commit to user
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
TA’ABAH adalah lembaga sosial untuk memperjuangkan hak hidup
anak jalanan seperti identitas diri, kehidupan yang layak, kesehatan dan
pendidikan. TA’ABAH didirikan pada tahun 2002 oleh anak jalanan.
TA’ABAH membawa anak jalanan seperti pemulung, pengamen, pengemis
dan lain sebagainya untuk tinggal di Kampung Ledhok Timoho dan membentuk Komunitas yaitu Komunitas Ledhok Timoho.
TA’ABAH sebagai lembaga social yang bekerja untuk
memperjuangkan hak hidup anak jalanan, memiliki beberapa program untuk mencapai tujuannya.Salah satu program yang dimiliki oleh TA’ABAH adalah
pendidikan.Kemudian guna mengaplikasikan idenya, TA’ABAH bersama
Komunitas Ledhok Timoho secara gotong royong membangun Sekolah Gajahwong sebagai media pemberdayaan anak melalui pendidikan yang diberikan untuk anak-anak komunitas Ledhok Timoho. Pemberdayaan pendidikan anak berbasis lingkungan di Sekolah Gajahwong yaitu sebagai berikut :
1. Proses pemberdayaan pendidikan anak yang dilakukan TA’ABAH
melalui beberapa tahapan pemberedayaan yaitu :Pertama, menetapkan lokasi pemberdayaan yaitu di pertengahan kampung Ledhok Timoho atas
kesepakatan Komunitas dan TA’ABAH. Kedua penyadaran pada
Komunitas Ledhok Timoho terkait hak anak dalam hal pendidikan.
Ketiga, TA’ABAH melakukan Sosialisasi kepada Komunitas dan masyarakat sekitar Komunitas melalui forum komunitas atau masyarakat.
Keempat,TA’ABAH melakukan pengorganisasian dalam Komunitas dan mahasiswa melalui organisasi-organisasi kampus. Kelima, pelaksanaan pemberdayaan pendidikan anak meliputi PAUD, TPA, Bimingan belajar,
Parentingdan perpustakaan.Keenam, TA’ABAH melakukan advokasi atau upaya untuk mendapatkan pengakuan ataupun dukungan dari pemerintah dan elit masyarakat.Ketujuh, TA’ABAH melakukan politisasi untuk keberlanjutan pemberdayaan pendidikan anak dengan cara mengkader akademisi, mensosialisasikan Sekolah Gajahwong melalui media massa dan melakukan aksi nyata seperti membuat kegiatan peringatan hari air dunia. Kedelapanmelakukan evaluasi dengan staf Sekolah gajahwong dan Komunitas.
Dalam proses pemberdayaan pendidikan anak, TA’ABAH menerapkan AGIL dalam melakukan tindakan pemberdayaan yaitu: Adaptation,
TA’ABAH memberikan pendidikan gratis untuk anak-anak komuntas
dengan menggunakan sampah sebagai alat permainan edukatif. Goal
Attainment, tujuan TA’ABAH melakukan pemberdayaan anak melalui pendidikan anak untuk memenuhi hak pendidikan anak dan memutus rantai kemiskinan dengan memberikan akses dan asset kepada anak-anak Komunitas Ledhok. Integration, TA’ABAH menyatukanKomunitas Ledhok Timoho, mahasiswa serta pelaku bisnis untuk tetep mendukung pemberdayaan tersebut dengan menjalin komunikasi dan terus membuat aksi-aksi nyata yang menunjukan manfaat pemberdayaan yang dilakukan
seperti memperingati hari air dunia.Latency, TA’ABAH sebagai pelopor
pemberdayaan juga memperbaharui, melengkapi dan memelihara motivasi bagian-bagian seperti staf Sekolah, komunitas dengan evaluasi dan parenting untuk orang tua siswa.
2. Faktor pendukung dan penghambat pemberdayaan pendidikan anak
berbasis lingkungan oleh Sekolah Gajahwong dibedakan menjadi dua kategori yaitu internal dan eksternal. Pendukung internal pemberdayaan pendidikan anak adalah keinginan, keberanian Komunitas untuk berubah yang terwujud dalam partisipasi Komunitas Ledhok Timoho dalam
commit to user
pemberdayaanpendidikan anak adalah dukungan meteril dari pelaku bisnis dan dukungan moril dari akademisi sebagai volunteerSekolah Gajahwong. Pemberdayaan pendidikan anak juga terdapat hambatan yang mengganggu kelancaran pemberdayaan. Hambatan internal yaitu hambatan structural kultural yang menyebabkan partisipasi orangtua siswa dalam circle tidak berjalan baik. Hambatan eksternal adalah masalah structural yaitu status tanah yang illegal serta surat izin Sekolah
Gajahwong yang mempengaruhi pendanaan pemberdayaan dan
masalahkoordinasi antara fasilitator Sekolah Gajahwong yang belum
berjalan baik.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis didasarkan pada teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori AGIL dan mengunakan konsep tahapan pemberdayaan social.
Teori AGIL mencoba menjelaskan tindakan-tindakan yang dilakukan
TA’ABAH dalam pemberdayaan anak Komunitas Ledhok Timoho.
Sedangkan konsep tahapan pemberdayaan lebih menekankan pada untuk menjelaskan proses pemberdayaan anak yang dilakukan TA’ABAH.
Dalam penelitian ini, tindakan TAABAH dalam proses pemberdayaan anak melalui pendidikan dijelaskan menggunakan teori AGIL yang terdiri dari empat konsep kunci yaitu adaptation, goal attainment, intergration, dan latency. Proses pemberdayaan anak yang dilakukan oleh TA’ABAH dijelaskan dengan konsep tahapan pemberdayaan social yaitu : penetapan wilayah, sosialisasi kegiatan, penyadaran masyarakat, pengorganisasian masyarakat, pelaksanaan kegiatan, advokasi kebijakan, politisasi, evaluasi.
Teori AGIL yang digunakan dalam penelitian ini sejalan dengan pemikiran Talcott Parsons, pembangunan muncul karena adanya perubahan status dari interaksi sosialyang terjadi dalam adaptasi terhadap kebutuhan social, pencapaian tujuan , integrasi dan pemeliharaan pola. empat konsep pokok dari teori tersebut dapat diterpakan dalam penelitian ini.
Konsep tahapan pemberdayaan yang digunakan dalam penelitan ini sejalalan dengan pemikiran Totok Mardikanto, dalam pemeberdayaan social terdapat tahapan pemberdayaan yang dilakukan.secara umum konsep tahapan pemberdayaan ini diterapkan dengan cukup baik dalam proses pemberdayaan yang dilakukan TA’ABAH. Konsep evaluasi juga dterapkan dalam pemberdayaan anak yang dilakukan oleh TA’ABAH sejalan dengan pemikiran Soetomo bahwa evaluasi menjadi bagian dari pemberdayaan yang perlu dilakukan.
2. Implikasi Metodologis
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan menggunakan strategi studi kasus.Penggunaan metode dan strategi penelitian tersebut mampu mengungkap hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah terkini.Hal tersebut dapat terjadi karena penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus memiliki sifat yang spesifik, khusus, dan dalam skala lokal.
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara sedangkan pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi dari TA’ABAH maupun pihak-pihak yang terkait.Peneliti dalam mengumpulkan data primer melakukan observasi terhadap kegiatan pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan di Sekolah Gajahwong.sementara itu wawancara dilakukan pada 3 pengurus
commit to user
5 siswa Sekolah Gajahwong, 1 tokoh masyarakat Komunitas Ledhok Timoho.
Pedoman wawancara yang dibuat dan dirancang sebelem ke lapangan oleh peneliti untuk mencari informasi dari para informan, khusunya pengurus TA’ABAH, staf Sekolah Gajahwong mengenai proses pemberdayaan anak yang dilakukan TA’ABAH. penggunaan teknik wawancara sangat membantu suasana pencarian informasi tidak menjadi kaku sehingga informan merasa nyaman dalam mengungkap informasi kepada peneliti.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif yang diawali dengan pengumpulan data-data.Data primer yang
meliputi observasi dan wawancara dengan pengurus TA’ABAH ataupun
pengurus Sekolah Gajahwong serta kepada tokoh masyarakat dan orang tua siswa Sekolah Gajahwong. Data sekunder yang meliputi data dan dokumntasi dari fecebook Sekolah Gajahwong, dan dari data media cetak, Undang-Undang dan video dari youtube. Kemudian dilakukan reduksi data untuk memilah data-data yang sesuai dengan penelitian.Kemudian dibantu dengan berbagai tabel untuk menyajikan data-data yang sesuai hingga dapat ditarik kesimpulan sebagai tahap akhir.
3. Implikasi Empiris
Pemberdayaan anak yang dilakukan TA’ABAH terlihat dari berbagai
data yangdiperoleh dalam penelitian ini. kenyataan –kenyataan tersebut
tidak selalu menunjukan kesesuaian dengan berbagai kenyataan yang umum terjadi dengan kata lain, penelitian ini dapat menguak pula realitas yang terjadi di lapangan yang mungkinberbeda dengan realitas umum dalam kehidupan masyarakat.
Pemberdayaan yang dilakuakan oleh TA’ABAH didorong oleh faktor eksternal yang kuat yaitu keprihatinan terhadap pengekploitasian anak yang terjadi dalam Komunitas Ledhok Timoho dan dikeluarkannya
PERDA No 6 tahun 2011. Hal tesebut membantu TA’ABAH dalam memberikan hak tumbuh dan berkembang yang layak pada anak. Pemberdayaan anak yang dilakukan TA’ABAH dapat dikatakan berhasil, namun realitanya sebaliknya.
Volunteer Sekolah Gajahwong yang membantu kegiatan pemberdayaan anak tidak berjalan baik, terkait dengan hal konsistensi kehadiran volunteer dalam setiap kegiatan yang berjalan. Kegiatan circle yang seharusnya dilakukan oleh orang tua siswa tidak berjalan baik dikarenakan sebagaian besar orang tua siswa tidak bisa melaksanakan kegiatan circle tersebut.
Komunitas Ledhok Timoho sebagai bagian dari pemberdayaan anak belum sepenuhnya mendukung kegiatan pemberdayaan anak tersebut. Sikap dan tindakan Komunitas Ledhok Timoho belum mampu mewujudkan lingkungan yang baik untuk tumbuh kembang anak.
C. Saran
Sebagai penutup dalam penelitian tentang pemberdayaan anak kaum marginal melalui pendidikan berbasis lingkungan diperlukan saran untuk melengkapi penelitian ini.saran yang dapat penulis berikan diantaranya sebagai berikut :
1. Kepada TA’ABAH, diharapkan untuk meningkatkan motivasi kepada
mahasiswa sebagai volunteer Sekolah Gajahwong yang membantu berjalannya kegiatan pemberdayaan anak-anak Komunitas Ledhok Timoho dengan cara memberikan pendampingan dan monitoring secara berkala. Hal ini perlu dilakukan agar volunteer bukan hanya menjalankan tugasnya namun juga timbul rasa memiliki untuk tetap menjadi bagian dari Sekolah Gajahwong. Sehingga volunteer yang ada di Sekolah Gajahwong tidak terus berganti ganti yang dapat mempengaruhi kegiatan
commit to user
mampu mendisiplinkan orang tua dalam tugas piket agar kegiatan circle terus berjalan. Tujuan keikutsertaan orangtua dalam circle guna memandirikan masyarakat dalam pemberdayaan dengan membentuk regenerasi pengurus Sekolah Gajahwong. Jika kondisi tersebut tidak ditindak lanjut, diindikasikan pemberdayaan anak-anak Komunitas Ledhok Timohoakan terhenti.
2. Kepada Komunitas Ledhok Timoho agar lebih meningkatkan partisipasi dalam hal menjaga sikap dan tindakannya. Salah satu keahlian anak adalah meniru apa yang dilihat dan didengarnya. Sekolah Gajahwong sebagai media pemberdayaan anak meberikan pendidikan dan membangun karakter anak. Hal tersebut akan sulit terwujud jika lingkungan disekitar anak tidak mendukung kegiatan tersebut.