BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia masalah Kesehatan Reproduksi masih memperhatinkan karena penyebaran penduduk yang belum merata tingkat sosial ekonomi dan pendidikan belum memadai serta tingkat kesehatan belum terjangkau. Seorang perempuan merasakan terganggu dengan ketidaknyamanan akibat menstruasi yang mereka alami hampir selama hidup mereka. Siklus menstruasi sebagai suatu periode berlangsungnya perubahan fisiologi pada wanita. Menstruasi terjadi dalam rentang waktu antara fase perdarahan menstruasi yang satu dengan fase perdarahan menstruasi berikutnya. Jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menopause. Panjang siklus menstruasi seorang wanita biasanya di pengaruhi oleh usia. Sindrom premenstruasi terjadi pada 75-80% wanita didunia adalah usia reprouksi (Data Statistik, 2005).
Pertumbuhan organ reproduksi mengalami banyak perubahan pada masa pubertas. Banyaknya berkaitan dengan peristiwa haid yang dialami oleh para remaja yaitu dengan adanya sifat kelompok yang meliputi unsur perkembangan fisik, pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, perkembangan intelektual, seksual, dan emosional (Atikah proverawati, 2009).
Masa remaja atau masa adolescence adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, psikologis, emosional, dan sosial (Ali & Asrori, 2010; Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004; Dhamayanti, 2009; Proverawati & Misaroh, 2009). Pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi dewasa mengalami suatu tahap yang disebut masa pubertas. Remaja perempuan mengalami masa pubertas lebih cepat dibandingkan laki-laki. Pubertas pada remaja perempuan juga ditandai dengan Menarche yaitu mendapatkan menstruasi (haid) pertama (Mikrajuddin, 2006).
Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium secara periodik dan siklik, yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004; Cunningham, Gant, Leveno, Gilstrap, Hauth, & Wenstrom, 2005; Proverawati & Misaroh, 2009). Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari (Proverawati & Misaroh, 2009).
Menurut proverawati (2009), pada kenyataanya pada wanita memiliki siklus menstruasi normal yaitu siklus setiap wanita tidak memiliki pola tertentu. Sedangkan menurut penelitian Bieniasz Jet al mengatakan dalam penelitiannya diantara 23 remaja yang mengalami gangguan pada siklus menstruasinya sebanyak 86,7% (13) remaja, dibandingkan dengan 37,5% (3) yang seperti ini dipengaruhi oleh beberapa
yang memiliki siklus normal, faktor siklus menstruasi diantaranya yaitu faktor hormon, psikis/stres, aktivitas, gizi, sampai dengan pola makan.
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi. Hal ini dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai (Saryono, 2009).
Salah satu yang terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan reproduksi berkaitan dengan peristiwa haid, yang ditentukan oleh proses somato-psikik, yang sifatnya komplek yang meliputi hormonal, psikososial, dan salah satunya siklus menstruasi dan sering disertai dengan gangguan fisik dan mental yang bisa menyebabkan salah satunya yaitu pikiran, adanya kecemasan dan stress. (Hawari, 2008: h. 20) Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, pada tanggal 25 juni 2011 Berdasarkan hasil wawancara 10 Siswa Pesantran Babusalam Kabupaten Langkat 7 wanita mengalami siklus normal (21-35). Sedangkan 3 mengalami siklus terpendek (<21 hari). Hal ini menunjukkan wanita Siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat sebagian besar mengalami siklus normal dan hasil wawancara didapatkan responden sering mengalami banyak pikiran dalam menghadapi pekerjaan selama di Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat.
Gangguan pada siklus menstruasi dipengaruhi oleh gangguan pada fungsi hormon, kelainan sistemik, stres, kelenjar gondok, dan hormon prolaktin yang berlebihan. Gangguan pada siklus menstruasi terdiri dari tiga, yaitu: siklus menstruasi pendek yang disebut juga dengan Polimenore, siklus menstruasi panjang atau oligomenore, dan amenore jika menstruasi tidak datang dalam 3 bulan berturut-turut (Proverawati & Misaroh, 2009; Wiknjosastro, 2005; Octaria, 2009 dikutip dari Isnaeni, 2010;).
Stres adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap tuntutan beban yang merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (stresor). Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stress mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik lain yang salah satunya adalah gangguan siklus menstruasi (Banjari, 2009; Selye, 1950 dikutip dari Hawari, 2006; Sriati, 2008).
Stres diketahui sebagai faktor penyebab (etiologi) terjadinya gangguan siklus menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi selama reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap siklus menstruasi, stress melibatkan sistem hormonal sebagai sistem yang berperan besar pada reproduksi wanita (Perdanakusuma, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Mahbubah tentang hubungan tingkat stress dengan siklus menstruasi pada wanita usia 20-29 tahun 2006 di Kelurahan Sidoarjo
Kecamatan Pacitan didapatkan bahwa sebagian besar responden (64,9%) memiliki siklus menstruasi yang normal dan sebanyak 35,1% mengalami siklus menstruasi terganggu yaitu polimenore 23,1%, oligomenore 69,2% dan amenore 7,7%. Responden yang cenderung mengalami gejala stres berat yaitu sebanyak 44,6%. Sedangkan berdasarkan penelitian Isnaeni (2010) yang dilakukan terhadap 89 responden yang merupakan mahasiswi semester II dan semester IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret didapatkan hasil bahwa responden dengan stres ringan sebanyak 62 responden (84,93%) dengan perincian siklus menstruasi normal sebanyak 55 responden (88,70%), 2 responden (2,74%) dengan siklus menstruasi polimenorea, 4 responden (2,74%) dengan siklus menstruasi oligomenorea.
Berbagai macam perubahan emosi akibat suatu stresor telah dihubungkan dengan adanya fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi. Beberapa penelitian menunjukkan stresor seperti meninggalkan keluarga, masuk kuliah, bergabung dengan militer, atau memulai kerja baru berhubungan dengan tidak datangnya menstruasi, meningkatkan panjang siklus menstruasi atau jadi menunda periode setiap bulannya (Insel & Roth, 1998 dikutip dari Wiknjosastro, 2005). Adanya perbedaan latar belakang sosio-demografi, tingkat aktivitas dan tingkat kemampuan adaptasi diduga juga menyebabkan timbulnya keluhan stres (Hernawati, 2005).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat bahwa siklus menstruasi siswa tersebut didapatkan memiliki siklus menstruasi yang normal, ada yang mengalami siklus menstruasi terganggu. Siswa yang cenderung mengalami gejala stres mengalami siklus
menstruasi yang terganggu. Dan berdasarkan hasil wawancara kepada 5 siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat diperoleh bahwa yang mengalami siklus menstruasi normal sebanyak 2 orang, 2 orang dengan siklus menstruasi polimenorea dan 1 responden dengan siklus menstruasi oligomenorea. Keadaan ini terkait dengan keadaan stress dari siswa.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul “Hubungan stress dengan siklus menstruasi pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat”.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada Hubungan antara Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum hubungan stress dengan siklus menstruasi pada Siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk melihat keadaan stress pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat
2. Untuk melihat siklus menstruasi pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat
3. Untuk melihat hubungan stress dengan siklus menstruasi pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat
Sebagai bahan masukan bagi sekolah bahwa perlu memperhatikan siswa agar tidak stress di asrama dan memberikan masukan untuk menambahkan materi kesehatan reproduksi pada kurikulum sekolah
2. Bagi Siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang stress dan siklus haid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Stres 2.1.1 Stres dan Stresor
Stres adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak keseimbangan
kehidupan seseorang. Seringkali stres didefinisikan dengan hanya melihat dari stimulus atau respon yang dialami seseorang (Lazarus & Folkman, 1984).
Stres menurut Hans Selye (1950, dalam Alimul 2008) merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stres apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stres. Sebaliknya apabila seseorang yang dengan beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka orang tersebut tidak mengalami stres (Alimul, 2008). Secara sederhana stres adalah kondisi di mana adanya respons tubuh terhadap perubahan untuk mencapai keadaan normal (Wartonah, 2006).
Stres biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif padahal tidak. Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stresor. Bentuk stresor ini dapat dari lingkungan, kondisi dirinya serta pikiran. Dalam pengertian stres itu sendiri juga dapat dikatakan sebagai stimulus dimana penyebab stres diangggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Stres juga dikatakan sebagai respon artinya dapat merespon apa yang terjadi, juga disebut sebagai transaksi yakni hubungan antara stresor dianggap positif karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan (Alimul, 2008).
Sekitar 85% wanita yang sudah haid mengalami gangguan fisik dan psikis menjelang menstruasi, saat, ataupun sesudah menstruasi. Biasanya berlangsung antara
satu minggu sebelum dan sesudah menstruasi. Gangguan fisik dan psikis tersebut mempengaruhi 40% wanita dengan 5-10% membuat mereka sangat tidak berdaya. (Andrews, 2009 dalam Dewi 2010).
2.1.2. Pandangan Stres
Dalam memahami tentang stres, para ahli berbeda-beda mendefinisikannya karena memiliki pandangan teori yang tidak sama. Untuk lebih jelas tentang stres sebenarnya, maka dapat diketahui beberapa pandangan diantaranya :
a. Pandangan Stres Sebagai Stimulus
Pandangan ini menyatakan stres sebagai suatu stimulus yang menuntut, dimana semakin tinggi besar tekanan yang dialami seseorang, maka semakin besar pula stres yang dialami. Pandangan ini didasari hukum elastisitas Hooke yang menjelaskan semakin berat beban satu logam, maka semakin besar pula stres yang dialami, melalui pandangan ini maka dianalogikan pada manusia apabila semakin besar tekanan yang dialami, makin besar pula stres yang dialaminya.
b. Pandangan Stres Sebagai Respon
Mengidentifikasikan stres sebagai respon individu terhadap stresor yang diterima, di mana ini sebagai akibat respon fisiologi dan emosional atau juga sebagai respon yang nonspesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan yang ada.
c. Pandangan Stres Sebagai Transaksional
Pandangan ini merupakan suatu interaksi antara orang dengan lingkungan dengan meninjau dari kemampuan individu dalam mengatasi masalah dan terbentuknya sebuah koping. Dalam interaksi dengan lingkungan ini dapat diukur situasi yang
potensial mengandung stres dengan mengukur dari persepsi individu terhadap masalah, mengkaji kemampuan seseorang atau sumber-sumber yang tersedia yang diarahkan mengatasi masalah (Alimul, 2008).
2.1.3 Macam-Macam Stres
Ditinjau dari penyebab, maka stres dibagi menjadi tujuh macam yaitu : 1. Stres fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik.
2. Stres kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimiawi seperti obat-obatan, zat beracun asam, basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia.
3. Stres mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau parasit. 4. Stres fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan lain-lain.
5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
Stres yang disebabkan karena gangguan stimulus psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan (Alimul, 2008).
2.1.4. Sumber Stresor
Sumber stresor merupakan asal dari penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan, baik secara fisik, psikologis maupun spiritual. Sumber stresor lingkungan fisik dapat berupa fasilitas-fasilitas seperti air minum. Makanan, atau tempat-tempat umum sedangkan lingkungan psikologis dapat berupa suara atau sikap kesehatan atau orang yang ada disekitarnya, sedangkan lingkungan spiritual dapat berupa tempat pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah atau lainnya.
Sumber stresor yang lain adalah diri sendiri yang dapat berupa perubahan fisiologis dalam tubuh, seperti adanya operasi, obat-obatan atau lainnya. Sedangkan sumber stresor dari pikiran adalah berhubungan dengan penilaian seseorang terhadap status kesehatan yang dialami serta pengaruh terhadap dirinya. Selain sumber stresor di atas, menurut Alimul (2008), stres yang dialami manusia dapat berasal dari berbagai sumber dari dalam diri seseorang, keluarga dan lingkungan.
a. Sumber stres di dalam diri
Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres.
b. Sumber stres di dalam keluarga
Stres ini bersunber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga. Permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres.
c. Sumber stres di dalam masyarakat dan lingkungan
Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurangnya adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang.
2.1.5. Model Stres Kesehatan
Model stres kesehatan merupakan suatu model dimana stres dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, model ini terdiri dari beberapa unsur diantaranya: unsur langsung dimana stres dapat menghasilkan atau mempengaruhi secara langsung dari perubahan fisiologis dan psikologis, seperti adanya ketegangan (stres) akan menyebabkan terjadinya proses pelepasan hormon secara langsung yaitu hormon kotekolamin dan kortikosteroid yang kondisi berdebar-debar, denyut nadi cepat dan lain-lain.
a. Unsur kepribadian, bahwa stres dapat dipengaruhi karena adanya tipe kepribadian yang memudahkan timbulnya kesakitan.
b. Unsur interaktif, stres dapat menyebabkan ketidakkebalan tubuh sehingga tubuh akan menjadi mudah terjadi gangguan pada tubuh baik biologis maupun
psikologis. Proses ini dikarenakan adanya interaksi antara faktor dari luar dan faktor dari dalam untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
c. Unsur perilaku sehat, stres dapat secara tidak langsung mempengaruhi kesakitan akan tetapi dapat merubah perilaku terlebih dahulu seperti adanya peningkatan konsumsi alkohol, rokok dan lain-lain.
d. Unsur perilaku sakit, stres dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kesakitan tanpa menyebabkan adanya perilaku sakit seperti mencari bantuan pengobatan (Alimul, 2008).
2.1.6. Faktor Pengaruh Respon terhadap Stresor
Menurut Alimul (2008), respon terhadap stresor yang diberikan setiap individu akan berbeda berdasarkan faktor yang akan mempengaruhi dari stresor tersebut dan koping yang dimiliki individu, diantara stresor yang dapat mempengaruhi respon tubuh antara lain :
a. Sifat stresor
Sifat stresor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap stresor. Sifat stresor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-angsur, sifat ini pada setiap individu dapat berbeda tergantung dari pemahaman tentang arti stresor.
Lamanya stresor yang dialami klien akan mempengaruhi respon tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama, maka respon yang dialaminya juga akan lebih lama dan dapat mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.
c. Jumlah stresor
Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentukan respon tubuh. Semakin banyak stresor yang dialami pada seseorang, dapat menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh juga sebaliknya dengan jumlah stresor yang dialami banyak dan kemampuan adaptasi baik, maka seseorang akan memiliki kemampuan dalam mengatasinya.
d. Pengalaman masa lalu
Pengalaman ini juga dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap stresor yang dimiliki. Semakin banyak stresor dan pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya, maka semakin baik dalam mengatasi sehingga kemampuan adaptifnya akan semakin baik pula.
e. Tipe kepribadian
Tipe kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi respon terhadap stresor. Apabila seseorang yang memiliki tipe kepribadian A, maka akan lebih rentan terkena stres dibandingkan dengan tipe kepribadian B. tipe kepribadian A memiliki ciri ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan, bicara cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai berorganisasi dan memimpin atau memerintah,
lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, ramah, tidak mudah dipengaruhi, bila berlibur pikirannya ke pekerjaan dan lain-lain. Sedangkan tipe kepribadian B memiliki ciri tidak agresif, ambisinya wajar-wajar, penyabar, senang, tidak mudah tersinggung, tidak mudah marah, cara bicara tidak tergesa-gesa, perilaku tidak interaktif, lebih suka kerjasama, mudah bergaul, dan lain-lain atau merupakan kebalikan dari tipe kepribadian B.
f. Tingkat perkembangan
Tingkat perkembangan pada individu ini juga dapat mempengaruhi respon tubuh dimana semakin matang dalam perkembangannya.
2.1.7. Tahapan Stres
Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan, menurut Van Amberg (1979 dalam Alimul 2008), tahapan stres dapat terbagi menjadi enam tahap diantaranya :
a. Tahap Pertama
Merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak seperti biasanya, kemudian merasa senang akan pekerjaannya akan tetapi kemampuan yang dimiliknya semakin berkurang. b. Tahapan Kedua
Pada stres tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut, adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah setelah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut
tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti pada lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga.
d. Tahap Keempat
Tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya.
e. Tahap Kelima
Stres tahap ini ditandai adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat.
Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin keras, susah bernapas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
2.1.8. Reaksi Tubuh terhadap Stres
Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi yang ada pada tubuh baik secara fisiologis maupun psikologi. Di antara reaksi tubuh tersebut seperti terjadi perubahan warna rambut yang semula hitam lambat laun dapat mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan kusam, perubahan ketajaman mata sering kali menurun karena kekenduran pada otot-otot mata sehingga akan mempengaruhi fokus lensa mata, pada telinga terjadi gangguan seperti adanya suara berdenging, pada daya pikir sering kali ditemukan adanya penurunan konsentrasi dan keluhan sakit kepala dan pusing, ekspresi wajah tampak tegang, mulut dan bibir terasa kering, kulit reaksi yang dapat dijumpai sering berkeringat dan kadang-kadang panas, dingin dan juga akan dapat menjadi kering atau gejala lainnya seperti urtikaria, pada sistem pernapasan dapat dijumpai gangguan seperti terjadi sesak karena penyempitan pada saluran pernapasan, sedangkan pada sistem kardiovaskuler terjadi gangguan seperti berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit kadang-kadang terjadi kepucatan atau kemerahan pada muka dan terasa kedinginan dan kesemutan pada daerah pembuluh darah perifer seperti pada jari-jari tangan atau kaki, sistem pencernaan juga dapat mengalami gangguan seperti lambung terasa kembung, mual, perih, karena peningkatan asam lambung, pada sistem perkemihan terjadi gangguan
seperti adanya frekuensi buang air kecil yang sering, pada otot dan tulang terjadi ketegangan dan terasa ditusuk-tusuk, khususnya pada persendian dan terasa kaku. Pada sistem endokrin dan hormonal sering kali dijumpai adanya peningkatan kadar gula dan terjadi penurunan libido dan penurunan kegairahan pada seksual (Alimul, 2008).
Tubuh selalu berinteraksi dan mengalami sentuhan langsung dengan lingkungan, baik lingkungan internal (seperti pengaturan peredaran darah, pernapasan) maupun lingkungan eksternal (seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal atau tidak normal). Keadaan di mana terjadi mekanisme relative untuk mempertahankan fungsi normal disebut homeostasis. Menurut Wartonah (2006), homeostatis dibagi menjadi dua yaitu homeostasis fisiologis (misalnya, respon adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga) dan homeostasis psikologis (misalnya, perasaan mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman).
a. Respons Fisiologis terhadap Stres
Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu local adaptation syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stresor (misalnya kalau kita menginjak paku maka secara reflex kaki akan diangkat atau misalnya ada proses peradangan maka reaksi lokalnya dengan menambahkan sel darah putih pada lokasi peradangan) dan genital adaptation symdrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada.
Dalam proses GAS terdapat tiga fase : pertama, reaksi peringatan ditandai oleh peningkatan aktivitas neuroendokrin yang berupa peningkatan pembuluh darah, nadi, pernapasan, metabolism, glukosa dan dilatasi pupil; kedua, fase resisten di mana fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme pertahanan; ketiga, fase kelelahan ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan darah, panik dan krisis (Wartonah, 2006).
b. Respons psikologis terhadap Stres
Respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya buruk (Wartonah, 2006).
2.1.9. Manajemen Stres
Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
a. Pengaturan diet dan nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi stres melalui makan yang teratur, menu bervariasi, hindari makan daging dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
c. Olah raga atau latihan teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
d. Berhenti merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
e. Tidak mengkonsumsi minuman keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
g. Pengaturan waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek produktivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. h. Terapi psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif, afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.
i. Terapi somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu system tubuh yang lain. j. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif di mana psikoterapi suportif ini memberikan motivasi atas dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
k. Terapi psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
Menurut Dadang Hawari (2002, dalam Alimul 2008), manajemen stres yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi koping yaitu koping yang berfokus pada emosi dan koping yang berfokus pada masalah. Penggunaan koping yang berfokus pada emosi dengan cara pengaturan respons emosional dari stres melalui perilaku individu seperti cara meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, kontrol diri, membuat jarak, penilaian secara positif, menerima tanggung jawab, lari dari kenyataan (menghindar). Sedangkan strategi koping berfokus pada masalah dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah seperti merencanakan problem solving dan meningkatkan dukungan sosial, teknik lain dalam mengatasi stres adalah relaksasi, retrukturisasi kognitif, meditasi, terapi multi model dan lain-lain.
2.2. Konsep Dasar Siklus Menstruasi
Haid atau menstruasi adalah salah satu proses alami seorangperempuan yaitu proses dekuamasi atau meluruhnya dinding Rahimbagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina (Prawirohardjo, 2008).Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh perempuan yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormonereproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, halini bisa terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause (Fitria,2007).
Siklus menstruasi yaitu merupakan salah satu siklus menstruasi yang berlangsung selama 28 hari. Siklus normal berlangsung dalam rentang waktu 21-35 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, bahkan dari bulan kebulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut. Selama siklus menstruasi, ovarium menghasilkan hormone estrogen dan progesteron (Saryono, 2009).
Pola menstruasi normal yaitu siklusnya berlangsung selama 21-35 hari, lamanya adalah 2-8 hari dan jumlah darah yang dikeluarkan kira-kira 20-80 ml per hari. Pola menstruasi yang tidak normal atau disebut juga gangguan menstruasi yaitu apabila menstruasi yang siklus, lama dan jumlah darahnya kurang atau lebih dari yang diuraikan diatas (Anonim,2009).
Pola menstruasi merupakan serangkaian proses menstruasi yang meliputi siklus menstruasi, lama perdarahan menstruasi dan dismenorea. Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi
periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada yang 7-8 hari. Setiap hari ganti pembalut 2-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi (Wiknjosastro, 2005, Octaria, 2009).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg perg, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Heffner, 2008).
Franser (2009) mengatakan terdapat tiga fase utama yang mempengaruhi struktur jaringan endometrium dan dikendalikan olehhormone ovarium. Fase tersebut antara lain :
1. Fase menstruasi
Fase ini ditandai dengan perdarahan vagina, selama 3-5 hari.Fase ini adalah fase akhir siklus menstruasi, yaitu saat endometrium luruh ke lapisan basal bersama darah dari kapiler dan ovum yang tidak mengalami fertilisasi.
2. Fase proliferative.
Fase ini terjadi setelah menstruasi dan berlangsung ovulasi. Terkadang beberapa hari pertama saraf endometrium dibentuk kembali disebut fase regenerative. Fase ini dikendalikan oleh estrogen dan terdiri atas pertumbuhan kembali dan penebalan endometrium. Pada fase ini endometrium terdiri atas tiga lapisan: a. Lapisan basal terletak tepat diatas myometrium, memiliki ketebalan sekitar 1
mm. lapisan ini tidak pernah mengalami perubahan selama siklus menstruasi. Lapisan basal ini terdiri atas struktur rudimenter yang penting bagi pembentukan endometrium baru.
b. Lapisan fungsional yang terdiri atas kelenjar tubular dan memiliki ketebalan 2,5 mm. lapisan ini terus mengalami perubahan sesuai pengaruh hormonal ovarium.
c. Lapisan epitelium kuboid bersilia menutupi lapisan fungsional. Lapisan ini masuk ke dalam untuk melapisi kelenjar tubular.
3. Fase sekretori.
Fase ini terjadi setelah ovulasi di bawah pengaruh progesteron dan estrogen dari korpus luteum. Lapisan fungsional menebal sampai 3,5 mm dan menjadi tampak berongga Karena kelenjar ini lebih berliku-liku.
2.2.2. Gangguan Siklus Menstruasi
Gangguan siklus haid disebabkan ketidakseimbangan FSH atau LH sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang ditimbulkannya, seperti nyeri perut, pusing,mual atau muntah (Prawirohardjo, 2008).
1. Menurut Jumlah Perdarahan a. Hipomenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya. b. Hipermenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (lebih dari 8 hari).
2. Menurut Siklus atau Durasi Perdarahan. a. Polimenore
Siklus menstruasi tidak normal, lebih pendek dari biasanya atau kurang dari 21 hari.
b. Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari. c. Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
3. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, diantaranya: a. Premenstrual tension
Gangguan ini berupa ketegangan emosional sebelum haid, seperti gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah, sakit kepala.
b. Mastadinia.
Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum menstruasi. c. Mittelschmerz
Rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat juga disertai dengan perdarahan/ bercak.
d. Dismenorea.
Rasa nyeri saat menstruasi yang berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas seharihari.
2.2.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pola Menstruasi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan pola menstruasi dalam Hestiantoro (2009) adalah:
1. Fungsi hormon terganggu.
Menstruasi terkait erat dengan system hormone yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisis. System hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu.
2. Kelainan sistemik.
Wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus bisa mempengaruhi siklus menstruasinya karena sistem metabolism didalam tubuh tidak bekerja dengan baik. Wanita penderita penyakit diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolismenya sehingga siklus menstruasinya tidak teratur.
3. Cemas.
Cemas juga dapat mengganggu sistem metabolisme didalam tubuh, bisa saja karena stress/ cemas wanita jadi mulai lelah, berat badan turun drastis, sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu. Bila metabolismenya terganggu, siklus menstruasinya pun ikut terganggu.
4. Kelenjar gondok.
Terganggu fungsi kelenjar gondok/ tiroid juga bisa menjadi penyebab tidak teraturnya siklus mentruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid), pasalnya sistem hormonal tubuh terganggu.
Pada wanita menyusui produksi hormon prolaktin cukup tinggi. Hormon prolaktin ini sering kali membuat wanita tak kunjung menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada kasus ini tidak masalah, justru sangat baik untuk memberikan kesempatan guna memelihara organ reproduksinya. Sebaliknya, tidak sedang menyusui, hormon prolaktin juga bisa tinggi. Biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala.
6. Kelainan fisik (alat reproduksi)
Kelainan fisik yang dapat menyebabkan tidak mengalami menstruasi (aminorea primer) pada wanita adalah:
a. Selaput dara tertutup sehingga perlu operasi untuk membuka selaput dara. b. Indung telur tidak memproduksi ovum.
c. Tidak mempunyai ovarium. 2.2.4. Dampak gangguan menstruasi
Gangguan siklus menstrusi dapat mengakibatkan : 1. Gangguan kesuburan
2. Abortus berulang
3. Keganasan pada organ reproduksi
2.3. Kerangka Konsep
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
2.4. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan stress dengan siklus menstruasi pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat
BAB 3
METODE PENELITIAN
Siklus Mestruasi Stres
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan stress dengan siklus menstruasi pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat. Alasan memilih lokasi ini karena siswa/siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat banyak yang mengalami siklus haid tidak teratur.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni sampai Juli 2015 yaitu mulai melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putri Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat yang berjumlah 110 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sebagai sampel berjumlah 110 orang (total sampling).
3.3.3. Kriteria Sampel a. Kriteria Inklusi
1. Responden yang sudah mengalami menstruasi saat ini 2. Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
1. Responden yang belum mengalami menstruasi saat ini 2. Tidak bersedia menjadi responden
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data
a. Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Pesantren Babusalam.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Independent
1. Stres adalah respon tubuh siswa yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban sehingga tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut.
Kategori Stres : 0. Tidak Stres 1. Ringan
2. Sedang 4. Berat
Pengukuran variabel stress disusun 10 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”tidak pernah (bobot nilai 0 )”, ”jarang (bobot nilai 1 ) ”, ”kadang-kadang (bobot nilai 2 )”, ”sering (bobot nilai 3 )” dan ”selalu (bobot nilai 4)” dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
0. Tidak Stres, jika responden memperoleh skor 0-10 1. Ringan, jika responden memperoleh skor 11-20 2. Sedang, jika responden memperoleh skor 21-30 3. Berat, jika responden memperoleh skor 31-40 3.5.2. Variabel Dependent
Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya.
Kategori Siklus menstruasi :
0. Normal, jika jarak menstruasi berikutnya 21-35 hari
3.6. Metode Pengukuran
Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur
Variabel Cara dan
Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur Variabel Bebas Stres Wawancara (kuesioner)
Ordinal 0. Tidak Stres 1. Stres Ringan 2. Stres Sedang 3. Stres Berat Variabel Terikat
Siklus Menstruasi Wawancara (kuesioner)
Ordinal 0. Normal 1. Tidak Normal
3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat
Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel independen stres dan variabel dependen yaitu siklus menstruasi.
3.7.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan stress dengan siklus menstruasi pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pesantren Babusalam terletak di Kabupaten Langkat dan berdiri pada tahun 1985. Saat ini Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat adalah Akredisi A dan memiliki ruang laboratorium yang lengkap dan fasilitas yang memadai. Luas areal seluruhnya 5.212 m2 dan luas bangunan 992 m2.
4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: stres dan siklus menstruasi.
4.2.1. Stres
Untuk melihat keadaan stres pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 4.1 :
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Keadaan Stres Siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat No Keadaan Stres f % 1 Tidak stres 14 12,7 2 Stres Ringan 45 40,9 3 Stres Sedang 51 46,4 Jumlah 110 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa keadaan stress siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat mayoritas stres sedang sebanyak 51 orang (46,4%), stress sedang sebanyak 45 orang (40,9%) dan minoritas tidak mengalami stress sebanyak 14 orang (12,7%).
4.2.2. Siklus Menstruasi
Untuk melihat siklus menstruasi pada siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 4.2 :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi Siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat No Siklus Menstruasi f % 1 Normal 66 60,0 2 Tidak Normal 44 40,0 Jumlah 110 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa siklus menstruasi siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat mayoritas normal sebanyak 66 orang (60,0%) dan minoritas tidak normal sebanyak 44 orang (40,0%).
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan stress dengan siklus menstruasi pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat.
Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan stress antara dengan siklus menstruasi pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 4.3 :
Tabel 4.3. Hubungan Stress dengan Siklus Menstruasi pada Siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat
No Stres
Siklus Menstruasi
Total
p value
Normal Tidak Normal
n % n % n %
1 Tidak stres 13 92,9 1 7,1 14 100
2 Stres ringan 31 68,9 14 31,1 45 100 0,001
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil analisis bivariat hubungan stress dengan siklus menstruasi pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat diperoleh bahwa ada sebanyak 13 dari 14 orang (92,9%) tidak stress dengan siklus menstruasi normal dan tidak normal sebanyak 1 orang (7,1%). Kemudian dari stress ringan ada sebanyak 31 dari 45 orang (68,9%) dengan siklus menstruasi normal dan tidak normal sebanyak 14 orang (31,1%). Sedangkan dari stress sedang ada sebanyak 22 dari 51 orang (43,1%) dengan siklus menstruasi normal dan tidak normal sebanyak 29 orang (56,9%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p=0,001 < 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan proporsi siklus menstruasi antara tidak stress, stress ringan dan stress berat pada siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat (ada hubungan yang signifikan antara stress dengan siklus menstruasi pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat).
BAB 5 PEMBAHASAN
Hasil penelitian tentang variabel stres ditemukan siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat terdapat stres sedang dengan persentase 46,4%, stress sedang dengan persentase 40,9% dan tidak mengalami stress dengan persentase 12,7%. Mengacu pada hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat banyak yang mengalami stres.
Keadaan stress yang dialami siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat disebabkan oleh beban tugas yang banyak sehingga membuat stres menjadi lebih besar. Stres merupakan suatu fenomena yang pernah atau akan dialami oleh seseorang dalam kehidupannya dan tidak seorang pun dapat terhindar dari padanya (Yosep, 2007).
Menurut Wulandari (2011), menyatakan bahwa stres akademik merupakan stres yang disebabkan oleh stressor akademik, yaitu yang bersumber dari proses belajar mengajar atau yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang meliputi lama belajar, banyaknya tugas, keputusan menentukan jurusan, dan kecemasan ujian.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Serly Toduho (2014) tentang hubungan stres psikologis dengan siklus menstruasi pada siswi kelas 1 di SMA Negeri 3 Tidore Kepulauan menunjukkan bahwa responden dengan stres psikologis berat yakni 4 responden (5,9%), stres psikologis sedang yakni 49 responden (72,1%), siklus menstruasi menunjukan bahwa, sebagian besar responden dengan siklus menstruasi tidak normal yakni 42 responden (61,8%), sedangkan yang menyatakan normal yakni 26 responden (38,2%).
5.2. Keadaan Siklus Menstruasi Siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat
Hasil penelitian tentang variabel siklus menstruasi ditemukan siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat terdapat siklus menstruasi normal dengan persentase 60,0% dan siklus menstruasi tidur normal dengan persentase 40,0%. Mengacu pada hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat banyak yang mengalami siklus menstruasi tidak normal cukup tinggi.
Hal ini dikarenakan stres yang dialami sebagian besar responden dalam kategori sedang sehingga menimbul siklus menstruasi yang tidak normal (<21 hari dan >32 hari) pada diri mereka. Menurut Wiknjosastro (2007), siklus menstruasi dipengaruhi oleh serangkaian hormone yang diperoleh oleh tubuh yaitu Leuteinizing Hormon, Follicle Stimulating Hormon Estrogen. Selain itu siklus juga dipengaruhi oleh kondisi psikis sehingga bisa maju dan mundur.
Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi pada wanita normalnya berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari dengan lama menstruasi 3-5 kali. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, tingkat stress, genetik dan gizi (Isnaeni, 2010).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Serly Toduho (2014) tentang hubungan stres psikologis dengan siklus menstruasi pada siswi kelas 1 di SMA Negeri 3 Tidore Kepulauan menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan
siklus menstruasi tidak normal yakni 42 responden (61,8%), sedangkan yang menyatakan normal yakni 26 responden (38,2%). Hal ini dikarenakan stres yang dialami sebagian besar responden dalam kategori sedang sehingga menimbul siklus menstruasi yang tidak normal (<21 hari dan >32 hari) pada diri mereka.
5.3. Hubungan Stress dengan Siklus Menstruasi pada Siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat
Hasil penelitian tentang variabel stres ditemukan siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat dengan stres sedang mengalami siklus mnenstruasi tidak normal sebesar 56,9%. Uji statistik menunjukkan variabel stres berhubungan dengan siklus menstruasi Babusalam Kabupaten Langkat. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat semakin mengalami stress maka akan meningkat siklus menstruasi tidak normal.
Stres diketahui sebagai faktor penyebab (etiologi) terjadinya gangguan siklus menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam siklus menstruasi selama reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap siklus menstruasi, stress melibatkan sistem hormonal sebagai sistem yang berperan besar pada reproduksi wanita (Perdanakusuma, 2010).
Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal (stresor). Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik salah satunya gangguan siklus
menstruasi (Sriati, 2008). Santrock (2007) menyatakan bahwa penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani transisi kehidupan, salah satunya adalah transisi di lingkungan sekolah. Rutinitas dan tuntutan akademik yang tinggi membuat siswi-siswi rentan mengalami stress.
Siklus menstruasi yang tidak teratur ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah perubahan kadar hormone akibat stress dalam keadaan emosi yang kurang stabil. Selain itu perubahan drastic dalam porsi olah raga atau perubahan berat badan yang drastis juga mampu memjadi penyebab ketidak teraturan siklus menstruasi (Mulastin, 2013).
Menurut Mulastin (2013), bahwa faktor yang mengalami perubahan siklus menstruasi yaitu memiliki siklus menstruasi sebanyak 86,7%, dibandingkan dengan 37,% yang seperti ini dipengaruhi oleh beberapa yang memiliki siklus normal, fakstor siklus menstruasi diantaranya yaitu factor hormone, psikis/ stres, aktivitas, gizi, sampai pola makan. Begitu juga menurut isnaeni (2010), bahwa Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh usia, berat badan, tingkat stress, genetic dan gizi. Dengan demikian, hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan stres psikologis dengan siklus menstruasi pada siswi kelas 1 di SMA Negeri 3 Tidore Kepulauan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni (2010) yaitu Hubungan antara Stres dengan Pola Menstruasi pada Mahasiswa D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan didapatkan nilai korelasi spearman 0,282 dan nilai p=0,016. Hal ini berarti bahwa ada hubungan
secara positif antara stres dengan pola menstruasi pada mahasiswa D IV Kebidanan Jalur Reguler Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian lain yang sesuai dengan hasil penelitian ini yang dilakukan oleh Rosendi (2011) pada siswi di SMA 5 Cimahi, stres dapat mempengaruhi siklus menstruasi, karena pada saat stres, hormone stres yaitu hormon kortisol sebagai produk dari glukokortioid korteks adrenal yang disintesa pada zona fasikulata bisa mengganggu siklus menstruasi karena mempengaruhi jumlah hormon progesterone dalam tubuh. Jumlah hormon dalam darah yang terlalu banyak inilah yang dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Keadaan stress siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat mayoritas stres sedang sebanyak 51 orang (46,4%), stress sedang sebanyak 45 orang (40,9%) dan minoritas tidak mengalami stress sebanyak 14 orang (12,7%).
2. Siklus menstruasi siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat mayoritas normal sebanyak 66 orang (60,0%) dan minoritas tidak normal sebanyak 44 orang (40,0%).
3. Ada hubungan hubungan yang signifikan antara stress dengan siklus menstruasi pada siswa Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat.
6.2. Saran
1. Kepada siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat berusaha untuk mencegah terjadinya stress agar siklus menstruasinya normal.
2. Kepada siswi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat untuk meningkatkan gaya hidup tidak berisiko terhadap perilaku seksual sehingga perilaku seksual pada siswa menurun.
3. Bagi Pesantren Babusalam Kabupaten Langkat untuk memperhatikan siswa agar tidak stress di asrama dan memberikan masukan untuk menambahkan materi kesehatan reproduksi pada kurikulum sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, D.N. 2010. Hubungan antara stres dengan pola menstruasi pada mahasiswa D IV kebidanan jalur reguler Unibersitas Sebelas Maret Surakarta. http://eprints.uns.ac.id/192/1/165240109201010581.pdf) (Diakses pada tanggal 22 April 2014),
Mulastin. 2013. Hubungan Stres Dengan Siklus Menstruasi Pada Wanita Pekerja Di Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. http://jurnal.akbidalhikmah.ac.id/index.php/jkb/article/download/3/3. (Diakses pada tanggal 12 juli 2014)
Proverawati, A., Misaroh, Siti. 2009. Menarche Menstruasi Pertama penuh Makna. yogyakarta: Nuha medika.
Ramaiah, S. 2006. Mengatasi Gangguan Menstruasi. Yogyakarta : Diglosia Medika.
Rikesdas. 2010. Perkembangan Status Kesehatan Masyarakat Indonesia.
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=13019. (Diakses pada tanggal 12 Mei 2014).
Santrock, J.W. 2007. Perkembangan Anak Edisi XI jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sriati, A. 2008. Tinjauan tentang stress. http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent
/uploads/publikasi_dosen/TINJAUAN%20TENTANG%20STRES.pdf. (Diakses pada tanggal 23 April 2014).
Wiknjosastro, Adriaansz., Waspodo. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo. Wong. Donna L., dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa: Agus Sutarna, Neti. Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia: Egi Komara Yudha. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Wulandari, Lita Hadiati. 2011. Gambaran Stres Di Bidang Akademik Pada Pelajar Sindrom Hurried Child Di Sekolah Chandra Kusuma. http://repository.usu.ac.id (Diambil pada tanggal 4 April 2014)
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama. Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya Lampiran
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN STRESS DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWA PESANTREN BABUSALAM KABUPATEN LANGKAT
A. Indentitas Responden 1. Nomor : ………. 2. Nama : ………. 3. Nim : ………. 4. Kelas : ………. A. Stress
Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara pada kolom disamping dimana :
1. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa sangat lelah padahal Anda tidak mengerjakan hal-hal yang melelahkan ataupun tanpa alasan yang tepat?
a. Tidak pernah b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering e. Selalu
2. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa gugup a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering e. Selalu
3. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa gelisah dan tidak ada seseorang atau kegiatan apa pun yang dapat menenangkan Anda ?
a. Tidak pernah b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering e. Selalu
4. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa putus asa? a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering e. Selalu
5. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa gelisah? a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering e. Selalu
6. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa tidak bisa beristirahat dengan tenang? a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu
7. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa banyak menanggung beban? a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering e. Selalu
8. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa terpaksa melakukan segala hal? a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu
9. Selama 30 hari terakhir, seberapa sering Anda merasa sangat sedih dan tidak ada seseorang atau kegiatan apa pun yang dapat menghibur Anda?
a. Tidak pernah b. Jarang
c. Kadang-kadang
d. Sering e. Selalu
10. Selama 30 hari, seberapa sering Anda merasa tidak dihargai? a. Tidak pernah b. Jarang c. Kadang-kadang d. Sering e. Selalu B. Siklus Menstruasi
Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara pada kolom disamping dimana :
b. Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya Anda mengalami menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Berapa harikah siklus menstruasi Anda sewaktu Anda mengalami gejala-gejala di atas?
a. 21-35 hari b. < 21 hari
c. > 35 hari
c. Pada saat Anda mengalami gejala-gejala di atas, berapa harikah lamanya Anda mengalami menstruasi? a. 3-7 hari b. > 7 hari c. < 3 hari MASTER DATA No Stres STOT SK Siklus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 1 4 0 3 0 2 0 2 3 2 17 1 0 2 0 1 2 2 1 3 4 2 1 3 19 1 0 3 3 2 3 1 2 1 2 1 2 4 21 2 1 4 2 0 1 2 1 0 1 0 2 1 10 0 0 5 1 4 0 3 0 2 0 4 3 2 19 1 1 6 0 1 2 4 1 3 4 2 1 3 21 2 1 7 3 2 3 1 3 1 2 1 2 0 18 1 1 8 1 3 1 2 3 4 1 2 4 1 23 2 1 9 3 2 3 1 2 1 3 1 2 3 21 2 1 10 4 0 4 2 1 4 3 3 2 1 24 2 1 11 1 4 0 3 0 3 0 3 3 2 19 1 1 12 0 1 2 2 4 3 4 2 1 3 22 2 1
13 3 2 3 1 0 1 3 1 2 0 16 1 0 14 1 4 0 3 3 2 2 2 3 2 22 2 0 15 0 1 2 2 1 3 4 2 1 3 19 1 1 16 3 2 3 1 2 1 2 1 2 4 21 2 1 17 2 0 1 2 1 0 1 0 2 1 10 0 0 18 1 4 0 3 0 2 0 4 3 2 19 1 1 19 0 1 2 4 1 3 4 2 1 3 21 2 1 20 3 2 3 1 3 1 2 1 2 0 18 1 1 21 1 3 1 2 1 4 1 0 4 1 18 1 1 22 3 2 3 1 3 1 3 1 2 3 22 2 0 23 1 4 0 3 0 3 0 3 3 2 19 1 0 24 0 1 2 2 4 3 4 2 1 3 22 2 0 25 3 2 3 1 0 1 3 1 2 0 16 1 0 26 1 4 2 3 2 2 4 2 3 2 25 2 0 27 0 1 2 2 1 3 4 2 1 3 19 1 0 28 3 2 3 1 2 1 2 1 2 4 21 2 0 29 2 0 1 2 1 0 1 0 2 1 10 0 0 30 1 4 0 3 0 2 0 4 3 2 19 1 0 31 0 1 2 4 1 3 4 2 1 3 21 2 0 32 3 2 3 1 3 1 2 1 2 0 18 1 0 33 1 3 1 2 1 4 1 0 4 1 18 1 0 34 3 2 3 1 0 1 3 1 0 3 17 1 1 35 1 4 0 3 0 3 0 3 3 2 19 1 1 36 0 1 2 2 4 3 4 2 1 3 22 2 1 37 3 2 3 1 0 1 3 1 2 0 16 1 1 38 1 4 0 3 4 2 2 2 3 2 23 2 1 39 0 1 2 2 1 3 4 2 1 3 19 1 1 40 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 4 0 0 41 2 0 1 2 1 0 1 0 2 1 10 0 0 42 1 2 0 2 0 2 0 2 1 0 10 0 1 43 0 1 2 4 1 3 4 2 1 3 21 2 1 44 3 2 3 1 3 1 2 1 2 3 21 2 1 45 1 3 1 2 1 4 1 4 4 1 22 2 1 46 3 2 3 1 0 1 3 1 0 3 17 1 0 47 3 2 3 1 4 1 3 1 3 3 24 2 1 48 1 4 0 3 0 3 0 3 3 2 19 1 0 49 3 4 2 2 4 3 4 4 3 3 27 2 0 50 3 2 3 1 0 1 3 1 2 0 16 1 0 51 1 4 0 3 0 2 0 2 3 2 17 1 0
52 4 4 2 2 1 3 4 2 1 3 26 2 0 53 3 2 3 1 2 1 2 1 2 4 21 2 0 54 2 0 1 2 1 0 1 0 2 1 10 0 0 55 1 4 0 3 0 2 0 4 3 2 19 1 1 56 0 1 2 4 1 3 4 2 1 3 21 2 1 57 3 2 3 1 3 3 2 3 2 2 24 2 1 58 1 3 1 2 1 4 1 0 4 1 18 1 0 59 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 9 0 0 60 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 0 0 61 0 1 2 2 4 3 4 2 1 3 22 2 1 62 3 2 3 1 0 1 3 1 2 0 16 1 0 63 1 4 0 3 3 2 3 2 3 2 23 2 1 64 0 3 2 2 3 3 4 2 1 3 23 2 1 65 3 2 3 1 0 1 3 1 0 3 17 1 0 66 1 4 0 3 0 3 0 3 3 2 19 1 1 67 0 1 2 2 4 3 4 2 1 3 22 2 1 68 3 2 3 1 0 1 3 1 2 0 16 1 1 69 1 4 0 3 0 2 0 2 3 2 17 1 0 70 3 1 2 2 3 3 4 2 1 3 25 2 1 71 3 2 3 1 2 1 2 1 2 4 21 2 0 72 2 0 1 2 1 0 1 0 2 1 10 0 0 73 1 4 0 3 0 2 0 4 3 2 19 1 0 74 0 1 2 4 1 3 4 2 1 3 21 2 1 75 3 2 3 1 3 1 2 1 2 0 18 1 0 76 1 3 1 2 1 4 1 3 4 3 23 2 0 77 3 2 3 1 4 1 3 1 4 3 25 2 0 78 1 4 0 3 0 3 0 3 3 2 19 1 0 79 0 1 2 2 4 3 4 2 1 3 22 2 0 80 3 2 3 1 0 1 3 1 2 0 16 1 0 81 1 4 0 3 0 2 0 2 3 2 17 1 0 82 0 3 2 2 3 3 4 2 3 3 25 2 0 83 3 2 3 1 4 1 3 1 3 3 24 2 0 84 1 4 0 3 0 3 0 3 3 2 19 1 0 85 0 1 2 2 4 3 4 2 1 3 22 2 0 86 3 2 3 1 0 1 3 1 2 0 16 1 0 87 1 4 0 3 0 2 0 2 3 2 17 1 0 88 4 1 2 2 1 3 4 2 1 3 23 2 0 89 3 2 3 1 2 1 2 1 2 4 21 2 0 90 2 0 1 2 1 0 1 0 2 1 10 0 0
91 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 0 0 92 0 1 2 4 1 3 4 2 1 3 21 2 0 93 3 2 3 1 3 1 2 1 2 0 18 1 0 94 1 3 1 2 1 4 1 0 4 1 18 1 0 95 3 2 3 1 4 1 3 1 4 3 25 2 0 96 1 4 0 3 2 3 2 3 3 2 23 2 0 97 0 1 2 2 4 3 4 2 1 3 22 2 0 98 3 2 3 1 0 1 3 1 2 0 16 1 0 99 1 4 0 3 0 2 0 2 3 2 17 1 0 100 2 1 2 2 1 3 4 2 1 3 21 2 1 101 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 0 0 102 1 4 0 3 0 3 0 3 3 2 19 1 0 103 0 1 2 2 4 3 4 2 1 3 22 2 1 104 3 2 3 1 3 1 3 1 2 3 22 2 1 105 1 4 0 3 2 2 2 2 3 2 21 2 1 106 0 1 2 2 1 3 4 2 1 3 19 1 0 107 3 2 3 1 2 1 2 1 2 4 21 2 1 108 2 0 1 2 1 0 1 0 2 1 10 0 0 109 1 4 3 3 3 2 2 4 3 2 27 2 1 110 0 1 2 4 1 3 4 2 1 3 21 2 1 Frequencies Stres
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Stres 14 12.7 12.7 12.7
Stres Ringan 45 40.9 40.9 53.6
Stres Sedang 51 46.4 46.4 100.0
Total 110 100.0 100.0
Siklus Menstruasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Normal 66 60.0 60.0 60.0 Tidak Normal 44 40.0 40.0 100.0 Total 110 100.0 100.0 Crosstabs
Stres * Siklus Menstruasi Crosstabulation Siklus Menstruasi
Total
Normal Tidak Normal
Stres Tidak Stres Count 13 1 14
Expected Count 8.4 5.6 14.0
% within Stres 92.9% 7.1% 100.0%
Stres Ringan Count 31 14 45
Expected Count 27.0 18.0 45.0
% within Stres 68.9% 31.1% 100.0%
Stres Sedang Count 22 29 51
Expected Count 30.6 20.4 51.0 % within Stres 43.1% 56.9% 100.0% Total Count 66 44 110 Expected Count 66.0 44.0 110.0 % within Stres 60.0% 40.0% 100.0% Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 13.822a 2 .001
Likelihood Ratio 15.322 2 .000
Linear-by-Linear Association 13.689 1 .000
N of Valid Cases 110
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.60.
ABSTRAK
Perilaku seks pranikah pada siswa SMA Negeri 2 Ketanjo Raya tergolong tinggi sebesar 32,8%. Keadaan ini terkait dengan dan Kontrol diri yang lemah dan gaya hidup berisiko siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kontrol diri dan gaya hidup siswa dengan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 2 Ketanjo Raya kelas X yang berjumlah 106 orang. Sampel sebanyak 106 orang, diambil dengan teknik total sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan uji chi square pada α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kontrol diri dengan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya dan terdapat hubungan gaya hidup siswa dengan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya
Disarankan kepada siswa SMA Negeri 2 Ketanjo Raya untuk meningkatkan kontrol diri dan mampu menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial dan kepada siswa SMA Negeri 2 Ketanjo Raya untuk meningkatkan gaya hidup tidak berisiko terhadap perilaku seksual sehingga perilaku seksual pada siswa menurun.
\
Kata Kunci : Kontrol Diri, Gaya Hidup, Perilaku Seks
HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANGTUA DAN ANAK SERTA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH
DI SMA PRAYATNA MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh
RIA ANGGRAINI 1170321
AKADEMI KEBIDANAN AUDI HUSADA MEDAN