• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENEGAKAN DIAGNOSIS MALARIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PENEGAKAN DIAGNOSIS MALARIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE IMUNOKROMATOGRAFI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENEGAKAN DIAGNOSIS MALARIA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE IMUNOKROMATOGRAFI

Johns F. Suwandi1, W. Rudiyanto2, W. Basuki3 dan A. Wibowo4

1Lab. Parasitologi Bag. Ilmu Biomedik PSPD Unila, 2Lab. Histologi Bag. Ilmu Biomedik PSPD Unila, 3Lab.

Patologi Klinik RSUAM Bandar Lampung/Bag. Ilmu Biomedik PSPD Unila, 1PSPD Unila. Email: yadisuwandi04@unila.ac.id

Diterima 17 November 2009, disetujui untuk diterbitkan 7 Januari 2010

ABSTRACT

The eradication of malaria is still hindered by the problem of quick and accurate diagnosis. Microscopic test has some weaknesses which include lack of microscopic power man and testing time. World Health Organization (WHO) with help of some experts in this field has found a new method using immunochromatography (ICT). To determine the effectively of this instrument in detecting malaria, diagnostic test need to be carried out and compared to microscopic test. The research was conducted to 70 samples of malaria suspect in General Hospital of Abdoel Moeloek, Lampung Province, Each sample was check microscopically and then checked using ICT. The result showed that there were 5.7% and 94.3% of total sample were positive and negative suspect, respectively. The result of ICT test has sensitivity of 100%, specificity of 98%, positive prediction value of 90% and negative prediction value of 80%.

Keywords: imunochromatogrphy, microscopic, malaria diagnosis ABSTRAK

Pemberantasan malaria masih terkendala masalah penentuan diagnosis yang cepat dan tepat. Pemeriksaan mikroskopik memiliki kelemahan, diantaranya jumlah tenaga mikroskopis dan waktu pemeriksaan. WHO bersama dengan para ahli telah menemukan metode baru dengan menggunakan imunokromatografi (ICT). Untuk menentukan efektivitas alat ini dalam mendeteksi malaria, perlu dilakukan penelitian uji diagnostik yang dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik. Penelitian dilakukan terhadap 70 sampel suspect malaria di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek, Provinsi Lampung. Setiap sampel diperiksa dengan mikroskopik kemudian dilanjutkan dengan dengan ICT. Berdasarkan penelitian, ditemukan hasil positif 5,7% dan negatif 94,3% dari total sampel. Hasil penelitian menunjukkan ICT memiliki sensitivitas 100%, spesifisitas 98%, nilai prediksi positif 80%, dan nilai prediksi negatif 100%.

Kata kunci : imunokromatografi, mikroskopik, diagnosis malaria

1. PENDAHULUAN

Malaria banyak terjadi di Indonesia, khususnya di Propinsi Lampung dengan beberapa kabupaten dan kota yang menjadi pusat penyebaran infeksi1). Spesies yang paling banyak menyebabkan infeksi malaria

adalah Plasmodium falciparum dan P. vivax2). Peranan endemisitas malaria, migrasi penduduk yang cepat,

serta perpindahan dan kepergian penduduk dari daerah endemik, secara tidak langsung mempengaruhi peningkatan kejadian malaria. Tingginya angka penyakit malaria memunculkan kendala mengenai kesulitan mendiagnosa secara cepat dan tepat3).

Kepentingan untuk mendapatkan diagnosis yang cepat dan tepat pada penderita yang diduga menderita malaria merupakan tantangan untuk mendapatkan uji atau metode laboratorik yang efektif, mudah

(2)

Penelitian terbaru telah mengembangkan alat uji diagnostik cepat malaria dengan menggunakan metode imunokromatografi4). Alat ini mengandung antibodi monoklonal HRP-2 (Histidine Rich Protein-2) untuk P. falciparum dan pLDH (parasite Lactate Dehydrogenase) untuk mengetahui P. vivax sebagai indikator infeksi yang akan bereaksi terhadap antigen malaria yang dari preparat darah tepi yang bisa di ambil dari ujung jari maupun dengan jarum suntik3). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas metode pemeriksaan

imunokromatografi dalam mendeteksi infeksi malaria. 2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik RSUD. H. Abdul Moeloek, Bandar Lampung pada bulan Juni sampai dengan Juli 2009. Sampel yang diambil adalah pasien yang memeriksakan diri ke Laboratorium Patologi Klinik RSUD. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dengan gejala klinis malaria.

Besar sampel dihitung berdasarkan cara hitung uji diagnostik5). Ditentukan pula interval kepercayaan

(p) yang dikehendaki sebesar 95% (0,05). Dari perhitungan didapatkan jumlah sampel sebanyak 70 orang agar memenuhi tingkat kepercayaan yang diinginkan.

Pasien yang menjadi kriteria inklusi adalah pasien dengan gejala klinis malaria berupa panas > 38º dengan atau tidak disertai menggigil, Demam intermitten 2 hari atau lebih, Sakit otot atau sakit kepala, dan bersedia di ambil darahnya. Pasien tidak akan diambil menjadi probandus jika panasnya disertai kaku kuduk, infeksi telinga tengah, infeksi saluran kemih, dan jumlah darah tidak mencukupi untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan selain mikroskopik.

Pasien yang datang dengan gejala klinis malaria akan mengisi lembar persetujuan (informed consent), lalu diambil darahnya sebanyak 5 mL, kemudian diletakkan dalam tube yang mengandung antikoagulan EDTA. Pemeriksaan awal dilakukan dengan mikroskop. Selanjutnya, baik yang dinyatakan positif malaria maupun negatif akan diteruskan dengan pemeriksaan imunokromatografi untuk mengetahui ketepatan diagnosis dari alat imunokromatografi tersebut.

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data berupa data kualitatif jenis infeksi malaria yang disebabkan oleh parasit P. falciparum, P. vivax, infeksi campuran, atau tidak kedua-duanya. Pengolahan data dilakukan dengan uji statistik melalui analisis kualitatif dengan menggunakan uji Mc Nemar. Analisis data digunakan untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif dari metode ICT, kemudian penilaian mengenai cost effectiveness dibandingkan secara langsung.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebanyak 70 sampel diperiksa dengan metode mikroskopik dan imunokromatografi. Pemeriksaan yang telah dilakukan pada sampel dikelompokkan seperti tampak pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan dengan mikroskop dan imunokromatografi. Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan

Imunokromatografi

Positif 4 5

Negatif 66 65

Total 70 70

Penegakan diagnosis malaria dengan dengan menggunakan metode imunokromatografi didapatkan hasil positif sebanyak lima pasien. Tiga dari lima pasien yang positif merupakan penderita malaria falciparum sedangkan sisanya adalah penderita malaria vivax. Hasil ini kemudian dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik yang menunjukkan hasil positif sebanyak empat pasien,tiga pasien menderita malaria falciparum dan satu pasien malaria vivax. Hasil pemeriksaan berdasarkan spesies tampak pada Tabel 2.

(3)

Tabel 2. Hasil pemeriksaan berdasarkan spesies. Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan

Mikroskopis Pemeriksaan Imunokromatografi Plasmodium falciparum 3 3 Plasmodium vivax 1 2 Infeksi campuran 0 0 Negatif 66 65 Total 70 70

Nilai sensitivitas yang dihitung dari total keseluruhan sampel sebesar 100%, spesifisitas 98%, nilai prediksi positif sebesar 80%, dan nilai prediksi negatif 100%.Uji statistik yang dilakukan (p > 0,05) didapatkan nilai p = 0,5 sehingga diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara metode imunokromatografi dan mikroskopis.

Perbedaan hasil pemeriksaan antara metode imunokromatografi dan mikroskopis seperti tampak pada Tabel 3 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu jumlah parasit yang terdapat dalam darah penderita, derajat endemisitas suatu daerah malaria yang menyebabkan peningkatan kekebalan tubuh penderita, serta obat yang diminum pasien sebelum berobat ke layanan kesehatan6).

Perbedaan jumlah antigen yang dihasilkan spesies Plasmodium juga dapat mempengaruhi pemeriksaan, hal ini disebabkan oleh jenis eritrosit yang terinfeksi. Plasmodium falciparum menyerang semua stadium eritrosit, sedangkan P. vivax hanya menyerang eritrosit muda/retikulosit. Hal ini tentunya akan menghasilkan jumlah parasitemia yang berbeda pula, sehinggapada akhirnya jumlah antigen yang beredar dalam darah juga akan berbeda7). Antigen parasit juga masih beredar dalam darah 14 hari setelah hilangnya

parasitemia pasca pengobatan. Munculnya reaksi silang dengan faktor rheumatoid dapat juga mengakibatkan munculnya hasil positif palsu pada imunokromatografi8).

Perbandingan cost effectiveness metode imunokromatografi dan mikroskopik dilakukan dengan melihat enam parameter pembanding (Tabel 3). Dari parameter harga pada imunokromatografi didapatkan harga yang lebih mahal dari metode mikroskopis, tetapi harga ini tentunya sepadan dengan kemudahan yang ditawarkan dalam penggunaannya6).

Tabel 3. Perbandingan metode mikroskopis dan imunokromatografi berdasarkan cost effectiveness. Parameter Pembanding Mikroskopik Imunokromatografi

Harga Pemeriksaan Rp 11.200,00 Rp 25.000,00

Perlengkapan Mikroskop Strip

Penggunaan Butuh pelatihan dan

pengalaman seorang mikroskopis.

Pelatihan singkat atau membaca petunjuk pemakaian.

Waktu pemeriksaan 30 menit 10 menit

Sensitivitas dan spesifisitas 100 % dan 100% 100% dan 98% Ambang batas parasitemia 5-10 parasit/µl darah 100 parasit/µl darah

Peralatan yang digunakan juga sederhana karena hanya membutuhkan strip uji tanpa membutuhkan mikroskop sebagai alat bantu pemeriksaan3). Mikroskop membutuhkan investasi yang besar, dan tidak semua

tempat penyedia layanan kesehatan memiliki fasilitas mikroskop untuk pemeriksaan penunjang. Keuntungan ini membuat imunokromatografi cocok jika digunakan pada daerah terpencil yang tidak terdapat pemeriksaan mikroskopik. Alat ini juga sangat berguna bagi orang-orang yang akan bepergian dan akan tinggal lama di

(4)

Sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan dengan imunokromatografi tidak memberikan nilai yang berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan metode standar. Hasil perhitungan nilai sensitivitas dan spesifisitas sudah diatas standar minimal yang ditetapkan oleh WHO yaitu sebesar 95%. Penelitian dengan metode pemeriksaan yang sama juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti diberbagai negara dan ditemukan hasil yang beragam. Perbedaan hasil dapat diakibatkan oleh perbedaan respon imun yang dimiliki tiap orang terhadap malaria. Pada orang yang belum mempunyai kekebalan, gejala klinis sudah tampak walaupun jumlah parasitnya masih dibawah 100 parasit/µl, sehingga alat belum dapat menunjukkan hasil yang sebenarnya10).

Kekurangan yang ada pada alat ini adalah ambang batas parasit yang dapat terdeteksi. Alat imunokromatografi memiliki ambang batas parasit yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskopik, sehingga pada kadar parasitemia yang rendah alat ini kurang sensitif12). Kondisi seperti ini yang masih

membuat alat ini hanya bersifat sebagai metode pengganti atau sebagai alat untuk follow-up selama pengobatan atau pasca pengobatan malaria, jika tidak ada pemeriksaan mikroskopik sebagai standar6).

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Uji imunokromatografi memiliki sensitivitas, spesifisitas, dan cost effectiveness yang sama baiknya dengan metode standar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Efrida Warganegara, M.Kes., SpMK selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung, dr. Wirman selaku Direktur RSUAM Bandar Lampung, dan Seluruh Staf Laboratorium Patologi Klinik RSUAM yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pasien/sukarelawan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, kesedian anda untuk ikut serta dalam penelitian ini sangat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan bidang kedokteran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinkes Propinsi Lampung. 2008. Status Malaria di Provinsi Lampung, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2008.

2. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K. M. dan Setiati, S. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III. Jakarta: FKUI.

3. Arum, L. I., Purwanto, A. P., Arfi, S., Tetrawindu, H., Octora, M., Mulyanto, Surayah, K. dan Amanukarti. 2006. Uji Diagnostik Plasmodium Malaria Menggunakan Metode Imunokromatografi Diperbandingkan Dengan Pemeriksaan Mikroskopis. Indo. J. Clin. Pathol. Med. Lab., 12 (3), 118-122. 4. Wongsrichanalai, C., Arevalo, I., Laoboonchai, A., Yingyuen, K., Miller, R. S., Magill, A. J., Forney, J. R.

and Gasser, R.A.J. 2003. Rapid diagnostic devices for malaria: field evaluation of a new prototype immunochromatographic assay for the detection of Plasmodium falciparum and non-falciparum Plasmodium. Am. J. Trop. Med. Hyg., 69, 26-30.

5. Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

6. Setyaningrum, E., Djoko, S. H., Santoso, B., Marina, Sutanto, I. dan Laihad. J.F. 2007. Paracheck®

sebagai alat diagnosis malaria falciparum di Puskesmas Hanura, Padang Cermin, Lampung Selatan. J. sains MIPA, 13, 121-124.

(5)

7. Weatherall, D. J., Miller, L. H., Baruch, D. I., Marsh, K., Doumbo, O.K., Casals-Pascual, C. and Roberts, D.J. 2002. Malaria and the red cell. Hematology, 1, 35-57.

8. Sutanto, I. 2005. Berbagai Tantangan Diagnosis dan Pengobatan Malaria Pada Permulaan Abad XXI. Pidato Pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Parasitologi. FKUI. 9. Agustini, S. M. dan Widijanti, A. 2004. Nilai Diagnostik Uji Imunokromatografi Pada Infeksi Malaria.

Medika, XXX, 626-630.

10. Murray, C. K., Gasser Jr., R. A., Magill, A. J., Miller, R. S. 2008. Update on Rapid Diagnostic Testing for Malaria. Clin. Microbiol. Rev., 21 (1), 97–110.

11. Kakkilaya, B. S. 2003. Rapid Diagnosis of Malaria. Lab. Medicine, 8 (34), 602-608.

12. Tjitra, E., Suprianto, S., Dyer, M., Currie, B. J. and Anstey, N. M. 1999. Field evaluation of the ICT malaria P.f/P.v immunochromatographic test for detection of Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax in patients with a presumptive clinical diagnosis of malaria in eastern Indonesia. J. Clin. Microbiol., 37, 2412–2417.

Gambar

Tabel 1. Hasil pemeriksaan dengan mikroskop dan imunokromatografi.
Tabel 3. Perbandingan metode mikroskopis dan imunokromatografi berdasarkan cost effectiveness

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya ada tindakan mengambil satu bola secara acak dari wadah yang berisi N bola yang diberi nomor 1, 2, .., N dengan peluang masing-masing bola terambil adalah sama.?.

TARGET ALOK ASI LOKASI 2015 2016 2017 2018 2019 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 3 Pemberian Advokasi dan Penyelesaia n Sanggah Wilayah I Terkonsolidasiny a pengadaan dengan

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Tantangan pokok yang dihadapi dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan sebagai bagian dari sistem pendukung manajemen pembangunan adalah integrasi, sinkronisasi

Untuk pembangunan bangunan pengendali tersebut diperlukan suatu kegiatan Pengukuran dan Perencanaan Teknis pada aliran muara sungai Batang Muaro Samuik yang akan

1 Anggaran penjualan suatu perusahan berisikan informasi tentang perkiraan …… a Jumlah unit barang atau jasa yang akan dijual dalam suatu periode anggaran.. b Harga jual barang

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi usahatani tidak saja ditentukan oleh kemampuan manajerial dari petani yang lebih banyak diukur dari kemampuan petani untuk

Berikut hal- hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan adalah (a) menganalisis kulrikulum kelas IV semester 2, (b) merancang perangakat pembelajaran tentang