrien dan mikronutrien, stimulasi, serta hormonal. Salah satu hormon yang mempunyai peranan penting sebagai pengendali metabolisme dan perkembangan adalah hormon tiroid (TH).10

Tiroid merupakan kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu, yang terletak di bagian depan leher yang berfungsi untuk menstimulasi metabolisme sel di dalam tubuh, mengatur kecepatan tubuh dalam membakar energi, membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh

(3)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1452-1459

terhadap hormon lain. Kelenjar tiroid bekerja di bawah pengaruh kelenjar hipofisis, yang memproduksi hormon tireotropik. Hormon ini mengatur produksi hormon tiroid, yaitu tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Hormon tiroid mempengaruhi perkembangan, tetapi tidak secara langsung bertanggung jawab dalam menimbulkan efek hormon pertumbuhan.10,11 Adanya permasalahan mengenai perkembangan penderita Sindrom Down dan mengenai hormon tiroid sebagai hormon pengendali perkembangan, mendorong peneliti untuk mencari apakah terdapat hubungan antara kadar hormon tiroid terhadap perkembangan anak dengan Sindrom Down.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional. Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian dilaksanakan di bulan Mei 2015 setelah keluarnya ethical clearance sampai dengan selesai. Sampel penelitian ini diperoleh dari catatan medis anak yang didiagnosis Sindrom Down yang berusia 0 - 6 tahun di RSUP Dr. Kariadi Semarang yang bersedia bekerja sama serta memenuhi kriteria inklusi yaitu anak berusia 0 - 6 tahun dengan diagnosis Sindrom Down melalui pemeriksaan klinis di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kriteria eksklusi yaitu terdapat riwayat penyakit yang dapat mempengaruhi fungsi neurologis, misalnya meningitis, ensefalitis, meningoensefalitis, dan cerebral palsy, serta pasien Sindrom Down yang berasal dari daerah endemis GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium).

Berdasarkan perhitungan besar sampel untuk uji korelasi, dengan koefisien korelasi

0,5 QLODL. GDQ QLODL EHVDU VDPSHO \DQJ GLEXWXKNDQ dalam penelitian ini sebanyak

30 orang pasien anak Sindrom Down. Variabel bebas penelitian adalah kadar hormon tiroid. Variabel terikat dalam penelitian adalah perkembangan (personal sosial, motorik halus, motorik kasar, dan bahasa). Penilaian perkembangan dilakukan dengan DDST II (Denver

Developmental Screening Test II) yang dihitung dengan DQ (Developmental Quotient).

Variabel perancu dalam penelitian ini adalah status gizi.

Untuk menguji hubungan antara variabel kadar hormon tiroid dan perkembangan anak digunakan uji korelasi Spearman. Untuk pengujian analisis korelasi dengan tingkat kepercayaan 95%, jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan dan jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan.Koefisien korelasi dinyatakan dengan r dan kemaknaan dinyatakan dengan p.

(4)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1452-1459 HASIL

Sampel anak penderita Sindrom Down yang diambil memiliki kisaran usia antara 0 - 72 bulan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Karakteristik data dari 30 pasien anak Sindrom Down di RSUP Dr. Kariadi ditunjukkan Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik data

Karakteristik Subyek Mean± SD N (%)

Usia (bulan) 22.07 ± 17.17 Jenis kelamin Laki-laki 20 (66.67) Perempuan 10 (33.33) Tinggi badan (cm) 76.32 ± 12.15 Berat badan (kg) 9.01 ± 3.19 Gangguan mata 17 (56.67) Gangguan pendengaran 14 (46.67) Penyakit jantung bawaan 10 (33.33)

Data usia disajikan dalam bentuk rerata±simpangan baku, sedangkan data jenis kelamin dan gangguan dinyatakan dalam frekuensi dan persentase.

Penelitian ini melihat aspek perkembangan secara umum dan secara khusus. Perkembangan secara umum didapat dari hasil rerata empat aspek perkembangan, sedangkan aspek perkembangan secara khusus dilihat dari empat aspek perkembangan, yang terdiri dari gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, kemampuan bahasa, serta personal sosial ditunjukkan Tabel 2.

Tabel 2. Aspek perkembangan

Aspek perkembangan Mean± SD

Motorik kasar 64.43±29.30 Motorik halus 68.17±25.54 Bahasa 62.15±27.92 Personal sosial 59.01±31.59

Hasil analisis korelasi antara kadar hormon tiroid terhadap gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, kemampuan bahasa, serta personal sosial ditunjukkan Tabel 3.

(5)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1452-1459

Tabel 3.Hubungan kadar hormon tiroid dengan empat aspek perkembangan

Variabel r p

Kadar hormon tiroid ± motorik kasar 0.460 0.011 Kadar hormon tiroid ± motorik halus 0.288 0.122 Kadar hormon tiroid ± bahasa 0.232 0.216 Kadar hormon tiroid ± personal sosial 0.294 0.115

Hasil analisis korelasi kadar hormon tiroid dan perkembangan anak Sindrom Down menunjukkan nilai p sebesar 0.043, yang berarti p < 0.05. Selain itu, didapatkan bahwa korelasi antara kadar hormon tiroid dengan perkembangan rendah, dengan nilai r sebesar 0,372, sehingga koefisien determinasi (R) sebesar 0,14. Nilai koefisien determinasi sebesar 0.14 berarti perkembangan anak dapat dijelaskan sebesar 14% oleh kadar hormon tiroid.

Tabel 4. Hasil analisis korelasi kadar hormon tiroid dengan perkembangan

Kadar Tiroid N (%) Perkembangan

r p

Hipotiroid 19 (63.33) 0.372 0.043 Eutiroid 11 (36.67)

Hasil analisis korelasi status gizi dengan perkembangan anak Sindrom Down menunjukkan nilai p sebesar 0.490, yang berarti p > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa status gizi tidak berhubungan dengan perkembangan anak.

Tabel 5. Hasil analisis korelasi status gizi dan perkembangan

Status Gizi N (%) Perkembangan

r p > 2 SD 3 (10) - 0.131 0.490 - 2 SD s.d 2 SD 21 (70) < -2 SD s.d -3 SD 3 (10) < - 3 SD 3 (10) 1456

(6)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1452-1459 PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 sampel anak Sindrom Down yang diteliti, 19 sampel anak (63.33%) diantaranya menderita hipotiroid. Hal ini sesuai dengan penelitian Unachak (2008) dan King et al (2011). Unachak (2008) melakukan penelitian mengenai fungsi tiroid terhadap 140 pasien anak Sindrom Down. Hasil penelitian Unachak (2008) menunjukkan sebanyak 53 pasien (37.9%) menderita hipotiroid, sehingga hipotiroid adalah kelainan tiroid yang paling banyak terjadi pada penderita Sindrom Down.12 King et al (2011) juga melakukan penelitian mengenai tiroid terhadap 148 pasien Sindrom Down dan hasil penelitiannya menunjukkan sebanyak 79 pasien (53%) mengalami hipotiroid dan menyatakan bahwa anak dengan Sindrom Down memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami disfungsi tiroid bila dibandingkan anak normal lainnya.4

Sekundaputra (2012) melakukan penelitian mengenai hubungan kadar hormon tiroid dengan perkembangan motorik anak normal yang berusia di bawah dua tahun. Hasil penelitian Sekundaputra (2012) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara kadar TSH darah dengan perkembangan motorik kasar, namun tidak terdapat korelasi bermakna antara kadar TSH darah dengan perkembangan motorik halus.13 Penelitian Sekundaputra (2012) dilakukan terhadap anak normal, sedangkan penelitian ini dilakukan terhadap anak Sindrom Down, meskipun demikian hasil penelitian ini juga menunjukkan kadar hormon tiroid terbukti berhubungan dengan gerakan motorik kasar, namun tidak berhubungan dengan gerakan motorik halus, bahasa, dan personal sosial.

Penelitian lain mengenai faktor yang mempengaruhi perkembangan anak Sindrom Down di tiga tahun usia pertama juga dilakukan oleh Wasant, et al (2008). Penelitian Wasant,

et al (2008) menyatakan bahwa meskipun berbagai faktor memberikan kontribusi terhadap

hasil DQ, namun faktor yang terpenting adalah faktor stimulasi keluarga dan usia saat mendapatkan program latihan bicara pertama yang berkaitan dengan DQ (Developmental

Quoetient) pada usia tiga tahun pertama, dimana nilai p < 0.05.14 Hasil penelitian dari Wasant

et al (2008) dapat menjadi alasan mengapa gerakan motorik halus, personal sosial, dan

kemampuan bahasa tidak berhubungan dengan kadar hormon tiroid dalam penelitian ini karena penelitian ini juga mengambil sampel yang sebagian besar berusia di bawah tiga tahun, dengan rata-rata usia 22 bulan.

(7)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1452-1459

Zhu, et al (2005) melakukan penelitian mengenai hubungan penyakit tiroid autoimun pada ibu hamil dengan perkembangan janinnya. Hasil penelitian Zhu, et al (2005) menyebutkan bahwa penyakit tiroid autoimun ibu saat hamil berkaitan dengan rendahnya kemampuan personal sosial, kemampuan adaptasi, motorik kasar, dan motorik halus pada anak (p < 0.01).15 Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhu, et al (2005) karena penelitian Zhu, et al dilakukan terhadap kadar hormon tiroid saat ibu hamil (saat janin), sedangkan penelitian ini dilakukan terhadap anak dengan Sindrom Down.

Penelitian Susanto (2009) menyatakan kelainan tiroid pada janin atau bayi yang baru lahir berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, juga dapat berakibat kelainan metabolik saat dewasa, sehingga konsekuensi klinik kelainan tiroid tergantung pada usia mulai timbulnya, saat masih janin atau anak.16 Hipotiroidisme pada janin atau bayi baru lahir yang tidak diobati dapat menyebabkan kelainan fungsi neurologik dan kelainan intelektual yang bersifat menetap karena pada masa tersebut plastisitas otak berkembang pesat. Penelitian ini sedikit berbeda dalam hal sampel dengan penelitian Susanto (2009) karena penelitian ini mengambil sampel anak Sindrom Down yang berusia 0 - 72 bulan, meskipun demikian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Susanto (2009) yang pada dasarnya hormon tiroid pada janin atau bayi mempunyai peran terhadap pertumbuhan dan perkembangan.

Keterbatasan dari penelitian ini adalah penelitian ini termasuk retrospektif, yang dalam proses pengambilan datanya faktor stimulasi keluarga, pendidikan, dan sosial ekonomi sulit diperoleh, padahal beberapa faktor tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan anak.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar hormon tiroid berhubungan dengan perkembangan anak Sindrom Down secara umum. Penelitian ini secara khusus juga menunjukkan bahwa kadar hormon tiroid berhubungan dengan perkembangan gerak motorik kasar anak Sindrom Down, namun tidak berhubungan dengan perkembangan gerak motorik halus, bahasa, dan personal sosial anak Sindrom Down. Saran untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya faktor stimulasi keluarga, pendidikan, dan sosial ekonomi ikut dipertimbangkan karena faktor tersebut memiliki peran yang cukup besar dalam perkembangan anak.

(8)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1452-1459 DAFTAR PUSTAKA

1. Kaur A, Kaur A. Cytogenetic findings and risk factors for Down syndrome in Punjab. Int

J Hum Genet. 2013;13(2):5.

2. Hall J. Chromosomal clinical abnormalities. Nelson textbook of pediatrics. 2000;15:312-320.

3. Marder E, Dennis J. Medical management of children with Down's syndrome. Current

Paediatrics. 2001;11(1):57-63.

4. King K, O'Gorman C, Gallagher S. An audit of the management of thyroid disease in children with Down syndrome. Irish medical journal. 2014.

5. Parker SE, Mai CT, et al. Updated national birth prevalence estimates for selected birth defects in the United States. Birth Defects Research Part A: Clinical and Molecular

Teratology. 2010;88(12):1008-1016.

6. Kawanto FH, Soedjatmiko. Pemantauan tumbuh kembang anak dengan sindrom Down.

Sari Pediatri. 2007;9(3):5.

7. Cleland J, Wood S, Hardcastle W, Wishart J, Timmins C. Relationship between speech, oromotor, language and cognitive abilities in children with Down's syndrome.

International journal of language & communication disorders. 2010;45(1):83-95.

8. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1998.

9. Tanuwidjaya S. Konsep umum tumbuh kembang anak. 2 ed. Jakarta: Sagung Seto; 2005. 10. Thyroid Gland: An Overview. Geneeskunde The Medicine Journal

11. Greenspan FS, Baster JD. Basic and Clinical Endocrinology. 4 ed1994.

12. Unachak K, Tanpaiboon P, Pongprot Y, et al. Thyroid functions in children with Down's syndrome. Medical journal of the Medical Association of Thailand. 2008;91(1):56. 13. Sekundaputra, A. Hubungan Kadar Thyroid Stimulating Hormone (TSH) Darah dengan

Perkembangan Motorik Anak [Thesis], UMY; 2012.

14. Wasant P, Boonyawat B, Tritilanunt S, Vatanavicharn N. Factors influencing development of Down syndrome children in the first three years of life: Siriraj experience. J Med Assoc Thailand. 2008 Jul;91(7):1030-7.

15. Zhu H, et al, Multifactorial analysis of effects of mothers autoimmune thyroid disease on their infants intellectual development. Zhonghua Er Ke Za Zhi. 2005.

16. Susanto, Rudy. Kelainan Tiroid Masa Bayi: Skrining hipotiroidisme neonatal, hipotiroidisme kongenital, dan hipotiroidisme didapat. Thyroidology Update. 2009. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi Semarang.

Gambar

Tabel 2. Aspek perkembangan
Tabel 5. Hasil analisis korelasi status gizi dan perkembangan

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Sumatera Utara... Universitas

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLII-2/W3, 2017 3D Virtual Reconstruction and Visualization of

Tidak hanya itu penyakit OMSK ini juga dapat melibatkan telinga bagian dalam sehingga akan menyebabkan ketulian yang lebih parah yang dikenal sebagai tuli saraf.. Penelitian

Sedangkan nilai koefisien determinasi (R 2 ) pada model regresi kuadratik dan kubik memberikan nilai yang sama yaitu sebesar 0,216 dan pada model regresi linear sebesar 0,148. Hal

Dalam memberikan motivasi kepada masyarakat agar ikut berpartisipasi dalam pembangunan kepala desa selalu bekerja sama dengan berbagai pihak dalam menjalankan perannya

Berita dengan judul “Ini Dia Suami yang Menusuk Istri dan Kakak Iparnya di PA Batam” yang terbit ada Kamis, 11 Juni 2015 pukul 13:50, memiliki isi yang sama persis dengan berita

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen H.M.Zaini Al-Luthfi.MA mata kuliah Hadis Tarbawi yang telah memberikan tugas Makalah