• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

ROAD MAP

REFORMASI BIROKRASI

SEKRETARIAT JENDERAL DAN

BADAN KEAHLIAN DPR RI

(2)

ROAD MAP

REFORMASI BIROKRASI

SEKRETARIAT JENDERAL

DAN BADAN KEAHLIAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

(3)

KATA PENGANTAR

uji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI Tahun 2015 – 2019 dapat kami selesaikan dengan baik. Road Map Reformasi Birokrasi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RIini disusun mengacu kepada Grand Design Reformasi Birokrasi 2010–2025 yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010, dan Road Map Reformasi Birokrasi 2015 – 2019 yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015.

Sekretariat Jenderal DPR RI telah melaksanakan Reformasi Birokrasi tahap pertama pada kurun waktu 2010-2014 dengan capaian dalam 8 area perubahan reformasi birokrasi dan quick wins. Dengan adanya perubahan struktur sistem pendukung DPR RI sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014, maka sistem pendukung DPR RI yang dilaksanakan oleh Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. Reformasi Birokrasi pada kurun waktu 2015-2019 merupakan periode penguatan dari capaian kurun waktu 2010-2014. Keberlanjutan pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran penting dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, sehingga hasil-hasil yang telah diperoleh dari pelaksanaan reformasi birokrasi pada periode 2010-2014 menjadi dasar bagi pelaksanaan reformasi birokrasi pada tahapan selanjutnya.

Road map Reformasi Birokrasi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI 2015 – 2019 ini bertujuan untuk memberikan arah dan pedoman pelaksanaan reformasi birokrasi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RIagar dalam pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif, efisien, terukur, konsisten, terintegrasi, dan berkelanjutan.

Kami menyadari bahwa road map ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami menghargai semua masukan untuk menyempurnakannya di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga road map ini dapat bermanfaat sebagai upaya percepatan reformasi birokrasi pada Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI.

Jakarta, 7 April 2016 Sekretaris Jenderal,

Dr. Winantuningtyastiti S., M.Si. NIP. 19561125 198203 2 002

(4)

RINGKASAN EKSEKUTIF

ekretariat Jenderal DPR RI telah melaksanakan Reformasi Birokrasi tahap pertama pada kurun waktu 2010-2014 dari rangkaian reformasi birokrasi, yaitu tahapan pemberian dukungan kepada DPR yang berbasis kinerja pada tahun 2025, dan beranjak pada tatanan pemberian dukungan kepada DPR yang dinamis. Reformasi Birokrasi pada kurun waktu 2015-2019 merupakan periode penguatan dari capaian kurun waktu 2010-2014. Keberlanjutan pelaksanaan reformasi birokrasi memiliki peran penting dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, sehingga hasil-hasil yang telah diperoleh dari pelaksanaan reformasi birokrasi pada periode 2010-2014 menjadi dasar bagi pelaksanaan reformasi birokrasi pada tahapan selanjutnya.

Capaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2010-2014 telah berhasil melakukan transformasi kelembagaan yang ditandai dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI. Babak baru dalam mengoptimalkan peran dan dukungan kepada Dewan tercermin dalam Organisasi baru yang difokuskan pada penguatan dan penajaman fungsi serta membangun budaya baru seiring dengan tuntutan dinamika lembaga DPR.

Fungsi kesekretariatan yang merupakan core bisnis dalam memberikan dukungan dan layanan kepada dewan dilakukan dengan penggabungan dan penambahan unit-unit kerja di lingkungan Kedeputian Persidangan dan Kedeputian Administrasi, sementara itu peningkatan kelembagaan dalam penguatan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pembentukan Kapusdiklat yang sebelumnya pada unit eselon III menjadi unit eselon II. Revitaslisasi telah dilakukan melalui pemisahan fungsi layanan data dan informasi dengan dukungan keahlian melalui Pusat Data dan Informasi.

Penguatan pengawasan dan akuntabilitas ditandai dengan terbentuknya Inspektorat utama yang merupakan peningkatan status kelembagaan yang sebelumnya berada pada unit eselon III, kini menjadi eselon I. Keberadaan Inspektorat Utama ini menunjukkan komitmen yang tinggi untuk semakin menguatkan peran pengawas internal untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara menuju good governance, sebagai pengawal dan penegak integritas menuju birokrasi yang bebas dari korupsi, birokrasi bersih dan melayani.

Sementara itu dalam upaya meningkatkan dan mengoptimalkan dukungan pada peningkatan kinerja Dewan dengan memfokuskan fungsi keahlian melalui kelembagaan Badan Keahlian. Dukungan keahlian yang menjadi fungsi pokok dewan dilakukan melalui pembentukan unit pusat perundang-undangan, pusat analisa anggaran, pusat akuntabilitas, dan pusat penelitian.

(5)

Pemberian dukungan kepada DPR RI berbasis kinerja ditandai dengan beberapa hal, antara lain: (a) Penyelenggaraan pemberian dukungan kepada DPR yang dilaksanakan dengan berorientasi pada prinsip efektif, efisien, dan ekonomis; (b) Kinerja pemberian dukungan kepada DPR difokuskan pada upaya untuk mewujudkan

outcomes. (c) Sekeretariat Jenderal dan Badan Kehalian DPR menerapkan manajemen kinerja yang didukung dengan penerapan sistem berbasis elektronik untuk memudahkan pengelolaan data kinerja; (d).Setiap individu pegawai memiliki kontribusi yang jelas terhadap kinerja unit kerja terkecil, satuan unit kerja di atasnya, hingga pada organisasi secara keseluruhan.

Bagi Sekretariat Jenderal DPR kelanjutan reformasi birokrasi ini memeiliki perspektif yang berbeda dibandingkan dengan reformasi birokrasi sebelumnya.Terdapat dua momentum penting yang membedakan, yaitu pertama disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.Kedua, dilakukannya restrukturisasi organisasi pendukung DPR RI menjadi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR. Namun demikian, pelaksanaan reformasi birokrasi Tahun 2015 – 2019 tetap merupakan penguatan dari pelaksanaan reformasi birokrasi tahapan sebelumnya, yang mencakup (a) pemeliharaan dan atau peniingkatan area perubahan yang sudah mencapai kemajuan, sehingga terjadi perbaikan berkelanjutan; (b) kelanjutan upaya-upaya perubahan yang merupakan keterkaitan dengan langkah-langkah perubahan lainnya, serta hasil pembelajaran sebagai upaya untuk mempercepat keberhasilannya; (c) mengidentifikasi masalah lain dan mencari solusi pemecahannya.; dan (d) memperluas cakupan pelaksanaan reformasi birokrasi pada berbagai aspek yang belum tersentuh dan muncul sesuai dengan perkembangan terkini.

Rencana pelaksanaan reformasi birokrasi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR dijabarkan dalam peta jalan (road map) reformasi birokrasi yang akan menjadi panduan bagi pengelolareformasi birokrasi di Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR agar dapat melakukan langkah-langkah konkrit dalam memperbaiki kualitas dukungan keada DPR. Inti perubahan reformasi birokrasi adalah perubahan pada mental aparatur yang tentu saja tidak dapat dilakukan hanya melalui langkah-langkah yang ditujukan langsung kepada aparatur, tetapi juga harus ditujukan kepada seluruh sistem yang melingkup aparatur.

Pada area Penguatan Mental Aparatur/Manajemen Perubahan, Program Reformasi Birokrasi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dirancang untuk membuat sistem tata kelola sumber daya organisasi yang dapat meningkatkan peran dan kemampuan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dalam memberikan dukungan administrasi, persidangan dan keahlian kepada DPR RI secara secara profesional (good governance). Untuk itu dalam pelaksanaan reformasi perubahan perlu dikelola secara baik melalui progam manajemen perubahan.Hal utama yang mendapatkan perhatian pada progam manajemen perubahan adalah bagaimana menjaga komitmen pimpinan terhadap keberhasilan reformasi birokrasi. Komitmen

(6)

ini juga harus didukung dengan perluasan media sosialisasi reformasi birokrasi kepada seluruh pegawai sehingga mereka mengetahui memahamai dan mempraktekan perubahan tersebut.

Untuk mendorong proses perubahan maka harus terjadi perubahan pola pikir dan budaya kinerja (mental aparatur) pada setiap pegawai melalui pembentukan pola pikir (mind set) dan penerapan budaya organisasi (culture set) yang berorientasi kinerja, efektif, efisien, dan akuntabel yang tertuang dalam budaya unggul yaitu Religius, Akuntabel, Profesional dan Integritas (RAPI). Kemudian untuk mendukung percepatan perubahan pola pikir dan perilaku pegawai melalui pemantapan dan terinternalisasi nilai-nilai budaya unggul RAPI maka perlu dibentuk dan dioptimalkan peran agen perubahan.

Pada area Penguatan Pengawasan diharapkan dengan dibentuknya Inspektorat Utama kualitas manajemen pengawasan akan semakin meningkat terutama terkait dengan peningkatan penerapan SPIP di lingkungan Setjen dan BK DPR RI. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan upaya untuk peningkatan peran dan kapabilitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), sehingga dapat mengurangi kemungkinan timbulnya KKN, dan menjaga predikat opini WTP yang telah diperoleh Sekretariat Jenderal DPR RI pada tahun-tahun sebelumnya. Penguatan sistem pengawasan akan mendorong tumbuhnya perilaku yang anti korupsi atau perilaku positif lainnya yang semakin lama semakin menjadi, sebuah kebiasaan.

Area Penguatan Akuntabilitas Kinerja di Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dilakukan melalui upaya penyempurnaan Rencana Strategis (Renstra) dan perbaikan Indikator Kinerja Utama (IKU). Penyusunan Renstra dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan arah kebijakan organisasi Sekretariat Jenderal DPR RI.Penyesuaian IKU dilakukan dalam rangka menjamin penerapan SAKIP yang semakin baik di Sekretariat Jenderal DPR RI. Penerapan sistem akuntabilitas akan dapat mendorong Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR menunjukkan kinerja melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan

outcome bagi DPR RI dan masyarakat.

Seiring dengan revisi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3, pada area Penguatan Kelembagaan pada tahun 2015 telah ditetapkan Peraturan Presiden nomor 27 tahun 2015 tentang Sekretariat jenderal dan Badan Keahlian DPR RI yang telah ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 6 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 2 tahun 2016. Perubahan yang membawa dampak signifikan adalah perubahan bentuk hukum lembaga pendukung DPR yang semula ditetapkan dalam Peraturan DPR menjadi dalam Peraturan Presiden.Agenda prioritas pada penataan kelembagaan di Sekretariat Jenderal dan Badan keahlian adalah penataan dan pendamping dalam menyusun dan mengevaluasi rincian tugas dan fungsi organisasi, pada tahun pertama ini difokuskan kepada unit kerja yang baru dibentuk dan belum

(7)

lengkap pembentukan organ dan alat-alat kerja seperti pedoman di dalam unit kerja tersebut. Penguatan kelembagaan ini akan akan mendorong efisiensi, efektivitas, dan percepatan proses dukungan kepada DPR dan pengambilan keputusan dalam birokrasi. Perubahan pada system kelembagaan diharapkan akan dapat mendorong terciptanya budaya/perilaku yang lebih kondusif dalam upaya mewujudkan birokrasi yang efektif dan efisien.

Pada area Penguatan Tatalaksana telah dilaksanakan dalam 2 (dua) program, yaitu:(1) program peningkatan efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan Setjen DPR-RI; dan (2) program peningkatan penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan di Setjen DPR-RI. Sasaran yang telah dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan dan kinerja Setjen DPR yang berbasis Standar Operasional Prosedur (SOP) baku dan meningkatnya penggunaan Teknologi Informasi (IT) dalam proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan di Setjen DPR. Sementara itu, agenda prioritas Tatalaksana Setjen dan BK DPR-RI di atas akan dilakukan melalui beberapa Rencana Aksi, yaituProgram dan kegiatan Pembangunan/Pengembangan Aplikasi, Penyusunan Pedoman Peta Proses Bisnis, Penyusunan Peta Proses Bisnis di Setjen DPR, Penyusunan SOP, Manajemen Kearsipan Berbasis TIK, Kejelasan proses tatakerja atau tatalaksana organisasi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR akan mendorong efisiensi pemberian dukungan kepada DPR, sekaligus juga akan mendukung mental aparatur yang efektif, efisien, responsif, dan kreatif.

Pada area Penguatan Sistem Manajemen SDM Aparatur, Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR dilakukan dengan berdasarkan pada prinsip (a) pengangkatan dalam jabatan berdasarkan kompetensi, kualifikasi dan persayaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, dan melalui seleksi terbuka untuk jabatan fungsional tertentu; (b) penerapan penilaian kinerja pegawai Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR didasarkan atas sietem merit untuk menjamin objektivitas pembinaan berdasarkan prestasi dan sistem karir; (c) sistem remunerasi disesuaikan dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaan, serta pencapaian prestasi kerja; dan (d) prinsip profesi pegawai Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR berlandaskan pada nilai dasar; kode etik dan kode prilaku, komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik. Berdasarkan prinsip ini, maka pada kurun waktu 2015-2019, penguatan sistem manajemen sumber daya manusia Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR difokuskan pada kebijakan reward and punishment berbasis kinerja yang fair, kebijakan sistem merit, pengembangan profesionalisme, dan pemetaan Kinerja.

Kebijakan reward and punishment yang selama ini dilakukan adalah terhadap pelanggaran disiplin kehadiran, dan belum mencakup hukuman disiplin dan kegagalan pencapaian SKP sesuai dengan PP No 46/2011 Tentang PPKP. Sehingga, akan disusun perumusan kriteria pemberian rewardand punishment dan jenis

(8)

hukuman serta hadiahnya. Sementara untuk kebijakan pengembangan sistem merit dalam kebijakan dan manajemen sistem manajemen sumber daya manusia Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR dilaksanakan dengan prinsip seleksi dan promosi akan dilakukan secara adil dan kompetitif, fair dengan standar integritas dan perilaku untuk mendukung kinerja DPR.

Berkaitan dengan profesionalisme, pegawai Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR dalam menjalankan tugasnya, harus memiliki kapabilitas, berdisiplin pada pelaksanaan tugas, berorientasi pada pencapaian hasil dan memiliki integritas yang tinggi dalam memberikan dukungan kepada DPR, sehingga untuk mewujudkan hal ini akan disusun indeks profesionalisme. Hal ini hanya dimungkinkan, jika Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian memperhatikan kondisi sumber daya manusia (struktur, distribusi, komposisi) di Sekretariat Jenderal, dan memperhatikan perubahan lingkungan strategis, dengan (a) melengkapi data dasar sumber daya manusia yang memfokuskan pada kompetensi SDM dan komposisi jabatan fungsional; (b) melakukan pola rekruitmen dan pola pengembangan SDM secara terpadu, transparan dan terbuka; (c) melaksanakan keseimbangan antara kemampuan SDM dan infrastruktur kerja sesuai dengan beban tugasnya; dan (d) menentukan komposisi berdasarkan kinerja tinggi, sedang, dan rendah.

Dengan demikian profesionalisme sebagai prilaku aparatur sangat dipengaruhi oleh penerapan Sistem Manajemen SDM nya. Melalui penerapan Sistem manajemen SDM yang baik mulai dari perencanaan pegawai, pengadaan, hingga pemberhentian akan berpotensi menghasilkan SDM yang kompeten. Hal ini akan berpengaruh pada kualitas penyelenggaraan pemberian dukungan kepada DPR, sehingga perubahan dalam pengelolaan SDM Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR harus selalu dilakukan untuk memperoleh sistem manajemen SDM yang mampu menghasilkan pegawai yang profesional.

Sasaran Program bidang area Penguatan Peraturan Perundang-undangan adalah mengurangi tumpang tindih dan disharmonisasi peraturan perundang-undangan yang diterbitkan di lingkungan Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesiaserta meningkatnya efektifitas pengelolaan peraturan perundangan yang diterbitkan, adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi Penyusunan Program Pembuatan Peraturan Perundang-undangan dilingkungan Sekretariat Jenderal; Evaluasi/Assesment Peraturan Perundang-Undangan yang ada; Penyusunan Pedoman Pembentukan Peraturan Perundangan; danPenataan sistem administrasi, dokumentasi, dan sosialisasi peraturan perundang-undangan. Penguatan terhadap sistem peraturan perundang-undangan yang lebih efektif akan berpengaruh terhadap munculnya perilaku positif karena berkurangnya peraturan perundang-undangan yang tumpeng tindih, disharmonis, diinterpretasi sama, sehingga tidak lagi dapat dimanfaatkan oleh pegawai Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR untuk kepentingan pribadi yang dapat merugikan negara.

(9)

Kegiatan area Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang telah dilakukan terkait dengan peningkatan pelayanan publik, dilakukan dengan mendorong unit kerja yang bidang tugasnya terkait dengan pelayanan publik. Unit kerja ini harus mampu menyajikan telaahan spesifik mengenai potensi dan tantangan yang dihadapi. Disamping itu juga diharapkan mampu menyesuaikan dengan indikator spesifik dari pelayanan public, seperti standar pelayanan, budaya pelayanan prima, pengelolaan pengaduan, penilaian kepuasan terhadap pelayanan; dan pemanfaatan teknologi informasi.Penguatan terhadap sistem manajemen pemberian dukungan kepada DPR dan pelayanan publik dilakukan agar agar mampu mendorong perubahan profesionalisme unit kerja dan pegawai Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR, serta peningkatkan kualitas pemberian dukungan kepada DPR.

(10)

ORGANISASI PELAKSANA

SUSUNAN KEANGGOTAAN

TIM PENGARAH REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

No. Nama Jabatan Keterangan

1. Dr. Winantuningtyastiti S., M.Si. Ketua Sekjen

2. AchmadDjuned, S.H., M.Hum. Sekretaris Deputi Administrasi 3. K. Johnson Rajagukguk,

S.H.,M.Hum. Anggota Kepala Badan Keahlian 4. Drs. SetyantaNugraha, M.M. Anggota Inspektur Utama 5. Dra. Damayanti., M.Si Anggota Deputi Persidangan

(11)

SUSUNAN KEANGGOTAAN

TIM PELAKSANA REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

No. N a m a Jabatan Keterangan

1. Nunu Nugraha Khuswara,

S.H.,M.H. Ketua Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi 2. Juliasih, S.H., M.H. Sekretaris Kepala Biro Hukum dan

Pengaduan Masyarakat 3. Satyanto Priambodo, S.E., M.Si. Anggota Kepala Biro Perencanaan dan

Keuangan

4. Drs. Helmizar Anggota Kepala Biro Persidangan I 5. M. Dimyati Sudja', S.Sos.,M.Si. Anggota Kepala Biro Persidangan II 6. Dr. Rahaju Setya Wardani, S.H.,

M.M. Anggota Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan 7. Dr. Dewi Barliana S., M.Psi. Anggota Inspektur I

8. Ign. Bambang Rudyanto, S.H., M.H. Anggota Inspektur II

9. Drs. Saiful Islam, M.Si. Anggota Kepala Biro Kerja Sama Antar Parlemen

10. Makmur, S.Sos., M.M. Anggota Kepala Biro Pengelolaan Barang Milik Negara

11. Drs. Mardian Umar, M.M. Anggota Kepala Biro Umum 12. Drs. Dempo Awang Yuddie Anggota Kepala Biro Protokol

13. Drs. Y.O.I. Tahapari, M.M. Anggota Kepala Biro Kesekretariatan Pimpinan

14. Dr. Inosentius Samsul, S.H., M.H. Anggota Kepala Pusat Perancangan Undang-Undang

15. Rudi Rochmansyah, S.H., M.H. Anggota Kepala Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang-Undang 16. Drs. Djaka Dwi Winarko, M.Si. Anggota Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas

Keuangan Negara

17. Dr. Asep A. Saefulloh Anggota Kepala Pusat Kajian Anggaran 18. Dr. Indra Pahlevi, S.IP., M.Si Anggota Kepala Pusat Penelitian

(12)

SUSUNAN KEANGGOTAAN

TIM KERJA PERUMUSAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

No. N a m a Jabatan Keterangan

1. Dr. Winantuningtyastiti S., M.Si. Penanggung Jawab Reformasi Birokrasi

Organisasi Pengarah

Sekjen

2. K. Johnson Rajagukguk,

S.H.,M.Hum. Penanggung Jawab Area Perubahan 1 Mental Aparatur

Pengarah Kepala Badan Keahlian

3. Drs. SetyantaNugraha, M.M. Penanggung Jawab Area Perubahan 2 Penguatan Sistem Pengawasan, dan Area Perubahan 3

Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Pengarah Inspektur Utama

4. Achmad Djuned, S.H., M.Hum. Penanggung Jawab Area Perubahan 4

Penguatan Kelembagaan, Area Perubahan 5

Peguatan Tata Laksana, Area Perubahan 6 Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN, Area Perubahan 7 Penguatan Peraturan Perundang-undangan Pengarah Deputi Bidang Administrasi

5. Dra. Damayanti., M.Si Penanggung Jawab Area Perubahan 8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, dan

Quick Wins

Pengarah Deputi Bidang Persidangan

6. Nunu Nugraha Khuswara, S.H.,

M.H. Koordinator Area Perubahan 6 Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN

Ketua Kepala Biro Kepegawaian dan

Organisasi

7. Juliasih, S.H., M.H. Koordinator Area Perubahan 7

Penguatan Peraturan

Sekretaris Kepala Biro Hukum dan

(13)

No. N a m a Jabatan Keterangan Perundang-undangan

8. Dr. Asep A. Saefulloh Koordinator Area Perubahan 1 Mental Aparatur

Anggota Kepala Pusat Kajian Anggaran

9. Dr. Dewi Barliana S., M.Psi. Koordinator Area Perubahan 2 Penguatan Sistem Pengawasan

Anggota Inspektur I

10. Ign. Bambang Rudyanto, S.H., M.H. Koordinator Area Perubahan 3

Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Anggota Inspektur II

11. Dr. Rahaju Setya Wardani, S.H.,

M.M. Koordinator Area

Perubahan 4

Penguatan Kelembagaan

Anggota Kepala Pusat Pendidikan dan

Pelatihan

12. Witingsih Yuhelmi, S.E., M.M.

Koordinator Area Perubahan 5

Penguatan Tata Laksana

Anggota Plt. Kepala Pusat Data dan

Informasi

13. M. Dimyati Sudja', S.Sos.,M.Si. Koordinator Area

Perubahan 8 Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, dan Quick Wins

Anggota Kepala Biro Persidangan II

14. Satyanto Priambodo, S.E., M.Si.

Pelaksana Anggota

Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan

15. Drs. Helmizar

Pelaksana Anggota

Kepala Biro Persidangan I 16. Drs. Saiful Islam, M.Si.

Pelaksana Anggota

Kepala Biro Kerja Sama Antar Parlemen

17. Makmur, S.Sos., M.M.

Pelaksana Anggota

Kepala Biro Pengelolaan Barang Milik Negara

18. Drs. Mardian Umar, M.M.

Pelaksana Anggota

(14)

No. N a m a Jabatan Keterangan 19. Drs. Dempo Awang Yuddie

Pelaksana Anggota

Kepala Biro Protokol 20. Drs. Y.O.I. Tahapari, M.M

Pelaksana Anggota

Kepala Biro Kesekretariatan Pimpinan

21. Dr. Inosentius Samsul, S.H.,M.H.

Pelaksana Anggota

Kepala Pusat Perancangan Undang-Undang

22. Rudi Rochmansyah, S.H., M.H.

Pelaksana Anggota

Kepala Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang-Undang 23. Drs. Djaka Dwi Winarko, M.Si.

Pelaksana Anggota

Kepala Pusat Kajian Akuntabilitas Keuangan Negara

24. Dr. Indra Pahlevi, S.IP., M.Si

Pelaksana Anggota

Kepala Pusat Penelitian 25. Dra. Tanti Sumartini, M.Si.

Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kepala Bagian Organisasi dan

Tata Laksana

26. Rahmad Budiaji, S.IP., M.Si. Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kepala Bagian Kepegawaian

27. Arini Wijayanti, S.H., M.H. Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota KepalaBagian Hukum

28. Endang Suryastuti, S.H., M.Si.

Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kepala Bagian Pengaduan

Masyarakat

29. Djoko Prihandono, S.E. Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kepala Bagian Perencanaan

30. Suprihartini, S.IP., M.Si Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kepala Bagian Set. Komisi I

31. Dra. Nurul Faiziah

Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kepala Bagian Set. Badan

(15)

No. N a m a Jabatan Keterangan 32. Widiharto, S.H., M.H. Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kepala Bagian Set. Badan Legislasi

33. Drs. Mohammad Djazuli, M.Si. Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kepala Bidang Evaluasi Diklat

34. Juhartono, S.Sos.

Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kepala Bidang Data dan Teknologi

Informasi

35. Ety Tiyastuti, S.E., M.Si.

Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kepala Bagian TU Inspektorat

Utama

36. Dadang Prayitna, S.IP, MH. Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kepala Bagian TU Badan Keahlian

37. Walidi, S.I.P.

Pendukung

(Agen Perubahan) Anggota Kasubbag Evaluasi dan Pelaporan,

Bagian TU Inspektorat Utama 38. Koko Surya Dharma, A.K.S., M.Si.

Sekretariat Anggota

Kasubbag Organisasi, Bagian Ortala

39. Eguh Setiawan, S.I.P.

Sekretariat Anggota

Kasubbag Tata Laksana, Bagian Ortala

40. Ni'mah Wahyu Purnami, S.E.

Sekretariat Anggota

Bagian Ortala

41. Misbakhul Hidayat, S.Sos.

Sekretariat Anggota

Bagian Ortala

42. Aprilia Dessy Kurniati, S.E.

Sekretariat Anggota

Bagian Ortala

43. Oki Ganjar Ristawan, S.E.

Sekretariat Anggota

Bagian Ortala 44. Mochamad Ifan

Sekretariat Anggota

(16)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

RINGKASAN EKSEKUTIF iii

ORGANISASI PELAKSANA ix

DAFTAR ISI xv

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II CAPAIAN DAN ISU STRATEGIS 4

A. Capaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Internal 4 B. Issue Strategis Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Internal 14 BAB III RENCANA AKSI REFORMASI

BIROKRASI INTERNAL TAHUN 2015-2019

20

A. Program Mikro Reformasi Birokrasi 20 B. Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Internal tahun 2015-2019 23

C. Indikator Keberhasilan 27

BAB IV AGENDA PRORITAS DAN OPTIMALISASI ANGGARAN

REFORMASI BIROKRASI INTERNAL 29

BAB V PENUTUP 33

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

alam RPJMN tahun 2015-2019 telah ditetapkan bahwa agenda kedua pembangunan nasional yang disusun sebagai penjabaran operasional dari nawacita adalah membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, yang meliputi subagenda prioritas antara lain membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah, serta menyempurnakan dan meningkatkan kualitas Reformasi Birokrasi Nasional (RBN). Penguatan dilakukan melalui langkah-langkah umum sebagai berikut:

1. Memperkuat area perubahan yang sudah mencapai kemajuan, sehingga terjadi perbaikan berkelanjutan.

2. Melanjutkan langkah-langkah perubahan positif yang sedang berlangsung terhadap seluruh aspek-aspek dalam area perubahan, dengan melihat berbagai pengalaman masa lalu, keterkaitannya dengan langkah-langkah perubahan lainnya, serta hasil pembelajaran dari instansi lain, secara konsisten sebagai upaya untuk mempercepat keberhasilannya.

3. Mengidentifikasi masalah lain dan mencari solusi pemecahannya untuk menjawab secara cepat berbagai permasalahan baru yang muncul dalam penyelenggaraan pemerintahan.

4. Memperluas cakupan pelaksanaan reformasi birokrasi pada berbagai aspek yang belum tersentuh dan muncul sesuai dengan perkembangan terkini.

Capaian pelaksanaan Reformasi Birokrasi 2010-2014 telah berhasil melakukan transformasi kelembagaan yang ditandai dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI (Setjen dan BK DPR RI). Babak baru dalam mengoptimalkan peran dan dukungan kepada Dewan tercermin dalam Organisasi baru yang difokuskan pada penguatan dan penajaman fungsi serta membangun budaya baru seiring dengan tuntutan dinamika lembaga DPR.

Fungsi kesekretariatan yang merupakan core business dalam memberikan dukungan dan layanan kepada dewan dilakukan melalui penggabungan dan penambahan unit-unit kerja di lingkungan Kedeputian Persidangan dan Kedeputian Administrasi, sementara itu peningkatan kelembagaan dalam penguatan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pembentukan Kapusdiklat yang sebelumnya pada unit eselon III menjadi unit eselon II. Disisi lain untuk meningkatkan citra lembaga DPR, telah dilakukan penajaman fungsi dukungan dan layanan melaui pemisahan Biro Humas dan Pemberitaan menjadi 2 (dua), yaitu Biro Pemberitaan

(18)

Parlemen dan Biro Protokol. Revitaslisasi layanan data dan informasi dilakukan pembentukan Pusat Data dan Informasi.

Penguatan pengawasan dan akuntabilitas ditandai dengan terbentuknya Inspektorat utama yang merupakan peningkatan status kelembagaan yang sebelumnya berada pada unit eselon III, kini menjadi eselon I. Keberadaan Inspektorat Utama ini menunjukkan komitmen yang tinggi untuk semakin menguatkan peran pengawas internal untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara menuju good governance, sebagai pengawal dan penegak integritas menuju birokrasi yang bebas dari korupsi, birokrasi bersih dan melayani.

Sementara itu dalam upaya meningkatkan dan mengoptimalkan dukungan pada peningkatan kinerja Dewan dengan memfokuskan fungsi keahlian melalui kelembagaan Badan Keahlian. Dukungan keahlian yang menjadi fungsi pokok dewan dilakukan melalui pembentukan unit pusat perundang-undangan, pusat analisa anggaran, pusat akuntabilitas, dan pusat penelitian.

Capaian transformasi kelembagaan yang telah dilalui tentu membutuhkan

instrument dasar untuk mempercepat sasaran reformasi birokrasi. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dirumuskan sasaran reformasi birokrasi, yaitu birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien, dan birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas. Rencana pelaksanaan reformasi birokrasi dijabarkan dalam peta jalan (road map) reformasi birokrasi yang akan menjadi panduan bagi pengelolan reformasi birokrasi pada tingkat nasional maupun instansi pemerintah melakukan langkah-langkah konkrit memperbaiki kualitas birokrasi pemerintahan.

Menyadari hal tersebut, Setjen dan BK DPR RI menganggap penting untuk melaksanakan tata kelola secara profesional (good governance) melalui perangkat sistem pengelolaan sumber daya, pola pikir, dan budaya organisasi. Oleh karena itu, Program Reformasi Setjen dan BK DPR RI dirancang untuk membuat sistem tata kelola sumber daya organisasi yang dapat meningkatkan peran dan kemampuan Setjen dan BK DPR RI dalam memberikan dukungan administrasi, persidangan dan keahlian kepada DPR RI yang diakselerasi melalui pembentukan pola pikir (mind set) dan penerapan budaya organisasi (culture set) yang profesional, yaitu berorientasi kinerja, efisien, efektif, dan akuntabel.

Sebagai sistem pendukung DPR RI sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka Setjen dan BK DPR RI melalui Reformasi Birokrasi berbenah diri dalam memberikan peran sertanya mendukung terwujudnya parlemen modern yang merupakan tujuan DPR RI periode 2015 – 2019. DPR yang modern sebagaimana terdapat dalam Rencana Strategis DPR RI 2015-2019 merupakan parlemen yang menjalankan fungsi representasi, legislasi, anggaran dan pengawasan, DPR yang

(19)

membawa aspirasi publik, DPR yang membuka ruang seluas-luasnya untuk partisipasi publik, DPR yang mudah diakses, terbuka, dan transparan, dan DPR yang mampu memanfaatkan teknologi informasi digital untuk menjangkau publik lebih luas dan memudahkan pekerjaan.

Gambar 1.1 DPR Modern

Road map reformasi birokrasi memiliki arti yang sangat penting, sebagai sebuah bentuk perubahan berencana. Sebagai perubahan berencana, maka reformasi birokrasi akan (a) mendorong efektivitas dan efisiensi serta mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai; (b) memberikan arahan tentang kegiatan reformasi birokrasi di Setjen dan BK DPR RI yang bersinergi pada tingkat nasional, (c) menjadi gerakan nasional yang mendorong terciptanya budaya perubahan ke arah perbaikan. Disamping itu, peta jalan sebagai salah satu instrument reformasi birokrasi akan dapat dimonitor dan dievaluasi secara berkelanjutan, sehingga setiap tahapan proses manajemen dapat dipastikan telah dilakukan secara tepat dan benar serta sesuai dengan rencana yang telah digariskan. Bahkan proses perubahan dapat segera diperbaiki ketika proses perubahan tidak lagi relevan dengan kondisi terkini, sehingga agar rencana aksi reformasi birokrasi dapat dirumuskan secara tepat, sasaran reformasi birokrasi, dan strategi implementasinya yang meliputi: area perubahan, quick wins, dan program-programnya.

(20)

BAB II

CAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

A. Capaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Internal

Gambaran birokrasi Setjen dan BK DPR RI saat ini berbeda dengan beberapa tahun kebelakang. Perbedaan ini terjadi karena telah dilaksanakannya program reformasi birokrasi pada Setjen dan BK DPR RI yang menyentuh 8 (delapan) area perubahan.

1. Manajemen Perubahan

Sebagai betuk komitmen institusi untuk melaksanakan Program Reformasi Birokrasi di lingkungan Setjen DPR RI telah dibentuk Tim dengan Surat Keputusan Sekretaris Jenderal. Pembentukan Tim ini merupakan keseriusan untuk melakukan perubahan pola pikir dan budaya yang secara khusus tertuang dalam SK Sekjen Nomor 993 D tentang Tim Pengelola Manajemen Perubahan.

Tim tersebut terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan kebutuhan pelaksanaan reformasi birokrasi. Sekarang ini, Tim RBI mengalami perubahan sejalan dengan ditetapkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan Peraturan Sekjen DPR RI Nomor 6 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI, yaitu dengan keluarnya SK Sekjen No.291/SEKJEN/2016 tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Setjen dan BK DPR RI. Tim RBI secara berkala dan berkelanjutan melakukan pertemuan setiap seminggu (Reboan) yang dihadiri oleh jajaran Eselon I dan II dan Tim RBI.

Salah satu tonggak penting pelaksanaan reformasi birokrasi adalah ditetapkannya budaya unggul Religius, Akuntabel, Profesional dan Integritas (RAPI) sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Sekjen DPR I Nomor 03/PER-SEKJEN/2012 tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Sekretariat Jenderal DPR RI.

Rumusan budaya unggul ini diperoleh melalui komitmen para pimpinan untuk membangun budaya unggul sebagai langkah penting dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Untuk menjamin pelaksanaan RAPI ditetapkan pula contoh teladan (role model) dan agen perubahan (agent of change). Seluruh pejabat eselon I dan eselon II dan Tim RBI dijadikan contoh teladan dalam pelaksanaan RAPI kepada seluruh

(21)

pegawai. Sementara itu dari setiap unit kerja ditetapkan pejabat eselon III untuk menjadi agen perubahan yang diharapkan akan mendorong proses percepatan perubahan di masing-masing unit kerjanya.

Selanjutnya RAPI menjadi nilai dasar bagi seluruh jajaran di Setjen dan BK DPR RI dalam melaksanakan tugas dan perannya.Wujud nyata dari penerapan RAPI salah satunya adalah penerapan budaya religius melalui dibiasakannya berdoa terlebih dahulu sebelum melakukan suatu rapat atau pertemuan.

Setjen dan BK DPR RI berkomitmen untuk melaksanakan reformasi birokrasi. Karena itu untuk memastikan berjalannya reformasi birokrasi sekaligus melakukan penilaian atas pencapaiannya telah dibentuk Tim PMPRB melalui:

1. SK Sekjen DPR RI Nomor 773/SEKJEN/2013 tentang Pembentukan Tim Pelaksana PMPRB Setjen DPR RI (tanggal 1 Mei 2013);

2. SK Sekjen DPR RI Nomor 78/SEKJEN/2013 tentang Pembentukan Tim Pelaksana PMPRB Setjen DPR RI Tahun Anggaran 2014 (tanggal 2 Januari 2014);

3. SK Sekjen No.785A/SEKJEN/2014 tentang Perubahan SK Sekjen DPR RI Nomor 78/SEKJEN/2013 tentang Pembentukan Tim Pelaksana PMPRB Setjen DPR RI Tahun Anggaran 2014 (tanggal 1 Juli 2014); 4. SK Sekjen DPR RI Nomor 21A/SEKJEN/2015 tentang Pembentukan

Tim Pelaksana PMPRB Setjen DPR RI Tahun Anggaran 2014 (tanggal 5Januari 2015).

Tim PMPRB selama ini telah bekerja dengan baik dan melakukan penilaian terhadap pelaksanaan program reformasi birokasi pada delapan area perubahan, salah satunya program manajemen perubahan. Program ini dilaksanakan untuk mewujudkan terbangunnya kesamaan persepsi, komitmen konsistensi serta keterlibatan dalam pelaksanaan program reformasi pada seluruh tingkatan pegawai di Setjen dan BK DPR RI.

Berdasarkan hasil penilaian PMPRB tahun 2015 atas pelaksanaan reformasi birokrasi tahun 2014, pelaksanaan program manajemen perubahan secara umum sudah dilaksanakan, namun masih terdapat beberapa catatan yaitu monitoring dan evaluasi terhadap rencana kerja (bagian dari proses Rencana Kerja dan Anggaran). Monitoring dan evaluasi terhadap rencana kerja menjadi penting untuk memastikan

implementasi Road Map Reformasi Birokrasi ke dalam kegiatan di

masing-masing unit organisasi.

Jika dilihat dari langkah-langkah yang harus dilakukan memang telah dilakukan tetapi masih perlu ditingkatkan atau dioptimalkan, misalnya media sosialisasi harus diperluas dan disesuaikan dengan karakteristik

(22)

pegawai. Begitu juga komunikasi tidak cukup melalui surat tetapi juga diperlukan komunikasi melalui rapat koordinasi agar terdapat pemahaman yang sama.

Begitu juga upaya pembentukan Agent of Change secara formal dan sesuai ukuran organisasi sudah dilakukan serta sudah mengikuti pelatihan sebagai role model dalam perubahan.Namun demikian keberadaan agen perubahan reformasi birokrasi tersebut belum berperan maksimal dalam meningkatkan kinerja organisasi.

Langkah strategis yang harus dilakukan oleh Setjen dan BK DPR RI adalah merumuskan pola pikir. Pola pikir ini penting karena akan berpengaruh terhadap kebijkan-kebijkan yang akan dikeluarkan. Perumusan pola pikir ini akan saling melengkapi dengan budaya unggul RAPI yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Penguatan Sistem Pengawasan

Dalam rangka mengimplementasikan amanat Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, bahwa reformasi birokrasi pada area Penguatan Pengawasan adalah untuk meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih dan bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Untuk mewujudkan tujuan Grand Design tersebut, Setjen DPR RI telah memperkuat unit pengawasan intern dimana sebelumnya dilaksanakan pada level Eselon III. Mengingat dalam pelaksanaan pengawasan terdapat keterbatasan kewenangan, maka sejak tahun 2015 unit pengawasan intern berada pada level Eselon I. Dengan kedudukannya sebagai eselon I, memungkinkan unit pengawasan internal lebih independen, terlebih-lebih telah diterbitkanya Keputusan Sekretaris Jenderal tentang Internal Audit Charteratau Piagam Pengawasan Internal, maka Pimpinan Organisasi berkomitmen untuk membuka dan memberikan akses yang luas bagi pengawas internal, independensi, serta kewajiban bagi institusi untuk meningkatkan kapabilitas SDM pengawasan melalui pendidikan dan pelatihan.

Dengan dibentuknya Inspektorat Utama kualitas manajemen pengawasan akan semakin meningkat terutama terkait dengan peningkatan penerapan SPIP di lingkungan Setjen dan BK DPR RI dan peningkatan peran dan kapabilitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), sehingga dapat mengurangi kemungkinan timbulnya KKN, dan menjaga predikat opini WTP yang telah diperoleh Sekretariat Jenderal DPR RI pada tahun-tahun sebelumnya.

(23)

3. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Penguatan akuntablitas kinerja di Setjen dan BK DPR RI dilakukan melalui upaya penyempurnaan Rencana Strategis (Renstra) dan perbaikan Indikator Kinerja Utama (IKU). Penyusunan Renstra dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan arah kebijakan organisasi Setjen dan BK DPR RI. Penyesuaian IKU dilakukan dalam rangka menjamin penerapan SAKIP yang semakin baik di Sekretariat Jenderal DPR RI.

Berdasarkan hasil evaluasi akuntabilitas, Sekretariat Jenderal DPR RI sejak tahun 2012 sampai tahun 2015 memperoleh nilai “CC” dengan nilai yang bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa akuntabilitas kinerja di Sekretariat Jenderal DPR RImasih belum menunjukkan hasil yang optimal. Salah satu hal yang menyebabkan nilai akuntabilitas kinerja rendah adalah karena lemahnya perencanaan kinerja yang terindikasi dengan adanya indikator kinerja yang tidak terukur.

Dengan adanya perubahan struktur organisasi Sekretariat Jenderal, maka dilakukan kembali penyusunan Renstra dan penyesuaian IKU sesuai Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI sebagaimana diubah dengan Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 2 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI.

4. Penguatan Kelembagaan

Penataan Organisasi Setjen dan BK DPR RI pada dasarnya sudah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3). Namun dari segi pengaturan hukum kelembagaan sistem pendukung DPR tidak dapat dilaksanakan karena bentuk hukum penetapan Setjen dan BK DPR RI diatur dalam Peraturan DPR RI. Sedangkan seharusnya pengaturan bentuk hukum suatu lembaga yang di dalamnya terdapat Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan adanya penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diatur dengan Peraturan Presiden. Mengingat hal tersebut maka target penataan Organisasi dengan pembentukan Badan Keahlian DPR RI sebagaimana terdapat dalam Road Map Penataan dan Penguatan Organisasi Periode 2012 – 2014 belum dapat dicapai.

Pada periode Reformasi Birokrasi 2010 – 2014 telah dilaksanakan penataan tugas dan fungsi unit kerja dalam rangka meningkatkan kapasitas Setjen DPR RI dalam melaksanakan tugas dan fungsi dengan melakukan perubahan terhadap Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor

(24)

400/SEKJEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setjen DPR RI dengan rincian sebagai berikut:

1. Pembentukan Bagian Sekretariat BAKN, penyesuaian nomenklatur Bagian Sekretariat Badan Anggaran, dan penyesuaian nomenklatur Bagian TU Wakil Ketua yang semula 3 menjadi 4 Bagian dengan ketentuan sebagai berikut: Bagian TU Wakil Ketua Korbid Kesra tetap, dan penyesuaian Bagian TU Wakil Ketua Korbid Polkam, Korbid Inbang, dan Korbid Ekku.

2. Pembentukan Bagian Tata Usaha Tenaga Ahli dan Asisten Anggota 3. Pembentukan Unit Layanan Pengadaan

Seiring dengan revisi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3, maka pada tahun 2014 telah disahkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3. Salah satu perubahan yang membawa dampak signifikan adalah perubahan bentuk hukum lembaga pendukung DPR yang semula ditetapkan dalam Peraturan DPR menjadi dalam Peraturan Presiden. Dan pada tanggal 2 Maret 2015 telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2015 tentang Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Pada gambar 2.1 berikut merupakan gambaran dukungan yang diberikan kepada DPR RI berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014.

Gambar 2.1

Sistem Pendukung DPR RI berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3

Sebagai tindak lanjut atas Peraturan Persiden tersebut maka perlu disusun Peraturan Sekretaris Jenderal tentang Organisasi dan Tata Kerja sebagai pelaksananya. Setelah melewati serangkaian proses pembahasan

DUKUNGAN TEKNIS, ADMINISTRASI, DAN KEAHLIAN SEKRETARIAT JENDERAL BADAN KEAHLIAN DPR RI DUKUNGAN KEAHLIAN DUKUNGAN TEKNIS DAN ADMINISTRASI Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD

Pasal 413 ayat (2) bahwa untuk mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

(DPR RI) dibentuk Badan Keahlian. Pasal 413 ayat (1) bahwa untuk mendukung kelancaran pelaksanaan wewenang dan tugas Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

(25)

dengan pihak Kemenpan dan RB dengan melibatkan Kementerian Keuangan dan Badan Kepegawaian Negara sehingga keluar surat persetujuan penataan organisasi dengan Nomor B/3153/M.PAN-RB/09/2015 pada tanggal 28 September 2015. Dengan keluarnya surat persetujuan tersebut, maka ditetapkanlah Peraturan Sekretaris Jenderal DPR RI Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI pada tanggal 1 Oktober 2015.

Gambar 2.1

Bagan Organisasi Sekretariat Dan Badan Keahlian (Perubahan)

Persekjen Nomor 400/SEKJEN/2005 sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Persekjen 03/PER-SEKJEN/2013

Persekjen Nomor 6 Tahun 2015

WAKIL SEKRETARIS JENDERAL

BIRO PERANCANGANGAN UNDANG-UNDANG BIDANG POLHUKHAMKESRA DEPUTI BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN BIRO PERANCANGANGAN UNDANG-UNDANG BIDANG EKKU INDAG

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN

DEPUTI BIDANG ANGGARAN DAN PENGAWASAN

BIRO PENGAWASAN LEGISLATIF

BIRO PERSIDANGAN DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN DAN KERJA SAMA

ANTAR PARLEMEN

BIRO KERJA SAMA ANTAR PARLEMEN BIRO PERENCANAAN DAN PENGAWASAN DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI BIRO KEANGGOTAAN DAN KEPEGAWAIAN BIRO KEUANGAN SEKRETARIS JENDERAL

BIRO HUKUM DAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN

UNDANG-UNDANG

PUSAT PENGKAJIAN, PENGOLAHAN DATA, DAN

INFORMASI BIRO KESEKRETARIATAN PIMPINAN BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT DAN PEMBERITAAN BIRO PEMELIHARAAN BANGUNAN DAN INSTALASI

BIRO UMUM SEKRETARIAT JENDERAL DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN BADAN KEAHLIAN DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI

BIRO HUKUM DAN PENGADUAN MASYARAKAT PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG PUSAT KAJIAN ANGGARAN PUSAT DATA DAN INFORMASI BIRO PERSIDANGAN II BIRO PROTOKOL BIRO

PERSIDANGAN I BIRO KEPEGAWAIAN DAN ORGANISASI BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN BIRO UMUM PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BIRO PEMBERITAAN PARLEMEN INSPEKTORAT II INSPEKTORAT I INSPEKTORAT UTAMA PIMPINAN DPR RI PUSAT KAJIAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA PUSAT PENELITIAN BIRO KERJA SAMA

ANTAR PARLEMEN

BIRO KESEKRETARIATAN

PIMPINAN

BIRO PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

PUSAT PEMANTAUAN PELAKSANAAN

(26)

Melihat perkembangan kebutuhan organisasi dan dinamika di DPR RI, maka Setjen DPR RI kembali melakukan penataan organisasi yaitu dengan penguatan beberapa tugas dan fungsi unit kerja dan dengan mempertimbangkan beban organisasi sehingga perlu ditata kembali. Pembahasan kembali dilakukan dengan Kemenpan dan RB pada bulan Januari 2016 dan dikeluarkan persetujuan penataan organisasi dengan Nomor B/467/M.PAN-RB/01/2016 tanggal 22 Januari 2016. Dengan keluarnya surat persetujuan tersebut, maka ditetapkanlah Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 2 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Setjen dan BK DPR RI pada tanggal 25 Januari 2015. Perubahan yang dilakukan meliputi Penambahan Tugas untuk memberikan dukungan kepada Musyawarah Pimpinan, Penataan tugas fungsi evaluasi dan pelaporan, dan penataan tugas fungsi ketatausahaan kepada Tenaga Ahli dan Staf Administrasi Anggota DPR.

5. Penguatan Tata Laksana

Road Map Reformasi Birokrasi Setjen DPR RI Tahun 2010-2014, khususnya pada area Penataan Tatalaksana telah dilaksanakan dalam dua program, yaitu: (1) program peningkatan efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan Setjen DPR-RI; dan (2) program peningkatan penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan di Setjen DPR RI.

Sasaran yang telah dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen pemerintahan dan kinerja Setjen DPR RI yang berbasis Standar Operasional Prosedur (SOP) baku dan meningkatnya penggunaan Teknologi Informasi (IT) dalam proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan di Setjen DPR RI. Tercapainya sasaran tersebut dapat memberikan manfaat bagi pegawai Setjen DPR RI, terutama untuk mengetahui urutan pekerjaan yang harus dilakukan,untuk bertanggung jawab pada setiap tahapan pekerjaan, dan mampu mengaplikasikan teknologi informasi dalam pelaksanaan tugas, serta mampu melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

6. Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN

Sepanjang kurun waktu 2010-2014, kegiatan yang telah dilaksanakan adalah:

a. Perencanaan kebutuhan pegawai ASN, yang mencakup penyusunan identifikasi dan analisis jabatan, perhitungan kebutuhan pegawai,

(27)

rencana redistribusi pegawai, proyeksi kebutuhan 5 tahun, perhitungan formasi jabatan

b. Proses penerimaan pegawai berjalan secara transparan, objektif, akuntabel, dan bebas KKN.

c. Promosi jabatan telah dilakukan secara terbuka,

d. Pemanfaatan assessment center di dalam pengembangan pegawai, yang mencakup penyusunan standar dan pengembangan kompetensi e. Penetapan kinerja individu lewat penilaian kinerja melalui penerapan penetapan kinerja individu yang diukur secara periodik dan dijadikan dasar untuk pengembangan karir individu, namun belum dijadikan dasar untuk pemberian tunjangan individu , baru akan dimasukkan dalam revisi Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 01/SEKJEN/2014 yang akan dilaksanakan pada tahun 2016.

f. Perumusan dan penetapan kebijakan reward and punishment

berbasis kinerja, pengurangan tunjangan baru dilakukan terhadap pelanggaran disiplin kehadiran, dan

g. Sistem informasi kepegawaian yang telah digunakan sebagai pendukung pengembangan kebijakan manajemen SDM

Disamping itu, juga terdapat kegiatan-kegiatan yang belum dapat terselesaikan pada kurun waktu tersebut, yaitu

a. Perumusan dan penetapan kebijakan sistem pengkaderan pegawai ASN,

b. Perumusan dan penetapan kebijakan pemanfaatan/ pengembangan database profil kompetensi calon dan pejabat tinggi ASN,

c. Perumusan dan penetapan kebijakan pengendalian kualitas diklat, d. Penguatan sistem dan kualitas diklat untuk mendukung kinerja, e. Menyusun dan menetapkan pola karir pegawai ASN, dan

f. Pengukuran gap competency antara pemangku jabatan dan syarat kompetensi jabatan

7. Penataan Peraturan perundang-Undangan

Sasaran Program bidang area penataan peraturan perundang-undangan adalah mengurangi tumpang tindih dan disharmonisasi peraturan perundang-undangan yang diterbitkan di lingkungan Setjen dan BK DPR RI serta meningkatnya efektifitas pengelolaan peraturan perundangan yang diterbitkan, adapun kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

a. Penyusunan Program Pembuatan Peraturan Perundang-undangan; b. Evaluasi/Assesment Peraturan Perundang-Undangan yang ada di

(28)

c. Penyusunan Pedoman Pembentukan Peraturan Perundangan; dan d. Penataan sistem administrasi, dokumentasi, dan sosialisasi peraturan

perundang-undangan.

Pelaksanaan program kegiatan Area Penataan Peraturan Perundang-undangan yang telah dilaksanakan pertama adalah evaluasi/assesment

terhadap Peraturan Sekretaris Jenderal dan Keputusan Sekretaris Jenderal. Kegiatan evaluasi/assesment tersebut telah dilaksanakan pada Tahun 2012. Adapun kriteria keberhasilan kegiatan evaluasi/assesment

adalah adanya Daftar Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan di lingkungan Setjen DPR RI yang menggambarkan tumpang tindih kewenangan pejabat dalam membuat peraturan atau keputusan (seperti keputusan Sekjen DPR RI, Keputusan KPA, Keputusan PPK dengan materi yang sama).

Salah satu hasil evaluasi/assesment terhadap daftar peraturan perundang-undangan di lingkungan Setjen DPR RI adalah ada Keputusan Sekjen yang bersifat mengatur. Pengaturan dalam Pedoman materinya tidak berupa norma pasal-pasal tetapi berupa narasi sehingga Pedoman tersebut ditetapkan dengan Keputusan Sekjen DPR, kecuali jika Pedoman tersebut materinya berupa norma pasal-pasal maka harus dibuat dalam bentuk Peraturan Sekjen DPR. Hal mendasar yang telah dilakukan oleh Setjen DPR RI dalam penataan peraturan perundang-undangan adalah program kegiatan evaluasi/assesment terhadap peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Setjen DPR RI. Pencapaian yang dihasilkan dari kegiatan program tersebut yaitu:

a. Tersusunnya daftar inventarisasi peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan Setjen DPR RI dengan rentang waktu antara Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2014.

b. Tersusunnya daftar identifikasi Jenis peraturan perundang-undangan tersebut yang meliputi:

1) Peraturan Sekretaris Jenderal.

2) Keputusan Sekretaris Jenderal, secara garis besar Keputusan

Sekjen berupa:

a) Penetapan pejabat untuk menduduki jabatan tertentu; b) Penetapan penggunaan anggaran untuk pelaksanaan

kegiatan unit-unit kerja;

c) Pembentukan tim kerja/panitia;

d) Penetapan pedoman yang mengatur pelaksanaan kegiatan tertentu;

3) Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran yang berupa

(29)

penerima hasil pekerjaan pengadaan barang dan jasa, serta penetapan kegiatan unit kerja tertentu.

4) Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen yang berupa

pembentukan tim kerja/panitia.

c. Tersusunnya daftar rekapitulasi peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan Setjen DPR RI.

Pelaksanaan program kegiatan kedua, Area Penataan Peraturan Perundang-undangan yang telah dilaksanakan adalah telah disusun Peraturan Sekretaris Jenderal tentang Pedoman Pembentukan Produk Hukum Setjen DPR RI yang menjadi dasar penyeragaman prosedur pembentukan produk hukum Setjen DPR RI secara terencana, terarah, terpadu, dan terkoordinasi. Kegiatan penyusunan Peraturan Sekretaris Jenderal tersebut telah dilaksanakan pada Tahun 2014.

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Kegiatan area perubahan pelayanan publik yang telah dilakukan terkait dengan peningkatan pelayanan publik, antara lain:

a. Penerapan SOP pada unit kerja yang melaksanakan pelayanan publik. b. Penetapan Standar Pelayanan pada beberapa unit kerja yang

bersinggungan langsung dengan publik, seperti Bagian Pelayanan Kesehatan, Bagian Pengaduan Masyarakat, Bidang Perpustakaan, Bidang Arsip dan Dokumentasi, dan sebagainya.

c. Sarana layanan terpadu/terintegrasi, diantaranya website @dpr.go.id dengan portal perpustakaan, ppid dan pengaduan masyarakat, serta layanan terpadu satu atap informasi publik pengaduan masyarakat, PPID dan penyampaian aspirasi masyarakat.

d. Informasi tentang pelayanan yang mudah diakses melalui berbagai media, diantara melalui website www.dpr.go.id, Portal@dpr.go.id, TV Parlemen melalui chanel 18 di TV Kabel First Media, Buletin dan Majalah Parlementaria, Videotron, Streaming Video, Media Sosial DPR (FB, Twitter, Youtube), dan Media Sosial Perpustakaan (FB, Twitter, Blog).

e. Diseminasi kinerja DPR kepada masyarakat melalui media parlementaria, TV Parlemen, dan/atau kerjasama dengan berbagai media cetak dan elektronik.

f. Survey kepuasan publik terhadap layanan yang diberikan unit kerja, seperti survey yang dilakukan oleh Bagian Pelayanan Kesehatan, Bidang Perpustakaan, dan lain-lain.

(30)

1) Pendidikan dan Pelatihan Pelayanan Prima bagi Pejabat dan Pegawai Setjen DPR RI;

2) Pendidikan keprotokolan; 3) Teknik penulisan risalah rapat

4) Sistem sanksi/reward bagi pelaksana layanan serta pemberian kompensasi kepada penerima layanan bila layanan tidak sesuai standar yang kesemuanya telah dilaksanakan, seperti telah ada surat penagihan keterlambatan pengembalian buku dan penggantian buku yang rusak dan hilang.

h. inovasi pelayanan misalnya terkait dengan: 1) pengaduan online,

2) SMS aspirasi 08119443344

i. Pengelolaan Pengaduan, baik pengaduan yang terkait dengan masyarakat kepada DPR terkait dengan kinerja pemerintah dan pemerintah daerah atau pengaduan terhadap layanan seperti yang telah dilakukan oleh bagian pelayanan kesehatan yang telah melakukan pengelolaan pengaduan atas layanan yang diberikan kepada publik melalui kotak saran, sms dan telpon.

9. Quick Wins

Dalam road map reformasi birokrasi Sekretariat Jenderal DPR RI tahun 2012-2015, telah ditetapkan tiga quick wins yang dipandang memiliki arti strategis dan membawa image positif bagi organisasi. Ketiga quick wins tersebut adalah:

a. Risalah Rapat (Pembahasan Rancangan Undang-Undang yang dilaksanakan Panitia Khusus);

b. Skenario Rapat (Rapat yang dipimpin oleh Pimpinan DPR RI); dan c. Laporan Singkat (Laporan Singkat untuk rapat Komisi).

Dari ketiga quick wins tersebut, tingkat keberhasilan pelaksanaan quick wins risalah rapat tidak sesuai dengan harapan. Sedangkan quick wins skenario rapat dan laporan singkat dapat berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.

Untuk Tahun 2016 telah ditetapkan 2 (dua) quick wins yaitu: a. Penyusunan Naskah Akademik dan RUU.

b. Sistem Informasi Legislasi (SILEG).

B. Isu Strategis Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Internal

Terkait dengan capaian Reformasi Birokrasi periode sebelumnya, Setjen DPR RI masih dihadapkan pada sejumlah kondisi yang secara objektif dapat

(31)

menghambat tugas dan fungsi Setjen dan BK DPR RI dan harapan pemangku kepentingan, sebagaimana tabel berikut:

Tabel 2.1

Kondisi Objektif dan Harapan Pemangku Kepentingan AREA

PERUBAHAN KONDISI OBJEKTIF

HARAPAN PEMANGKU KEPENTINGAN a. Manajemen

Perubahan  Belum Monitoring dan Evaluasi ada Pedoman Rencana Kerja

 Keterlibatan seluruh unit

organisasi harus

dilakukan secara aktif

 Sosialisasi tidak cukup

dilakukan dalam website

 Komunikasi tidak cukup

melalui surat tetapi juga

diperlukan komunikasi

melalui rapat koordinasi agar terdapat pemahaman yang sama

 Media komunikasi masih terbatas

 Agen perubahan RB belum berperan maksimal dalam meningkatkan kinerja organisasi

 Nilai-nilai RAPI belum terinternalisasi secara baik

 DPR RI sebagai pemangku kepentingan utama bagi Setjen dan BK DPR RI selalu mengharapkan pelayanan terbaik pada dukungan administrasi, persidangan dan keahlian yang diberikan oleh Setjen dan BK DPR RI

 Bagi masyarakat sebagai penguna informasi DPR RI yang merupakan pemangku kepentingan pendukung juga mengharapkan pelayanan publik yang diberikan oleh pegawai Setjen dan BK DPR RI semakin baik

 Bagi Sekretaris Jenderal dan Kepala Badan Keahlian sebagai pemangku kepentingan kunci mengharapkan pelaksanaan tugas dan fungsi oleh setiap unit organisasi harus dilandasi budaya RAPI sehingga akan memberikan dampak kinerja organisasi menjadi semakin baik

b. Penguatan

Pengawasan  Peningkatan SPIP penerapan  Adanya peningkatan penerapan SPIP

 Peningkatan peran dan kapabilitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)

 Peningkatan peran dan kapabilitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)

(32)

AREA

PERUBAHAN KONDISI OBJEKTIF HARAPAN PEMANGKU KEPENTINGAN

c. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

 Hasil evaluasi akuntabilitas sejak tahun 2012 sampai tahun 2015 memperoleh nilai “CC” dengan nilai yang bervariasi

 Adanya peningkatan penilaian kinerja menjadi nilai “A” untuk laporan kinerja tahun 2019

d. Penguatan

Kelembagaan  Ketepatan fungsi dan ketepatan ukuran organisasi dilihat dari peraturan tentang organisasi dan tata kerja yang dibuat dengan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan di lapangan

 Duplikasi fungsi, tumpang tindih, tambahan tugas dan fungsi organisasi

 Kesesuaian Struktur Baru dengan peraturan yang diamanatkan dan adaptif dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis

 Meningkatnya ketepatan ukuran, ketepatan fungsi dan sinergisme/kesinergisan di antara Setjen dan BK DPR RI

 Menurunnya tumpang tindih tugas dan fungsi antar unit kerja di lingkungan Setjen dan BK DPR RI

 Meningkatnya kejelasan

pembagian kewenangan antara Setjen dan BK DPR RI

 Meningkatnya kinerja aparatur di lingkungan Setjen dan BK DPR RI.

e. Penguatan

Tatalaksana  Pengembangan Government yang e-terintegrasi, saat ini masih dalam proses

 Belum tersusunnya peta bisnis proses

 SOP yang sudah tidak sesuai dan belum merupakan penjabaran dari peta bisnis proses

 Managemen kearsipan belum berbasis TIK

 Pengembangane-Government

yang terintegrasi

 Tersusunnya Peta Proses Bisnis

 Manajemen Kearsipan berbasis TIK

(33)

AREA

PERUBAHAN KONDISI OBJEKTIF HARAPAN PEMANGKU KEPENTINGAN

f. Penguatan Sistem Manajemen SDM Aparatur

 Masih terjadi penempatan pegawai dalam jabatan yang tidak sesuai kompetensinya

 Terdapat gap kompetensi pegawai yang ada dengan persyaratan kompetensi jabatan yang diduduki, sehingga kinerjanya belum optimal

 Integritas pegawai yang dinilai masih rendah, serta sistem remunerasi belum berbasis kinerja

 Manajemen kinerja pegawai masih belum berjalan seperti yang diharapkan, sehingga berdampak pada belum dapat dilaksanakannya identifikasi kelompok pegawai yang potensial (talent pool) untuk kaderisasi kepemimpinan

 Perencanaan pelatihan kepada pegawai yang berorientasi pada pengembangan

kompetensi masih belum sepenuhnya dapat direalisasikan

 Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan masih belum mampu mendorong kinerja birokrasi

 Terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam memberikan dukungan keahlian dan persidangan

 Penempatan pegawai dalam jabatan sesuai derngan persyaratan kompetensinya sehingga kinerjanya optimal

 Terjadi peningkatan integritas pegawai

 Manajemen kinerja pegawai terlaksana, sehingga

berdampak pada

terlaksanakannya identifikasi kelompok pegawai yang potensial (talent pool) untuk kaderisasi kepemimpinan

 Perencanaan pelatihan kepada pegawai telah berorientasi pada pengembangan kompetensi

 Memahami tujuan organisasi dan mengerti peranan masing-masing dalam proses

operasional organisasi

 Menghargai keberadaan setiap orang dalam organisasi dan memberi kesempatan dan dorongan untuk mengembang-kan potensi masing-masing

 Memberikan dukungan prima kepada DPR

 Kerjasama dan Kerja-Tim menjadi budaya kerja sehari-hari

 Berkonsentrasi pada pencapaian dan perbaikan kinerja secara berkelanjutan

 Menghargai dan mampu memahami harapan-harapan para Stakeholder dengan

(34)

AREA

PERUBAHAN KONDISI OBJEKTIF HARAPAN PEMANGKU KEPENTINGAN

memberikan Quality and Innovation Driven

g. Penguatan Peraturan Perundang-undangan

 Terdapat peraturan yang disharmonis dan tidak uptodate untuk pelaksanaan tugas unit pasca restrukturisasi

 Adanya standarisasi pembentukan peraturan perundang-undangan di lingkungan Setjen dan BK DPR RI sehingga menjadi lebih tertib administratif

 Menurunnya tumpang tindih dalam pembentukan peraturan perundang-undangan yang diterbitkan Setjen dan BK DPR RI

 Pelaksanaan tugas unit kerja di lingkungan Setjen dan BK DPR RI menjadi lebih terarah, teratur dan terencana

 Pelaksanaan administrasi/ dokumentasi peraturan perundang-undangan di lingkungan Setjen dan BK DPR RI menjadi lebih cepat, akurat dan lengkap sehingga tercapai efektifitas pengelolaan

peraturan

perundang-undangan di Setjen dan BK DPR RI

h. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

 Belum adanya standar pelayanan dari masing-masing unit yang ada di Setjen DPR RI yang dapat diakses baik oleh anggota dewan, mitra kerja dan masyarakat.

 Setjen DPR RI belum memiliki instrumen yang memadai untuk mengukur kualitas pelayanan unit kerja kepada publik.

 Persepsi dan citra publik

 Meningkatnya kualitas pelayanan publik

(35)

AREA

PERUBAHAN KONDISI OBJEKTIF HARAPAN PEMANGKU KEPENTINGAN

mengenai kinerja DPR RI, pada satu sisi menjadi persoalan dan tantangan bagi Setjen DPR RI dalam memperbaiki citra DPR RI tersebut.

 Masih ada beberapa Unit di Setjen DPR RI yang memiliki peran strategis dalam pelayanan publik,

belum optimal

ditempatkan dan difungsikan sebagai sarana Setjen dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

 Akibat tidak adanya standar pelayanan publik maka standar SDM yang seharusnya bekerja di bidang tertentu juga belum mengacu pada syarat kompetensi yang mendukung layanan.

 Setjen DPR RI perlu melakukan benchmark

manajeman pelayanan agar diketahui kualitas manajemen pelayanan yang ada dari pihak eksternal yang kredibel untuk menilai.

(36)

BAB III

RENCANA AKSI

REFORMASI BIROKRASI INTERNAL

TAHUN 2015-2019

alam menyusun Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Setjen dan BK DPR RI Tahun 2015- 2019 senantiasa mendasarkan kepada arahan pemerintah secara umum sebagaimana terdapat Peraturan Menteri PANRB No. 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015-2019. Selain itu, dalam menyusun Agenda Reformasi juga memperhatikan kegiatan sebagaimana sudah ditetapkan dalam Renstra Setjen dan BK DPR RI DPR RI 2015-2019.

A. Program Mikro Reformasi Birokrasi

Program Reformasi Birokrasipada tingkat Mikro merupakan implementasi kebijakan/program reformasi birokrasi sebagaimana digariskan secara nasional dan menjadi bagian dari upaya percepatan reformasi birokrasi pada masing-masing instansi pemerintah. Program pada tingkat mikro terdiri dari 8 area perubahan yaitu:

1. Manajemen Perubahan;

2. Penguatan Sistem Pengawasan; 3. Penguatan Akuntabilitas Kinerja; 4. Penguatan Kelembagaan;

5. Penguatan Tata Laksana;

6. Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN;

7. Penguatan Peraturan Perundang-undangan; dan 8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

Selain 8 area perubahan sebagaimana disebutkan di atas, juga ditetapakan program quick wins yang menjadi pengungkit dan dapat memberikan dampak positif dalam jangka pendek yang dapat dirasakan oleh publik sebagai hasil atas langkah-langkah reformasi birokrasi yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah. Pada tabel 3.1 merupakan gambaran kegiatan-kegiatan reformasi birokrasi pada tingkat mikro yang akan dilaksanakan oleh Setjen dan BK DPR RI pada Reformasi Birokrasi periode 2015 – 2019. Kegiatan tersebut disusus sesuai dengan kegiatan tingkat mikro yang terdapat dalam PERMENPAN Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019.

Gambar

Gambar 1.1  DPR Modern

Referensi

Dokumen terkait

Musikologi mencakup area penelitian yang luas yang tidak hanya mengkaji musik seni dan musik Eropa tapi juga semua musik folk dan non-Barat.(Béhague,.. 12 | Andre Indrawan :

Pasal 8 ayat (3) Peraturan Walikota Malang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Reformasi Birokrasi, maka perlu menetapkan dokumen road map reformasi

Dalam penelitian akuntansi keprilakuan, metode prediktif ditemukan dalam studi yang dihasilkan untuk mengevaluasi secara spesifik dari tindakan atau untuk

Fasa kedua - bersemuka, peserta kursus dikehendaki menghadiri kursus secara bersemuka bersama jurulatih kebangsaan di pusat latihan yang ditetapkan oleh Jabatan

Konfrontasi merupakan antara dasar utama terhasil daripada tindakan Indonesia terhadap Malaysia di bawah Presiden Sukarno bagi tempoh 1959-1965 yang

Energi kebisingan yang tinggi mampu juga menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat,

Meliputi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrumen yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan

Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas pada swamedikasi, apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti