• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. peneliti menggunakan gaya bahasa guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. peneliti menggunakan gaya bahasa guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pada pendahuluan akan dipaparkan beberapa hal yang melatarbelakangi peneliti menggunakan gaya bahasa guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas X SMK Muhammadiyah 2 Malang. Berikut ini dapat dipaparkan beberapa hal yang melatarbelakangi peneliti menggunakan gaya bahasa guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas X SMK Muhammadiyah 2 Malang.

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia. Didalam kehidupan bermasyarakat, sebenarnya manusia dapat menggunakan alat komunikasi lain, selain bahasa. Namun, tampaknya bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik, paling sempurna, dibandingkan alat-alat komunikasi lain. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan (Chaer dan Leony Agustina, 2010: 11).

Tidak hanya dalam kehidupan bermasyarakat, didalam lingkungan sekolah juga terjadi interaksi antara seorang guru dengan peserta didik. Setiap masing-masing guru memiliki gaya bahasa yang berbeda antara guru yang satu dengan yang lainya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Gaya bahasa tersebut tercermin dari bagaimana seorang guru berinteraksi dengan peserta didiknya.

(2)

Posisi gaya bahasa yang digunakan oleh guru kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar yaitu guru berusaha menyampaikan sesuatu hal yang disebut “pesan” dengan gaya bahasa yang digunakan. Sebaliknya dalam kegiatan belajar mengajar siswa juga berusaha memperoleh sesuatu hal. Pesan atau sesuatu hal tersebut dapat berupa pengetahuan, wawasan, dan keterampilan. Peranan guru dalam kegiatan pembelajaran secara individual adalah sebagai fasilitas pembimbing belajar, peran guru dalam pembelajaran secara kelompok adalah sebagai pembimbing belajar dan peranan guru dalam pembelajaran secara klasikal adalah sebagai guru pengajar yang mendidik (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 170-171).

Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan gaya. Kata gaya diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka gaya lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Akhirnya gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa (Keraf, 2009: 112-113).

Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya bahasa yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas yaitu faktor interaksi sosial, tidak jarang seorang guru menemukan bahwa apa yang di sampaikan kepada peserta didik tidak dapat dipahami dengan baik dikarenakan, perbedaan usia, pendidikan, dan pengetahuan. Gaya bahasa sebagai alat komunikasi lisan yang dapat menciptakan kesalahpahaman atau salah mengerti, salah tanggap, namun bahasa

(3)

lisan ada nilai positifnya, yaitu dapat mengklarifikasikan kesalahpahaman yang terjadi. Gaya bahasa dapat dikatakan sebagai merefleksikan sistem yang logis, dan masuk akal. Gaya bahasa sebagai suatu sistem simbol atau lambang dapat berubah berkaitan dengan ide, perasaan, pengalaman, peristiwa, dan fenomena lainnya yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas (Kamal, 2013).

Menurut Yuwono dalam Sultan (2012), interaksi pembelajaran merupakan salah satu wujud wacana lisan yang bersifat interaksional.Wacana pembelajaran ditandai oleh adanya interaksi timbal balik antara guru dengan peserta didik. Wacana interaksional bercirikan adanya tanggapan timbal balik dari penutur dan mitra tutur. Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut: menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri, memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik, mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah, dan menilai pelaksanaan kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 14-15).

Menurut Rogers praktik pendidikan pada tahun 1960-an menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktik tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran (Dimyati dan Mudjiono,2006: 16). Interaksi belajar mengajar pada kenyataanya masih sama seperti dulu,banyak guru yang mendominasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar,walaupun banyak juga sekolah yang sudah menggunakan teknologi yang semakin maju. Dalam hal ini peserta didik memilih sendiri metode belajarnya,akan tetapi interaksi dalam kelas masih tetap saja terkesan membosankan,kurang nyaman, dan kurang efisien. Adanya pendapat tersebut

(4)

pada kenyataannya bukan lagi permasalahan teknologi yang digunakan dalam proses belajar mengajar akan tetapi kembali lagi pada peran masing-masing guru dalam interaksi proses belajar mengajar di kelas antara guru dan peserta didikdibutuhkan gaya bahasa yang bisa memberikan motivasi peserta didik demi peran sosialnya didalam lingkungan masyarakat. Pemanfaatan gaya bahasa juga sangat berpengaruh dalam lingkungan masyarakat karena dengan adanya gaya bahasa baik dan benar, seseorang dapat berinteraksi degan baik tanpa menyakiti perasaan orang lain. Dalam hal ini berlaku juga oleh seorang guru dalam pembelajaran siswa di kelas.

Guru dalam kegiatan pembelajaran harus mempunyai empat kompetensi dasar yang harus dimiliki. Pertama, kompetensi pedagogik meliputi pemahaman tentang peserta didik, perancangan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Mampu menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar yang mendidik. Mampu

mengembangkan kurikulum (Silabus dan RPP), mempunyai program

pengembangan potensi peserta didik, mempunyai komunikasi dengan peserta didik, mampu menilai dan mengevaluasi. Kedua, kompetensi kepribadian seorang guru mempunyai kepribadian yang beraklak mulia, arif, berwibawa, mampu menjadi teladan bagi perserta didik. Ketiga, kompetensi sosial kemampuan guru dalam berkomunikasi, berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Seorang guru juga harus bersikap inklusif, objektif, dan tidak diskriminatif. Keempat, kompetensi professional dimana seorang guru memiliki kemampuan penugasan materi

(5)

pelajaran yang luas dan mendalam. Menguasai substansi, struktur dan metode keilmuan yang terkait bidang studi (Ulfah,2012).

Penelitian tentang gaya bahasa juga pernah dilakukan oleh Mustakin dengan judul “Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Guru dalam Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Negeri 3 Cilacap”dan judul “Analisis Penggunaan Gaya Bahasa dalam Cerpen “Terima Kasih, Bu Tuti!” oleh Rianto. Kedua Penelitian dan penelitian ini memiliki kesamaan dalam hal penggunaan gayabahasa. Dalam hal ini perbedaan penelitian pertama dan penelitian ini adalah penelitian pertama yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan adanya jenis gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang terdapat kegiatan pembelajaran gaya bahasa klimaks dan gaya bahasa repitisi.Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terdapat dalam tuturan guru dan tujuan gaya bahasa yang dituturkan guru didalam kegiatan pembelajaran, sedangkan penelitian ini peneliti menunjukkan jenis gaya bahasa, makna gaya bahasa, dan sendi gaya bahasa guru dalam interaksi belajar mengajar (Satrio, 2012).

Adapun perbedaan penelitian kedua dengan penelitian ini adalah penelitian kedua menunjukkan penggunaan majas dalam cerpen “Terima Kasih, Bu Tuti!” karya Dharwis Khudori. Jumlah ragam penggunaan gaya bahasa yang terdiri dari: (a) majas perbandingan, (b) majas pertentangan, (c) majas sindiran dan (d) majas penegasan, sedangkan penelitian ini peneliti menunjukkan jenis gaya bahasa, makna gaya bahasa, dan sendi gaya bahasa guru dalam interaksi belajar mengajar. Dengan demikian, penelitian ini diberi judul “Analisis Gaya Bahasa Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 2 Malang”. Alasan Peneliti mengangkat judul ini dianggap menarik karena banyak siswa yang

(6)

merasa bosan di kelas, kurang nyaman dan kurang efisien dikarenakan mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang dianggap paling mudah, sehingga banyak siswa yang memandang sebelah mata pelajaran Bahasa Indonesia, dalam hal ini dibutuhkan gaya bahasa guru yang dapat memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga tercipta suasana yang nyaman, efisien, dan tidak membosankan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Penelitian dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Malang dikarenakan peneliti lebih mengenal karakter guru dan peserta didik dalam lingkungan sekolah yang diharapkan dapat menunjukkan gaya bahasa yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas, sehingga dapat menunjukkanjenis gaya bahasa meliputi: segi nonbahasa, segi bahasa. Makna gaya bahasa meliputi: macam-macam makna yang terdiri dari makna denotatif dan konotatif. Sendi gaya bahasa meliputi: kejujuran, sopan-santun, dan menarik. Guruberada pada posisi mengontrol, sedangkan siswa dalam posisi dikontrol.

1.2 Fokus Masalah

Penelitian ini difokuskan pada gaya bahasa guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMK Muhammadiyah 2 Malang. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia karena banyak siswa yang menganggap mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang paling mudah, sehingga banyak siswa yang memandang sebelah mata pelajaran Bahasa Indonesia, dalam hal ini dibutuhkan gaya bahasa guru yang dapat memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga tercipta suasana yang nyaman, efisien, dan tidak membosankan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas.

(7)

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.Bagaimanakah jenisgaya bahasa guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 2 Malang?

b. Bagaimanakah maknagaya bahasa guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 2 Malang?

c. Bagaimanakah sendigaya bahasa guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 2 Malang?

1.4Tujuan

Tujuan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan jenisgaya bahasa guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 2 Malang.

b. Mendeskripsikan maknabahasa guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 2 Malang.

c. Mendeskripsikan sendi gaya bahasa guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 2 Malang.

1.5 Manfaat

Manfaat dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perkembangan tentang gaya bahasa guru dalam kegiatan pembelajaran. Secara teoretis, penelitian ini

(8)

memberikan masukan dalammenganalisis jenis,makna dan sendigaya bahasa dengan keterlibatan dominasi guru terhadap peserta didik di dalam pembelajaran. 1.5.2 Praktis

Bagi guru, penelitian ini memberikan masukan tentang penggunaan gaya bahasa dalam pembelajaran sehingga dapat lebih memaksimalkan hasil belajar siswa. Selain itu, menjadi rujukan dalam membangun interaksi dengan peserta didik untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan menambah pengetahuan serta pemahaman tentang jenis gaya bahasa, makna gaya bahasa maupun sendi gaya bahasadalam interaksi pembelajaran.

1.6Definisi Operasional

a. Gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadianpemakai bahasa.(Keraf, 2009: 112-113).

b. Jenis gaya bahasa merupakan macam-macam pengelompokkan, penggolongan, pengategorian yang mempunyai ciri,sifat,dan keturunan yang khusus (Suryanto, 2012)

c. Makna gaya bahasa merupakan sesuatu yang mengandung arti dalam suatu kalimat atau kata.

d. Sendi merupakan peralihan bermakna dari segmen fonologis ke segmen fonologis yang lain atau segmen fonologis kesenyapan, baik yang terbuka maupun yang tertutup (Gandhi, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

(1) menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan; (2) menentukan bobot

Masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan menggunakan metode Linear Scaling, dimana dalam perhitungan centralitydipengaruhi oleh jarak node tersebut yang

Untuk maksud tersebut, bersama ini kami kirimkan daftar isian terlampir untuk diisi dan mohon segera dikirim kembali melalui email kreativitas.belmawa@qmait.com paling

Jika Anda ingin menonaktifkan audio panel belakang (hanya didukung bila mengguna- kan modul audio panel depan HD), lihat Bab 5, “Mengkonfigurasi Audio 2/4/5.1/7.1 Kanal”. •

Analisis situasi disini dilakukan dengan memperhatikan faktor SWOT (strenght, weakness, opportunity, dan threads) yang ada pada situasi sebelum menentukan strategi

tidak cukup didalam satu silinder karena katup atau gasket bocor, atau cincin torak yang macet atau patah. Penemuan dari penyebab yang tepat dan perbaikannya sangat penting

Sebagaimana kita tau pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang

Meningkatnya jumlah ibu rumahtangga yang bekerja di luar rumah ditandai dengan terbukanya kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki untuk memperoleh pendidikan