• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN. Balai Besar Peengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN. Balai Besar Peengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor 2)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN

MH. Togatorop1) , Debora Kana Hau2) dan Yusuf2)

1)Balai Besar Peengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor 2)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

ABSTRAK

Pembangunan pertanian terutama di negara agraris seperti Indonesia sangat potensial dilakukan untuk peningkatan pendapatan petani yang sebagian besar tinggal di pedesaaan. Petani sebagian besar menggantungkan hidupnya dari usaha pertanian atau dengan kata lain penghasilan utamanya adalah dari sektor pertanian. Untuk meningkatkan pendapatan petani, perlu dilakukan pemberdayaannya, yaitu mempersiapkan petani menerima perubahan-perubahan yang terjadi , antara lain melalui pendidikan baik formal maupun informal. Keberhasilan pemberdayaan petani di satu pihak akan menentukan keberhasilan pembangunan sektor pertanian di lain pihak. Pada akhirnya petani yang tinggal di pedesaan akan terwujud menggapai penghasilan yang layak dari usaha pertanian yang dikelolanya.

Kata kunci : Pemberdayaan, petani, pembangunan

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara agraris, dimanfestasikan jumlah penduduknya yang tinggal di pedesaan sekitar 80% menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian. Artinya penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan tersebut memperoleh penghasilan utamanya adalah dari sektor pertanian. Dengan demikian upaya memberdayakan petani di pedesaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya sangat diperlukan pemahaman ilmu ekonomi yang benar-benar berguna terutama berkaitan dengan ekonomi pertanian. Hal ini juga berarti, apabila kita hendak meningkatkan kesejahteraan petani, pertama-tama yang harus di lakukan ialah mencari startegi pembangunan pertanian yang cepat/sesuai untuk dilaksanakan.

Pemberdayaan petani akan efektif dan efisien, apabila upaya-upaya pembangunan difokuskan pada sektor pertanian di daerah pedesaan disamping pembangunan sektor lainnya seperti sektor perdagangan. Pembangunan sektor pertanian dan perdagangan di daerah pedesaan inilah yang disebut pembangunan agribisnis.

Tulisan ini adalah sebagai bahan informasi untuk didiskusikan bersama dengan harapan dapat berkesinambungan untuk diperluas dan diperdalam lebih lanjut dalam waktu yang akan datang. Penulis sendiri adalah salah seorang partisipan sama dengan partisipan lainnya yang saling berpartisipasi untuk isi mengisi tanpa mempertahankan argumen-argumen masing-masing termasuk yang terkandung dalam tulisan ini.

BAHAN DAN METODE

Informasi dan hasil-hasil penelitian dan pengkajian (Litkaji) dalam hal upaya-upaya serta kaitannya/hubungan aspek pemberdayaan manusia khususnya petani melalui pembangunan sektor pertanian telah digunakan sebagai bahan dalam rangka penyusunan dan penulisan makalah ini. Dari hal-hal tersebut diharapkan dapat diangkat pemberdayaan itu untuk didiskusikan sejauhmana pemberdayaan tersebut dapat ditingkatkan melalui pembangunan sektor pertanian yang mennyebabkan suatu perubahan.

Selanjutnya dapat diinformasikan, bahwa review dan penelusuran informasi hasil-hasil penelitian Litkaji tentang pemberdayaan manusia (petani) adalah metode yang digunakan dalam penyusunan dan penulisan makalah ini. Disamping itu juga upaya sintesis telah dilakukan pula untuk melihat lebih jelas potensi dan makna dari pemberdayaan manusia (petani) dalam rangka mengaktualisasikan dirinya misalnya dalam berusaha tani sekaligus meningkatkan pendapatannya.

(2)

Pembangunan Pertanian

Pemberdayaan masyarakat (petani), antara lain dapat terwujud melalui pembangunan pertanian. Pemberdayaan yang dimaksud sebagai upaya mempersiapkan masyarakat (petani) tersebut melalui pendidikan formal maupun informal agar tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Proses pemberdayaan manusia dapat dibedakan menjadi dua hal. Pertama, pemberdayaan yang menekankan pada proses pemberian atau pengalihan sebagian kekuasaan kekuatan atau kemampuan pada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Kedua, pemberdayaan yang memberikan pada proses stimulasi, dorongan, atau pemotivasian individu agar mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihan – pilihan melalui proses dialog (Pranarka dan Vidhyandika, 1996) yang disitasi Puspadi dkk, 2004. Jadi pemberdayaan pada hakekatnya memberikan kesempatan dan kemampuan kepada individu agar mampu mengaktualisasikan dirinya. Santosa (2001) mensitasi pernyataan Ciptohadijoyo (2001), penerapan ilmu dan teknologi pada masyarakat agar dapat dilaksanakan tepat guna, memerlukan pendekatan, antara lain melalui parsitifatif, kemitraan, keterpaduan program, melalui perluasan lapangan kerja dan kewirausahaan. Pendekatan ini merupakan langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pemberdayaan masyarakat (petani).

Litbang Pertanian (2002) menginformasikan, bahwa pemberlakuan undang-undang otonomi daerah, yaitu UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999 memberikan implikasi yang sangat strategis, yaitu pendaerahan manajemen pembangunan pertanian yang mampu memberikan respon yang sesuai terhadap dimungkinkan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Oleh karena itu, daerah harus lebih mampu memberdayakan dan melibatkan secara penuh komunitas dan unit-unit kelembagaan masyarakat yang ada di masing-masing wilayah yang bersangkutan

Pola pembangunan ekonomi termasuk pertanian di suatu daerah, tujuannya tidak berbeda dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat diukur berdasarkan pendapatan riil atau jumlah pengeluaran konsumsi masyarakat rata-rata per kapita. Tambunan (1995), secara garis besar ada lima tahap utama yang harus dilalukan dalam merancang suatu pola pembangunan, yaitu, (1) Mempelajari kondisi dan karakteristik dasar (existing conditions) daerah yang akan dibangun, (2) Mempelajari teknologi dan keterampilan yang sudah dimiliki masyarakat dan menentukan teknologi dan keterampilan yang akan dikembangkan, (3) Menentukan komoditas unggulan dan atau sektor unggulan serta jenis-jenis kegiatan ekonomi lainnya, (4) Menentukan sifat dan mekanisme keterkaitan ekonomi yang ada, dan (5) Mempelajari kelembagaan-kelembagaan serta sosial masyarakat yang ada di daerah tersebut. Untuk itu, agar pembangunan berhasil sesuai dengan yang diharapkan langkah utama yang harus dilakukan adalah penelitian berupa studi kelayakan (regional

visible studies) tentang kondisi-kondisi ekonomi, sosial, fisik, geografi, demografi, dan politik di daerah

yang melakukan pembangunan tersebut.

Faktor-faktor penentu keberhasilan pembangunan ekonomi termasuk pembangunan pertanian, antara lain (1) Jumlah penduduk, (2) Struktur penduduk menurut umur, pendidikan, dan jenis kelamin, (3) Pemilihan jenis, lokasi, dan skala usaha, (4) Pemilihan teknologi dan pola proses tepat guna, (5) Jumlah, jenis, dan kondisi bahan-bahan baku, (6) Penentuan sektor utama, (7) Infastruktur (bentuk fisik dan kelembagaan seperti lembaga keuangan, koperasi), dan (8) Lokasi daerah yang akan dibangun (strategis). Oleh karena itu pemahaman pelaksana pembangunan terutama penanggung jawab atau penentu kebijakan terhadap faktor-faktor tersebut harus fokus agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai sesuai yang diharapkan.

Sumberdaya Alam

Di bidang pertanian, sumberdaya alam mencakup sumberdaya tanah, air, iklim, kelautan, dan hayati. Diantara sumberdaya alam tersebut, ternyata tanah dan air mendapat tekanan sangat berat akibat dari perubahan dinamika ekonomi. Konversi lahan pertanian pada kegiatan non pertanian menyebabkan semakin sempitnya basis produksi pertanian (Jawa), sedangkan lahan bukaan baru di luar Jawa mempunyai kesuburan relatif rendah. Demikian juga, ketersedian air untuk pertanian yang semakin langka, sehingga sektor pertanian menghadapi tantangan untuk meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan dan air secara lestari.

Disamping hal-hal tersebut di atas, pemahaman tentang penggunaan lahan (land use planning) harus jelas dan tertib, antara lain penggunaan lahan untuk (1) Pembangunan pertanian seperti lahan sawah (irigasi dan sawah ladang), (2) Perumahan dan bangunan, (3) Kehutanan. (4) Perkebunan, (5)

(3)

Peternakan, (6) Perikanan, dan (7) Tegalan. Penggunaan lahan ini harus sesuai dengan tata ruang dengan pemerintah setempat yang sudah terprogram sebelumnya. Selanjutnya status kepemilikan lahan, yakni apakah milik sendiri, sewa, penggarap juga merupakan suatu faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka pemberdayaan petani untuk pembangunan pertanian. Apabila pemilikan lahan sempit, teknologi intensif sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil berupa produksi komoditas yang dikelola pada lahan tersebut. Sebaliknya apabila pemilikan lahan luas, intensifikasi dengan minimum input technology akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani daripada yang telah dicapai sebelumnya.

Pembangunan pertanian harus didasarkan atas potensi lahan dengan pilihan komoditas serta sistem usaha yang sesuai dengan karakteristik potensi lahan tersebut untuk mendapatkan suatu keberhasilan. Dengan demikian langkah-langkah yang perlu diperhatikan (diambil) dalam rangka pengembangan pemberdayaan lahan secara optimal, antara lain (1) Pengenalan sifat dan karakteristik lahan seperti iklim, tanah, air, topogarafi, vegetasi, dan penggunaan tanah, (2) Menetapkan kesesuaian lahan dengan melakukan analisis kesesuaian lahan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan persyaratan penggunaan lahan, (3) Tingkat pengelolaan yang diperlukan sesuai dengan sifat dan karakteristik lahan tersebut, (4) Penilaian keseuaian lahan bagi pengembangan berbagai komoditas (tanaman pangan, peternakan), dan (5) Menentukan pilihan komoditas dan atau tipe penggunaan lahan tertentu yang secara fisik sesuai dan secara ekonomis menguntungkan.

Sumberdaya Manusia

Unsur-unsur (variabel) sumberdaya manusia meliputi (1) Kemampuan (capabilities) (2) Sikap (attitudes), (3) Nilai-nilai (values), (4) kebutuhan-kebutuhan (needs), dan (5) Karakteristik-karakteristik demografisnya. Unsur-unsur tersebut sangat dipengaruhi lingkungan sekitarnya seperti, (1) Norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, (2) Tingkat pendidikan, dan (3) Peluang-peluang yang tersedia. Bertitik tolak dari informasi sumberdaya manusia di atas, dalam pembangunan pertanian perlu memperhatikannya apakah perlu upaya pemberdayaan agar sinkron dengan pembangunan pertanian tersebut.

Kenyataan menunjukkan bahwa masih ada permasalahan-permasalahan dalam pengembangan pertanian dalam kaitannya dengan sumberdaya manusia. Hal tersebut, antara lain adalah tingkat pengetahuan dan keterampilan petani pada umumnya masih rendah, kurangnya minat pemuda untuk menjadi seorang petani. Untuk itulah perlu pemberdayaan sumberdaya manusia tersebut, agar dapat menerima dan melaksanakan perubahan yang dalam hal ini pembangunan pertanian didaerahnya.

Peluang Pengembangan

Pembangunan pertanian peluangnya sangat tergantung pada berbagai faktor, antara lain (1) Faktor biofisik lahan, (2) Faktor kebijaksanaan, (3) Faktor kesiapan teknologi adaptif, (4) Faktor eksternal, dan (5) Faktor internal

Tanaman Pangan

Peluang tanaman pangan untuk dikembangkan, antara lain

(1) Padi. Komoditas ini sangat mungkin dikembangkan pada lahan sawah yang mempunyai irigasi teknis dan atau setengah teknis. Kalau memungkinkan, pengembangan padi di sawah tadah hujan dapat dilakukan yang disesuaikan dengan iklim yakni turunnya hujan.

(2) Palawija (jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian).

(3) Tanaman hortikultura, antara lain buah-buahan dan sayur-sayuran.

Pola pengembangan tanaman pangan ini bisa diusahakan secara (1) Monokultur, (2) Pola usaha tani campuran (mix farming), dan (3) Pola integrasi dengan ternak dan atau tanaman sela dengan tanaman perkebunan

Peternakan

Kebijaksanaan umum pembangunan peternakan adalah memihak kepada rakyat, adanya pendelegasian tanggung jawab, perubahan struktur, dan pemberdayaan masyarakat (petani). Acuan utama pembangunan peternakan itu adalah membangun peternakan modern, mandiri, dan berkesinambungan. Dengan demikian pembangunan peternakan itu (1) Dapat menyediakan pangan asal ternak yang cukup (kuantitas dan kualitas, (2) Memberdayakan sumberdaya manusia peternakan untuk menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, (3) Menciptakan peluang ekonomi, (4) Menciptakan lapangan kerja, dan (5) Melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan.

(4)

Pendekatan yang dapat ditempuh untuk pembangunan peternakan ini, antara lain melalui (1) Usaha tani, komoditi, dan wilayah terpadu serta komponen pendukung dan (2) Agribisnis terpadu dari sejak hulu sampai ke hilir dalam satu kawasan pengembangan. Integrasi ternak dengan tanaman pangan, perkebunan misalnya adalah sangat memungkinkan untuk dikembangkan dan memberikan hasil yang lebih baik. Komoditas ternak yang mungkin dikembangkan, antara lain ialah:

Ternak Ruminansia:

(a) Ruminansia besar, yaitu: sapi, kerbau, dan kuda (b) Ruminansia kecil, yaitu: kambing dan domba

Ternak Non Ruminansia (c) Babi

(d) Ternak unggas, yaitu: ayam buras, ayam ras, dan itik

Tanaman Perkebunan dan Tanaman Industri

Pengembangan tanaman perkebunan dan tanaman industri sangat startegis untuk dilaksanakan, karena dapat menghasilkan produk yang dapat dijual dan mendapat hasil dalam bentuk uang. Perlu diperhatikan dalam pengembangan komoditas perkebunan dan tanaman industri ini adalah kesesuaian lahan yang digunakan. Tanaman perkebunan dan tanaman industri yang berpotensi untuk dikembangkan, antara lain adalah kelapa, kopi, coklat, kemiri, kapuk, dan kayu manis.

PENUTUP

1. Petani Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan mengantungkan hidupnya pada usaha pertanian dengan perkataan lain pengahasilan utamanya adalah dari sektor pertanian.

2. Pemberdayaan petani perlu dilakukan, agar petani tersebut dapat menerima perubahan-perubahan melalui pembangunan pertanian, sehingga memberikan kesempatan dan kemampuan kepada mereka agar mampu mengaktualisasikan dirinya mengikuti perubahan tersebut yang pada akhirnya terjadi (adanya) peningkatan dalam berusaha tani.

3. Potensi sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia merupakan unsur paling menentukan keberhasilan pembangunan pertanian disamping unsur pendukung lainnya.

4. Sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perkebunan, dan tanaman industri mempunyai peluang untuk dikembangkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik disamping pemberdayaan petani yang mengelola komoditas tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2002. Evaluasi Strategi Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Prosiding Rapat Kerja Litbang Pertanian, 21-22 Nopember 2002. Litbang Pertanian, Jakarta.

Budianto, J. 2001 Pengembangan Potensi Sumberdaya Petani Melalui Teknologi Partisipatif. Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian, 30-31 Oktober 2001 di Mataram. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian, Mataram.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tingkat II Lautem. 1998. Pengembangan Sektor Tanaman Pangan di Kabupaten Lautem. Kabupaten Lautem: Masalah lalu, Kini, dan Prospeknya di Masa Datang. Diterbitkan Pemda Tingkat II Kabupaten Lautem bersama Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat UKI, Pebruari 1998. Lembaga Penerbit UKI, Hal: 67-75, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2001. Rencana Strategis dan Program Kerja Pembangunan Produksi Peternakan, Tahun 2001-2004. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.

(5)

Fagi, A.M. dkk. 1991 Sumbangan Pemikiran Bagi Pembangunan Pertanian di Timor Timur. Departemen Pertanian Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Gomes F.C. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Andi Yogjakarta, Yogyakarta.

Puspadi, K. dkk. 2004. Dinamika dan Pemberdayaan Kelembagaan Tani dan Sistem Usahatani Tanaman-Ternak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Prosiding Lokakarya Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak, 7 Oktober 2003, Hal: 48-60, Jakarta.

Santosa, K.A. 2001 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi. Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Pertanian Pendukung Agribisnis Dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Wilayah, 14 Nopember 2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bekerjasama Dengan Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian serta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Hal: 7-10, Yogyakarta.

S.H. Masngut. Imam. 2003. Strategi Usaha Pengembangan Peternakan yang Berkesinambungan. Prosiding Seminar Nasional. Teknologi Peternakan dan Veteriner, 29-30 September 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perternakan dan Badan Litbang Pertanian, Hal: 29-33, Bogor. Simatupang, P. 1995. Industrialisasi Pertanian Sebagai Strategi Untuk Memacu Pertumbuhan,

Pemerataan, dan Pengentasan Kemiskinan. Prosiding Seminar Nasional. Prospek Pemerataan Pendapatan dan Pengentasan Kemiskinan: Mencari Alternatif Pola Pemecahannya, 13 Desember 1995. Editor Tulus Tambunan, MH. Togatorop dan P. Hutagaol. Kerjasama LP UKI-PRISMA-LP3ES, Hal: 37-58, Jakarta.

Tambunan, T. 1995. Masalah Kesenjangan Ekonomi dan Pola Pembangunan Daerah: Kasus KTI. Prosiding Seminar Nasional. Prospek Pemerataan Pendapatan dan Pengentasan Kemiskinan: Mencari Alternatif Pola Pemecahannya, 13 Desember 1995. Editor Tulus Tambunan, MH. Togatorop dan P. Hutagaol. Kerjasama LP UKI-PRISMA-LP3ES, Hal: 84-130, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan penapisan fitokimia hal selanjutnya yang di lakukan adalah pengujian aktivitas antibakteri ekstrak yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Sarjana Manajemen 3.71 Magister Manajemen 3.88 Sarjana Akuntansi 3.68 Profesi Akuntansi 3.91 Magister Akuntansi 3.81 Sarjana Hukum 3.65 Magister Hukum 4.23 Doktor Ilmu Hukum

• Penyelenggaraan kewenangan Desa yang ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai dari APBD... Peraturan Bupati Kebumen Nomor 37 Tahun 2018 Tentang Kewenangan Desa Berdasarkan Hak

Hasil penelitian ini berupa peningkatan: (1) antusiasme serta keaktifan siswa saat pembalajaran berlangsung, (2) keterampilan membaca cepat yang ditandai dengan

Pada penelititian ini penulis akan menghitung tingkat profitabilitas menggunakan tolok ukur Return On Asset (ROA), dengan pertimbangan bahwa ROA merupakan salah

Dari semua hasil yang didapatkan dilapangan, terlihat bahwa vegetasi SM Gunung Raya Desa Bumi Agung pada komunitas I (komunitas tumbuhan ala- mi) masih bersifat alami

Hasil penelitian ini menghasilkan tolak ukur baru dalam melakukan penilaian terhadap calon customer serta beberapa penilaian yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya

d) neraca. 3) Periksa kondisi peralatan standar dan perlatan bantu, bila diperlukan lakukan penyetelan. 4) Catat/rekam data teknis peralatan standar dan Bejana Ukur yang akan