• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyebaran informasi, dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. adanya penyebaran informasi, dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan kehidupan manusia dari waktu ke waktu terjadi berkat adanya penyebaran informasi, dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran informasi tersebut pada umumnya melalui majalah, surat kabar, buku, radio, televisi, internet maupun film.

Film merupakan salah satu media penyebaran informasi yang perkembangannya sulit dihambat. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) film merupakan salah satu bentuk hiburan yang digemari banyak orang, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa; (2) pada film terdapat tokoh-tokoh yang sebagian besar memiliki keunikan tersendiri dengan daya tarik yang berbeda-beda pula; (3) film merupakan sarana hiburan yang mudah sekali diakses tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak, misalnya melalui program unduh gratis di internet, acara-acara film di televisi atau di bioskop maupun dengan pembelian DVD.

Setiap film mengandung suatu cerita. Cerita tersebut pada umumnya berasal dari kisah fiktif, namun tidak sedikit juga yang berdasarkan kisah nyata. Cerita pada film merupakan buah karya seorang sutradara, yang dipresentasikan oleh para tokoh. Tokoh-tokoh tersebut memerankan karakter sesuai dengan alur cerita. Melalui cerita film tersebut, penonton dapat melihat sikap, cara berbicara, cara berbusana, bahasa, dan budaya para tokoh sesuai dengan konteks cerita dan

(2)

budaya yang dimiliki oleh daerah dimana film tersebut diproduksi. Hal tersebut selaras dengan pendapat Hoed (2006:11) yang menyatakan bahwa:

“Di samping dampak visual, film memberikan dampak verbal melalui bahasa yang prosesnya lambat, seperti halnya dampak melalui bacaan. Akan tetapi dampak verbal dari film dapat bertahan lama karena yang ditangkap adalah bahasa dengan konsep-konsep di dalamnya yang dipadu dengan tayangan gambar. Melalui bahasanya penonton dapat lebih mengerti tema film dan moral yang tersimpan dalam film tersebut. Penontonpun dapat melihat tingkah laku tokoh-tokoh dalam film dan pakaian serta adat kebiasaannya.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa, melalui film dapat diperoleh informasi secara kontekstual, nyata dan jelas bagaimana bahasa digunakan dengan oleh penutur aslinya, karena film merupakan refleksi dan representasi dari masyarakat, bahasa dan budaya asli film itu tersebut.

Pada saat sekarang ini, banyak sekali film yang diproduksi oleh satu negara, namun ditayangkan bukan hanya di negara tempat produksinya tetapi juga di negara yang berbeda. Ketika film asing tersebut ditayangkan bukan di negara tempat produksinya, maka naskah cerita film tersebut akan diterjemahkan. Penerjemahan cerita film tersebut, dapat berupa penerjemahan lisan maupun tulisan. Hoed (2006:107-108) menyatakan bahwa: “penerjemahan teks lisan dalam dialog sebuah film terbagi atas dua jenis yakni penerjemahan teks lisan dialog film dalam bentuk sulih suara (dubbing) atau penerjemahan teks lisan film dalam bentuk teks tulisan (subtitling).”

Film merupakan salah satu dokumen audio-visual yang bersifat resmi karena melalui proses sensor yang dilakukan oleh lembaga resmi bernama badan sensor film dan pada umumnya ditujukan bagi khalayak ramai. Seperti yang tercantum dalam UU No. 02 Tahun 2009 dalam Trianton tentang perfilman pasal

(3)

media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.” Film merupakan salah satu media komunikasi yang banyak mempengaruhi perkembangan kehidupan masyarakat. Film juga dapat menjadi acuan atau pedoman gaya hidup masyarakat pada saat sekarang ini. Hoed (2006:101) menyatakan bahwa: “Film Asing di Indonesia cenderung sering menjadi acuan moderenisasi”. Trianton (2013:ix) menambahkan bahwa: “Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat culture education atau pendidikan budaya.”

Berdasarkan pendapat ahli tersebut terlihat jelas bahwa penerjemahan teks lisan film yang dilakukan, khususnya di Indonesia, harus benar-benar memilah unsur budaya yang dapat ditampilkan dan tidak ditampilkan pada subtitle. Hal tersebut karena, ditemukannya perbedaan budaya yang ditampilkan pada sebuah film, dapat menimbulkan efek negatif bagi penonton film dengan budaya yang berbeda pula. Maksudnya adalah, budaya yang tidak tabu dalam budaya bahasa sumber, merupakan hal yang tabu dalam budaya bahasa sasaran. Masalah perbedaan budaya tersebut menjadi penting, karena film pada umumnya menjadi salah satu acuan gaya hidup, dan sarana penyebaran informasi serta budaya.

Contoh nyata pengaruh film sebagai acuan gaya hidup dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia misalnya: pada zaman dahulu sekitar era tahun 60-an dan 70-an para remaja belum mengenal gaya potongan rambut demimor, namun ketika film berjudul “Ghost” yang diperankan oleh Demi Moore, dimana potongan rambutnya begitu pendek, banyak orang yang mengganti model rambut mereka menjadi seperti potongan rambut pemeran film perempuan dalam film ghost tersebut, setelah penayangannya di bioskop atau televisi.

(4)

Contoh lain, ketika film berbahasa Prancis Taxi 3 diluncurkan, pada film tersebut penonton dapat melihat begitu banyak mobil-mobil sport atau mewah yang dilengkapi mesin berteknologi canggih. Bagi masyarakat kelas atas, memiliki mobil seperti yang ditampilkan dalam film tersebut memiliki nilai prestise tersendiri. Sehingga banyak masyarakat kelas atas pada saat itu cenderung ingin memiliki dan akhirnya membeli mobil sport dengan harga fantastis.

Film Prancis merupakan salah satu jenis film yang berpengaruh besar dalam perkembangan perfilman dunia. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui keberhasilan film-film Prancis dan sineas-sineasnya dalam berbagai penghargaan kelas dunia seperti Festival Film de Cannes¸ Oscar Awards, Festival du Film Américains, dsb.

Penyebaran film Prancis, sudah sejak lama sampai di Indonesia. Beberapa film Prancis terkenal yang sudah pernah ditayangkan di Indonesia yakni: Taxi 1, 2 dan 3, Plan Parfait, Intouchable, Le guetteur, Mobius, Zarafa, L’amour et Turbulance, L’écume du Jour dan "Comme un Chef".

"Comme un Chef" merupakan salah satu film yang sangat populer di Prancis. Film ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa. Pada film ini juga banyak ditemukan pesan pendidikan karakter seperti: kerja keras, idealisme, jujur, bertanggung jawab, cerdas, sabar, dan kesetiakawanan. Namun, ketika peneliti menonton film tersebut dengan subtitle berbahasa Indonesia, peneliti menemukan hal-hal yang ganjil dan tidak sesuai dengan pesan moral yang dikandung oleh film tersebut. Keganjilan tersebut berupa kalimat yang dianggap kurang berterima baik dari aspek budaya atau aspek kebahasaan dalam bahasa sasarannya, yakni bahasa Indonesia.

(5)

Misalnya:

Tsu.: Bocuse, je

Nom pron. verbe m’ en tape. Bocuse, saya ku nya memukul. Tsa. : Bocuse bisa meniup keluar dari pantatnya.

(Comme un Chef : 00:03:26,088 --> 00:03:28,397) Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa subtitle pada kalimat "Bocuse, je m’en tape" menjadi "Bocuse bisa meniup keluar dari pantatnya". Penerjemahan ini tampak sukar untuk dipahami, karena orang Indonesia tidak mengenal siapa tokoh Bocuse tersebut. Kemudian kata "pantat" juga terasa tabu dan berbenturan dengan budaya Indonesia. Karena, kata tersebut merupakan ungkapan yang sering disebutkan untuk menghardik atau menghina orang lain.

Dari terjemahan di atas peneliti menganggap penerjemah subtitle itu menggunakan metode penerjemahan bebas (free translation) dimana teks dalam bahasa sumber diterjemahkan secara bebas ‘je m’en tape’ ini pada dasarnya berasal dari subjek ‘Je’ (saya) dan verba ‘s’en taper’ (memukul/ acuh/ mengejek/ tidak tertarik). Dalam penerjemahan tersebut terlihat jelas bahwa tata bahasa Prancis yakni subjek "je" dan verba pronominal (dalam hal ini, verba yang bermakna bahwa pelaku dan objek kata kerjanya adalah sama) "s’en taper" sama sekali tidak tampak dalam teks sasaran yakni menjadi "bisa meniup keluar dari pantatnya". Mengapa kalimat ini diterjemahkan demikian karena pada saat itu pemilik restoran sedang marah terhadap Jacky Bonnot dan menganggap kemampuan Jacky Bonnot tidak sebanding dengan kemampuan Bocuse yang merupakan juru masak yang sangat terkenal dan handal, karena Jacky Bonnot mengatakan bahwa kemampuan memasaknya sama hebatnya dengan kemampuan

(6)

Bocuse. Kemudian Jacky Bonnot juga telah mengecewakan pelanggan restoran tersebut dengan cara mengganti menu yang dipesannya dengan menu yang dipilih oleh sang koki. Penggantian menu tersebut terjadi karena Jakcy Bonnot merasa menu yang dipilih oleh pelanggan tersebut tidak berkualitas dan tidak sesuai dengan jenis anggur yang diminumnya. Dalam budaya Prancis anggur putih diminum jika mengkonsumsi daging yang berwarna putih misalnya daging ikan atau unggas dan anggur merah jika mengkonsumsi daging yang berwarna merah misalnya daging sapi, babi, domba, kambing dsb. Menurut peneliti kalimat tersebut sebaiknya diterjemahkan menjadi Bocuse, aku tidak perduli, karena sebenarnya kata kerja s’en taper juga masih memiliki arti lain yakni tidak menarik namun untuk tetap menjaga unsur sintaksis yang terdapat dalam bahasa sasaran maka subjek je yang sepadan dengan kata aku dalam bahasa Indonesia masih dapat dipertahankan.

Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa dalam penerjemahan subtitle "Comme un Chef" tersebut masih terdapat hal yang tidak jelas, kemudian tabu, dan bahkan tidak berterima dalam bahasa Indonesia. Ketidakberterimaan tersebut pada hakekatnya disebabkan oleh ketidaktepatan metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Machali (2009:78): “metode penerjemahan berkenaan dengan rencana dalam pelaksanaan penerjemahan yang meliputi 3 tahap yaitu analisis, pengalihan, dan penyerasian dimana ketiga tahapan tersebut harus dilalui oleh seorang penerjemah”. Jika ketiga hal tersebut dilalui dengan baik maka tidak akan muncul terjemahan yang tidak berterima. Puteri juga menambahkan (2013:78):

(7)

" Thereby, the quality of a text can be assessed by two features: 1) Its inteligibility (the translation is understandable) and 2) its fidelity (the message transmitted by the translation corresponds exactly to the original message).”

Yang artinya adalah kualitas terjemahan dapat dinilai melalui dua hal yaitu mudah dipahami dan pesan yang disampaikan benar sesuai dengan pesan yang terkandung dalam bahasa sumber dengan tetap menghormati budaya sasaran.

Selain contoh di atas, pada subtitle film tersebut juga ditemukan istilah-istilah kulinari dan nama masakan dalam bahasa Prancis yang terkadang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia namun tidak sedikit yang tetap ditulis dalam bahasa Prancis dalam versi terjemahan berbahasa Indonesia dari teks cerita film “Comme un Chef “ tersebut.

Misalnya :

Tsu: “La blanquette pour la 11.

Art. nom pré. Art. Adj. de quantité. " Itu blanquette untuk sebuah 11 Tsa: “Blanquette untuk 11”.

(Comme un Chef: 00:02:17,140 --> 00:02:18,774) Pada teks di atas dapat diketahui bahwa metode penerjemahan yang digunakan adalah metode harafiah (literal traslation) dimana kata "la blanquette" dipadankan dengan "Blanquette" kata "pour" diterjemahkan dengan "untuk" dalam bahasa Indonesia dan "11" dengan "11". Metode Penerjemahan harafiah (literal traslation) juga dibuktikan melalui tata urutan kata yang sama sekali tidak mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Machali (2009:78) yakni: " Metode penerjemahan harafiah (literal translation) adalah « …jenis ini biasanya Tsa langsung diletakkan di bawah versi Tsu, kata-kata dalam Tsu biasanya diterjemahkan di luar konteks, dan kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan

(8)

apa adanya". Jika dianalisis lebih jauh Blanquette adalah salah satu makanan Prancis yang sangat terkenal yakni berupa daging (unggas, sapi muda, atau ikan, domba) yang direbus dengan menggunakan krim putih dan telur. Jenis masakan ini masih dapat dipadankan dengan daging gulai putih (daging gulai kurma), yang memang masih ada dalam jenis masakan indonesia. Hal tersebut dapat dipadankan karena untuk blanquette dan memasak daging dalam tradisi kulinari indonesia tradisional tidak pernah menggunakan krim tetapi pada umumnya menggunakan santan, dalam hal ini santan dapat dipadankan dengan krim.

Berdasarkan pengalaman pribadi peneliti yang pernah tinggal selama 1 bulan di Prancis dalam rangka mengikuti pelatihan bagi pengajar bahasa Prancis bagi penutur Asing (Fle), peneliti pernah mencicipi hidangan Blanquette tersebut, dan telah membuktikan bahwa cita rasa masakan Blanquette tersebut sama dengan cita rasa hidangan daging gulai putih atau sering disebut dengan daging gulai kurma.

Berdasarkan fakta tersebut belum dapat diketahui mengapa penerjemah teks lisan pada film "Comme un Chef" tersebut masih tetap menggunakan bahasa aslinya, padahal sebenarnya nama jenis masakan tersebut dapat dipadankan dengan salah satu masakan Indonesia. Jika penerjemah tetap menggunakan kata "Blanquette" pada terjemahannya, dapat diketahui bahwa kata "Blanquette" itu akan mengaburkan pemahaman penonton terhadap pesan yang dikandung oleh bahasa sumbernya, karena penonton hanya akan mengetahui bahwa itu nama makanan namun tidak mengetahui makanan apa. Hal ini bertentangan dengan teori yang diutarakan oleh Dolet dalam Munday (2001:26) yakni: "La manière de bien traduire une langue en autre c’est d’avoir bien compris l’intention de

(9)

l’auteur afin d’éviter l’obscurité." Yang artinya penerjemah harus memahami betul makna yang dimaksudkan oleh penulis, dan oleh sebab itu dia harus menghindari kerancuan atau ketidakjelasan dalam terjemahannya. Sementara penggunaan kata "Blanquette" tersebut sama sekali tidak jelas bagi penonton yang dalam hal ini berbahasa Indonesia. Hal tersebut yang menjadi pertanyaan bagi peneliti mengapa metode penerjemahan harafiah (literal translation) digunakan oleh penerjemah, padahal metode tersebut merupakan metode yang berbasis pada teks sumber dan biasanya tidak lazim digunakan.

Dari segi pergeseran (shifts) tidak ditemukan karena seluruh unsur kata dan tata bahasa dalam kalimat ini tidak mengalami pergeseran.

Contoh lain :

Tsu.: "Dans ce cas, on va se replier vers l' entrecôte -frites

Pré. Adj. nom Pron. Verbe verbe pré. Art. Nom compose. ."

Dalam ini hal, kita pergi melipat kearah itu steak -kentang goreng Tsa.: “Dalam hal ini, steak dan kentang goreng akan menjadi lebih baik.”

(Comme un Chef: 00:02:58,530 --> 00:03:02,980)

Metode penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan teks di atas adalah metode penerjemahan adaptasi (adaptation translation). Penggunaan metode tersebut dapat dilihat dari penerjemahan yang mengacu pada makna dan budaya yang dimaksudkan oleh teks sumber yang dipadankan ke dalam teks bahasa sasaran dengan mempertimbangkan keberterimaan dan kelaziman dalam teks sasaran. Maksud keberterimaan dan kelaziman dalam hal ini adalah makna kata kerja “va se plier” itu sebenarnya mengandung makna “cocok” atau sesuai karena konteks kalimat pada teks ini adalah pelanggan memadukan menu yang tidak sesuai dengan yang seharusnya sehingga koki Bonnot menggantinya dengan

(10)

menu steak dan kentang goreng. Kemudian proses adaptasi juga terlihat melalui pemadanan frasa “l'entrecôte-frites” dengan steak dan kentang goreng yang memang masih terdapat dalam ranah kulinari Indonesia modern. Kemudian penghilangan kata “vers” dan kata sandang “l’’ juga merupakan bukti penerapan metode adaptasi dalam penerjemahan subtitle film ini.

Dianalisis dari segi pergeseran (shifts), dapat diketahui bahwa pada penerjemahan subtitle film berbahasa Prancis di atas terjadi pergeseran kelas kata yakni kata kerja “va” (future proche) bergeser menjadi “akan” yang merupakan adverbia dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya kata “se plier” diterjemahkan menjadi “lebih baik” yakni merupakan adjektiva dalam bahasa Indonesia.

Seluruh keganjilan dan ketidakkonsistenan penerjemah dalam menerjemahkan dialog film berbahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia tidak akan terjadi jika penerjemahan menggunakan metode penerjemahan dan pergeseran penerjemahan (shifts) yang tepat. Oleh sebab itu, peneliti menganggap bahwa penelitian tentang metode dan pergeseran penerjemahan pada film “Comme Un Chef” tersebut penting untuk dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Pada umumnya penelitian dilakukan karena adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, yang akan ditemukan penyelesaiannya. Masalah tersebut penting untuk dirumuskan agar penelitian yang dilakukan terarah, ilmiah dan sistematis, sehingga dapat diketahui mana masalah yang harus dipecahkan terlebih dahulu dan mana yang akan diselesaikan berikutnya. Oleh sebab itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(11)

1. Metode penerjemahan apa saja yang ditemukan pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia?

2. Metode penerjemahan apa saja yang efektif pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia?

3. Pergeseran penerjemahan apa saja (shifts) yang terjadi pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan dalam sub-bab sebelumnya. Tujuan penelitian ini terdiri atas :

1. Menjelaskan metode penerjemahan yang ditemukan pada subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia.

2. Menjelaskan metode penerjemahan yang efektif, pada subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia.

3. Menjelaskan pergeseran (shifts) penerjemahan yang terjadi pada subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini diselesaikan, maka hasil penelitian tersebut memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis merupakan manfaat yang dapat memperkaya kajian penerjemahan. Sedangkan manfaat praktis adalah manfaat yang dapat disaksikan langsung secara kasat mata karena dapat digunakan secara langsung oleh khalayak pembaca penelitian ini. Adapun manfaat penelitian tersebut dijelaskan pada bagian berikut ini.

(12)

1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Sebagai pedoman bagi penerjemah pemula khususnya mengenai metode dalam penerjemahan ujaran dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia.

2. Sebagai acuan atau pedoman bagi penerjemah pemula khususnya mengenai pergeseran (shifts) dalam penerjemahan kata, atau frasa dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia.

3. Sebagai pedoman bagi penerjemah khsususnya pada penerjemahan teks kulinari dalam bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia.

4. Menambah referensi penerjemahan teks kulinari dalam bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sarana promosi kebudayaan Prancis yang tercermin melalui kehidupan masayarakat Prancis yang ditampilkan dalam bentuk film yang dalam hal ini menyangkut gastronomi/kulinari Prancis.

2. Mempresentasikan metode penerjemahan secara lebih fokus, teknis dan praktis bagi para pembelajar atau penerjemah pemula, dalam menerjemahkan ujaran berbahasa Prancis ke dalam teks tulis bahasa Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Sebuah penelitian yang baik, harus memiliki ruang lingkup yang jelas. Ruang lingkup merupakan batasan kajian dan objek dari sebuah penelitian. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah subtitle film berbahasa Prancis "Comme un

(13)

Chef" dalam bahasa Indonesia yang terdiri atas 1555 ujaran dengan durasi film selama 1 jam 25 menit karya Daniel Cohen dengan pemutaran perdana pada tanggal 7 Maret 2012. Proses pengumpulan, penganalisisan dan pengolahan data berbasis pada produk terjemahan.

Objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah metode penerjemahan menurut teori Newmark (1988), serta pergeseran (shifts) yang terdapat pada subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia berdasarkan teori Catford (1965).

Dari beberapa teori tentang metode penerjemahan, teori yang dikemukakan oleh Newmark, merupakan teori yang dianggap paling lengkap dan dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Untuk mengkaji pergeseran (shifts) dalam penerjemahan, peneliti menggunakan teori Catford, karena teori tersebut mendeskripsikan dengan lugas, lengkap dan luas tentang pergerseran tingkatan maupun kelas kata yang terjadi dalam penerjemahan bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya.

1.6 Klarifikasi Makna Istilah

Setelah menjelaskan ruang lingkup penelitian pada bagian sebelumnya, langkah selanjutnya adalah klarifikasi makna istilah. Hal ini disebabkan karena ragam makna yang dikandung oleh setiap istilah bervariasi. Variasi tersebut menyebabkan terjadinya pemahaman yang beragam pula, walaupun dari satu istilah yang sama. Atas dasar tersebut peneliti mengklarifikasikan setiap istilah dalam penelitian ini, agar setiap istilah yang dimaksudkan menjadi jelas, utuh dan konsekuen maknanya. Klarifikasi makna istilah dalam penelitian ini antara lain:

(14)

1. Subtitle adalah teks yang merupakan hasil terjemahan dialog sebuah film, teks terjemahan tersebut ditayangkan secara bersamaan sesuai dengan urutan kejadian dan gambar dalam film, yang lazimnya diletakkan di bagian bawah layar, Hoed (2006:107-108).

2. Film adalah media komunal, perpaduan dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian baik secara rupa, teater, sastra, arsitektur dan musik. Film merupakan perpaduan dari perkemabangan teknologi fotografi dan rekaman suara, Trianton (2013:2)

3. Teks sumber dan teks sasaran; teks sumber adalah teks awal berupa kata, frasa, atau kalimat yang memiliki makna kontekstual yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa lain (bahasa sasaran), artinya teks akan diterjemahkan, sementara teks sasaran adalah teks berupa kata, frasa atau kalimat yang memiliki makna kontekstual yang sepadan dan merupakan hasil terjemahan dari bahasa, (Baker: 20-26)

4. Penerjemahan adalah pengkonstruksian ulang kalimat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan menggunakan padanan kata yang dianggap paling lazim dan berterima dengan bahasa sasaran agar penerjemahan sempurna dalam segala aspek baik aspek sintaksis, semantik, gaya bahasa dan pragmatik, Nida &Taber (1982).

5. Metode penerjemahan adalah cara yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kalimat secara utuh, dan bukan cara yang digunakan penerjemahan dalam menerjemahkan kata atau frasa yang menyusun suatu kalimat, artinya metode itu diterapkan secara makro pada satu kalimat utuh

(15)

dan bukan secara mikro atau pada satuan kata atau frasa yang terdapat dalam satu kalimat, Newmark (1988).

6. Pergeseran (Shifts) dalam hal ini terbagi atas dua jenis yakni, yaitu pergeseran tingkatan (level shifts) dan pergeseran kelas kata (category shifts), (Catford 1965).

7. Efektif dalam penelitian ini bermakna bahwa metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah tepat guna dalam memadankan makna yang dikandung oleh bahasa sumber dengan bahasa sasaran serta pemahaman yang sama baik pada penonton film dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran. 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan publik yang dilakukan oleh aparatur pemerintah saat ini dirasakan belum memenuhi harapan masyarakat. Hal ini dapat diketahui dari berbagai keluhan masyarakat

Analisis data yang digunakan adalah (i) analisis komoditas berbasis wilayah dengan metode Location Quotient (LQ); (ii) analisis evaluasi lahan yang meliputi

FM 2.4, 3.3, 4.3 Melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol,seimbang dan lincah Anak mampu mengkoordinasikan tangan dan mata melalui kegiatan melipat KOG

 Untuk mengetahui faktor resiko yang diduga berperan dalam terjadinya myoma uteri pada pasien dalam laporan kasus ini..  Untuk mengetahui bagaimana diagnosis myoma uteri

Atas dasar fenomena di atas membuktikan bahwa di dalam bahasa Jawa pesisir terdapat kelonggaran dalam pemilihan dan penempatan leksikon krama inggil dalam deret sintaksis

(2) ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelas RSBI dan Reguler pada kelompok mata kuliah tertentu, yaitu pada kelompok mata kuliah MPB,

Atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Masalah Sosial dan Struktur Novel Tasbih Cinta di Langit Moskow Karya Indah

Cerita ini mengemukakan tema keberanian luar biasa seorang raja yang bernama Indera Nata dalam usaha mencari gajah bergadingkan emas dan menyelamatkan tujuh orang