• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan sesuatu (zoon politicon). Dalam pengambilan keputusan ini, manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. memutuskan sesuatu (zoon politicon). Dalam pengambilan keputusan ini, manusia"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dilengkapi dengan pikiran, perasaan dan juga kehendak, yang memungkinkan manusia untuk memilih dan memutuskan sesuatu (zoon politicon). Dalam pengambilan keputusan ini, manusia menghadapi seribu satu kemungkinan yang tidak dapat diprediksi oleh manusia itu sendiri, sehingga manusia dengan segala upaya mencari cara untuk menghadapi ketidak pastian yang dihadapinya, yaitu dengan cara mengurangi, mengalihkan, atau bahkan menghilangkan resiko kerugian yang timbul dari keputusan yang dia ambil.

Resiko yang ada tidak hanya berasal dari manusia itu sendiri, namun resiko timbul dapat bersumber dari bencana alam, kecelakaan, penyakit, kelalaian, ketidakmampuan, kesalahan, kegagalan, ataupun dari sebab – sebab lainnya yang tidak dapat diduga sebelumnya termasuk tindakan kerusuhan, sabotase, dan terorisme. Masing – masing resiko mungkin memerlukan bentuk penanganan yang berbeda.1 Risiko-risiko tersebut bersifat tidak pasti, tidak diketahui apakah

akan terjadi dalam waktu dekat atau dikemudian hari, apabila risiko tersebut betul-betul terjadi, tidak diketahui berapa kerugiannya secara ekonomis. Resiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain, “kemungkinan” itu sudah

(2)

menunjukan adanya ketidakpastian. Katidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya resiko.2 Timbulnya risiko tersebut membuat manusia

dalam menjalani kegiatan dan aktifitasnya diliputi oleh perasaan yang tidak nyaman dan aman.

Berdasarkan obyeknya, resiko dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu resiko perorangan atau pribadi (Personal Risk), resiko harta kekayaan (Property Risk), resiko tanggung jawab (Liability Risk). Resiko perorangan atau pribadi, berhubungan dengan kematian atau ketidakmampuan dari seseorang. Kematian merupakan suatu hal yang sudah pasti terjadi, akan tetapi mengenai kapan matinya seseorang itu tidak dapat dipastikan.3

Manusia menggunakan kehendak, perasaan, dan pikirannya mencari upaya agar ketidakpastian dalam hidupnya berubah menjadi suatu kepastian. Salah satu cara untuk mengatasi risiko tersebut adalah dengan cara mengalihkan risiko (transfer of risk) kepada pihak lain di luar diri manusia. Pada saat ini pihak lain penerima risiko dan mampu mengelola risiko tersebut adalah perusahaan asuransi.

Asuransi merupakan salah satu bentuk pengalihan resiko. Pertimbangan yang timbul dalam pengambilan keputusan terhadap bentuk penanganan resiko didasarkan pada apakah resiko yang berhasil diidentifikasi karena ketidak pastian tersebut dapat dicegah, dihindari, ditanggung sendiri atau harus dialihkan kepada

2 Darmawi, Herman, 1996, Manajemen Resiko, Bumi Aksara, Jakarta, h. 21

3 Sastrawidjaja, H. Man Suparman,2004, Hukum Asuransi – Perlindungan Tertanggung,

(3)

pihak lain.4 Asuransi bukanlah satu – satunya peralatan dasar manejemen resiko. Meskipun begitu, ia merupakan sarana yang paling penting dari pada teknik transfer resiko dan merupakan dasar dari kebanyakan program manajemen resiko. Ciri khusus asuransi sebagai sarana transfer resiko adalah bahwa ia memerlukan penyatuan (pooling) resiko; yaitu insurer atau penanggung menggabungkan resiko – resiko dari banyak tertanggung. Melalui gabungan / kombinasi ini insurer atau

tertanggung meningkat kemampuannya untuk meramalkan kerugian – kerugian harapan (expected loss).5

Asuransi menurut Pasal 246 KUHDagang adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti.

Perusahaan Asuransi adalah perusahaan yang bertindak sebagai penanngung resiko yang dalam menjalankan usahanya berhubungan langsung dengan tertanggung atau melalui pialang asuransi.6

Pengalihan risiko kepada perusahan asuransi timbul karena para pihak yang mengadakan perjanjian berbuat sebagai pembentuk undang – undang, ia

4 Ganie,Junaedy.A, Loc.cit.

5Darmawi, Herman, Op.cit, h. 103.

(4)

membentuk suatu peraturan. 7 Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian yang mereka buat kemudian menjadi undang – undang atau hukum bagi mereka yang membuatnya (pacta sunt servada). Dalam perjanjian asuransi terlibat dua pihak yaitu yang sanggup menanggung atau menjamin, bahwa pihak lain akan mendapatkan pergantian suatu kerugian, yang mungkin akan dia derita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat akan terjadinya.8

Perjanjian ini menghasilkan hak dan kewajiban kepada para pihak, dimana pihak yang satu adalah pihak yang mengalihkan resiko yang disebut sebagai Tertanggung, dan pihak yang menerima pengalihan resiko disebut sebagai Penanggung.

Dalam pasal 3 Undang - undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian menjelaskan ada beberapa jenis usaha perasuransian yaitu:

1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti;

2. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan;

7 Apeldoorn, L.J. van,1986, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita ,Jakarta, h. 167

(5)

3. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa.

Asuransi ganti kerugian (schade-verzekering) dan asuransi sejumlah uang

(sommen-verzekering) adalah merupakan dua macam asuransi. Perbedaan pokok

antara kedua asuransi ini ialah bahwa dalam asuransi ganti kerugian si penjamin berjanji akan mengganti kerugian tertentu yang diderita oleh terjamin, sedang dalam asuransi sejumlah uang si penjamin berjanji akan membayar uang yang jumlahnya sudah ditentukan sebelumnya tanpa disandarkan pada suatu kerugian tertentu.9

Usaha asuransi kerugian dalam KUHDagang yaitu; asuransi kebakaran, asuransi bancana hasil – hasil pertanian, asuransi laut, dan asuransi pengangkutan darat dan sungai.10 Selain itu jenis asuransi jiwa yang dikenal di Indonesia antara lain, asuransi jiwa biasa, asuransi dwiguna, asuransi pensiun, asuransi kolektif, asuransi bea siswa dan asuransi rakyat.

Kebutuhan atas perlindungan terhadap harta kekayaan maupun jiwa manusia tersebut di atas menimbulkan adanya asuransi campuran yang merupakan penggabungan sifat antara asuransi kerugian dengan asuransi sejumlah uang. Asuransi campuran yang salah satu produknya adalah asuransi kecelakaan diri,

9 Prodjodokoro, Wirjono, Op.cit. h. 4.

(6)

termasuk ke dalam golongan asuransi varia. Sehingga penulis ingin membatasi pembahasan hanya mengenai asuransi sejumlah uang.

Asuransi kecelakaan diri (Personal Accident Insurance) merupakan salah satu bidang dalam asuransi kerugian (schade-verzekering) yang juga dapat di golongkan sebagai asuransi sejumlah uang (sommen-verzekering). Asuransi kecelakaan diri dianggap termasuk dalam bentuk asuransi sejumlah uang karena yang akan dibayarkan untuk mengganti kerugian apabila terjadi suatu kecelakaan, adalah sejumlah uang yang sebelumnya sudah ditentukan dalam perjanjian atau polis.

Asuransi sejumlah uang adalah penggantian kerugian yang diberikan oleh pihak penanggung sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai ganti rugi oleh karena orang yang menerima ganti rugi tersebut tidak menerima ganti rugi yang sungguh – sungguh sesuai dengan kerugian yang dideritanya. Ganti rugi yang diterimanya itu sebenarnya adalah hasil penentuan sejumlah uang tertentu yang telah disepakati oleh pihak – pihak.

Jadi dengan demikian perbedaan pokok antara kedua golongan asuransi itu adalah bahwa dalam asuransi kerugian itu ganti rugi diseimbangkan dengan kerugian yang sungguh – sungguh diderita, sedangkan dalam asuransi sejumlah uang tidak tepat dikatakan sebagai ganti rugi, karena uang asuransi itu sudah ditetapkan sebelumnya.hal ini berarti dalam memberikan sejumlah uang tidak diseimbangkan dengan kerugian yang sungguh – sungguh diderita.

Polis dalam asuransi sejumlah uang belum memiliki suatu standar polis yang ditetapkan oleh Dewan Asuransi Indonesia, mengenai tarif preminya, ini

(7)

karena banyaknya jenis kecelakaan yang masing – masing jenis kecelakaan tersebut memiliki ciri – ciri dan resiko yang berbeda – beda. Polis yang dipakai saat ini adalah polis yang dibuat oleh perusaan asuransi itu sendiri, yang mempunyai ketentuan – ketentuan yang berbeda dengan perusahaan asuransi lainnya. Dengan ini, masyarakat diberikan kebebasan untuk memilih perusahaan asuransi yang sesuai dengan kebutuhannya dan kapasitasnya. Masyarakat awam yang belum mengerti mengenai asuransi, ataupun mengenai perjanjian wajib mendapatkan informasi yang pasti mengenai hal yang berkaitan dengan perlindungan terhadap diri mereka dan hak – hak yang wajib mereka terima. Namun karena belum ada pengaturan yang pasti atau pengaturan standar mengenai polis ini menyebabkan seakan – akan belum adanya perlindungan yang pasti mengenai hak tertanggung.

PT. Jasa Raharja Putera adalah salah satu Perusahaan Asuransi yang bekerja sama dengan objek wisata, yang menawarkan perlindungan kepada pengunjung objek wisata. PT. Jasa Raharja Putera bertindak sebagai penanggung yang memberikan perlindungan kepada Pengelola objek wisata atau Operator yang menanggungkan tanggung jawabnya terhadap resiko – resiko yang mungkin terjadi dalam objek wisatanya terutama kecelakaan terhadap wisatawan atau pengunjung. Perjanjian asuransi antara PT. Jasa Raharja Putera dan Operator ini merupakan jenis pertanggungan sejumlah uang. Operator bertindak sebagai tertanggung yang membayar premi kepada PT. Jasa Raharja Putera, namun Pengelola disini tidak bertindak sebagai penikmat namun sebagai penutup atau pengambil asuransi. Penutup asuransi, yakni orang yang menutup atau mengambil

(8)

asuransi, berkewajiban membayar uang premi dan akibatnya berhak menerima polis. Sedangkan Penikmat, yaitu orang yang ditunjuk oleh penutup asuransi untuk menerima prestasi pengangung, yang berwujud sejumlah uang yang besarnya telah direntukan pada saat ditutupnya pertanggungan.11

Penyerahan santunan oleh PT. Jasa Raharja Putera kepada korban atau penikmat melalui dua jalur, yaitu memberikan kepada Operator yang kemudian akan diteruskan kepada korban, atau korban sendiri yang datang ke PT. Jasa Raharja Putera yang kemudian mengurus sendiri pengajuan klaim dengan membawa syarat – syarat yang ditentukn oleh PT. Jasa Raharja Putera.

Pengalihan resiko atau transfer risk, yang terjadi antara tertanggung dan penanggung adalah akibat dari kesadaran seseorang yang menyadari bahwa hidupnya memiliki masalah atau resiko – resiko tersendiri yang membahayakan harta bendanya atau bahkan jiwanya. Masalah atau resiko yang ada mengikuti semua manusia, dari sejak lahir sampai ia meninggal, begitu juga terhadap wisatawan yang tujuannya untuk menikmati keindahan dunia atau berlibur. Ketika berlibur, seorang wisatawan akan melakukan segala cara untuk menikmati keindahan alam, ataupun melakukan hal yang baru dan mengeksplorasi tempat – tempat baru yang belum pernah didatangi sebelumnya. Untuk hidup dengan pengalaman – pengalaman baru dan pada waktu yang sama ingin merasa aman, hal ini merupakan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan tersebut akan terasa

11 Purwosutjipto, H.M.N.,1986, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6 – Hukum Pertanggungan, Djambatan, Jakarta, h. 15.

(9)

sekali apabila seorang sedang berpergian terutama jika berpergian keluar negeri, jika dibandingkan kalau berwisata di dalam negeri.12

Seseorang yang tinggal dirumah sadar akan bahaya disana dan mereka tetap tinggal nyaman dirumah. Tetapi orang yang sama, jika menjadi wisatawan, tidak ingin menanggung resiko yang timbul dan tidak diduga sebelumnya selama berlibur. Semua ini terjadi, karena bahasa di sana asing, lingkup sekitarnya tidak terbiasa, dan prosedur resmi agak sulit diuraikan. Dengan demikian dia akan pergi berwisata ketempat – tempat dimana resiko yang akan dihadapinya minimal. Oleh karena itu pembina pariwisata harus belajar bagaimana mengatasi gejalah – gejalah persepsi wisatawan itu.13

Untuk merencanakan keselamatan dan keamanan perlu dipertimbangkan 4 kemungkinan resiko – resiko yang mungkin timbul, yaitu :14

 Terhadap lingkungan hidup manusia dan lembaga – lembaga non pariwisata.

 Pada sektor pariwisata dan sektor – sektor usaha jasa (commercial).  Terhadap pelaku perjalanan mandiri (resiko pribadi).

 Resiko – resiko yang timbul terhadap lingkungan alam (misal : secara alamiah iklim, adanya wabah penyakit).

12 World Tourism Organization, 2002, Tuntunan Keselamatan dan Keamanann Wisatawan – Pegangan Praktis Bagi Daerah Tujuan Wisata, terjemahan Frans Gromang, Pradnya

Paramita,Jakarta, h. 5.

13 World Tourism Organization, Op.cit, h. 27.

(10)

United Nations World Tourism Organiation (UNWTO) adalah organisasi internasional yang berdiri di bawah United Nations, yang bertanggung jawab mendorong pelaksanaan Kode Etik Pariwisata, dengan maksud untuk memastikan bahwa negara – negara anggota, negara tujuan wisata dan bisnis memaksimalkan dampak ekonomi, sosial dan budaya positif dari pariwisata dan sepenuhnya untuk mendapatkan keuntungan dan meminimalkan dampak negatif sosial dan lingkungan. UNWTO senantiasa bekerja sama dengan organisasi – organisasi internasional lainnya seperti dengan The World Health Organization (WHO), dan baru – baru ini bekerja sama dengan The World Meteorological Organization (WMO) dan The International Police Organization (ICPO – Interpol), yang semua upaya ini diarahkan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan kepariwisataan tetapi dalam konteks bidang – bidang tertentu yang khusus.15

Dalam hasil rapatnya yang dilaksanakan di Madrid, Spanyol pada tanggal 11 – 12 April 1994, UNWTO menyatakan bahwa kemampuan setiap orang dari setiap negara untuk berpergian dalam keadaan selamat, adalah hak asasi manusia. Tahun 1991 UNWTO merekomendasikan upaya – upaya yang perlu diambil untuk keamanan pariwisata sebagai berikut ; yaitu tiap – tiap negara hendaknya mengembangkan suatu kebijakan nasional bidang keselamatan pariwisata yang diselaraskan dengan upaya pencegahan resiko – resiko bagi wisatawan yang salah satunya itu adalah dengan asuransi.

(11)

Wisatawan asing atau domestik yang memanfaatkan objek wisata selalu menghadapi resiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri, keluarga atau orang lain yang mempunyai kepentingan atas dirinya, seperti banyaknya kecelakaan yang menimpa wisatawan yang dapat berubah menjadi kematian. Sebagian masyarakat masih mempertahankan apa yang telah ada dalam menanggulanginya dan tidak mau menerima perubahan serta perkembangan yang telah terjadi disekitarnya. Sebagian masyarakat lagi ada yang mengambil jalan dengan mengadakan hubungan dengan pihak asuransi untuk mengatasinya dalam hal ini adalah penanggulangan kecelakaan diri bagi wisatawan. Sebagian masyarakat berfikir bahwa dengan mengikatkan dirinya dengan pihak asuransi lebih bermanfaat dan menolong untuk menghadapi malapetaka yang kemungkinan sewaktu - waktu terjadi. Untuk ltu haruslah diketahui dan dipahami kedudukan hukum dan prosedur serta manfaat di dalam mengikatkan diri dengan pihak asuransi dalam hal ini adalah PT. Jasa Raharja Putera.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam dan membahas lebih lanjut, tentang PELAKSANAAN

PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA PENGUNJUNG YANG

MENGALAMI KECELAKAAN DI OBJEK WISATA OLEH PT. JASA RAHARJA PUTERA ”

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian sebagaimana dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan pokok bahasan dalam skripsi ini. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

(12)

1. Bagaimana proses pelaksanaan pemberian santunan kepada korban kecelakaan di objek wisata ?

2. Apakah pemberian santunan terhadap pengunjung objek wisata sudah sesuai dengan yang termuat dalam polis perjanjian antara Pengelola Objek wisata dengan PT. Jasa Raharja Putera?

1.3.Ruang Lingkup Masalah

1. Dalam karya ilmiah ini materi yang diuraikan yaitu mengenai perlindungan terhadap pengunjung objek wisata, bagaimana pelaksanaan dilapangan apakah sudah sesuai dengan yang termuat dalam perjanjian antara Operator dengan PT. Jasa Raharja Putera. 2. Penulisan karya ilmiah ini juga akan membahas mengenai pelaksanaan

pemberian santunan kepada pengunjung objek wisata yang mengalami kecelakaan di objek wisata. Apakah pemberian santunan yang diberikan sudah memberikan kepuasan kepada korban kecelakaan.

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis juga ingin membatasi peraturan yang dipakai untuk menjawab masalah diatas yaitu dengan menggunakan Kitab Undang – undang Hukum Dagang, Kitab Undang – undang Hukum Perdata, Undang – undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari skripsi ini ada 2 (dua) tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

(13)

a. Tujuan umum.

1. Sebagai usaha untuk melatih diri dalam menyatakan buah pikiran secara tertulis sistematis dan ilmiah guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat yang telah ditentukan untuk dapat menempuh ujian sarjana.

2. Sebagai pelaksana Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya dalam bidang Penelitian.

3. Untuk mengembangkan diri pribadi mahasiswa dalam kehidupan masyarakat.

4. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pembulatan studi dalam bidang hukum.

b. Tujuan khusus.

1. Untuk mengetahui lebih terperinci mengenai pertanggungan Asuransi Kecelakaan Diri pada PT. Jasa Raharja Putera dalam memberikan pertanggungan apabila terjadi kecelakaan di objek wisata.

2. Untuk mempelajari lebih mendetail bagaimana pelaksanaan pemberian santunan kepada pengunjung yang mengalami kecelakaan di objek wisata.

1.5. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan penulis mengenai perlindungan terhadap

(14)

pengunjung objek wisata, apakah sudah sesuai dengan yang termuat dalam polis perjanjian antara Operator dengan PT. Jasa Raharja Putera.

2. Dari penulisan karya ilmiah ini penulis berharap memperoleh sedikit pencerahan tentang pelaksanaan pemberian santunan kepada pengunjung yang mengalami kecelakaan di objek wisata

b. Manfaat Praktis.

Sebagai bentuk nyata kegiatan penelitian yang penulis lakukan untuk mendapat bahan informasi dalam menganalisa serta sebagai suatu pemecahan masalah - masalah terhadap permasalahan - permasalahan hukum yang penulis hadapi, khususnya mengenai Pelaksanaa Pemberian Santunan Kepada Pengunjung Objek Wisata yang mengalami kecelakaan oleh PT. Jasa Raharja Putera sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan oleh masyarakat dan sebagai masukan kepada:

 PT. Jasa Raharja Putera, untuk mengkoreksi atau memperbaiki kekurangan yang ditemukan, baik itu dalam proses klaim ataupun dalam proses penetapan batas maksimal pemberian santuna kepada korban.

 Untuk Operator untuk memperbaiki atau menyempurnakan kekurangan dalam pelayanan mereka dalam menjamin keselamatan pengunjung objek wisata sehingga tidak perlu terjadinya kecelakaan.

 Dan kepada pengunjung objek wisata baik itu wisatawan luar negeri atau domestik yaitu menambah informasi mengenai

(15)

asuransi yang disediakan oleh objek wisata, agar kenyamanan dan keamanan pengunjung tetap terjaga.

1.6. Kerangka Teori

Sesuai dengan teori Rechtstaat yang mengakui adanya hak – hak seorang manusia untuk dilindungi, maka usaha perasuransian ini merupakan alat yang terbaik untuk menuju kepada tujuan negara hukum itu.

Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda adalah verzekering atau assurantie, dalam bahasa Prancis disebut juga Assurantie. Dalam bahasa Inggris asuransi disebut Insurance kadang juga disebut Assurance yang artinya jaminan atau asuransi.16 Soekardono dan Wirjono Prodjodikoro (Mantan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia) menggunakan istilah asuransi sebagai serapan dari

assurantie (Belanda), menjamin untuk menanggung dan terjamin untuk

tertanggung.17 Asuransi kecelakaan diri (Personal Accident Insurance) adalah termasuk dalam bidang asuransi kerugian (schads verzekering) atau General Insurance atau kadang-kadang juga dapat digolongkan pada asuransi sejumlah uang (sommen verzekering). Asuransi kecelakaan diri dianggap termasuk dalam bentuk asuransi sejumlah uang karena yang akan dibayarkan sebagaimana

16 Suhawan dan Juhana, S. Mariadinata, 1999, Pengetahuan Asuransi, CV. Armico, Bandung. h. 17.

17 Muhammad, Abdul Kadir, 2002, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya, Bandung. h.

(16)

pengganti kerugian terjadi suatu kecelakaan (khususnya kalau meninggal) adalah sejumlah uang yang telah diperjanjikan.

Asuransi atau Pertanggungan menurut pasal Pasal 1 ayat 1 Undang – undang No. 2 tahun 1992, adalah:

Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Santoso Poedjosoebroto, mengatakan, Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik, dimana pihak penanggung dengan menerima premi mengikatkan diri untuk memberikan pembayaran pada pengambil asuransi atau orang yang ditunjuk karena terjadinya suatu peristiwa yang belum pasti, yang disebut di dalam perjanjian, baik karena pengambilan asuransi atau tertunjuk menderita kerugian yang disebabkan oleh peristiwa tadi, maupun karena peristiwa tadi mengenai hidup kesehatan atau validituit seorang tertanggung.18

Terdapat 3 (tiga) unsur mutlak yang perlu diperhatikan dalam Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang, yaitu :

 Adanya Kepentingan. Kepentingan adalah obyek pertanggungan dan

merupakan hak subyektif yang mungkin akan lenyap atau berkurang

18 Poedjosoebroto, Santoso,1976, Beberapa Aspek Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia,

(17)

karena terjadinya suatu peristiwa tak tentu atau pasti. Unsur kepentingan adalah unsur yang mutlak harus ada pada tiap-tiap pertanggungan, baik pada saat ditutupnya pertanggungan maupun pada saat terjadinya evenemen.

 Adanya Peristiwa Tak Tentu. Unsur peristiwa tak tentu dalam

pertanggungan jiwa, yaitu kematian adalah suatu peristiwa yang pasti akan

terjadi, dimana yang tidak tertentu adalah “kapan” kematian itu akan

menjadi kenyataan. Peristiwa tak tentu dalam pertanggungan jiwa baru ada apabila si penanggung mengikatkan diri untuk membayar, kalau kematian datang lebih pendek daripada jangka waktu dan kemungkinan berlangsungnya hidup orang yang bersangkutan. Lain halnya dengan pertanggungan kerugian sebab disana peristiwa itu adalah suatu kejadian yang menurut pengalaman manusia tidak dapat diharapkan akan terjadi.

 Adanya Kerugian. Penggantian kerugian diberikan penanggung

sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai suatu ganti rugi, oleh karena orang yang menerima ganti rugi tidak menerima ganti rugi yang sungguh-sungguh sesuai dengan kerugian yang dideritanya. Ganti rugi yang diterimanya sebenarnya adalah hasil penentuan sejumlah uang tertentu yang telah disepakati pihak-pihak.dideritanya.

Sesuai dengan pasal 1320 KUHPerdata mengenai sahnya suatu perjanjian, maka perjanjian asuransi atau polis juga sesuai dan tunduk kepada pasal 1320 KUHPerdata dimana adanya suatu kata sepakat dari orang yang sudah cakap atau dewasa, untuk sesuatu hal yang halal. Selain pasal 1320 KUHPerdata, untuk

(18)

perjanjian asuransi perlu ditambahkan dengan pasal 251 KUHD dalam menentukan sahnya suatu perjanjian asuransi, khususnya mengenai syarat dalam sub c dari pasal 1320 KUHPerdata mengenai objek tertentu dalam perjanjian asuransi adalah kepentingan yang diasuransikan. Kepentingan dalam perjanjian asuransi mutlak harus ada. Apabila tidak ada maka perjanjian asuransi itu batal (pasal 250 KUHD). Kepentingan yang dapat diasuransikan asalkan memenuhi syarat yang ditentukan dalam pasal 268 KUHD yaitu ; dapat dinilai dengan uang, dapat diancam dengan suatu bahaya, tidak dikecualikan oleh undang – undang. Pasal 268 KUHD ini hanya berlaku terhadap asuransi kerugian, tidak kepada asuransi sejumlah uang, karena asuransi tidak dapat menggantikan kepentingan seseorang yang berkaitan dengan jiwa ata kesehatan seseorang.

Perjanjian asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis (pasal 255 KUHD). Polis ini merupakan satu - satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi. Untuk mengatasi kesulitan jika terjadi sesuatu setelah perjanjian namun belum sempat dibuatkan polisnya atau walaupun sudah dibuatkan atau belum ditandatangi atau sudah di tandatangi tetapi belum diserahkan kepada tertanggung kemudian terjadi evenemen yang menimbulkan kerugian tertanggung. Bila bukti tertulis sudah ada barulah dapat digunakan alat bukti biasa yang diatur dalam Hukum Acara Perdata. Ketentuan ini yang dimaksud oleh pasal 258 ayat (1) KUHD. Syarat - syarat khusus yang dimaksud dalam pasal 258 KUHD adalah mengenai esensi inti isi perjanjian yang telah dibuat itu, terutama mengenai realisasi hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung seperti: penyebab timbul kerugian (evenemen); sifat

(19)

kerugian yang menjadi beban penanggung; pembayaran premi oleh tertanggung; dan klausula-klausula tertentu.

Fungsi Umum Polis, adalah :

a. Perjanjian pertanggungan (Contract Of Indonesia)

b. Sebagai bukti jaminan dri penanggung kepada tertanggung untuk mengganti

krugian yang mungkin dialami oleh tergugat akibat peristiwa yang tidak diduga sebelumnya dengan prinsip :

 Untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula sebelum

mengalami kerugian; atau

 Untuk mengindarkan tertanggung dari kebangkrutan (Toial Collapse)

c. Bukti pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung

sebagai balas jasa atas jaminan penanggung.

Isi polis pada Umumnya dalam ditentukan dalam pasal 256 KUHD, namun

tidak untuk asuransi jiwa :19

a. Hari pembentukan asuransi

b. Nama orang yang menutup pertanggungan, atas namanya sendiri atau

atas tanggungan orang ketiga.

c. Uraian yang jelas mengenai benda pertangungan atau obyek yang

dijamin.

d. Jumlah pertanggungan, untuk mana diadakan jaminan (uang asuransi)

(20)

e. Bahaya - bahaya yang ditanggung oleh penanggung

f. Saat mulai dan akhir tenggang waktu, dalam mana didakan jaminan

oleh penjamin.

g. Jumlah uang Premi yang harus dibayar oleh si terjamin

h. Keterangan tambahan yang perlu diketahui oleh penjamin dan janji -

janji khusus yang diadakan oleh kedua belah pihak.

Dalam perjanjian asuransi antara tertanggung dengan penanggung, perlu ditegaskan mengenai prinsip tanggung jawab yang di gunakan, apakah akan digunakan prinsip Presumption of Liability, prinsip Limitation of Liability,

ataukah menggunakan prinsip Absolute Liability (Strict Liability).20

Prinsip Presumption of Liability (Presumpsion of Fault), berdasarkan prinsip ini, penanggung dianggap bertanggung jawab atas kerugian – kerugian yang diderita oleh seorang tertanggung, (baik itu penutup asuransi atau penikmat asuransi) sehingga tertanggung tidak perlu membuktikan kesalahan – kesalahan atau kealpaan dari penanggung untuk mendapatkan haknya atau ganti rugi.

Prinsip Limitation of Liability, menyatakan bahwa tanggung jawab penanggung dibatasi sampai batas tertentu saja sesuai dengan apa yang sudah disepakati bersama. Sehingga ganti kerugian oleh penanggung terhadap tertangung ada batas maksimalnya. Tidak lebih dari yang sudah disepakati.

20 Suherman. E., 1983, Hukum Udara Indonesia dan Internasional (Kumpulan Karangan), Penerbit Alumni, Bandung, h. 120.

(21)

Prinsip Absolute Liability atau Strict Liability mengkehendaki penanggung tidak hanya dianggap bertanggung jawab terhadap beberapa hal, namun terhadap segala hal yang terjadi tanpa ada kemungkinan membebaskan diri, membatasi ganti rugi atau alasan – alasan laian yang dapat digunakan untuk membebaskan dirinya dari memberikan ganti kerugian, kecuali tertanggung benar – benar terbukti ikut serta dalam menimbulkan kerugian yang terjadi pada dirinya.

Wisatawan asing maupun domestik yang memanfaatkan objek wisata sebagai wisatawan selalu menghadapi resiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri, keluarga atau orang lain yang mempunyai kepentingan atas dirinya, seperti banyaknya kecelakaan yang menimpa wisatawan yang dapat berubah menjadi kematian. Sebagian masyarakat masih mempertahankan apa yang telah ada dalam menanggulanginya dan tidak mau menerima perubahan serta perkembangan yang telah terjadi disekitarnya. Sebagian masyarakat lagi ada yang mengambil jalan dengan mengadakan hubungan dengan pihak asuransi untuk mengatasinya dalam hal ini adalah penanggulangan kecelakaan diri bagi wisatawan. Sebagian masyarakat berfikir bahwa dengan mengikatkan dirinya dengan pihak asuransi lebih bermanfaat dan menolong untuk menghadapi malapetaka yang kemungkinan sewaktu - waktu terjadi. Untuk ltu haruslah diketahui dan dipahami kedudukan hukum dan prosedur serta manfaat di dalam mengikatkan diri dengan pihak asuransi dalam hal ini adalah PT. Jasa Raharja Putera.

(22)

1.7. Metode Penelitian

Untuk memperoleh, mengumpulkan, serta menganalisa setiap data maupun informasi yang sifatnya ilmiah, diperlukan metode agar karya tulis ilmiah mempunyai susunan yang sistematis dan konsisten, yaitu :21

a. Jenis penelitian.

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan empiris, yakni hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati dalam kehidupan nyata. Yang mana dalam hal ini hukum dikonsepkan sebagai gejala sosial empirik yang dapat menimbulkan efek - efek pada kehidupan sosial. Dalam penelitian empiris ini, permasalahan dikaji dengan melakukan pendekatan langsung pada ketentuan perundang - undangan yang berlaku.

b. Sifat penelitian.

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan secara menyeluruh dan sistematis obyek dari pokok permasalahan. Dengan penelitian deskriptif digambarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku yang dikaitkan dengan teori - teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan yang diangkat.

Deskriptif yaitu melukiskan atau memberi gambaran mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek penelitian berdasarkan kenyataan - kenyataan yang ada, dilaksanakan secara sistematis, kronologis dan berdasarkan

(23)

kaidah ilmiah. Dengan menggunakan sifat - sifat dan hukum yang berkembang didalam masyarakat sehingga dapat diharapkan ditemukan sebab dari permasalahan itu.

c. Data dan sumber data.

Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang bersumber dari suatu penelitian lapangan, yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber di lapangan yaitu baik dari responden maupun informan. Data primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan melakukan wawancara langsung, baik itu dengan pihak Jasa Raharja Putera atau dengan pihak Operator.

2. Data sekunder, yaitu suatu data yang bersumber dari penelitian kepustakaan, yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumenkan.

 Bahan hukum Primer yang digunakan yaitu; peraturan perundang – undangan yaitu Kitab Undang – undang Hukum Perdata, Kitab

Undang – undang Hukum Dagang, Undang – undang No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

 Sedangkan Bahan Hukum Sekunder yaitu buku – buku yang berkaitan dengan Hukum Asuransi dan buku, bacaan, atau karya

(24)

ilmiah yang dapat dijadikan bahan untuk membantu dalam penulisan penelitian ini.

 Bahan hukum Tersier yang digunakan adalah Kamus Hukum. d. Teknik pengumpulan data

Teknik digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Teknik Studi Dokumentasi dan Teknik Wawancara (Interview). Mengenai Teknik Studi Dokumentasi dilakukan atas bahan - bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian serta sampel yang berkaitan dengan objek wisata. Sedangkan Teknik Wawancara (Interview) dilakukan dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan kepada responden maupun informan yang dirancang atau yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk memperoleh jawaban - jawaban yang relevan dan mendukung permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Dan dari jawaban ini diadakan pencatatan sederhana yang kemudian diolah dan dianalisa.

e. Teknik Penentuan Sampel Penelitian.

Teknik Penentuan Sampel yang akan di pakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Teknik Non – Probability dengan bentuk Purposive Sampling yang menunjuk beberapa objek wisata yang bekerja sama dengan PT. Jasa Raharja Putera di daerah Denpasar. Penunjukan dan pemilihan sampel ini didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat – sifat atau karakteristik tertentu.

f. Pengolahan dan Analisis Data.

Pengolahan dan Analisis Data dalam penelitian ini adalah dengan Analisis Kulaitatif dimana data yang diperoleh tersebut diolah menjadi rangkaian kata-kata

(25)

yang bersifat monografis atau berwujud kasus-kasus tidak disusun kedalam struktur klasifikasi sehingga sampel lebih kepada non probabilitas dan pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan observasi ke lapangan. Data primer dan skunder disusun secara sistematis.

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum pemasangan instalasi plumbing, fixture-fixture dan peralatan lain, Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh barang-barang yang akan dipasang dan atau brosur-brosurya

Meskipun secara parsial persepsi harga tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian namun penilaian terhadap harga serta kualitas dari suatu

Dalam hal ini yang menjadi kajian peneliti adalah yang berkaitan dengan objek jaminan fidusia yang disita oleh Negara akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan debitur

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; (1)Bagaimanakah penerapan strategi bernyanyi dapat meningkatkan kemampuan berbicara

dihadapkan pada dua kondisi, dimana Aisyah merasa dilem Aisyah merasa dilema apakah ia harus mengikuti saran a apakah ia harus mengikuti saran dari dokter dan harus mengorbankan

Tahap berikutnya agar berupaya untuk meningkatkan fasilitas yang ada dengan menetukan metode penyampaian produk atau jasa kepada konsumen, calon tamu ataupun para

Ditinjau dari sumber penghasilan utama rumah tangga, ternyata di Kecamatan Pagerwojo yang terbesar adalah sektor pertanian hal ini dikarenakan Kecamatan Pagerwojo

Padi merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi prioritas utama dalam bioteknologi. Selain padi, tanaman pangan yang telah banyak mendapat sentuhan