• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMENTASAN TARI LELEGONGAN PADA PIODALAN DI PURA PUSEH DESA PAKRAMAN CULIK KABUPATEN KARANGASEM (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMENTASAN TARI LELEGONGAN PADA PIODALAN DI PURA PUSEH DESA PAKRAMAN CULIK KABUPATEN KARANGASEM (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

28 PEMENTASAN TARI LELEGONGAN PADA PIODALAN DI PURA PUSEH

DESA PAKRAMAN CULIK KABUPATEN KARANGASEM (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

Oleh :

I Komang Mandi Yasa, I Nengah Duija, Luh Dewi Pusparini. Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

komangadii911@gmail.com Abstract

The daily life of Balinese people who are Hindus as if it can not be separated with elements of culture and art. The offerings with the form of offerings with great care in the selection of materials offerings, appear to present expressive symbols with aesthetic taste and artistic arrangement. Many religious ceremonies are performed every year in sacred temples, the atmosphere of art, especially the art of dance, is very prominent. In the art of dance, sacred dance or guardian is a dance performed in a series of ceremonies or yadnya or a series of specific rituals, and the dances are usually purified. In connection with that in the Village Pakraman Culik, District Abang, Karangasem regency has a uniqueness in the ceremony piodalan pura puseh there staging Lelegongan Dance. This dance performance is a manifestation of gratitude towards Ida Sang Hyang Widhi Wasa. There are also problems that will be discussed, among others: (1) Why Leleged Dance staged at piodalan ceremony at pura puseh, (2) Structure of Lempegongan dance performance, (3) Hindu religion values that contained in Lelegongan dance performance, to (1) reveal the background of Lelegongan dance, (2) explain the structure of dance performance of Lelegongan, (3) analyze the values of Hindu religious education contained in Lelegongan dance performance.

The methods used to collect data are non participant observation and structured observation, structured interview, literature. The data collected were analyzed by qualitative descriptive analysis with reduction measures, data presentation and conclusion drawing. The results of this study shows Lelegongan dance is a guardian dance performed on each piodalan in pura puseh as an expression of gratitude before Ida Sang Hyang Widhi Wasa in general and also the Bhatari Bhatari who berstana at pura puseh and Ida Bhatari Danuh who berstana at pura puseh, Performance Lelegongan Dance at the ceremony piodalan Pura Puseh Village Pakraman Culik Abang district Karangasem regency is a dance that is considered sacred. In the staging of the Lelegongan dance there are several ceremonies that must be passed before the dance is performed, the first melasti ceremony or the cleansing ceremony of God's symbol, the second peak of the guardian is the peak ceremony in the ceremony piodalan where in the ceremony of the peak of the guardian was held Lertegongan dance performance , after the stages of Lelegongan dance all villagers of Pakraman Kulik do pray together. Next nganyarin which will end the penyineban ceremony. Educational values contained in the Lelegongan Dance namely (1) The value of Tattwa education is as a form of community belief in Ida Sang Hyang Widhi Wasa,(2) The value of education ethics Susila as a symbol of the behavior of the community during the ceremony piodalan, (3) The value of education ceremony that is as a form Bhakti Pakraman Culik Village community before Ida Sang Hyang Widhi Wasa which in this case poured in rituals with facilities and infrastructure namely with Banten, (4) Aesthetic Value that is as a form of spiritual satisfaction

(2)

29 I. PENDAHULUAN

Perkembangan seni budaya di Bali tidak dapat lepas dari pelaksanaan upacara agama Hindu, bahkan merupakan satu kesatuan yang utuh dan yang tidak dapat dipisahkan karena seni budaya tersebut sepenuhnya dijiwai oleh rasa kebaktian terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga seni budaya bersifat religius. Kehidupan sehari-hari masyarakat Bali yang beragama Hindu seolah-olah tidak dapat dipisahkan dengan unsur kebudayaan dan kesenian. Persembahan tersebut dengan bentuk sesaji dengan penuh kecermatan dalam pemilihan bahan-bahan sesaji, nampak menyajikan symbol-simbol yang bersifat ekspresif dengan rasa estetika dan penataan artistik. Upacara keagamaan yang lebih besar yang banyak dilakukan setiap tahunnya di pura-pura yang sakral, suasana kehadiran seni, khususnya seni tari sangatlah menonjol.

Sebagian besar seni pertunjukan tari atau drama ada hubungannya dengan upacara yadnya. Misalnya tari wali yang memiliki sifat suci, dipertunjukan dalam hubungannya untuk memperkuat kepercayaan dan memformulasikan konsepsi agama mengenai kehidupan manusia Dalam sejarahnya tari wali sebagian besar dikaitkan dengan mitologi agama yang berkembang di daerah tertentu. Mitologi ini mungkin dibuat bersamaan atau sesudah tari wali itu diciptakan atau sebelumnya. Meskipun tarian ini diciptakan manusia, tetapi sudah merupakan konsensus dari masyarakat pendukungnya maka tari wali ini mendapat tempat khusus di hati masyarakat dalam kaitannya dengan keyakinan agama, terutama agama Hindu.

Pada seni tari, tari sakral atau wali adalah tari yang dipentaskan dalam rangkaian suatu upacara atau yadnya atau rangkaian ritual tertentu, dan tarian tersebut biasanya disucikan. Semuanya tidak boleh digunakan sembarangan. Kesakralan juga ada pada Si penari itu sendiri, maupun sarana-sarana yang digunakan. Sehubungan dengan hal tersebut di Desa Pakraman Culik, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem memiliki suatu keunikan dalam upacara piodalan pura puseh terdapat pementasan Tari Lelegongan.

Tari lelegongan merupakan jenis tari wali atau tarian sakral. Pementasan tari ini hanya dipentaskan pada saat piodalan saja. Perbedaan Tari Lelegongan ini dengan tarian yang lainnya dari keunikan yang dapat dilihat dari unsur penarinya yaitu yang menarikan adalah seorang wanita yang sudah menikah. Demikian keunikan ini penulis ingin mengkaji lebih jauh mengenai nilai pendidikan yang ada dalam Tari Lelegongan pada Piodalan di Desa Pakraman Culik, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Hal inilah yang menyebabkan penulis tertarik untuk mengangkatnya ke dalam tulisan ilmiah atau karya tulis ilmiah yang mengambil judul “Pementasan Tari Lelegongan Pada Piodalan Di Pura Puseh Desa Pakraman Culik Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)”.

II. METODE

jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ditunjukan untuk memenuhi fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk melukiskan variable atau kondisi dengan kenyataan yang sebenarnya atau dengan kata lain mengungkapkan sesuatu sesuai dengan yang ada dalam suatu situasi. Adapun lokasi penelitian adalah di Pura Puseh Desa Pakraman Culik Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, yakni dari bulan Mei 2017 sampai Juli 2017.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yakni data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini yang menjadi instrument utama tetaplah peneliti, karena penelitilah yang berperan aktif dalam menentukan validnya sebuah data. Pada penelitian kualitatif penentuan informan yang dipilih secara snowball sampling. Teknik ini dipilih berdasarkan pertimbangan

(3)

30 rasional bahwa informan yang mempunyai data seperti apa yang diharapkan oleh peneliti yang merupakan kunci informan.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam melakukan penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar ada yang ditetapkan . maka dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, seperti : (1) pengamatan (observasi), (2) wawancara (interview), (3) kepustakaan, (4) dokumentasi.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami olleh diri sendiri maupun orang lain.

III. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Culik, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Desa Culik merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Abang yang terletak 6 Kilometer dari Kecamatan Abang, 17 Kilometer dari Kabupaten Karangasem. Desa Culik memiliki 5 Banjar Dinas yaitu (1) Banjar Amertasari, (2) Banjar Buayang, (3) Banjar Geria, (4) Banjar Seloni, (5) Banjar Pekandelan. Adapun batas – batas geografis Desa Culik berdasarkan Demografi Desa Tahun 2016 yaitu :

Sebelah Utara : Desa Pakraman Peselatan Sebelah Selatan : Desa Pakraman Linggawana Sebelah Timur : Desa Pakraman Sega

Sebelah Barat : Desa Pakraman Datah

Jumlah penduduk Desa Culik 4.115 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.036 jiwa dan perempuan 2.079 jiwa dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) 1.127 KK. Dalam proses piodalan ini masyarakat Desa Pakraman Culik melaksanakan suatu prosesi upacara pemujaan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dimana salah satu proses tersebut adalah pementasan Tari Lelegongan. Tari Lelegongan merupakan salah satu tarian sakral yang terdapat dilingkungan masyarakat Hindu yang ada di Bali khususnya terdapat di Desa Pakraman Culik. Dimana tarian ini adalah salah satu persembahan masyarakat Desa Pakraman Culik kepada Tuhan sebagai wujud rasa bhakti dan rasa syukur.

Prosesi pementasan Tari Lelegongan dalam upacara piodalan di pura puseh Desa Pakraman Culik terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat sebelum dilaksanakannya pementasan tari tersebut. Upacara piodalan biasanya dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pakraman Culik selama dua hari dimana rentetan upacara yang dilaksanakan adalah upacara nuur/melasti, Setelah selesainya upacara melasti di sore harinya dilanjutkan dengan upacara puncak wali. Puncak wali Dalam upacara puncak wali ini juga di pentaskan tari Lelegongan sebagai salah satu tari sakral dan sebagai salah satu bentuk pemujaan kehadapan para Bhatara dan Bhatari yang berstana dan dipuja di pura puseh dan diiringi dengan gambelan. Setelah selesai upacara puncak wali dan selesainya dipentaskannya Tari Lelegongan dalam upacara piodalan di Pura Puseh Desa Pakraman Culik adalah pelaksanaan persembahyangan.

Nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalam Tari Lelegongan yakni (1) Nilai pendidikan Tattwa yaitu sebagai wujud keyakinan masyarakat terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa, (2) Nilai pendidikan Etika/Susila yaitu sebagai simbol tingkah laku masyarakat pada saat melaksanakan upacara piodalan, (3) Nilai pendidikan Upacara yaitu sebagai wujud Bhakti masyarakat Desa Pakraman Culik ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang dalam hal ini dituangkan dalam ritual-ritual dengan sarana dan prasarana yakni dengan Banten, (4) Nilai Estetika yaitu sebagai bentuk kepuasan

(4)

31 rohani/jiwa karena keindahan serta nuansa sakral yang menyertai pementasan tari Lelegongan.

IV. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada Bab IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pementasan Tari Lelegongan hanya dilaksanakan pada saat upacara piodalan di pura puseh desa pakraman culik, kecamatan abang, kabupaten karangasem. Tari tersebut merupakan tari sakral dan ditarikan oleh 30 orang dan penari yang boleh menarikan atau yang boleh ngayah dalm pementasan tari lelegongan hanya perempuan yang sudah menikah. Hal ini dikarenakan perempuan yang sudah menikah dianggap sebagai prelambang rerencang Ida Bhatari Danuh yang memberi kesuburan di Desa Pakraman Culik.

2. Struktur pementasan tari lelegongan pada upacara piodalan di pura puseh desa pakraman culik kecamatan abang kabupaten karangasem yang diawali dengan mengaturkan banten sebelum di pentaskannya tari lelegongan, setelah selesai di pentaskannya para penari dan seluruh masyarakat desa pakraman culik melakukan persembahyangan bersama.

3. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat didalam Pementasan Tari Lelegongan pada saat upacara piodalan di pura puseh desa pakraman culik kecamatan abang kabupaten karangasem diantaranya adalah : 1) Nilai Tattwa dimana sebelum di tarikan tari lelegongan para penari menghaturkan banten untuk meminta restu agar pementasan dapat berjalan lancar dan sebagai petunjuk bahwa akan dimulainya tari lelegongan dipentaskan, 2) Nilai Etika dimana penari Lelegongan ini merupakan seorang perempuan yang sudah menikah yang harus menjaga prilaku, pikiran dan perkataan agar tidak mengarah negatif selama dipentaskannya tari lelegongan., 3) Nilai Upacara dimana dalam pementasan tari Lelegongan pada saat piodalan ini memakai sarana upakara (banten), 4) Nilai Estetika yaitu tari Lelegongan ini merupakan tarian yang memakai busana adat kepura dengan kebaya lengan panjang berwarna putih serta gerak tarian yang lemah gemulai yang indah.

DAFTAR PUSTAKA

Artadi, I Ketut. 2009. Kebudayaan Spiritualitas. Denpasar: Pustaka Bali Post.

Ardana, I Gusti Gede, 2001. Pura Khayangan Tiga. Denpasar: Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehidupan Beragama.

Anandakusuma, Sri Reshi. 1986. Kamus Bahasa Bali-Indonesia. Surabaya: CV. Kayu Mas Aging.

Bandem. I Made. 1983. Eksiklopedi Tari Bali. Denpasar: ASTI

Bagus, Loren Margono. 2000. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Bungin, Burhan. 2001. Metode dan Masalah Sosial Pormat-Pormat Kualittif dan Kuantitatif. Surabaya: Aerlangga University Prees.

Dibia, I Wayan, 2012. Selayang Pandang Seni Pertunjukan Bali. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Djelantik, A.A Made. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Gorda, I Gusti Ngurah, 1996. Etika Hindu dan Prilaku Organisasi. Denpasar: PT Widya Karya Gematama

Hartoko, Dick. 1986. Manusia dan Seni. Yogyakarta : Kanisius.

Iqbal, Hasan. 2002. Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Iskandar. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada (gpperss). Kadjeng, I Nyoman dkk.1995. Sarasamuccaya. Paramita: Surabaya

(5)

32 Kutha Ratna, Prof. Dr. Nyoman S.U. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penilitian Sastra,

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kattsof, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Mas Putra, Ny. I Gusti Ayu. 2006. Upakara Yadnya. Pemerintah Provinsi Bali Moleong, Lexy J. 2001. Metode Penelitian , Bandung: Remaja Rosdakarya. Muslimin. 2002. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jakarta: UMM Press. Nasution. 2007. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Pals, Daniel L. 2001. The Seven Theories Of Religion, Yogyakarta : Qalam Putra, I Gusti A. Mas. 1998. Panca Yadnya. Surabaya: Paramitha.

Puniatmaja, 1983. Panca Sradha. Jakarta : Yayasan Dharma Sarathi PHDI. 2001. Upadesa. Denpasar : PHDI Pusat

Ritzer, Goerge. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta; PT. Raja Grafindo Perkasa. Riduan. 2004. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sudarsana, Ida Bagus Putu.1998. Ajaran Agama Hindu Upadesa. Jakarta; Yayasan Dharma Acarya.

Sudarsana, I. K. (2017). THE IMPORTANCE OF MORALS TEACHING IN SHAPING THE STUDENTS’CHARACTERS IN SCHOOL. DAFIS PROCEEDING, 306-315.

Sudarsana, I. K. (2014). Pengembangan Model Pelatihan Upakara Berbasis Nilai Pendidikan Agama Hindu Untuk Meningkatkan Perilaku Kewirausahaan: Studi pada Remaja Putus Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar(Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).

Soehardi, Sigit. 2001. Pengantar Metodelogi Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sumardana, I Ketut. 2013. Acara Agama Hindu. Singaraja

Sura, I Gede. 1993. Pengendalian Diri dan Etika. Jakarta; Hanuman Sakti

Swarsi, 2003. Upacara Tradisional Piodalan Alit di Sanggah/ Merajan, Denpasar: Badan Kebudayaan dan Kepariwisataan Bali.

Titib, I Made. 2003. Teologi dan Simbol-simbol dalam Agama Hindu. Surabaya : Paramita.

Tim Abdi Guru, 2004. Kesenian Untuk SMP Kelas VII, Jakarta: Erlangga.

Tim Penyusun, 2001. Keputusan Seminar Terhadap Tafsir Agama Hindu. Denpasar : Pemerintah Provinsi Bali

Triguna,Yudha. 2003. Estetika Hindu dan Pembangunan Bali. Denpasar; Widya Dharma

Watra, I Wayan. 2006. Pengantar Filsafat Hindu (Tattwa I). Surabaya: Paramita

Wiana, I Ketut. 1997. Cara Belajar Agama Hindu Yang Baik, Denpasar: Yayasan Dharma Naradha.

Windia, P Wayan, 2008. Awig-Awig Desa Pakraman Denpasar. Denpasar : Tanpa Penerbit

Wahana, Paulus. Drs. 1993. Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Kanisius.

Wardani, 2012. Pementasan Tari Legong Sambeh Bintang Pada Upacara Ngusaba Desa di Pura Desa Banjar Bangle Desa Bunutan Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem (Kajian Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu); Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Widarsana, 2012. Pementasan Tari Baris Ketekok Jago Dalam Upacara Pitra Yadnya di Desa Pakraman Tembawu Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar : Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Yudabakti, I Made & Watra I Wayan. 2007. Filsafat Seni Sakral dalam Kebudayaan Bali. Surabaya : Paramita.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap seluruh siswa MTs Madani Alauddin Pao-Pao Kabupaten Gowa yang berjumlah 50 siswa, maka penulis dapat

Rangkap 2: Penyajak melepaskan anak dara suntinya untuk mengenali kehidupan yang banyak dugaan dan cabaran serta memerlukan pertimbangan akal yang waras.. Rangkap 3:

Aspal cair (cut back asphalt), adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan dingin yang merupakan campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari hasil penyulingan

Dari metode perhitungan gerhana tersebut penulis tertarik untuk lebih mengetahui dan menganalisa algoritma hisab gerhana Matahari dalam buku Mekanika Benda Langit

Penelitian Bashori Alwi, Penentuan Gerhana Bulan dengan Program Aplikasi Berbasis VSOP87 dan ELP2000 , tesis ini menjelaskan mengenai penentuan gerhana Bulan

Dari beberapa penelitian yang telah ada, para peneliti tersebut membahas tentang metode hisab gerhana Matahari, meski penelitian hisab gerhana Matahari masih

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penentuan awal waktu utama (fadhilah) salat pada aplikasi android Islamicastro sudah

Hasil uji F dalam penelitian ini menyatakan bahwa Harga Minyak Dunia (X1), Inflasi (X2), dan Nilai Tukar (X3) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan