109
Lampiran 1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Evaluasi Program Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Salatiga
No.
Indikator
Penjelasan
Pertanyaan
Instrumen
Komponen Konteks
1.
Identifikasi
Kebutuhan
Memakai temuan untuk
mengklarifikasi
benefisiari yang dituju
Memakai temuan untuk
menilai efektivitas dari
program yang dijalankan
Apa yang menjadi kebutuhan
sekolah sehingga menjalankan
program SKS?
Apakah terdapat manfaat bagi
sekolah dengan
diselenggarakannya program
SKS?
Wawancara
Latar Belakang
dilaksanakan
program
Latar belakang sekolah
melaksanakan program
SKS
Apa yang melatarbelakangi
sekolah untuk menerapkan
program SKS?
Wawancara
110
Pemerintah
kebijakan dari
pemerintah yang
menaungi program
SKS dilakukan atas inisiatif
sekolah ataukah ada
penunjukan dari dinas
pendidikan?
Apakah sudah terdapat
undang-undang yang mengatur
pelaksanakan program SKS?
Apa saja syarat yang harus
dipenuhi sekolah agar dapat
menjalankan program SKS?
Studi
dokumentasi
Visi dan Misi
Sekolah
Memakai temuan untuk
menelaah dan merevisi
secara tepat kebutuhan
sekolah dengan tujuan
dari program seusai
/belum
Apakah tujuan yang
melatarbelakangi kebutuhan
akan program SKS sudah
diterapkan dalam visi misi
sekolah?
Wawancara
Studi
111
Komponen Masukan (Input)
2.
Rencana
Pelaksanaan
Memastikan bahwa
strategi program
memungkinkan untuk
memenuhi kebutuhan
yang diperlukan
Apakah sebelum dilaksanakan
program sudah dibuat rencana
pelaksanaannya terlebih
dahulu?
Jika sudah, siapa saja yang
terlibat dalam pembuatan
rencana pelaksanaan program?
Apakah guru dilibatkan dalam
pembuatan rencana
pelaksanaan program?
Apakah siswa mendapatkan
buku petunjuk pelaksanaan
program SKS?
Wawancara
Studi
dokumentasi
Mekanisme
Pelaksanaan
Mengetahui mekanisme
program untuk
memenuhi kebutuhan
Apakah terdapat petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk
teknis dari program SKS yang
Wawancara
Studi
112
dibuat oleh sekolah?
Sudahkah dilakukan pelatihan
bagi guru sebelum
melaksanakan program?
Sudahkah dilakukan sosialisasi
kepada peserta didik dan
orangtua tentang program
SKS?
Observasi
Guru
Menilai ketercukupan
SDM sebagai faktor
pendukung dalam
menjalankan program
Bagaimana latar belakang guru
sebagai pelaksana program,
sudahkah semua guru
memenuhi kompetensi
pedagogis. Kepribadian, sosial
dan profesional?
Sudahkah terjadi koordinasi
yang baik dari pihak
penanggungjawab (kepala
Wawancara
Studi
113
skeolah,bagian kurikulum)
dengan pihak pelaksana (guru)
program?
Peserta didik
Menilai ketercukupan
SDM sebagai faktor
pendukung dalam
menjalankan program
Apakah peserta didik sudah
dapat beradaptasi dengan baik
dengan program SKS?
Apakah terdapat perbedaan
ketercapaian nilai dari sebelu
dilaksanakan program dan
sesudah dilaksanakan
program?
Apakah peserta didik
memahami mekanisme
pelaksanaan program SKS
dengan baik?
Wawancara
Studi
dokumentasi
Pembiayaan
Melihat ketercukupan
biaya bagi kebutuhan
Darimana sumber biaya bagi
keberlangsungan program SKS?
Wawancara
Studi
114
program
Apakah terdapat sumber dana
lainnya sebagai dana
pendukung program?
Dokumentasi
Sarana dan
Prasarana
Melihat ketersediaan
sarpras bagi kebutuhan
program
Apakah sekolah sudah memiliki
sarana prasarana yang
memadai bagi keterlaksanaan
program?
Wawancara
Studi
Dokumentasi
Observasi
Jadwal
Bagaimana cara pihak sekolah
mengatur jadwal agar sesuai
dengan program SKS?
Apakah jadwal yang dibuat oleh
bagian kurikulum dapat
dipahami dengan baik oleh
pihak pelaksana?
Apakah kegiatan pembelajaran
dapat berlangsung sesuai
dnegan jadwal yang
Wawancara
Studi
115
direncanakan?
Apakah terdapat kendala dalam
membuat dan melaksanakan
jadwal?
Komponen Proses
3.
Persiapan Guru
Memakai temuan untuk
mengontrol dan
memperkuat aktivitas
SDM
Bagaimana persiapan guru
dalam mengajar dengan
program SKS, apakah
diperlukan persiapan khusus?
Wawancara
Studi
Dokumentasi
Pelaksanaan
SKS
Memakai temuan untuk
mengontrol dan
memperkuat aktivitas
SDM
Apakah guru memiliki strategi
khusus dalam mengajar?
Apakah pelaksanaan program
SKS sudah berjalan dengan
baik ataukah masih terdapat
kendala-kendala yang belum
bisa teratasi?
116
SKS sudah berjalan sesuai
dengan rencana pelaksanaan
yang telah dibuat?
Bagaimana cara penyusunan
hasil belajar peserta didik,
apakah terdapat perbedaan
untuk setiap mata pelajaran?
Bagaimana dengan hasil
evaluasi peserta didik, apakah
mengalami peningkatan?
Apakah orangtua peserta didik
dapat memahami dnegan jelas
apa yang dipaparkan dalam
hasil belajar anaknya?
Komponen Produk
4.
Ketercapaian
tujuan
Menialai apakah
pelaksanaan sudah
Apakah program sistem kredit
semester sudah berjalan sesuai
117
sesuai dengan tujuan
rencana awal?
Apakah pelaksanaan program
SKS sudah sesuai dengan
tujuan yang diharapkan?
Perlukah dilakukan perbaikan
bagi program SKS di SMA N 1
Salatiga? Jika ya, tentang apa
saja?
Keberlanjutan
program
Menilai apakah ada
keberlanjutan program
Apakah program SKS akan
terus digunakan di masa yang
akan datang?
Menurut pendapat Anda,
apakah program SKS perlu
ditiru oleh sekolah-sekolah lain?
Apakah terdapat perbedaan
yang dirasakan dengan adanya
program SKS?
118
Lampiran 2
Pedoman Observasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana
No
Prasarana
Sarana
Nama barang
Ada/tidak ada KondisiJml
Ket
1. Jenis ruangan
dan halaman
Ruang pembelajaran
Halaman tempat upacara
Kantor Kepala Sekolah
Ruang Wakil Kepala Sekolah
Kantor guru
Kamar mandi/wc
Ruang perpustakaan
Ruang Multimedia
Ruang UKS
Ruang Bimbingan
Ruang Komputer
Laboratorium Fisika
Laboratorium Kimia
Laboratorium Biologi
Laboratorium Bahasa
Ruang Agama
Mushola
Ruang tamu
119
Ruang sarana dan
prasarana
Gedung Serba Guna
Ruang Komite
Ruang kerajinan
Gudang
Tempat parkir
Kantin
Dapur
2. Kelengkapan
sarana kerja
dan
pendukung
pembelajaran
Papan tulis/Whiteboard,
kapur/marker, penghapus
Meja, kursi peserta didik
Meja kursi guru
Almari/rak penyimpanan
arsip
Alat praktikum Biologi
Alat praktikum Kimia
Alat praktikum Fisika
Alat peraga
Rak buku
Speaker
Mikrofon
Televisi
Radio
120
Tape Recorder
Komputer
LCD
Rak buku
3. Kelengkapan
administrasi
pembelajara
Jadwal pembelajaran
Silabus
RPP
Prota
Promes
Rencana harian
Daftar hadir peserta didik
Buku persuratan
Daftar nilai
4. Bahan
Pustaka
Buku cetak/buku
pelajaran
Buku fiksi (novel,dsb)
Buku non fiksi
Koran
121
Lampiran 3
Pedoman Studi Dokumen Program SKS
Aspek
Komponen
Sub Komponen
Hasil
Konteks
Visi dan Misi
Sekolah
Terdapat visi dan
misi sekolah
berkaitan dengan
program SKS
Surat Keputusan
berkaitan dengan
program SKS
Terdapat SK yang
berkaitan dengan
program SKS
Masukan (Input)
Silabus
Prota, Promes,
Silabus, RPP,
Rencana Harian, KRS
(Kartu Hasil Studi),
Jadwal, Pembagian
Kelas Lintas Minat,
Guru
Identitas guru
122
Pembiayaaan
RKAS
Sarana Prasarana
Data sarpras
Jadwal
Pembagian jam
mengajar dna mata
pelajaran tiap kelas
Proses
Penilaian hasil
pembelajaran
-daftar nilai
-instrumen penilaian
123
Lampiran 4
124
Lampiran 5 Kartu Rencana Studi
125
Lampiran 6 Jadwal
124
Lampiran 7 Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
125
Lampiran 8 Pembagian Kelas Lintas Minat
126
Lampiran 9 Surat Keterangan
127
LAMPIRAN 10 : SKRIP HASIL WAWANCARA
1.
KEPALA SEKOLAH (KS)
Tanggal wawancara
: 2 September 2015
Tempat wawancara
: Kantor Kepala Sekolah
No Pertanyaan
Jawaban
Konteks
1. Apa yang menjadi
kebutuhan sekolah sehingga menjalankan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
SKS ini bertujuan agar pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat anak, karena dengan SKS tatap muka bisa dilanjutkan di luar jam pelajaran. Tentunya bukan SKS murni tetapi masih SKS semi paket, saya kira kalau di perguruan tinggipun kalau SKS murni bisa tidak pulang sampai malam ya. Di sini ada 6 seri mata pelajaran ya mbak ada 4 seri juga, disini juga ada
kelas percepatan dimana harus
ditempuh dalam 4 semester. Dengan SKS ini anak bisa memilih sesuai dengan IP yang didapatkannya, jadi memang tujuan kami untuk hal-hal seperti itu. Jika ada anak pintar kan kasihan kalau harus menunggu teman-temannya, jadi dengan SKS si pintar ini bisa mendapatkan SKS lebih banyak. SKS sudah berjalan selama 3 tahun di SMAN 1 Salatiga. Program SKS ini juga bertujuan untuk menjawab tuntutan jaman, dan untuk melayani anak-anak sesuai dengan kebutuhannya, dengan SKS ini kami bisa melayani anak-anak sesuai dengan apa yang dibutuhkannya.
2. Siapa yang mencetuskan ide untuk melaksanakan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
Pelaksanaan program SKS ini karena
adanya penunjukan dari Dinas
Pendidikan, setelah adanya evaluasi dan sebagainya kita memang ditetapkan untuk melaksanakan program SKS.
Hampir semua sekolah ex-RSBI
ditunjuk untuk melaksanakan SKS, misalnya SMA 3 Semarang, SMA Pati, dsb. Awalnya SMAN 1 Salatiga dianalisis terlebih dahulu, cocok tidak jika menerapkan SKS, setelah hasil evaluasi
128
muncul dan ternyata bisa menerapkan program SKS maka munculah SK pelaksanaan program SKS. 3. Apakah terdapat buku panduan dari Dinas Pendidikan bagi pelaksanaan program SKS?Sekolah membuat panduan sendiri dengan melihat situasi dan kondisi sekolah, tentunya pelaksanaan SKS di masing-masing daerah berbeda-beda, misalnya panduan SKS di SMAN 1 Salatiga tentunya tidak sama dengan panduan di SMA Pati, dll. Maka kami melakukan analisis terlebih dahulu hingga akhirnya bisa membuat buku panduan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di SMAN 1 Salatiga.
4. Siapakah yang membuat buku panduan pelaksanaan SKS di SMAN 1 Salatiga?
Ada tim khusus mbak, ada Kepala Sekolah, ada bagian kurikulum, dan tim
pengembangan kurikulum yang
ditetapkan oleh Kepala Sekolah melalui SK.
5. Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan, maka apa saja kriteria agar sekolah
dikatakan layak melaksanakan program SKS?
Sebenarnya tidak ada kriteria khusus bagi sekolah agar bisa menerapkan SKS, hanya saja sudah siapkah sekolah tersebut melaksanakan SKS, dilihat dari sumber daya yang ada baik guru,murid dan sarana prasarananya. Sebenarnya SKS ini mata pelajarannya juga sama dengan kurikulum biasanya, hanya pengemasannya saja dnegan cara yang
berbeda. Kan tetap ada IPA,
Matematika, dll, tidak ada yang berbeda. Sebenarnya Kurikulum 2013 (K13) kan sudah mengarah ke program SKS dengan adanya IPK, karena memang dirasa belum siap akhirnya dicabut dan dihentikan sementara. Padahal dengan SKS ini memberikan peluang bagi anak untuk memilih mata pelajaran yang disukai, misalnya suka pelajaran Biologi, tapi tidak menyukai Fisika, maka anak tersebut dapat mengambil jurusan IPS dengan lintas minat Biologi. Jurusan IPS pun bisa mengambil kedokteran di perguruan tinggi, asalkan lintas minatnya kan di berbagai mata pelajaran IPA. Menurut saya K13 yang mengarah ke SKS ini bagus, hanya mengubah mindset orang
129
saja yang susah, cuma kendalanya di penilaian, tapi penilaianpun kalausudah dipersiapkan dengan baik
hasilnya pun akan bagus dan mudah. Sebenarnya dengan melaksanakan K13
sekolah-sekolah lain secara tidak
langsung juga telah melaksanakan SKS. Apalagi sekarang kelas akselerasi kan sudah dihentikan, nah salah satu solusi ya dengan program SKS ini, dengan program SKS maka bisa membuka kelas pengayaan dengan percepatan yang ditempuh dalam waktu 2 tahun, adalagi kelas pengayaan olimpiade yang bisa ditempuh dalam waktu 3 tahun. Kelas percepatan inipun bisa dilaksanakan di sekolah jika sudah mengantongi ijin dari Dinas pendidikan melalui SK.
6. Apakah tujuan yang melatarbelakangi dilaksanakannya program SKS ini sudah masuk ke dalam visi misi sekolah?
Sudah. Visi misi ini dibuat saat ada rapat manajemen mutu sekolah, ada Kepala Sekolah, ada WaKa masing-masing bidang beserta staf-stafnya kemudian dirapatkan dan muncullah visi misi tersebut. Hampir 25% dari jumlah guru dan staf yang terlibat dalam rapat, jadi menurut saya sudah mewakili dari keseluruhan jumlah pegawai yang ada di SMAN 1 Salatiga, karena tidak mungkin jika semuanya diundang, nanti hasilnya malah tidak maksimal jika terlalu banyak orang sehingga terlalu banyak pendapat.
Input 1. Apakah sebelum program dilaksanakan sudah dibuat perencanaannya terlebih dahulu? Jika sudah, siapa saja yang terlibat dalam
pembuatan prencanaan program?
Tentu saja sudah. Dalam perencanaan-nya kami melakukan IHT, semacam matrikulasi cara menggunakan SKS itu bagaimana, karena yang kami pakai kan bukan SKS murni, tapi SKS semi paket, sehingga perlu di ploting. Kan kalau
tidak diploting nanti terjadi
kebingungan, bagaimana gurunya,
siswanya, dsb, sehingga ada kuota yang pasti. Agar terjadi pemerataan kelas,
sehingga dari segi guru jam
mengajarnya pun dapat terpenuhi, dari siswanya juga terpenuhi.
2. Dalam
pelaksanaannya
Tidak mbak, kan semuanya juga demi
130
apakah pernah
terjadi kekurangan peserta didik bagi
mata pelajaran
tertentu?
Matematika itu kan mata pelajaran yang paling diminati siswa, nah kalau dibuka banyak bisa-bisa mata pelajaran lain tidak kebagian siswa, sehingga kami batasi jumlah mata pelajaran tertentu, sehingga jumlah siswanya pun merata untuk masing-maisng mata pelajaran lain, seperti IPS, PKn, dll. Kebijakan kami kan juga mengacu pada UU guru dan dosen, kan jika guru mengajar kurang dari 24 jam seminggu nanti bisa saja sertifikasinya tidak keluar, jika anaknya kurang dari 20 siswa juga tidak keluar. Misalnya pelajaran bahasa inggris, kuotanya 20 siswa, jika sudah terpenuhi ya kami cut, jadi siswa yang lain harus mengambil mata pelajaran
lainnya. Ya, walaupun setengah
dipaksa, tapi kan tidak masalah.
3. Dalam pelaksanaannya pernahkah terjadi kendala kekurangan siswa?
Sebelum dapodik berjalan, walau
kekurangan siswa mata pelajaran tersebut tetap berjalan, namun dengan adanya dapodik kan pihak sekolah juga
mengusahakan agar guru dapat
memenuhi jam mengajarnya. Ya
bukannya memaksakan kehendak
kepada anak, tetapi kami juga harus memikirkan kepentingan guru juga, sehingga tidak ada yang dirugikan dengan adanya program SKS.
4. Apakah sudah
ada koordinasi
yang baik antara penangungjawab program dengan pelaksana
program?
Tentu saja sudah. Pelaksana program di sini yang dimaksud adalah guru bisa
langsung menyampaikan
kendala-kendala dalam program langsung
kepada bagian kurikulum, atau bisa juga saya menegaskan lagi waktu pembinaan hari Senin kita sampaikan
juga. Dari bagian kurikulum
menyampaikan adanya masukan dari si A, si B dan kendala-kendala yang terjadi berserta solusinya di saat pembinaan, sehingga pelaksana program lainnya
juga mengetahui adanya kendala
beserta solusinya.
5. Apakah terdapat
kendala yang
belum dapat
teratasi sampai
Saya kira sudah tidak ada. Semua kendala sudah bisa teratasi dengan baik. Kalau di awal-awal memang banyak kendala, karena belum terbiasa.
131
sekarang? Memang ada beberapa orang yang
menganggap ada kendala, karena wajar kalau ada orang yang tidak mau belajar,
lalu menganggap program ini
merepotkan, tapi kan lama-lama orang ini mengikuti keadaan, kemudian mau belajar dan beradaptasi dengan program yang ada.Sebenarnya hal baru itu kalau kita mau belajar pasti tidak akan ada kesulitan ataupun kendala, tapi kembali kepada manusianya mau berubah tidak.
6. Apakah guru-guru di sini sudah memenuhi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional?
Masih ada beberapa yang belum memenuhi sih, ya namanya manusia kan beragam. Ada kan orang yang tidak mau berubah, tidak mau mengerti, sudah disampaikan tetapi tidak mau
mendengarkan. Kembali kepada
manusianya mau tidak untuk berubah dan belajar. Tetapi menurut saya dari keseluruhan guru yang ada di SMA 1 Salatiga sebanyak 85% telah memenuhi
kompetensi pedagogis, kepribadian,
sosial dan profesional, sedangkan 15% masih belum memenuhi beberapa aspek, misalnya dalam hal pedagogis, masih ada beberapa guru bersifat monoton dalam mengajar dan tidak bersedia mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Ada juga beberapa guru
yang tidak mau mengajar mata
pelajaran lain, misalnya mengajar Ekonomi ya hanya ekonomi, tidak mau mengajar akuntansi, dan lain-lainnya. Padahal hal tersebut dapat membantu guru tersebut untuk memenuhi jam mengajarnya. Nah hasil ini saya
dapatkan saat saya melakukan
supervisi, jadi kan tahu secara personal guru satu persatu bagaimana saat
mengajar. Sebenarnya kan ujung
tombaknya kan pada guru itu sendiri, berhasil atau tidaknya sebuah program bergantung pada guru. Sebenarnya
dengan program SKS ini kan
menyenangkan, saya kan mengajar matematika 4 jam, itu enak 2 jam menjelaskan 1 jam latihan soal, 1 jam untuk ulangan, jadi anak-anak pulang
132
itu sudah bebas tidak ada beban lagi tinggal mengulang sendiri di rumah jika mau. 7. Apakah peserta didik mendapatkan sosialisasi tentang program SKS?Iya, peserta didik mendapatkan
sosialisasi, orang tuanya juga
mendapatkan sosialisasi di awal masuk sekolah. Siswa sudah diterangkan apa itu SKS, bagaimana cara mengisi KRS, dan lain sebagainya.
8. Apakah ada buku
panduan bagi
peserta didik?
Buku panduannya ada, bukunya sama dengan buku panduan bagi para guru.
9. Apakah
dilakukan
perbaikan buku panduan secara berkala?
Tentu saja, tetapi begini, ketika anak tersebut masuk, dia menerima buku panduan, nah buku panduan yang dia pegang berlaku selama dia di SMAN 1 Salatiga, jadi dari kelas X sampai dia kelas XII, nah baru nanti angkatan
berikutnya dilakukan
perbaikan-perbaikan lagi. Misalnya mata pelajaran yang awalnya 4 seri itu, kemudian kami rubah menjadi 4-6 seri, jadi yang 4 seri ini hanya dipakai oleh kelas percepatan, kalau kelas reguler menggunakan mata pelajaran yang 6 seri. Kemudian untuk kelas percepatan juga berbeda dengan kelas reguler, kelas percepatan 1 jam pelajaran itu 30 menit, kalau reguler 1 jam pelajaran 45 menit. Karena kelas percepatan itu materinya ada yang diperdalam, diperluas dan dipercepat. Ini aturannya mengikuti permendiknas.
10. Apakah peserta didik sudah dapat beradaptasi dengan baik dengan adanya program SKS?
Tentu sudah, apalagi ini yang siswa baru sudah berjalan hampir 2 bulan, kalau di awal-awal itu biasa ya kalau
mereka bingung, tapi lama-lama
semakin memahami mekanisme
pelaksanaan program SKS. 11. Apakah terdapat perubahan-perubahan pada peserta didik sebelum dan sesudah dilaksanakannya program SKS?
Tentu ada, tapi di SMAN 1 Salatiga ini perubahannya tidak terlalu melonjak tajam dari segi prestasinya, tetapi memang kemarin untuk UN karena
kami sudah menggunakan CBT
(Computer Based Test) yang diterima di perguruan tinggi negeri lebih banyak daripada tahun sebelumnya, karena perguruan tinggi itu lebih banyak yang
133
percaya kepada nilai UN dengan CBT. Dari hasil UN pun juga meningkat, secara keseluruhan dari jumlah 900 SMA negeri maupun swasta yang ada di Jawa Tengah, dari jurusan IPA masuk 10 besar, IPSnya peringkat 5,jurusan Bahasa peringkat 3. 12. Darimana sumber biaya bagi keberlangsungan program SKS?Sumber biaya ya dari dana sekolah yang
bersumber dari orangtua dan
pemerintah. Sebelum menjadi RKAS
masing-masing bidang mengajukan
anggarannya yang kemudian kami seleksi menjadi RKAS, selanjutnya RKAS kami mintakan tandatangan
kepada Dinas Pendidikan, karena
sumber dana berasal dari orangtua
melalui SOP (Standart Operating
Procedure). 13. Apakah terdapat dana pendukung lainnya bagi keterlaksanaan program SKS?
Tidak ada, semua dana berasal dari dana sekolah tadi.
14. Menurut ibu, apakah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah memadai bagi keterlaksanaan program?
Secara keseluruhan sarana prasarana sudah cukup memadai, namun tetap
membutuhkan berbagai perbaikan,
misalnya perpustakaan yang masih kurang layak. Walaupun sudah terdapat koleksi buku yang cukup banyak,
internet juga sudah ada untuk
mengakses e-book, sekarang sudah ada lebih dari 27 rombongan belajar lebih
sehingga diperlukan ruang
perpustakaan yang lebih besar,
sehingga dari pihak sekolah mengusul-kan untuk membuat perpustakaan menjadi 2 lantai tapi sampai sekarang masih belum di ACC, karena anggaran yang dibutuhkan cukup besar, sekitar 1,2 M yang kami butuhkan. Belum lagi halaman depan dan pagar depan sekolahan yang juga memerlukan perbaikan. Saat ini yang baru di acc malah pagar depannya duluan. Tapi saya tidak bosan-bosannya mengusul-kan untuk perbaimengusul-kan perpustakaan, karena menurut saya perpustakaan juga merupakan salah stau ujung
134
tombak anak-anak, kan semua ilmu bisa didapatkan di perpustakaan.15. Apakah
pembuatan
jadwal sudah
berjalan dengan baik?
Jadwal yang dibuat oleh bagian kurikulum sudah sangat jelas dan dapat dipahami dengan baik, namun akan terdapat kendala ketika sistem dapodik mewajibkan guru untuk mengajar minimal 20 peserta didik, karena dengan program SKS ini pihak sekolah tetap harus membuka kelas ketika ada peserta didik yang berminat mengambil mata pelajaran tersebut walaupun jumlah pesertanya sedikit, misalnya hanya 3 peserta didik saja. Padahal
dalam sistem dapodik diperlukan
minimal 20 peserta didik agar jam mengajarnya diakui. Sehingga untuk menyiasati hal ini pihak sekolah melakukan beberapa improvisasi dalam program SKS. Pihak sekolah akan menutup kelas jika telah memenuhi kuota, sehingga peserta didik yang sebenarnya berminat mengambil mata pelajaran tersebut karena kuota sudah
penuh dipaksa mengambil mata
pelajaran lain. Misalnya matematika, banyak anak dari berbagai jurusan yang mengambil matematika sebagai mata pelajaran lintas minat mereka, sehingga kuota untuk mata pelajaran ini snagat banyak, untuk itu mata pelajaran ini hanya dibuka beberapa kelas saja, agar mata pelajaran lain juga mendapatkan peserta. Kalau masalah jadwal yang masih sering bertabrakan itu kadang terjadi karena kesalahan gurunya sendiri, ada beberapa guru yang ngeyel “saya tidak mau ngajar di sini” maka terjadi tabrakan jadwal.
Process 1. Bagaimana persiapan guru mengunakan program SKS, apakah diperlukan persiapan
Saya rasa sama saja dengan
pembelajaran sebelumnya ya, tidak ada persiapan khusus yang diperlukan. Persiapannya ya selayakanya guru, ada administrasi yang harus dipenuhi dari RPP, Promes, Prota dll, tapi kan sudah ada MGMP jadi bisa bekerjasama
de-135
khusus? ngan timnya untuk pembuatan
administrasi guru. 2. Apakah pelaksanaan program SKS sudah berjalan dengan lancar?
Kalau menurut saya sudah lancar ya, tapi kembali ke masing-masing individu, ada yang beranggapan masih ada kendala, padahal kalau dipelajari lagi sebenarnya kendala tersbeut dapat
terpecahkan. Ada yang maish
beranggapan program SKS itu ribet,
padahal sebenarnya memudahkan
dalam mengajar, jadi kalau menurut saya program SKS sudah berjalan dengan baik. 3. Bagaimana dengan penyusunan hasil belajar peserta didik, sudahkah berjalan dengan baik?
Tentu saja sudah. Kami memiliki software khusus yang digunakan untuk memasukkan nilai, desainnya dari
sekolah, tapi untuk program
softwarenya kami menyuruh ornag untuk membuat. Tugas guru itu bukan hanya meng-input nilai saja, tetapi wali kelas tetap harus memiliki data, jadi ada kronologinya bagaimana tercipta nilai demikian. Nah, itu mindsetnya susah, harusnya kan prosedurnya jelas nilai ini darimana, gabungan nilai apa saja, harusnya kan jelas, tapi ada sebagain guru yang susah untuk melaksanakannya, bahkan ada nilai yang “ngaji atau ngarang biji” karena tinggal input saja. Padahal tugas guru bukan hanya menginput nilai tetapi juga member motivasi kepada anak, kenapa nilai anak-anak jelek harusnya guru juga mengoreksi diri jangan hanya menyalahkan semuanya pada anak.
Produk
1. Apakah program
SKS sudah
berjalan sesuai
rencana awal?
Sudah. Program SKS ini sudah berjalan sesuai dengan tujuan sekolah yang ingin memfasilitasi kebutuhan perserta didik. Program SKS di SMA Negeri 1 Salatiga ini akan tetap kami lanjutkan sampai ada inovasi-inovasi baru sesuai dengan perkembangan jaman, namun sejauh ini program SKS sudah berjalan dengan baik, dan menurut saya kalau untuk dikatakan layak, ya sudah layak untuk dijadikan role model bagi
sekolah-136
sekolah lain yang hendak melaksanakan program SKS.2. Apakah program
SKS perlu ditiru oleh sekolah-sekolah lain?
Tentu saja perlu, karena dengan
program SKS ini banyak sekali
manfaatnya bagi sekolah.
2.
Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum
Tanggal wawancara
: 1 September 2015
Tempat wawancara
: Ruang Bagian Kurikulum
No Pertanyaan
Jawaban
Konteks
1. Apa yang menjadi
kebutuhan sekolah sehingga menjalankan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
Pada waktu itu SMAN 1 Salatiga terpilih sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), padahal untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dalam pelaksanaan pembelaja-rannya harus mengunakan sistem kredit semester (SKS). Sehingga agar SMAN 1 Salatiga bisa segera menjadi
SBI maka sekolah menggunakan
program SKS. Kemudian RSBI
dihentikan, tetapi SMAN 1 Salatiga tetap menggunakan program SKS. Pada waktu itu merujuk pada permendikbud 81 A sebenarnya bukan hanya sekolah RSBI saja yang bisa melaksanakan program SKS, tetapi juga sekolah dengan kategori mandiri dan sekolah-sekolah berstandar Nasional sudah bisa melaksanakan program SKS. Dalam sks tersebut ada ketentuan bahwa beban belajar di SMA bisa paling cepat 2 tahun, paling lama 5 tahun, tetapi kemudian direvisi menjadi paling lama 4 tahun. Selain tujuan untuk menjadi
sekolah SBI, SMAN 1 Salatiga
menggunakan program SKS dengan tujuan untuk bisa memfasilitasi peserta didik agar lebih cepat menyelesaikan sekolahnya di SMA, terutama bagi peserta didik dengan kategori Cerdas Istimewa (CI). Hal ini pertama kali dicetuskan oleh kepala sekolah waktu itu, yaitu bapak Saptono. Pada waktu itu beliau berpikiran selain agar SMAN 1
137
Salatiga menjadi skeolah SBI,
pelaksanaan program SKS juga
dimaksudkan agar dapat meluluskan
anak selama 2 tahun, sehingga
nantinya hal ini dapat menjadi ciri khusus dari SMAN 1 Salatiga.
2. Siapa yang mencetuskan ide untuk melaksanakan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
Ya, waktu itu kan kepala sekolahnya yang mencetuskan idenya yaitu Pak Saptono, yang punya ide pada waktu itu
Pak Saptono, namun setelah
perkembangan itu justru pada waktu SKS sudah kita laksanakan, tetapi
ternyata muncul yang namanya
akselerasi, nah kemudian setelah
akselerasi dihentikan baru skeolah kembali menggunakan SKS untuk mempersingkat waktu belajar anak menajdi 2 tahun. Jadi kembali ke SKS untuk percepatan itu ya baru tahun ini. Sebenarnya wacana untuk melaksa-nakan percepatan itu sudah lama, hanya saja pada waktu itu belum ada keputusan dari Dinas Pendidikan, atau dari pusat juga belum jelas. Ketika kami memberikan pertanyaan jika ingin meluluskan siswa dalam waktu 2 tahun caranya bagaimana, dari Dinas belum bisa memberikan penjelasan.
3. Apakah sudah terdapat undang-undang yang mengatur pelaksanaan program SKS?
Kalau sekarang sudah ada, yang terbaru itu bukan Undang-undang tetapi Permendikbud 158 tahun 2014. Sebelum adanya Permendikbud terse-but, kami menggunakan Permendikbud nomor 81 A tahun 2013, sebelumnya lagi ada di Permen no 20 tahun 2009 atau 2008 ya saya agak lupa, tetapi ada di situ walaupun tidak disebutkan secara gamblang ya, tapi sudah menyinggung tentang program SKS. Di beberapa perundang-undangan tersebut sudah ada syarat-syarat bagi sekolah yang ingin menggunakan program SKS beserta ketentuan-ketentuannya. 4. Apakah terdapat buku panduan pelaksanaan SKS dari Dinas Pendidikan?
Kalau itu tidak ada, karena sekolah membuat sendiri buku panduannya. Kita dapatnya lewat pelatihan-pelatihan, dan diklat-diklat, karena pada waktu itu petunjuk teknis yang dibakukan itu
138
belum ada, tetapi ada SMA yang sudah melaksanakan program SKS terlebih dahulu, yaitu SMA 78 Jakarta dan SMA 3 Bandung. Nah kita belajar dari mereka. Pada waktu itu ketika masih gencar-gencarnya RSBI mau menjadi SBI itukan sekolah-sekolah yang RSBI itu harus bisa melaksanakan SKS, karena itu maka kemudian diadakan pelatihan besar-besaran bagi sekolahRSBI itu, nah salah satu
narasumbernya ya dari SMA 78 Jakarta. Karena mereka sudah melaksanakan
lama, maka mereka memberikan
panduan dari sekolahnya. Baru
kemudian dari SMA 1 Salatiga
mengembangkan sendiri.
Nah, karena pada waktu itu setalah kita mendapat pelatihan kemudian kita melakukan studi banding kesana (ke SMA 78 Jakarta dan SMAN 3 Bandung). Ternayta dua skeolah ini memiliki dua versi yang berbeda, kemudian kita meramu dari kedua sekolah tersebut untuk kemudian diterapkan di SMAN 1 Salatiga. 5. Apakah ada seleksi khusus bagi sekolah pelaksana program SKS?
Sebenarnya mbak, untuk melaksanakan
SKS itu tidak harus memakai
persyaratan-persyaratan itu, karena sebenarnya justru banyak sekolah yang melaksanakan program SKS karena terpaksa, karena adanya tuntutan RSBI itu tadi. Contohnya SMA 1 Solo itu melaksanakan SKS belum lama, ketika
dia membutuhkan untuk anak
percepatan 2 tahun baru melaksanakan
program SKS, karena program
akselerasi dihentikan. Padahal anjuran
pemerintah kan memang untuk
menggunakan program SKS itu. Jadi Pemerintah itu kan sudah menyeleksi sendiri mana sekolah-sekolah yang layak untuk melaksanakan program SKS.
6. Apakah tujuan
yang
melatarbelakangi dilaksanakannya
Sudah ada, dalam visi misi sudah pasti itu. Apalagi dalam visi misi kan selalu berkembang, mulai dari RSBI kemudian berganti program SKS itu kan sekolah
139
program SKS inisudah masuk ke dalam visi misi sekolah?
langsung menyesuaikan visi misi
sekolah.
7. Siapakah yang
merancang visi misi tersebut?
Yang merancang ya semua bidang melalui Raker (rapat kerja), bukan hanya dari bidang kurikulum tetapi menyangkut semua bidang karena visi misi sekolah kan juga menyangkut keseluruhan personil sekolah.
Input 1. Apakah sebelum program dilaksanakan sudah dibuat perencanaannya terlebih dahulu? Jika sudah, siapa saja yang terlibat dalam
pembuatan prencanaan program?
Tentu saja sudah dibuat rancangannya. Kalau pakarnya ya bidang kurikulum itu sebagai narasumber, jadi ketika kita merancang SKS di SMAN 1 Salatiga kan yang berperan kurikulum, etapi utnuk lebih detailnya kan kita melakukan studi banding, kemudian mendatangkan narasumber tentang SKS melalui IHT (in House Training) dengan pembicara dari SMAN 3 Bandung. Pernah kita menda-tangi diklat-diklat dnegan pembicara dari SMA 78 Jakarta, kemudian ada pakar SKS juga di Dinas Provinsi itu
namanya Pak Topo itu pernah
memberikan saran-saran, kemudian pada waktu itu Pak Saptono itu juga pakar SKS jadi juga memberikan dukungan melalui diklat-diklat.
2. Kapan dan
dimana program SKS ini
dirancang?
Sebelumnya kan kita belajar dulu melalui diklat-dilat tadi baru kemudian kita membuat program, nah baru program dilaksanakan dan itu memang pada waktu itu pelaksanaannya kan melibatkan Waka kurikulum waktu itu Bu Yulianti, saya waktu itu sebagai staf bagian kurikulum. Dalam perancangan program ini guru belum dilibatkan.
3. Setelah program dilaksanasakan apakah guru dilibatkan dalam pembuatan program ini?
Waktu itu guru belum dilibatkan sih mbak, kami yang merancang program, kemudian kami sosialisasikan, jadi guru tinggal melaksanakan programnya. Jadi guru di sini perannya ya sebagai
pelaksana program SKS, karena
memang yang diberikan tanggungjawab itu bidang kurikulum.
4. Apakah peserta
140
mendapatkan buku panduan program? 5. Siapakah yang merancang buku panduan program SKS tersebut?Bagian kurikulum yang merancang dna berwenang menyusun buku, tetapi buku tersebut terus menerus diperbaiki dari tahun ke tahun. Walaupun muatan mata pelajarannya tidak bertambah, tapi terjadi pergeseran-pergeseran di beban mata pelajarannya. Kan KTSP dengan kurikulum 2013 tentu beban mata pelajarannya juag berbeda.
Nah buku itu berlaku utnuk tiap angkatan, jadi ketentuan-ketentuan yang ad adi buku panduan berlaku selama siswa tersebut bersekolah di SMAN 1 Salatiga. Walaupun ada perbai-kan, perbaikan tersbeut berlakunya ya untuk angkatan selanjutnya.
6. Apakah terdapat
buku panduan
program SKS
bagi guru dan staf?
Bapak ibu guru buku panduannya juga sama dengan buku panduan siswa, karena di dalamnya sudah detail dan lengkap, sudah mencakup anak dan juga gurunya, jadi kami menggunakan satu buku panduan yang berlaku bagi guru maupun siswanya.
7. Sudahkah dilakukan pelatihan-pelatihan bagi guru tentang program SKS ini?
Kalau pelatihan-pelatihan itu biasanya yang berangkat bidang kurikulum, sedangkan bapak ibu guru hanya mendapatkan sosialisasi-sosialisasi dari
bidang kurikulum, karena bidang
kurikulum selaku penanggung-jawab program SKS. 8. Apakah perlu dilakukan latihan lagi bagi pengembangan program SKS?
Seharusnya perlu karena masih banyak hal yang belum kami ketahui berkaitan dengan SKS. 9. Apakah sekolah sudah membuat rencana/agenda kegiatan bagi pelatihan tersebut?
Ada beberapa yang sudah direncakana, tetapi untuk pelatihan SKS tidak kita khususkan karena saat ini kami sedang
berkonsentrasi kepada
pelatihan-pelatihan berkaitan dengan Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI)
10. Apakah sudah
dilakukan sosialisasi
kepada peserta
Sudah. Jadi setiap anak masuk atau PPDB selalu ada sosialisasi tentang SKS, bahkan bukan hanya anaknya, orangtua peserta didikpun kami berikan
141
didik berkaitan
dengan SKS ini?
sosialisasi tentang SKS yang kami agendakan di awal tahun ajaran baru.
11. Apakah sudah
terjalin
koordinasi yang baik antara pihak penanggungja-wab program dengan pihak pelaksana program?
Tetap ya, ketika guru menemukan masalah selalu melaporkannya ke bidang kurikulum, agar pihak kuriku-lum dapat memberikan solusi dan memperbaiki program yang ada. Tetapi pihak kurikulum juga tetap melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan bidang-bidang lain dalam menangani
masalah/kendala yang muncul.
Biasanya kendala-kendala tersebut guru sampaikan pada saat pembinaan yang kami lakukan setiap hari senin, dan juga saat raker. Biasanya kalau dalam pembinaan dan raker ada notulennya, tetapi kebanyakan secara lisan juga, supaya lebih cepat penanganannya dan kendala bisa segera diatasi.
12. Apakah peserta didik sudah dapat beradaptasi dengan baik menggunakan program SKS?
Awalnya anak-anak pasti kurang paham karena program ini sesuatu yang baru, yang penting di awal kami sudah memberikan sosialisasi dan selama
berlangsung kami terus menerus
memberikan pemahaman mengenai
SKS, sehingga lama kelamaan anak-anak semakin paham, dan di kelas 2 dan 3 mereka sudah paham betul apa itu SKS. 13. Apakah terjadi peningkatan prestasi dengan penggunaan program SKS ini?
Tentu saja ada. Misalnya masalah akademik, kita menunjukkan peringkat yang naik berdasarkan nilai UN. Menurut saya peirngkat akadmeik anak-anak naik juga karena adanya program SKS ini, kalau dalam grafik dapat kita lihat adanya peningkatan. Kemudian masalah kenakalan, ya
menurut saya juga sudah lebih
berkurang karena anak-anaknya
dituntut untuk lebih mandiri.
14. Darimanakah
sumber
pembiayaan bagi program?
Kalau SKS sudah masuk program
sekolah sehingga pembiayaannya
berasal dari berbagai sumber, karena SKS kan merupakan program sekolah, sehingga bisa dari BOS, dan lain-lain. Nah tiap bidang memiliki anggaran sendiri yang kami usulkan melalui RKAS (Rencana Kegiatan Anggaran
142
Sekolah), jadi smeua kegiatan terperinci ad adi situ dari setiap bidang. Kalau untuk hal-hal berkaitan dengan SKS ituyang mengusulkan ya bidang
kurikulum. 15. Apakah terdapat sumber dana khusus dari pemerintah bagi program SKS ini?
Tidak ada, semuanya sama. Kami menerima sumber dana yang sama dnegan SMA-SMA lain, tidak ada dana khusus bagi program SKS.
16. Apakah sekolah sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai bagi terlaksananya program SKS?
Ya sebenarnya kalau kita ingin
melaksanakan program SKS secara ideal masih ada yang kurang. Karena seharusnya program SKS itu harusnya moving class, tapi kan ruang kelas masih belum memadai, dan masih banyak sarana prasarana lainnya sih yang perlu diperbaiki.
17. Bagaimana cara
pihak sekolah
dalam menyusun jadwal?
Kalau dari jadwal tim kurikulum yang bertugas membagi jadwal bagi para guru, sedangkan untuk lintas minat biasnya pembagian kelasnya kami lakukan sebelum awal tahun ajaran baru dimulai. Mislanya ada 5 lintas minat, nah dari 5 kelas nanti saat lintas minat anak-anak akan melakukan moving class. Nah data lintas minat itu kami dapatkan saat sosialisasi sudah kami bagikan pilihan lintas minat, sehingga di awal tahun ajaran baru anak-anak sudah siap untuk menerima jadwal masing-masing beserta kelas lintas minatnya. Nah biasanya ada beberapa kelas lintas minat yang buka
kelasnay lebih banyak, misalnya
ekonomi. Biasanya anak-anak banyak yang tertarik mengambil kelas lintas
minat ekonomi, sehingga kami
membuka kelas ekonomi sampai 3 kelas maka gurunya pun beda-beda juga. Saat pembagian jadwal ini anak-anak sudah langsung mendapatkan kelas lintas minat ini gurunya ini ruangannya di sini. Itu yang membuat pusing karena kami harus membagi kelas yang sangat banyak.
18. Apakah ada
kendala dalam
Banyak mbak kendalanya, misalnya kadang ada tabrakan jadwal, sehingga
143
pembuatanjadwal?
terkadang dalam pembuatan jadwal 1 bulan pembelajaran berlangsung itu jadwal baru clear (tidak ada yang bertabrakan jam mengajarnya).
19. Apakah jadwal
yang dibuat
sudah dapat
dipahami dengan baik oleh pihak pelaksana
program?
Karena sekarang kita sudah terbiasa sehingga sudah dapat dipahami ya, tapi awalnya ya butuh penjelasan dan koordinasi yang baik dari bagian kurikulum, kan lintas minat ini pelajaran ini gurunya ini ruangannya di sini, sehingga kadang ruang kelas sampai membengkak dan kami harus menggunakan ruang lab yang ada. Dulu di awal-awal guru-guru juga masih bingung namun sekarang karena sudah terbiasa ya sudah berjalan dengan baik.
20. Apakah jadwal
pembelajaran
sudah berjalan
sesuai yang
direncanakan?
Sudah berjalan sesuai harapan, karena anak-anak sudah terbiasa, gurunya juga sudah terbiasa sehingga sudah berjalan dengan baik.
Process 1. Apakah terdapat kendala-kendala yang belum teratasi sampai sekarang?
Kendala itu biasanya berkaitan dengan ruang dan sertifikasi guru. Jam mengajar guru yang harus 24 jam itu seharusnya bisa teratasi dengan adanya program SKS, karena saat ini belum ada aturannya di SMA, adanya masih di SMP. Nah nanti kalau sampai benar-benar diterapkan oleh sistem dapodik akan banyak guru kekurangan jam mengajar. Karena program SKS ini mau berapapun jumlah muridnya kan kelas harus dibuka,sehingga kadang guru mengajar siswanya kurang dari 20, padahal nantinya kalau dari sistem dapodik kalau kurang dari 20 siswa
guru tidak akan diakui jam
mengajarnya, nah itu nanti yang membuat repot. Tapi kan kebetulan di SMA hal tersebut belum diberlakukan sih, jadi itu masih belum menjadi kendala saat ini.
2. Bagaimana cara
penyusunan hasil
belajar peserta
didik?
Kami punya software ya mbak, itu kami yang merancang tetapi kami membayar ahli untuk membuat programnya, kalau kami sendiri yang membuat kan kami tidak mampu. Nah di program tersebut
144
sudah ada misalnya nilai fisiknya 80 harusnya di rapor keluar nilai A atau B itu sudah ada sistemnya.Produk
1. Apakah program
SKS sudah berjalan sesuai rencana awal?
Sebenarnya perencanaan juga kami rancang sesuai keadaan sekolah, karena kalau kita rencanakan terlalu ideal dan tidak sesuai keadaan sekolah kan akan
menyulitkan, sehingga dari awal
perencanaan program SKS disesuaikan dengan situasi dann kondisi sekolah, sehingga ya pelaksanaannya sudah sesuai dengan perencanaannya.
2. Apakah program
SKS di SMAN 1 Salatiga masih perlu dilakukan perbaikan?
Tentu saja perlu. Program perlu terus
menerus disempurnakan. Misalnya
dalam hal pelaksanaan, perlu adanya
moving class sehingga program SKS
benar-benar murni.
3. Apakah program
SKS akan terus digunakan oleh sekolah?
Tentu saja, karena program SKS ini akan menjadi salah satu cara legalisasi kelas percepatan sebagai pengganti kelas akselerasi. 4. Apakah program SKS di SMAN 1 Salatiga sudah layak untuk ditiru oleh sekolah-sekolah lain?
Tentu saja sudah layak, karena kita sudah meluluskan anak-anak dengan program SKS dan terbukti banyak yang bisa diterima di perguruan tinggi negeri, jadi program ini sudah tidak perlu diragukan lagi manfaatnya.