• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP/BANGUNAN GEDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP/BANGUNAN GEDUNG"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Tukang Taman Pada Bangunan Gedung

PENERAPAN PROSEDUR K3

F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BUKU INFORMASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG ARSITEKTUR

(2)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 1

BAB I KATA PENGANTAR ... 3

1.1. KONSEP DASAR PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI ... 3

1.2. PENJELASAN MATERI PELATIHAN ... 3

1.3. PENGAKUAN KOMPETENSI TERKINI (RCC) ... 5

1.4. PENGERTIAN-PENGERTIAN/ISTILAH ... 5

BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 7

2.1. PETA PAKET PELATIHAN ... 7

2.2. PENGERTIAN UNIT STANDAR KOMPETENSI ... 7

2.3. UNIT KOMPETENSI KERJA YANG DIPELAJARI ... 8

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ... 13

3.1. STRATEGI PELATIHAN ... 13

3.2. METODE PELATIHAN ... 14

BAB IV

PENERAPAN PROSEDUR K3

... 15

4.1. UMUM ... 15

4.2. PERALATAN & BAHAN YANG TEKAIT DENGAN K3 ... 15

4.2.1 Indentifikasi Alat Pelindung Diri (APD) tukang taman ... 15

4.2.2 Perlengkapan P3K... 17

4.2.3 Rambu-rambu keselamatan kerja ... 19

4.2.4 Fungsi kerja peralatan APD dan kelengkapan K3 ... 22

4.3. PENGGUNAAN APD SESUAI DENGAN STANDAR ... 24

4.3.1 Cara penggunaan APD ... 24

4.4. PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA ... 26

4.4.1 Kelengkapan isi kotak P3K dan batas kadaluarsa ... 28

4.4.2 Penggunaan obat-obatan & kelengkapan P3K ... 30

4.4.3 Pemeliharaan alat P3K ... 31

(3)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BAB V SUMBER-SUMBER YANG

DIPERLUKAN

UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETENSI ... 32

5.1 SUMBER DAYA MANUSIA ... 32

5.2 SUMBER-SUMBER PERPUSTAKAAN ... 33

(4)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BAB I

PENGANTAR

1.1. KONSEP DASAR PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi

Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.

1.1.2 Kompeten ditempat kerja

Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1.2. PENJELASAN MATERI PELATIHAN 1.2.1 Desain Materi Pelatihan

Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/mandiri:

1. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. 2. Pelatihan individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta

dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

1.2.2 Isi Materi Pelatihan 1. Buku Informasi

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan

2. Buku Kerja

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual/mandiri.

(5)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi

b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan

c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja

3. Buku Penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi:

a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan

b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan

c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan

d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja e. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek

f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan

1.2.3 Penerapan Materi Pelatihan

1. Pada pelatihan klasikal, instruktur akan:

a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.

d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.

2. Pada Pelatihan individual/mandiri, peserta pelatihan akan:

a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

(6)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

1.3. PENGAKUAN KOMPETENSI TERKINI

1.3.1 Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC)

Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

1.3.2 Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena telah:

1. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau

2. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan

keterampilan yang sama.

1.4. PENGERTIAN-PENGERTIAN/ISTILAH 1.4.1 Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

1.4.2 Standarisasi

Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

1.4.3 Penilaian/Uji Kompetensi

Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

1.4.4 Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

(7)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

1.4.5 Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan.

1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

1.4.7 Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4.9 Sertifikat Kompetensi

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

1.4.10 Sertifikasi Kompetensi

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/atau internasional.

(8)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2.1. PETA PAKET PELATIHAN

Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Tukang Taman Pada Bangunan Gedung yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Menerapkan Prosedur K3, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasi dari materi pelatihan lainnya yaitu:

2.1.1 Menerapkan prosedur K3

2.1.2 Melakukan komunikasi dengan rekan kerja di lingkungan sosial yang beragam 2.1.3 Melakukan pekerjaan persiapan lahan

2.1.4 Melakukan pekerjaan pengolahan lahan

2.1.5 Melakukan pekerjaan penanaman pada lahan kerja 2.1.6 Melakukan pekerjaan perapihan dan penyiraman

2.2. PENGERTIAN UNIT STANDAR KOMPETENSI 2.2.1 Unit Kompetensi

Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas/pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu.

2.2.2 Unit kompetensi yang akan dipelajari

Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah “Penerapan Prosedur K3”.

2.2.3 Durasi/waktu pelatihan

Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.

2.2.4 Kesempatan untuk menjadi kompeten

Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan.

(9)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2.3 UNIT KOMPETENSI KERJA YANG DIPELAJARI

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat:

1. Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. 2. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. 3. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

4. Menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.

2.3.1 Kemampuan Awal

Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan ini adalah: tidak ada -2.3.2 Judul Unit: Menerapkan Prosedur K3 2.3.3 Kode Unit: F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01 2.3.4 Deskripsi Unit

Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan serta sikap perilaku yang diperlukan untuk menerapkan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

(10)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyiapkan jenis peralatan dan bahan yang terkait dengan K3

1.1 Alat Pelindung Diri diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan pekerjaan tukang taman.

1.2 Kelengkapan P3K diidentifikasi sesuai dengan persyaratan K3.

1.3 Rambu-rambu keselamatan kerja disiapkan sesuai dengan persyaratan K3.

1.4 Fungsi kerja peralatan APD dan perlengkapan K3 diperiksa sesuai dengan manual.

2. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai standar K3

2.1 Sepatu boot, safety helmet dan alat pelindung lain dipakai selama melakukan pekerjaan.

2.2 Masker dan sarung tangan dipakai sesuai dengan kondisi kerja.

3. Memeriksa dan memelihara perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja

3.1 Kotak P3K diperiksa kelengkapan isi dan batas kadaluarsanya.

3.2 Obat-obat dan kelengkapan P3K digunakan sesuai keperluan.

3.3 Semua perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja dipelihara dengan baik.

3.4 Catatan penerapan prosedur K3 dibuat dengan menggunakan format dan prosedur sesuai SOP.

BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel

1.1 Unit kompetensi ini diterapkan dalam kelompok kerja pada pelaksanaan pekerjaan pembuatan taman pada bangunan gedung oleh Tukang Taman

1.2 Alat Pelindung Diri (APD), P3K dan perlengkapan kerja digunakan sesuai dengan kebutuhan pada waktu melaksanakan pekerjaan di lapangan

1.3 Alat Pelindung Diri (APD), P3K dan perlengkapan kerja dipelihara dengan baik sejak pekerjaan berlangsung hingga selesai

2. Perlengkapan yang dibutuhkan.

2.1 Alat Pelindung Diri (APD) yang harus disediakan antara lain: 2.1.1 Sepatu kerja

(11)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2.1.3 Sarung tangan (gloves) 2.1.4 Masker hidung

2.1.5 Jas hujan

2.1.6 Alat Pelindung Diri lain yang dipergunakan untuk pekerjaan taman.

2.2 Alat Pengaman Kerja (APK) antara lain: 2.2.1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

2.2.2. Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

3. Tugas-tugas yang harus dilakukan

3.1 Menyiapkan jenis peralatan dan bahan yang terkait dengan K3 3.2 Memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai standar K3

3.3 Memeriksa dan memelihara perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja

4. Peraturan-peraturan yang diperlukan

4.1. Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi 4.2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 4.3. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

4.4. Peraturan Menteri terkait yang berlaku tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum atau peraturan penggantinya

PANDUAN PENILAIAN 1. Kondisi Penilaian

Kondisi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.

Metode uji antara lain: 1.1 Wawancara

1.2 Menggunakan alat peraga 1.3 Praktek di tempat kerja

(12)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2. Keterkaitan dengan unit lain:

2.1 Unit kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya: 2.1.1

2.2 Kaitan dengan unit lain

2.2.1. F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 02 Melakukan komunikasi dengan rekan kerja di lingkungan sosial yang beragam

2.2.2. F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 03 Melakukan pekerjaan persiapan lahan 2.2.3. F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 04 Melakukan pekerjaan pengolahan lahan

2.2.4. F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 05 Melakukan pekerjaan penanaman pada lahan kerja

2.2.5. F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 06 Melakukan pekerjaan perapihan dan penyiraman

3. Pengetahuan yang dibutuhkan

3.1. Prosedur penerapan K3 dan lingkungan

3.2. Jenis dan fungsi Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman Kerja (APK) 3.3. Pengendalian bahaya dan risiko kecelakaan kerja

4 Keterampilan yang dibutuhkan

4.1 Keterampilan dalam mengidentifikasi potensi bahaya/kecelakaan kerja 4.2 Keterampilan dalam mengendalikan bahaya/resiko kecelakaan kerja 4.3 Penerapan ketentuan pencegah pencemaran lingkungan di tempat kerja

5 Aspek kritis yang harus diperhatikan

5.1 Kemampuan mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko kecelakaan kerja di tempat kerja

5.2 Kemampuan dalam mentaati prosedur/ketentuan K3 untuk mengendalikan bahaya/ resiko kecelakaan kerja

5.3 Kemampuan dalam membina kedisiplinan pemakaian APD sesuai dengan ketentuan K3 5.4 Kemampuan untuk melakukan tindakan penanggulangan kecelakaan kerja bila terjadi

(13)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

KUNCI KOMPETENSI

NO. KOMPETENSI KUNCI TINGKAT

1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi

1

2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 1 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1

6. Memecahkan masalah 1

(14)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. STRATEGI PELATIHAN

Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan/Perencanaan

1. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti.

2. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

3. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

4. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran

1. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.

2. Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek

1. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya

2. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan

3.1.4 Implementasi

1. Menerapkan pelatihan kerja yang aman

2. Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek 3. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh

(15)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

3.1.5 Penilaian

Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan

3.2. METODE PELATIHAN

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan

3.2.1 Belajar secara mandiri

Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2 Belajar Berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

(16)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BAB IV

PENERAPAN PROSEDUR K3

4.1 UMUM

A. Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan dimulai umumnya didahului dengan penyusunan rencana kerja, agar pelaksanaan pekerjaaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

B. Selanjutnya perlu dipertimbangkan beberapa hal, antara lain: pendataan, persyaratan kerja, jenis kegiatan dan kuantitas pekerjaan.

4.2 PERALATAN & BAHAN YANG TEKAIT DENGAN K3

Peralatan dan bahan yang terkait dengan K3 berfungsi untuk mencegah diri dari kecelakaan kerja agar tidak mengelami cedera yang serius. Dalam rangka menghindarkan dan memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja, maka tenaga kerja perlu melengkapi dirinya dengan Alat Pelindung Diri yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang ditekuninya serta persyaratan yang berlaku.

4.2.1 Indentifikasi Alat Pelindung Diri (APD) tukang taman

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat akan melaksanakan kegiatan/pekerjaan taman, maka terlebih dahulu perlu melakukan identifikasi kebutuhan APD yang akan digunakan oleh seorang tukang taman. Adapun kebutuhan APD yang perlu diidentifikasi oleh seorang tukang taman meliputi:

1) Sepatu Kerja

Sepatu kerja digunakan untuk melindungi kaki dari luka akibat terjepit, terkena benda-benda tajam, kejatuhan benda-benda keras dan sejenisnya. Penggunaan sepatu juga harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

(17)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2) Helm (safety helmet)

Helm (safety helmet) sangat berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda-benda yang mungkin jatuh.

3) Sarung Tangan

Sarung tangan digunakan untuk melindungi kulit tangan dari luka, batu-batu tajam.

Sarung tangan biasanya dibuat dari: kulit, karet, plastik, kain dan benang

Gbr. 4.3 Sarung tangan

4) Baju Kerja/Rompi

Baju kerja berfungsi untuk melindungi bagian badan dari percikan benda-benda yang mungkin mengenai badan saat bekerja.

Baju kerja bisa dibuat dari bahan kain biasa, kain tidak tembus air (water proof), plastik atau kulit tergantung jenis pekerjaan yang akan dilakukan.

Gbr. 4.4 Baju Kerja/Rompi

(18)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

5) Penutup Hidung (Masker)

Penutup hidung (masker) digunakan pada saat bekerja pada daerah yang berdebu atau yang mengandung unsur kimia seperti debu semen yang dapat menimbulkan gangguan pada pernafasan. Sehingga perlu dipilih masker yang cocok dan memenuhi standar yang berlaku.

Gbr. 4.5 Penutup Hidung ( Masker )

6) Kacamata

Kacamata harus digunakan pada saat seorang tukang taman bekerja didekat aktivitas pekerjaan-pekerjaan khusus seperti: membabat rumput.

Gbr. 4.6 Contoh Kacamata

4.2.2 Perlengkapan P3K

Perlengkapan K-3 merupakan perlengkapan standar yang harus disediakan di dalam suatu organisasi pelaksanaan konstruksi, terutama konstruksi dalam lingkup pekerjaan tukang. Para personil yang terlibat juga harus dibekali dengan pengetahuan perlengkapan K-3, sehingga diharapkan pada pelaksanaannya para personil tersebut mampu melakukan pemeriksaan perlengkapan K-3 yang pada akhirnya akan sangat bermanfaat jika terjadi adanya kecelakaan kerja.

P3K atau kependekan dari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, secara harafiah adalah usaha-usaha pertolongan awal yang dilakukan terhadap korban suatu kecelakaan, dalam hal ini Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja. Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang tukang taman tentang P3K di tempat dia bekerja adalah sebagai berikut:

1. Apakah kotak P3K tersedia ditempat kerja? 2. Jika tersedia dimanakah kotak P3K diletakkan?

(19)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

4. Apakah kotak P3K dilengkapi dengan kunci?

5. Siapakah yang perlu dihubungi apabila kita akan menggunakan kotak P3K?

Sebagai pekerja tukang taman yang terlibat dalam suatu organisasi kegiatan pembuatan taman, dimana masalah dan kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan kerja cukup besar, sangatlah baik jika dibekali dengan ilmu mengenai kelengkapan yang terdapat di dalam kotak P3K. Hal-hal yang perlu diperiksa sebagai kelengkapan kotak P3K adalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah yang terdapat di dalam kotak P3K? 2. Obat apa saja yang terdapat di dalam kotak P3K?

3. Apakah dalam kotak P3K terdapat obat yang diperlukan untuk mengobati luka karena sebab tertentu misal, luka gores?

4. Apakah dalam kotak P3K terdapat obat untuk mengobati penderita sakit kepala, sakit perut/diare dan sebagainya?

5. Apakah dalam kotak P3K terdapat peralatan yang diperlukan untuk membalut luka?

Suatu obat, biasanya disertai masa berlaku atau masa kadaluarsanya atau expired

date, untuk itulah seluruh personil tukang taman yang terlibat dalam suatu proyek

sebaiknya mengetahui kondisi obat-obatan atau perlengkapan kotak P3K. Dalam hal kadaluarsa obat-obatan dapat diperiksa menurut keadaan sebagai berikut: 1. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya dengan melihat tanggal kadaluarsa

yang biasanya diterakan pada kemasan obat tersebut.

2. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan warna. 3. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan rasa. 4. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan baunya.

5. Jika menemukan obat-obatan yang sudah mendekati atau melewati masa kadaluarsanya segera hubungi dan laporkan kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap kotak P3K beserta kelengkapannya.

Dalam melakukan pekerjaan, tukang taman harus mengetahui isi kotak P3K. Sebenarnya tidak ada pedoman baku mengenai barang atau obat apa saja yang harus ada di dalam kotak P3K, namun daftar berikut ini bisa dijadikan patokan

(20)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

1. Kassa steril 2. Plester perekat

3. Perban berperekat berbagai ukuran 4. Perban elastis

5. Tissue antiseptic 6. Sabun

7. Salep/ Krim Antibiotik

8. Cairan Antiseptic (misalnya cairan hydrogen peroksida) 9. Salep/Krim yang mengandung hidrokortison 1%

10. Obat pereda nyeri (misalnya paracetamol/ ibuprofen)

11. Obat-obatan resep dokter yang biasa digunakan oleh anggota keluarga 12. Pinset

13. Gunting tajam 14. Peniti

15. Lotion yang mengandung calamine 16. Kapas beralkohol

17. Alkohol 70% 18. Termometer badan 19. Sarung tangan karet

20. Senter dengan baterai tambahan

21. Daftar nomor telepon untuk keadaan darurat 22. Buku petunjuk cara memberikan P3K

4.2.3 Rambu-rambu keselamatan kerja

Ditempat kerja perlu dilakukan pemasangan rambu-rambu seperti rambu-rambu tanda larangan, rambu-rambu tanda perintah, rambu-rambu tanda aman yang memberi peringatan kepada para pekerja untuk tidak melakukan sesuatu sesuai dengan simbol yang ada pada rambu-rambu tersebut.

(21)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

A. Rambu-rambu Tanda Larangan 1. Tanda dilarang masuk

Tanda di samping kanan adalah peringatan dilarang memasuki ruangan atau lokasi pekerjaan dimana tanda ini dipasang.

Tanda seperti ini biasanya dipasang pada daerah yang dapat mengakibatkan kecelakaan atau alasan keamanan lainnya.

2. Tanda dilarang merokok

Tanda di samping adalah peringatan dilarang merokok di sekitar ruangan atau lokasi pekerjaan dimana tanda ini dipasang.

Tanda seperti ini biasanya dipasang pada daerah dimana disimpan benda-benda yang mudah terbakar atau ruangan yang dipasang perangkat penyejuk udara (AC).

3. Tanda dilarang menyalakan api

Tanda di samping adalah peringatan dilarang menyalakan api di sekitar ruangan atau lokasi pekerjaan dimana tanda ini dipasang.

Tanda seperti ini biasanya dipasang pada lokasi atau ruangan dengan benda-benda yang mudah terbakar.

B. Rambu-rambu Tanda Perintah

1. Tanda perintah menggunakan baju kerja

Tanda perintah menggunakan baju kerja dipasang hanya pada tempat kerja yang memang memerlukan baju kerja khusus, seperti: bengkel las, jalan raya, laboratorium kimia atau bekerja pada kondisi hujan.

Bentuknya pun tidak ada yang standar tergantung tempat dan kondisi kerjanya.

Gbr. 4.7 Dilarang Masuk Gbr. 4.8 Dilarang Merokok Gbr. 4.9 Dilarang Menyalakan Api

(22)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2. Tanda perintah menggunakan penutup telinga

Tanda seperti ini biasanya dipasang di lokasi pekerjaan dengan suara yang sangat bising sehingga mengganggu pendengaran. Jika kita bekerja di sekitar lokasi dimana tanda ini dipasang, maka kita harus mengenakan penutup telinga.

3. Tanda perintah menggunakan sarung tangan

Tanda seperti ini biasanya dipasang di laboratorium kimia, di tempat pekerjaan dengan mesin gerinda, mesin amplas atau tempat lain yang dianggap perlu. Jika bekerja di sekitar lokasi dimana tanda ini dipasang, maka kita harus mengenakan sarung tangan.

4. Tanda perintah menggunakan penutup hidung (masker)

Tanda seperti gambar di samping biasanya dipasang di laboratorium kimia, atau di lokasi pekerjaan yang penuh dengan debu semen. Jika bekerja di sekitar lokasi dimana tanda ini dipasang, maka kita harus mengenakan penutup hidung (masker) supaya debu tidak terhisap ke dalam paru-paru kita.

5. Tanda perintah menggunakan helm (safety helmet).

Tanda perintah menggunakan helm (safety helmet) biasanya dipasang di lokasi pekerjaan yang berbahaya atau rawan tertimpa benda jatuh, seperti pada pembangunan gedung bertingkat atau galian tanah dengan kedalaman lebih dari 1 meter.

6. Tanda perintah menggunakan sepatu kerja.

Tanda perintah menggunakan sepatu kerja biasanya dipasang di lokasi pekerjaan yang bisa mengakibatkan luka pada kaki.

Gbr. 4.11 Wajib Pakai Penutup Telinga Gbr. 4.15 Wajib Gbr. 4.12 Wajib Pakai Sarung Tangan Gbr. 4.13 Wajib Pakai Masker Gbr. 4.14 Wajib Pakai Helm

(23)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

C. Rambu-rambu Tanda Aman

1. Tanda fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

Tanda fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) seperti gambar di samping menginformasikan kepada kita tempat untuk melakukan P3K atau tempat perlengkapan P3K.

Di proyek konstruksi tanda ini biasanya dipasang di area terbuka khusus atau di dalam ruang kantor proyek (direksi keet).

2. Tanda lokasi telepon darurat

Di proyek konstruksi tanda lokasi telepon darurat dipasang di dekat area telepon umum, maksudnya adalah supaya siapa pun mudah menghubungi unsur-unsur terkait jika terjadi kecelakaan di lokasi proyek.

4.2.4 Fungsi kerja peralatan APD dan kelengkapan K3

Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (Standars Operation Procedure) wajib dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan keselamatan kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja. Pedoman dari ILO (International Labour Organization) menerangkan bahwa kesehatan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Pedoman itu antara lain:

a. Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja.

b. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.

c. Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para pekerja.

Alat keselamatan kerja yang biasanya dipakai oleh tenaga kerja adalah helm (safety

helmet), masker, kacamata, tergantung pada profesinya.

Gbr. 4.16 Fasilitas P3K

Gbr. 4.17 Lokasi Telepon Darurat

(24)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

Biasanya, keselamatan merujuk kepada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik. Tujuan utama program keselamatan yang efektif dalam organisasi adalah mencegah luka dan kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Tujuan keamanan adalah melindungi karyawan dan fasilitas organisasional. Keamanan dalam suatu pekerjaan ditandai dengan adanya kesempurnaan dalam lingkungan kerja, alat kerja, dan bahan kerja yang dikendalikan oleh sebuah sistem manajemen yang baik.

Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, antara lain:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

2. Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

3. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;

4. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

5. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu, kelembaban, debu, dll;

6. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikhis, peracunan, infeksi dan penularan;

7. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai; 8. Mendapatkan suhu dan lembab udara yang baik; 9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup; 10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

11. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;

12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau batang;

13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang;

15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya.

(25)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

Pada pelaksanaan konstruksi sebuah pekerja, para pekerja yang terlibat akan menghadapi kemungkinan timbulnya permasalahan yang berhubungan dengan keselamatan diri sendiri akibat kecelakaan kerja, hal ini tentunya perlu dihindari oleh berbagai pihak karena jika hal ini terjadi, maka bisa dipastikan berbagai pihak tersebut akan mengalami kerugian baik itu kerugian material maupun non material. Oleh sebab itu penyediaan dan penggunaan Alat Pelindung Diri atau APD merupakan hal yang sangat penting agar resiko-resiko yang mungkin timbul akibat kecelakaan kerja dapat diminimalisir atau bahkan ditiadakan. Alat pelindung diri tersebut harus sesuai standar dan wajib digunakan oleh semua pekerja yang terlibat pada pekerjaan tersebut.

4.3.1 Cara penggunaan APD

Peralatan pelindung diri untuk pekerja pada dasarnya mempunyai masalah tersendiri. Rendahnya motivasi dari pihak pekerja untuk menggunakan peralatan itu hendaknya diimbangi dengan kesungguhan manajemen menerapkan aturan pengggunaan peralatan itu. Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui oleh tukang taman cara menggunakan Alat Pelindung Diri (APD):

1. Cara menggunakan sepatu kerja (safety shoes):

a. Ambil sepatu sebelah kanan, masukkan kaki kanan kita, lakukan hal yang sama dengan sepatu sebelah kiri.

b. Sepatu kerja (safety shoes) harus dipakai di kaki sesuai standar dan ikatkan tali sepatu secara kuat namun mudah untuk dilepas.

c. Untuk karakteristik bidang injak gunakan jenis sepatu kerja (safety shoes) yang sesuai.

d. Gunakan selalu kaos kaki agar kulit kaki tidak mengalami kontak langsung dengan bagian dalam sepatu kerja (safety shoes).

e. Sepatu kerja (safety shoes) harus sudah digunakan semenjak mulai masuk ke area pekerjaan.

2. Cara menggunakan helm (safety helmet ):

a. Buka dulu tali pengikat helm (safety helmet), pasang di kepala, pasang tali pengikat helm (safety helmet), tali pengikat tidak boleh terlalu kencang maupun kendor, agar nyaman dipakai dan berfungsi dengan baik.

(26)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

3. Cara menggunakan sarung tangan lapangan:

Buka sarung tangan, masukkan tangan kita sampai seluruh sarung tangan membungkus tangan kita, kerjakan satu persatu boleh tangan kanan atau tangan kiri terlebih dahulu.

4. Cara menggunakan baju kerja:

Cara memakai baju kerja sesuai aturan dapat diuraikan sebagai berikut: a. Baju kerja harus sesuai standar

b. Baju kerja harus dikenakan secara rapi oleh tukang taman.

c. Baju kerja harus dikenakan oleh tukang taman semenjak mulai masuk ke area proyek.

d. Segala atribut atau perlengkapan yang sudah ditetapkan harus melekat pada pakaian harus tetap dipasang misal: Nama Personil, Nama Bagian atau Departemen dan sebagainya.

e. Jadwal penggunaan jenis baju kerja harus dipatuhi.

5. Cara menggunakan penutup hidung/masker:

Memakai masker sesuai standar yang berlaku dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Gunakan masker sesaat sebelum memasuki area yang mewajibkan penggunaan masker.

b. Segera ikatkan tali masker sesuai prosedur.

c. Akan lebih baik masker tersebut selalu dibawa oleh seorang tukang taman sebagai perlengkapan standar.

6. Cara menggunakan kacamata:

Memakai kaca mata sesuai standar yang berlaku dapat dilakukan sebagai

berikut:

a. Gunakan kacamata sesaat sebelum memasuki area yang mewajibkan penggunaan kacamata.

b. Segera ikatkan tali kacamata sesuai prosedur.

c. Akan lebih baik kacamata tersebut selalu dibawa oleh seorang tukang taman sebagai perlengkapan standar.

(27)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diperlukan terdiri dari 2 bagian pokok yaitu: Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman Kerja (APK). Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat pengaman diri yang digunakan dalam bekerja pada pekerjaan konstruksi, agar kita terhindar dari kecelakaan kerja, maupun penyakit akibat kerja.

Pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan yang sangat penting dan perlu dikuasai minimal adalah cara:

1. Melakukan pernapasan buatan

Bila pernapasan penderita terhenti, maka dapat diatasi dengan memberikan pernapasan buatan dari mulut ke mulut dengan cara:

a. Membuka mulut penderita dengan jari untuk menghindarkan hambatan dari mulut b. Memegang tengkuk atau leher penderita dengan hati-hati dan menelentangkannya

sambil kepalanya ditekan ke bawah

c. Menekan sudut rahangnya ke depan dari belakang untuk meyakinkan bahwa lidahnya terjulur dan jalan napasnya bebas

d. Membuka mulut kita lebar-lebar sambil menarik napas dalam-dalam. Pijit lubang hidung penderita dan tempelkan mulut kita ke mulutnya kemudian tiup dengan keras ke dalam paru-parunya sampai penuh. Lepaskan mulut kita dan perhatikan gerakan si penderita. Ulangi tiupan sampai si penderita bernapas kembali.

Pernapasan buatan dari mulut ke mulut ini bisa diikuti dengan pijitan jantung dengan cara:

a. Berlutut di samping penderita dekat dada penderita

b. Meletakkan tangan kanan pada tulang rusuk/dada penderita c. Menumpangkan tangan kiri di atas tangan kanan

d. Menekan kedua tangan dengan kuat ke depan sedemikian rupa sehingga berat badan menekan si penderita kira-kira 5 cm (tidak boleh lebih dari 5 cm)

e. Mengulangi pijitan sampai lima kali selang satu detik

Pernapasan buatan dilakukan berganti-ganti, yakni satu kali tiupan lima kali pijitan jantung, sampai dokter datang. Pernapasan buatan dapat dilakukan oleh satu orang atau dua orang (satu orang melakukan tiupan, satu orang melakukan pijitan).

2. Menghentikan pendarahan

(28)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

akan segera berhenti jika bagian anggota sebelah atas yang berdarah ditekan selama kurang lebih lima menit atau lebih sedikit. Berikut ini adalah cara menghentikan pendarahan akibat luka:

a. Baringkan penderita dengan kepala bersandar

b. Angkat bagian yang luka sehingga rata dengan badan (jika memungkinkan)

c. Tempelkan kain yang bersih pada lukanya, kemudian tekan sampai darahnya membeku

3. Mengatasi penderita pingsan

Pingsan ialah keadaan tidak sadarkan diri untuk beberapa waktu, karena jantung seketika menjadi lemah sehingga darah yang mengalir ke otak berkurang akibat terlalu letih atau bekerja pada tempat yang panas.

Cara mengatasi penderita pingsan adalah:

a. Baringkan penderita dengan bagian kepala lebih rendah, agar darah yang mengalir ke otaknya lebih banyak

b. Buka atau longgarkan baju penderita c. Gosok kaki dan tangannya

d. Rendam kakinya dalam air hangat (suam kuku) e. Setelah siuman beri minum air hangat

f. Biarkan istirahat

4. Mengangkat dan memindahkan penderita

Mengangkat orang yang luka parah atau sakit berat harus dalam keadaan berbaring dan badannya tidak boleh terkulai. Pengangkatan dilakukan oleh dua orang dengan menggunakan usungan (brancar).

Memindahkan penderita ke atas usungan (brancar) harus dilakukan oleh tiga orang, dengan cara seperti berikut:

a. Berlutut pada bagian kepala, badan dan kaki penderita

b. Mengangkat penderita perlahan-lahan dan hati-hati secara bersamaan c. Menarik badan penderita dalam posisi miring

d. Menarik kaki kanan ke belakang dan berlutut bersama-sama kemudian membaringkan penderita di atas usungan (brancar) dengan hati-hati

(29)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

Jika penderita tidak terlalu parah dapat dipapah oleh dua orang dengan cara seperti berikut:

a. Berdiri pada bagian kiri dan kanan penderita

b. Membelitkan tangan kiri dan tangan kanannya pada bahu kita

c. Memegang tangan penderita dengan satu tangan dan tangan lainnya memegang pinggang penderita

d. Berjalan memapah penderita dengan perlahan dan hati-hati. Pada saat memapah kaki diatur agar tidak beradu dengan kaki penderita sehingga tidak saling mengganggu

e. Beristirahat, jika penderita menghendakinya

5. Penyelidikan sebab-sebab terjadinya kecelakaan

Sebagai penanggung jawab pekerjaan, sebelum melaporkan kejadian kecelakaan terlebih dahulu harus menyelidiki sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan tersebut. Prosedur penyelidikan yang harus dilakukan adalah seperti berikut:

a. Mendatangi tempat/lokasi terjadinya kecelakaan

b. Mengumpulkan data tentang terjadinya kecelakaan dengan cara bertanya kepada saksi-saksi yang melihat kejadian, meliputi:

1. Waktu kejadian

2. Jenis pekerjaan yang sedang dilakukan/dilaksanakan 3. Jumlah dan jabatan/posisi orang yang melakukan pekerjaan 4. Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan

5. Jenis dan penggunaan perlengkapan keselamatan kerja 6. Jenis dan cara menempatkan bahan-bahan yang digunakan

4.4.1 Kelengkapan isi kotak P3K dan batas kadaluarsa

Perlengkapan K-3 merupakan perlengkapan standar yang harus disediakan di dalam suatu organisasi pelaksanaan konstruksi, Para personil yang terlibat juga harus dibekali dengan pengetahuan perlengkapan K-3, sehingga diharapkan pada pelaksanaannya para personil tersebut mampu melakukan pemeriksaan perlengkapan K-3 yang pada akhirnya akan sangat bermanfaat jika terjadi adanya kecelakaan kerja.

(30)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

suatu kecelakaan, dalam hal ini Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja. Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang tukang taman tentang P3K di tempat dia bekerja adalah sebagai berikut:

a Apakah kotak P3K tersedia ditempat kerja? b Jika tersedia dimanakah kotak P3K diletakkan?

c Apakah kotak P3K mudah dicapai mengingat fungsinya yang darurat/

emergency?

d Apakah kotak P3K dilengkapi dengan kunci?

e Siapakah yang perlu dihubungi apabila kita akan menggunakan kotak P3K?

Dalam melakukan pekerjaan, tukang taman harus mengetahui isi kotak P3K. Sebenarnya tidak ada pedoman baku mengenai barang atau obat apa saja yang harus ada di dalam kotak P3K, namun daftar berikut ini bisa dijadikan patokan sederhana untuk mengisi dengan barang atau obat apa saja yang harus ada dalam kotak P3K ini.

1. Kassa steril 2. Plester perekat

3. Perban berperekat berbagai ukuran 4. Perban elastis

5. Tissue antiseptic 6. Sabun

7. Salep/ Krim Antibiotik

8. Cairan Antiseptic (misalnya cairan hydrogen peroksida) 9. Salep/Krim yang mengandung hidrokortison 1%

10. Obat pereda nyeri (misalnya paracetamol/ ibuprofen)

11. Obat-obatan resep dokter yang biasa digunakan oleh anggota keluarga 12. Pinset

13. Gunting tajam 14. Peniti

15. Lotion yang mengandung calamine 16. Kapas beralkohol

17. Alkohol 70% 18. Termometer badan 19. Sarung tangan karet

(31)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

21. Daftar nomor telepon untuk keadaan darurat 22. Buku petunjuk cara memberikan P3K

4.4.2 Penggunaan obat-obatan & kelengkapan P3K

Suatu obat, biasanya disertai masa berlaku atau masa kadaluarsanya atau expired

date, untuk itulah seluruh personil-personil yang terlibat dalam suatu proyek

sebaiknya mengetahui kondisi obat-obatan atau perlengkapan kotak P3K. Dalam hal kadaluarsa obat-obatan dapat diperiksa menurut keadaan sebagai berikut: a Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya dengan melihat tanggal kadaluarsa

yang biasanya diterakan pada kemasan obat tersebut.

b Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan warna. c Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan rasa. d Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan baunya.

e Jika menemukan obat-obatan yang sudah mendekati atau melewati masa kadaluarsanya segera hubungi dan laporkan kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap kotak P3K beserta kelengkapannya.

Sebagai tukang taman yang terlibat dalam suatu organisasi pembangunan suatu taman, dimana masalah dan kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan kerja cukup besar, sangatlah baik jika dibekali dengan ilmu mengenai kelengkapan yang terdapat di dalam kotak P3K. Hal-hal yang perlu diperiksa sebagai kelengkapan kotak P3K adalah sebagai berikut:

a Apa sajakah yang terdapat didalam kotak P3K? b Obat apa saja yang terdapat di dalam kotak P3K?

c Apakah dalam kotak P3K terdapat obat yang diperlukan untuk mengobati luka karena sebab tertentu misal, luka gores?

d Apakah dalam kotak P3k terdapat obat untuk mengobati penderita sakit kepala, sakit perut/diare dan sebagainya?

e Apakah dalam kotak P3K terdapat peralatan yang diperlukan untuk membalut luka?

f Apakah perlengkapan P3K dilengkapi dengan peralatan untuk pertolongan pertama pada penderita patah tulang?

(32)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

P3K atau kependekan dari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, secara harafiah adalah usaha-usaha pertolongan awal yang dilakukan terhadap korban suatu kecelakaan, dalam hal ini Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja. Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang tukang taman tentang P3K di tempat dia bekerja adalah sebagai berikut:

a. Apakah kotak P3K tersedia ditempat kerja b. Jika tersedia dimanakah kotak P3K diletakkan

c. Apakah kotak P3K mudah dicapai mengingat fungsinya yang darurat/

emergency

d. Apakah kotak P3K dilengkapi dengan kunci

e. Siapakah yang perlu dihubungi apabila kita akan menggunakan kotak P3K

4.4.4 Prosedur penggunaan K3

Penggunaan K-3 pada umumnya sudah dilengkapi dengan standar-standar penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar pihak-pihak yang terkait langsung dengan penggunaan perlengkapan K-3 dapat menerapkan penggunaan K-3 sesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku. Peralatan-peralatan yang digunakan juga sudah lazim digunakan sehingga diharapkan pada pelaksanaannya di lapangan penggunaan perlengkapan-perlengkapan K-3 sesuai standar tidak mengalami banyak kendala.

(33)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK

PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1. SUMBER DAYA MANUSIA 5.1.1 Pelatih

Pelatih/ instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran pelatih adalah untuk:

a. Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.

b. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar.

c. Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.

d. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.

e. Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.

f. Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.

5.1.2 Penilai

Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan:

a. Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan peserta.

b. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta.

c. Mencatat pencapaian/perolehan peserta.

5.1.3 Teman kerja/sesama peserta pelatihan

Teman kerja/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.

(34)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

5.2. SUMBER-SUMBER KEPUSTAKAAN (BUKU INFORMASI)

Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan materi pelatihan ini.

Sumber-sumber tersebut dapat meliputi:

1. Buku referensi (text book)/ buku manual servis. 2. Lembar kerja.

3. Diagram-diagram, gambar. 4. Contoh tugas kerja

5. Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.

Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi.

Prinsip-prinsip dalam Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training) mendorong kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu unit kompetensi tertentu dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber alternative lain yang lebih baik atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar ini tidak tersedia/ tidak ada.

Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan:

A. Santosa, Gempur, Dr.,Drs.,M.Kes., Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, September 2004.

B. Suardi, Rudi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penerbit PPM, Jakarta, 2005.

C. , Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja

dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: Kep.174/Men/86 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

D. , Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor

(35)

Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

5.3 DAFTAR PERALATAN/ MESIN DAN BAHAN 5.3.1 Peralatan yang digunakan:

1. Alat Pengaman Kerja (APK). 2. Alat Pelindung Diri (APD).

5.3.2 Bahan yang dibutuhkan:

Referensi

Dokumen terkait

fumlah calon penyedia yang mendaftar sebanyak 15 (lima belasJ perusahaan,. antara lain

Optimalisasi penyuluhan pemanfaatan buah kelapa menjadi Virgin Coconut Oil (VCO) kepada Kelompok Tani Putri Wana Segara, Dusun Kutapang Kangin, Desa Batununggul

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil analisis didapatkan nilai OR dari variabel Ruang Dinas Melati Bawah adalah 24,2 artinya perawat yang berada di Ruang Dinas Melati Bawah

Hasil dari penelitian ini adalah berupa program pendukung keputusan untuk rekomendasi pemilihan gadget terbaik, yang diimplementasikan dalam sistem berbasis website

Kedua variabel bebas tersebut yakni ketrampilan manajerial kepala sekolah (X2) dan peran komite (X2) dapat menerangkan pengaruhnya secara bersama-sama terhadap efektivitas MBS

Pembahasan Perdes Laporan Pertanggungjawaban APBDes Tahun Anggaran 2018 untuk diterbitkannya SK Persetujuan BPD terhadap Perdes Laporan Pertanggungjawaban APBDes Tahun Anggaran 2019

Orang-orang yang sesat yang memiliki pemahaman tidak sesuai dengan ajaran agama islam yang benar sudah pasti akan menjadi penghuni neraka.. Jangan

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar, 2013