1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi daerah adalah sebuah proses terciptanya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada dapat dikelola untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yang berdampak merangsang perkembangan perekonomian (meningkatkan pertumbuhan ekonomi) di wilayah tersebut (Arsyad, 1999:298). Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesungguhnya harus mampu memaksimalkan seluruh potensi sumber daya yang ada (sumber daya manusia/penduduk dan sumber daya alam) secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan merangsang perkembangan seluruh aktivitas perekonomian dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah sesuai dengan yang diharapkan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi kependudukan (sumber daya manusia) cukup besar yang berguna untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional dan pembangunan ekonomi daerah. Menurut Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Whynandin Irawan, penduduk Indonesia pada tahun 2010 menempati peringkat keempat dunia dengan jumlah penduduk terbanyak. Jumlah penduduk Indonesia sesuai hasil sensus penduduk tahun 2000 adalah 205.132.458 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2010
2
adalah 237.641.326 jiwa (BPS, 2011). Penduduk Indonesia selama 10 tahun mengalami pertumbuhan sebesar 15,84% atau sekitar 1,49% pertahun.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 dan 2010 dapat dipastikan Indonesia lambat laun akan mengalami fenomena bonus demografi. Jati (2015:2-18) menjelaskan bahwa bonus demografi merupakan suatu transisi demografis dimana terjadi kenaikan dua kali lipat penduduk usia kerja, penundaan usia penduduk muda, dan semakin sedikitnya usia manula sehingga akan menimbulkan dampak positif sehingga dapat memacu investasi dan pertumbuhan ekonomi. Fenomena tersebut akan mencapai puncaknya pada tahun 2017-2019 (tahap pertama) dan tahun 2020-2030 (tahap kedua). Fenomena bonus demografi dapat menjadi sebuah jendela peluang (windows of opportunity) maupun sebuah jendela bencana (windows of disasters) untuk pembangunan perekonomian suatu negara, tergantung kebijakan pemerintah dalam memaknai dan memanfaatkan segala peluang yang terjadi.
Fenomena bonus demografi dapat diketahui dengan melihat presentase pertumbuhan penduduk yang cenderung mengalami penurunan. Hal ini merupakan dampak dari susksesnya pelaksanaan program pengendalian penduduk yang telah digalakkan sejak beberapa dasawarsa yang lalu hingga saat ini. Peristiwa penurunan presentase pertumbuhan penduduk yang terjadi secara bertahap menunjukkan bahwa telah terjadi berkurangnya tingkat kelahiran, sehingga dalam waktu tertentu berdampak meningkatnya pertumbuhan penduduk usia produktif (tenaga kerja) dalam sebuah sistem perekonomian. Sesuai grafik 1.1 proyeksi presentase pertumbuhan Penduduk Indonesia pada tahun 2011-2015 secara bertahap
3
cenderung mengalami penurunan, namun secara absolut/jumlah terus mengalami peningkatan.
Sumber: BPS, 2013. Diolah.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2011-2015
Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011-2015 mempunyai pertumbuhan penduduk tertinggi di Indonesia dan mampu melebihi pertumbuhan penduduk tingkat nasional. Sesuai tabel 1.1 ternyata pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Riau tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar 3,31% dan terendah pada tahun dicapai 2015 sebesar 2,90% serta mempunyai rata-rata sebesar 3,11%, sedangkan pertumbuhan penduduk nasional tertinggi dicapai pada tahun 2011 sebesar 1,46% dan terendah dicapai pada tahun 2015 sebesar 1,31% serta rata-ratanya hanya sebesar 1,38%. Pertumbuhan penduduk di Provinsi Kepulauan Riau disebabkan oleh gelombang migrasi masuk yang cukup banyak karena adanya daya tarik pada sektor perindustrian di wilayah tersebut. Selain itu, pertumbuhan penduduk juga disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alami.
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah (dalam ribuan) 241990,7 245425,2 248818,8 252164,8 255461,7 Pertumbuhan (dalam %) 1,46 1,42 1,38 1,34 1,31 1,2 1,25 1,3 1,35 1,4 1,45 1,5 235000 240000 245000 250000 255000 260000
4 Tabel 1.1 Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2011-2015
No Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata 1 Aceh 2,12 2,08 2,04 1,99 1,94 2,03 2 Sumatera Utara 1,48 1,42 1,36 1,30 1,24 1,36 3 Sumatera Barat 1,39 1,36 1,33 1,29 1,27 1,33 4 Riau 2,71 2,67 2,62 2,57 2,52 2,62 5 Jambi 1,93 1,88 1,83 1,77 1,73 1,83 6 Sumatera Selatan 1,56 1,52 1,48 1,44 1,40 1,48 7 Bengkulu 1,79 1,75 1,72 1,68 1,63 1,71 8 Lampung 0,81 0,76 0,70 0,64 0,60 0,70 9 Kep. B. Belitung 2,28 2,26 2,22 2,19 2,15 2,22 10 Kep. Riau 3,31 3,22 3,12 3,01 2,90 3,11 11 DKI Jakarta 1,16 1,13 1,09 1,06 1,02 1,09 12 Jawa Barat 1,65 1,60 1,56 1,52 1,48 1,56 13 Jawa Tengah 0,87 0,84 0,80 0,78 0,75 0,81 14 DI Yogyakarta 1,23 1,21 1,19 1,17 1,16 1,19 15 Jawa Timur 0,73 0,70 0,67 0,64 0,61 0,67 16 Banten 2,39 2,33 2,27 2,20 2,14 2,27 17 Bali 1,28 1,25 1,23 1,20 1,17 1,23 18 NTB 1,45 1,42 1,38 0,49 2,15 1,38 19 NTT 1,75 1,72 1,70 1,67 1,65 1,70 20 Kalimantan Barat 1,76 1,71 1,66 1,61 1,56 1,66 21 Kalimantan Tengah 2,45 2,40 2,36 2,31 2,26 2,36 22 Kalimantan Selatan 1,97 1,90 1,84 1,77 1,71 1,84 23 Kalimantan Timur 2,73 2,68 2,61 2,55 2,49 2,61 24 Sulawesi Utara 1,24 1,20 1,15 1,11 1,07 1,15 25 Sulawesi Tengah 1,77 1,73 1,69 1,64 1,61 1,69 26 Sulawesi Selatan 1,19 1,15 1,12 1,08 1,04 1,12 27 Sulawesi Tenggara 2,26 2,23 2,18 2,14 2,10 2,18 28 Gorontalo 1,70 1,67 1,64 1,60 1,58 1,64 29 Sulawesi Barat 1,97 1,95 1,95 1,93 1,92 1,94 30 Maluku 1,87 1,83 1,81 1,78 1,76 1,81 31 Maluku Utara 2,29 2,24 2,18 2,13 2,07 2,18 32 Papua Barat 2,70 2,67 2,64 2,60 2,55 2,63 33 Papua 2,04 2,01 1,97 1,93 1,89 1,97 Indonesia (Nasional) 1,46 1,42 1,38 1,34 1,31 1,38 Sumber: BPS, 2013. Diolah.
5
Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah salah satu parameter kependudukan untuk mengukur tingkat beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non produktif (penduduk belum produktif dan yang sudah tidak produktif). Sesuai grafik 1.2 dapat diketahui bahwa Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011-2015 mempunyai rasio ketergantungan yang cukup tinggi daripada rasio ketergantungan tingkat nasional. Perkembangan rasio ketergantungan di tingkat nasional menunjukkan trend yang positif (cenderung mengalami penurunan), sedangkan rasio ketergantungan di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan trend yang negatif (cenderung mengalami kenaikan). Rasio ketergantungan dengan trend negatif menunjukkan semakin bertambahnya penduduk usia non produktif sehingga akan mempengaruhi perubahan alokasi pendapatan penduduk usia produktif. Pendapatan penduduk usia produktif yang semula cenderung dialokasikan untuk tabungan/investasi, namun dengan bertambahnya rasio ketergantungan maka akan cenderung dialokasikan untuk konsumsi (untuk membiayai kebutuhan penduduk non produktif). Perkembangan rasio ketergantungan akan mempengaruhi kondisi pertumbuhan ekonomi daerah.
6
Sumber: BPS, 2013 dan BPS Prov Kep Riau, 2015. Diolah.
Grafik 1.2 Rasio Ketergantungan Provinsi Kepulauan Riau dan Rasio Ketergantungan Tingkat Nasional Tahun 2011-2015
Pertumbuhan ekonomi adalah sebuah parameter kuantitatif yang menunjukkan perkembangan perekonomian dalam periode tahun tertentu diukur dengan cara membandingkan kondisi saat ini dengan kondisi sebelumnya (Sukirno, 2006:9). Sesuai grafik 1.3 ternyata Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011-2015 mempunyai pertumbuhan ekonomi daerah yang fluktuatif dan cenderung menurun, namun masih cukup baik daripada pertumbuhan ekonomi tingkat nasional. Pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Kepulauan Riau selama lima tahun tertinggi dicapai pada tahun 2012 sebesar 7,63%, sedangkan pertumbuhan ekonomi secara nasional tertinggi dicapai pada tahun 2012 hanya sebesar 6,61%. Pertumbuhan ekonomi tingkat provinsi yang lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi tingkat nasional bukanlah sebuah keberhasilan yang cukup memuaskan karena masih terdapat beberapa tahun yang belum optimal dalam mencapai target yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010-2015. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi
47,49 48,24 48,49 49,40 49,56 50,10 49,60 49,30 48,90 48,60 2011 2012 2013 2014 2015
7
Kepulauan Riau yang dapat melebihi target hanya pada tahun 2012 sebesar 7,63%, sedangkan pada tahun 2011, 2013, 2014, dan 2015 masih belum mencapai target.
Sumber: Bappeda 2015 dan BPS Prov Kep Riau 2016. Diolah.
Grafik 1.3 Target dan Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Serta Pertumbuhan Ekonomi Nasional Tahun 2011-2015
Sayifullah et al. (2013:60-61) menerangkan bahwa terdapat dua aliran dalam melihat peranan penduduk terhadap pembangunan (pertumbuhan ekonomi). Kedua aliran itu adalah aliran optimis dan aliran pesimis. Aliran optimis berpendapat antara penduduk dengan pembangunan (pertumbuhan ekonomi) mempunyai hubungan yang positif, sedangkan aliran pesimis berpendapat diantara keduanya terdapat arah hubungan yang negatif. Sesuai dengan pendapat aliran optimis dapat diketahui penduduk mempunyai peran dalam mendorong pembangunan, sedangkan aliran pesimis berpendapat penduduk merupakan sebuah masalah yang menghambat pembangunan.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan variabel kependudukan (pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan) mempunyai hubungan yang erat dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam sebuah proses
6,96 7,63 7,21 6,62 6,02 7,50 7,60 7,80 7,90 8,00
6,16
6,61
5,71
5,20
4,98
2011 2012 2013 2014 20158
pembangunan ekonomi daerah. Sesuai hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa pertumbuhan penduduk berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Fitriani, 2012); serta rasio ketergantungan/ dependency
ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
(Syamsuddin, 2013).
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai identifikasi latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka dapat diketahui bahwa perkembangan variabel kependudukan dan variabel non kependudukan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011-2015 belum optimal. Variabel kependudukan yang dimaksud adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi dan rasio ketergantungan yang cenderung menunjukkan trend negatif. Adapun variabel non kependudukan yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi daerah yang fluktuatif dan cenderung menurun serta belum optimal dalam mencapai target. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa belum diketahui pengaruh pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, saya berminat untuk melaksanakan sebuah penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Ketergantungan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2015”.
9 1.3 Tujuan
Sesuai rumusan masalah yang telah saya uraikan, terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Menganalisis perbandingan pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan, dan pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015; serta
2. Menganalisis pengaruh pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015.
1.4 Manfaat
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai macam manfaat sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada jenjang pendidikan tinggi di Indonesia;
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah pusat maupun daerah dalam merumuskan sebuah kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, serta studi kependudukan;
3. Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menuangkan gagasan untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah;
10
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi para pembaca mengenai seberapa besar pengaruh variabel kependudukan terhadap pertumbuhan ekonomi; dan
5. Penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan secara nyata dari beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli ekonomi terkemuka.
11 1.5 Kerangka Penulisan
Latar Belakang
Berdasarkan data stastistik yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi daerah Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015 mempunyai laju pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih baik daripada laju pertumbuhan ekonomi tingkat nasional, namun belum optimal dalam mencaapai target RPJMD serta perkembangaanya yang fluktuatif dan cenderung menurun.
Rumusan Masalah
Perkembangan variabel kependudukan dan variabel non kependudukan Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2011-2015 belum optimal. Variabel kependudukan yang dimaksud adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi dan rasio ketergantungan yang cenderung menunjukkan trend negatif. Adapun variabel non kependudukan yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi daerah yang fluktuatif dan cenderung menurun serta belum optimal dalam mencapai target. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa belum diketahui pengaruh pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, saya berminat untuk melaksanakan sebuah penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Ketergantungan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2015”.
Data yang digunakan adalah sekunder yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (nasional), Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau dan Badan Pusat Statistik kabupaten/kota. Data tersebut berupa data panel yang terdiri dari data laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan, dan laju pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015.
Metode Analisis
Analisi regresi data panel.
Tujuan 1. Menganalisis perbandingan pertumbuhan penduduk rasio ketergantungan, dan pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015; serta 2. Menganalisis pengaruh pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau tahun 2011-2015.