• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN MACAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN MACAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) Oleh:"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN MACAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS

(Zea mays saccharata)

Oleh:

Suharsanto,Mohamad Ihsan, dan Srie Juli Rachmawatie

Mahasiswa Fak. Teknik, Sains, dan Pertanian UNIBA Surakarta Dosen Fak. Teknik, Sains, dan Pertanian UNIBA Surakarta

E-mail: ajasanto402@gmail.com

ABSTRACT

The research aimed to know the best kind and dosage of organic fertilizer treatment toward growth and yield of sweet corn plant (Zea mays saccharata). The research was conducted in August – November 2019, in the District of Keling, Jepara Regency, Province Central of Java at about + 37 meters above sea level. This study use a Completely Randomized Design (CRD) factorial consisting of two treatments and three times replication. The first factor was kind of organic fertilizer/ manure treatment (P) that were: P1(cow manure), P2 (goat manure), and P3 (chicken manure). The second factor was dosage of organic fertilizer consisting of three levels that were: dosage of manure 2,5 tons/ha (R1), dosage of manure 5,0 tons/ha (R2), and dosage of manure 7,5 tons/ha (R3). From the research can be concluded that application kind of organic fertilizer was very significant influence for the height of plant and length of cob, but not significant for number of leaves, weight of cob, and weight of cob with corned per plot of sweet corn. The best manure was cow manure (P1). The dosage of organic fertilizer treatment was significant influence for height of plant and weight of cob but not for number of leaves, length of cob and weight of cob with corned per plot. The best dosage was 5,0 tons/ha (D2). There is no interaction relationship between kind of organic fertilizer and the dosage for all parameters observed. The best treatment combinationwas application of cow manure at dosage 5,0 tons/ha (P1D2) which gave weight of cob with corned 3,20 kg per plot of sweet corn.

Key word: dosage, organic fertilizer, sweet corn

Pendahuluan

Jagung telah dibudidayakan di Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan) sekitar 8.000 sampai 10.000 tahun yang lalu. Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Tanaman jagung secara spesifik merupakan tanaman pangan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Jagung dimanfaatkan oleh masyarakat dalam berbagai bentuk

(2)

penyajian seperti: tepung jagung (maizena), minyak jagung, bahan pangan, serta sebagai pakan ternak dan lain-lainnya.

Jagung manis (sweet corn) sangat disukai dalam bentuk jagung rebus atau bakar (Derna, 2007). Budidaya jagung manis berpeluang memberikan untung yang tinggi bila diusahakan secara efektif dan efisien (Sudarsana, 2000).Jagung manis mengandung kadar gula yang relatif tinggi. Ciri dari jenis ini adalah bila masak bijinya menjadi keriput dan bermanfaat sebagai bahan makanan, makanan ternak, bahan baku pengisi obat dan lain-lain (Harizamrry, 2007).

Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal apabila unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan.Lingga dan Marsono (2001) menyatakan bahwa pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman.Nihayati dan Damhuri (2004) mengemukakan agar pertumbuhan tanaman baik, maka diperlukan pemberian pupuk yang memadai.

Pupuk terbagi menjadi dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (Rahmi dan Jumiati, 2003).Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).Pupuk organik merupakan salah satu pendukung terwujudnya pertanian organik. Secara umum pertanian organik dapat diartikan menjadi dua yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan pertanian organik dalam arti luas. Dalam pengertian sempit pertanian organik merupakan pola pertanian yang bebas dari bahan-bahan kimia, mulai dari perlakuan benih, penggunaan pupuk dan pestisida, sampai perlakuan hasil panen. Pertanian organik dalam arti luas adalah kombinasi penggunaan produk organik (seperti pupuk organik dengan pestisida nabati) dengan bahan kimia pada batas-batas tertentu. Dengan demikian pertanian organik dalam arti luas merupakan pendekatan pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan melalui pemupukan yang seimbang.

Pupuk organik padat adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik dengan hasil akhir berbentuk padat. Pemakaian pupuk organik pada umumnya dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah tanpa perlu dilarutkan dalam air.Pupuk organik padat dimasukkan dalam 3 kategori yaitu: 1). berdasarkan bahan penyusunnya maka pupuk organik merupakan pupuk alam, 2). berdasarkan cara pemberiannya termasuk dalam pupuk akar karena pemberian haranya melalui akar, dan 3). berdasarkan kandungan pupuk organik termasuk pupuk majemuk dan pupuk lengkap karena kandungan haranya lebih dari satu unsur makro (N, P, K) dan unsur mikro seperti Ca, Fe, dan Mg(Ismawati. M, 2003). Pupuk organik selain berfungsi sebagai pemberi unsur hara, juga sebagai penambah bahan organik di dalam tanah.

Pupuk organik padat yang turun-temurun dipakai oleh petani di Indonesia adalah pupuk organik konvensional. Pupuk tersebut diperoleh dari sebagian besar kotoran hewan ternak sejenis mamalia (sapi,

(3)

kambing, babi dan kuda), unggas (ayam), dan sebagian dari kompos.Pupuk organik konvensional yang berasal dari pupuk kandang yang dipakai selama ini hanya melalui proses pengumpulan kotoran hewan ternak, kemudian ditumpuk selama 1 – 3 bulan untuk proses pematangan, bahkan, terkadang proses pematangan dilakukan di dalam kandang dengan cara dibiarkan selama 1 – 2 bulan sebelum dipakai. Begitu pula dengan kompos yang berasal dari sampah - sampah atau limbah - limbah padat hanya melalui pengomposan selama 1 – 3 bulan tanpa ada proses tambahan sebelum diberikan kepada tanaman.

Untuk mendukung konsep pertanian organik, maka dibutuhkan salah satu komponen pendukung agar kegiatan budidaya secara organik dapat berlangsung dengan baik.Komponen tersebut adalah pupuk organik padat.Pupuk organik padat memiliki peran yang sangat bersar dalam mengembalikan kesuburan tanah, terutama berkaitan dengan sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan sifat biologi tanah.

Tanaman membutuhkan bahan organik untuk mendapatkan energi dan pertumbuhannya. Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya.Fungsi hara tidak dapat digantikan oleh unsur lain (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Metode Penelitian

Tempat dan waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 sampai bulan Nopember 2019 di Jepara, Kecamatan Keling, dengan ketinggian +37 m di atas permukaan laut.

Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: benih jagung manis bisi sweet, pupuk organik padat, pupuk N, P, dan K (sebagai pupuk dasar), Fungisida Mantab M-45, Insektisida Sevin 85 SP, air, serta bahan-bahan lain yang diperlukan dalam penelitian.Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, babat, gembor, meteran, gunting, papan sampel, timbangan, kalkulator, alat tulis dan peralatan lain yang diperlukan dalam penelitian.Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAKL) faktorial dengan 2 faktor perlakuaan. Faktor pertama adalah macam pupuk organik (P)yang terdiri tiga macam: P1(Pupuk kandang sapi), P2 (Pupuk kandang kambing), dan P3 (Pupuk kandang ayam).Faktor kedua berupa dosis pupuk organik(D) terdiri atas 3 taraf :D1 (2.5 ton /ha), D2(5.0 ton /ha), dan D3 (7.5 ton /ha). Aplikasi Pupuk Organik Padat (POP) dilakukan setelah tanam

sebelum panen dengan dosis sesuai perlakuan. Pupuk dasar N, P, K diberikan dengan dosis Urea = 400 kg/ha-¹, SP 36 = 383 kg/ha-¹, KCl =100 kg/ha-¹ pada saat tanam dan 4 (empat) minggu setelah tanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat dengan cara tugal disamping kanan tanaman dengan jarak 5 cm, kedalaman 7 cm.Perubahan yang diamati pada penelitian ini adalah:tinggi tanaman, jumlah daun, panjang tongkol, berattongkol, danhasil per galangan/ petak.Untuk mengetahui pengaruh dari masing masing perlakuan,dilakukan dengan analisis ragam dengan uji F pada taraf 5 % dan 1 %, yang dilanjutkan dengan Uji Duncan pada taraf 5 % untuk masing masing perlakuan yang berbeda nyata.

(4)

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian kajian macam dan dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays saccharata) disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter pertumbuhan jagung manis

Parameter Dosis pupuk organik (D)

Macam pupuk organik (P)

Rata-rata P1 P2 P3 Tinggi tanaman (cm) D1 D2 D3 155,67b 187,67a 154,33b 153,00bc 143,67cd 141,33d 141,67d 158,33b 156,67b 150,11b 163,22a 150,78b Rata-rata 165,89a 146,00c 152,22b Jumlah daun D1 D2 D3 6,67 10,00 8,00 9,00 7,67 7,67 8,67 8,33 7,67 8,11a 8,67a 7,78a

Rata-rata 8,22a 8,11a 8,22a

Keterangan: rata-rata perlakuan yang diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %

Berdasarkan hasil sidik ragam, diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian macam pupuk organik dalam hal ini perbedaan pada macam pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan perlakuan dosis pupuk organik berpengaruh nyata. Selain itu ternyata terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan macam pupuk organik dengan dosis pupuk organik pada parameter tinggi tanaman jagung manis.Berdasarkan hasil Uji jarak berganda Duncan’s 5 % pada, diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang sapi (P1) memberikan hasil tertinggi pada rata-rata tinggi tanaman yaitu sebesar 165,89 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk kandang ayam (P3) dan juga pupuk kandang kambing (P2) dengan hasil rata-rata tinggi tanaman terendah yaitu 146,00 cm.Juga diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian dosis pupuk organik sebanyak 5,0 ton/ha (D2) memberikan hasil tertinggi pada rata-rata tinggi tanaman jagung manis yaitu sebesar 163,22 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk organik dengan dosis 7,5 ton/ha (D3) dan dosis pupuk organik 2,5 ton/ha (D1) dengan hasil rata-rata tinggi tanaman terendah yaitu 150,11 cm. Hasil ini menunjukkan pemberian pupuk organik sebanyak 5,0 ton/ha merupakan ukuran takaran yang ideal agar tanaman jagung manis dapat tumbuh secara baik.

Hasil uji jarak berganda Duncan pada tabel 1 juga menunjukkan bahwa interaksi antara pengaruh perlakuan macam pupuk organik dengan dosis pemberian pupuk organik terhadap rata-rata tinggi tanaman jagung manis diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan P1D2 (pemberian

(5)

pupuk kandang sapi sebanyak 5,0 ton/ha) dengan tinggi tanaman yaitu sebesar 187,67 cm. yang berbeda nyata dengan hasil tinggi tanaman di bawahnya, sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada kombinasi perlakuan P2D3 (pemberian pupuk kandang kambing dengan dosis 7,5 ton/ha) yaitu 141,33 cm. Rata-rata jumlah daun terbanyak diperoleh pada kombinasi perlakuan P1D2 (Pemberian pupuk kandang sapi sebanyak 5,0 ton/ha) dan tanaman dengan jumlah daun terendah terdapat pada kombinasi perlakuan P1D1 (Pemberian pupuk kandang sapi sebanyak 2,5 ton/ha). Hasil ini menunjukkan pupuk kandang sapi lebih baik dibandingkan pupuk kandang kambing maupun ayam terutama untuk pertumbuhan jumlah

daun tanaman jagung manis.Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian macam pupuk organik dan perlakuan dosisnya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Adanya pengaruh perlakuan yang tidak nyata ini diduga karena jumlah daun pada tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor genetis daripada pengaruh lingkungan tumbuhnya. Pemberian macam pupuk kandang yang berbeda maupun dosisnya yang berbeda, tidak mampu mendorong tanaman untuk membentuk daun dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan kemampuan genetisnya.

Data yang disajikan pada tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata panjang tongkol tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan P1D2 (Pemberian pupuk kandang sapi sebanyak 5,0 ton/ha) yaitu sebesar 28,00 cm, dan tanaman dengan rata-rata panjang tongkol terendah terdapat pada kombinasi perlakuan P3D1 (Pemberian pupuk kandang ayam sebanyak 2,5 ton/ha) yaitu dengan panjang tongkol rata-rata 19,00 cm.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter hasil tanaman jagung manis

Parameter Dosis pupuk organik (D)

Macam pupuk organik (P) Rata-rata

P1 P2 P3 Panjang tongkol (cm) D1 D2 D3 24,33a 28,00a 24,00a 21.33a 20,00a 22,33a 19,00a 22,67a 21,33a 21,56a 23,56a 22,56a Rata-rata 25,44a 21,22b 21,00b

Berat tongkol per tanaman (g) D1 D2 D3 150,00a 198,00a 173,67a 140,00a 180,33a 159,00a 165,33a 164,67a 150,33a 151,78c 181,00a 161,00b Rata-rata 173,89a 159,78a 160,11a

Berat tongkol berkelobot per petak (kg) D1 D2 D3 2,70a 3,20a 3,13a 2,93a 3,07a 2,80a 2,67a 2,73a 2,77a 2,77a 3,00a 2,90a

Rata-rata 3,01a 2,93a 2,72a

Keterangan: rata-rata perlakuan yang diikuti huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5 %

(6)

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian macam pupuk organik dalam berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tongkol tanaman jagung manis, sedangkan perlakuan dosis pupuk organik tidak berpengaruh nyata. Selain itu juga tidak terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan macam pupuk organik dengan dosis pupuk organik pada parameter panjang tongkol tanaman jagung manis. Data di atas menunjukkan adanya perbedaan sifat diantara ketiga macam pupuk kandang yang diuji, sehingga panjang tongkol terpengaruh kepada macam pupuk kandang yang diberikan pada tanaman jagung manis tersebut.

Perlakuan pemberian pupuk kandang sapi (P1) memberikan hasil tertinggi pada rata-rata panjang tongkol yaitu sebesar 25,44 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk kandang kambing (P2) dan juga pupuk kandang ayam (P3) dengan hasil rata-rata tinggi tanaman terendah yaitu 21,00 cm. Pupuk kandang ayam memberikan hasil yang terendah karena pupuk ini kaya dengan kandungan nitrogen dibandingkan dengan dua macam pupuk kandang yang lain. Unsur nitrogen di dalam tanah memiliki mobilitas yang tinggi sehingga mudah cepat hilang dari daerah perakaran.Dengan demikian karena tanaman jagung memiliki umur pertumbuhan yang cukup panjang, kebutuhan tanaman menjadi terganggu sehingga buah yang terbentuk lebih kecil ukurannya.

Rata-rata berat tongkol tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan P1D2 (Pemberian pupuk kandang sapi sebanyak 5,0 ton/ha) yaitu sebesar 198,00 g, dan tanaman dengan rata-rata berat tongkol terendah terdapat pada kombinasi perlakuan P2D1 (Pemberian pupuk kandang kambing sebanyak 2,5 ton/ha) yaitu dengan berat tongkol rata-rata 140,00 g. Perlakuan pemberian macam pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap berat tongkol tanaman jagung manis, sedangkan perlakuan dosis pupuk organik berpengaruh nyata. Juga tidak terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan macam pupuk organik dengan dosis pupuk organik pada parameter berat tongkol tanaman jagung manis.Hasil ini menunjukkan bahwa perbedaan dosis yang diberikan memberikan pengaruh terhadap berat tongkol yang dihasilkan oleh tanaman jagung manis. Perbedaan dosis erat kaitannya dengan jumlah hara tersedia yang diberikan selain mempengaruhi kepada perubahan sifat kimia yang lain, sifat biologi serta sifat fisika tanah.

Pemberian dosis pupuk organik sebanyak 5,0 ton/ha (D2) memberikan hasil tertinggi pada rata-rata berat tongkol tanaman jagung manis yaitu sebesar 181,00 g yang berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk organik dengan dosis 7,5 ton/ha (D3) dan dosis pupuk organik 2,5

(7)

ton/ha (D1) dengan hasil rata-rata tinggi tanaman terendah yaitu 151,78 g. Pada pemberian pupuk organik dengan dosis terendah, tanaman mengalami kekurangan nutrisi sehingga fotosintat yang terbentuk dari hasil fotosintesis juga berkurang. Dengan demikian cadangan makanan yang disimpan di dalam biji juga sedikit sehingga berat tongkol yang dihasilkan rendah.

Dari tabel juga tampak bahwa rata-rata berat tongkol berkelobot per petak tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan P1D2 (Pemberian pupuk kandang sapi sebanyak 5,0 ton/ha) yaitu sebesar 3,20 kg, dan tanaman dengan rata-rata berat tongkol berkelobot per petak terendah terdapat pada kombinasi perlakuan P3D1 (Pemberian pupuk kandang ayam sebanyak 2,5 ton/ha) yaitu dengan berat tongkol berkelobot per petak rata-rata 2,67 kg.Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian macam pupuk organik danperlakuan dosis pupuk organik tidak berpengaruh nyata. Juga tidak terdapat interaksi yang nyata antara perlakuan macam pupuk organik dengan dosis pupuk organik pada parameter berat tongkol berkelobot tanaman jagung manis per petak.

Gambar 1.

Pengaruh macam dan dosis pupuk organik terhadap berat tongkol per tanaman jagung manis

Keterangan:P1D1 : Pupuk kandang sapi, 2,5 ton/ha; P1D2: Pupuk kandang sapi, 5,0ton/ha;

P1D3 : Pupuk kandang sapi, 7,5 ton/ha; P2D1: Pupuk kandang kambing, 2,5 ton/ha; P2D2: Pupuk kandang kambing, 5,0ton/ha; P2D3 : Pupuk kandang kambing, 7,5 ton/ha; P3D1: Pupuk kandang ayam, 2,5 ton/ha; P3D2: Pupuk kandang ayam, 5,0 ton/ha; P3D3: Pupuk kandang ayam, 7,5 ton/ha

(8)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian macam pupuk organik secara umum berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan panjang tongkol, walau tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, berat tongkol maupun berat tongkol berkelobot per petak tanaman jagung manis. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara ketiga macam pupuk organik yang diuji terhadap tanaman jagung manis. Pupuk kandang sangat bergantung kepada banyak faktor yang diantaranya adalah: jenis ternak, umur ternak, makanan, dsb. Jenis ternak sangat berpengaruh terutama terhadap pola dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh ternak, sistem pencernaan, juga bentuk kotoran padat ternak. Dari hasil percobaan di atas diperoleh hasil bahwa penggunaan kotoran ternak sapi lebih cocok untuk tanaman jagung manis. Hal ini terbukti bahwa pada kesemua parameter pengamatan yang dilakukan, pupuk kandang sapi memberikan hasil yang terbaik. Diduga bahwa pupuk kandang sapi yang lebih lambat terurai dibandingkan pupuk kandang kambing dan ayam, dapat mencukupi kebutuhan tanaman jagung manis pada periode pertumbuhannya.

Perlakuan dosis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan berat tongkol, tetapi tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun, panjang tongkol dan berat tongkol berkelobot per petak tanaman jagung. Pengertian dosis menunjukkan banyaknya bahan yang diberikan pada satuan luasan atau satuan lain. Pada percobaan ini ternyata pemberian dosis 5,0 ton/ha untuk tanaman jagung manis lebih baik dibandingkan dengan dosis pemberian 2,5 ton/ha ataupun 7,5 ton/ha. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang harus tepat ukurannya.Jika terlampau sedikit, maka respon tanaman tidak begitu tinggi.Sebaliknya jika terlampau banyak, hasil tanaman justru dapat tertekan. Hal ini diduga bahwa pada takaran yang tinggi kelembaban air di wilayah perakaran akan mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhan dan hasilnya justru akan menurun.

Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa antara perlakuan pemberian macam pupuk organik dengan dosisnya tidak berinteraksi secara nyata.Hal ini tampak pada semua parameter tanaman yang diamati tidak ada yang berbeda nyata. Ini menunjukkan bahwa antara perlakuan macam dengan dosis pupuk organik tidak ada keterkaitan dalam mempengaruhi parameter-parameter tanaman jagung manis yang diamati.

Kesimpulan

(9)

1. Perlakuan macam pupuk organik berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan panjang tongkol, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, berat tongkol maupun berat tongkol berkelobot per petak tanaman jagung manis.2.Perlakuan macam pupuk organik terbaik adalah pupuk kandang sapi (P1).

2. Perlakuan dosis pupuk organik mempengaruhi tinggi tanaman dan berat tongkol, tetapi tidak berpengaruh pada jumlah daun, panjang tongkol dan berat tongkol berkelobot per petak tanaman jagung.

3. Perlakuan dosis pupuk kandang terbaik adalah sebayak 5,0 ton/ha (D2).Kombinasi perlakuan yang terbaik adalah pemberian pupuk kandang sapi sebanyak 5 ton/ha (P1D2), yang memberikan berat tongkol berkelobot per petak sebanyak 3,20 kg.

Daftar Pustaka

Derna,H. 2007. Jagung manis. Diakses di http://www.scribd.com/doc/38158723/jagung manis-no4.pdf, tanggal 18 September 2019.

Harizamrry. 2007. Artikel Jagung Manis. Diakses di http://harizamrry.com/2007/…/Tanaman-Jagung-Manis-Sweet-Corn.

Ismawati. 2003. Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lingga, P., Marsono, 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nihayati dan Damhuri.2004. Pengaruh Porasi dan Waktu Pemberian Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis Variatas SO-2.Diakses di http//digilib.brawijaya.ac.id.

Rahmi, A. dan Jumiati. 2003 Anonim. 2008. Tanaman Jagung Manis (Sweet Corn). Manis. Fak. Pertanian Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Samarinda.

Sudarsana, N. K. 2000. Pengaruh Efektifitas Microorganisme-4 (EM-4) dan Kompos terhadap Produksi Jagung Manis (Zea mayssaccharata Sturt).Pada Tanah Entisol.http://www.unmul.ac.id/dat/pub/frontir/ sudarsana.

Suriadikarta, D, A. dan Simanungkalit, R, D, M .2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.

diakses di http://balittanah.deptan.go.id/dokumentasi/…/pupuk%2 organik.pdf, tanggal 23 Juni 2019.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter pertumbuhan  jagung manis
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter hasil tanaman  jagung manis

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Karakter dalam Tafsir Al-Huda mentransmisikan nilai-nilai budi pekerti Jawa yang merupakan akumulasi dari cipta-rasa- karsa yang dilandasi kegiatan berpikir atau olah

PKuM yang telah diselenggarakan meliputi PKuM rintisan yaitu PKuM yang dilaksanakan di Dea Gemawang, Kab. Semarang, dan dua PKuM pengembangan yang dilaksanakan di Desa

Jika Tertanggung mengalami Kecelakaan dan dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal terjadinya Kecelakaan tersebut Tertanggung meninggal dunia sebelum mencapai Usia

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA APLIKASI ALGEBRATOR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PERSAMAAN GARIS. LURUS SISWA MTs DARUL HIKMAH TAWANGSARI TULUNGAGUNG

Based on the research using Clue Game towards students‟ Grammar Mastery at the second semester of the eighth class of MTs Negeri Kalianda, Lampung Selatan in 2013/2014,

(3) Arsip yang tercipta pada lembaga negara, pemerintahan daerah, dan perguruan tinggi negeri yang berkaitan dengan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) wajib

25 Mina Wuwu Demen, Sriharjo, Imogiri, Bantul induk lele 2 paket. 26 Mino Lestari Kediwung, Mangunan, Dlingo induk lele

Sujud Tilawah adalah sujud bacaan, maksudnya dalah sujud yang yang dilakukan baik di dalam sholat ataupun di luar sholat sewaktu membaca atau mendengar bacaan