• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V. PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

5.1. Aspek Teknis

5.1.1. Pembukaan dan Persiapan Lahan

Pembukaan dan persiapan lahan yang dilaksanakan di wilayah kerja PG Krebet Baru mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut

Bersih kebun. Kegiatan ini dilakukan pada areal bekas kebun tebu giling pada tahun sebelumnya atau lahan bekas tanaman pangan lainnya pada musim tanam sebelumnya. Bersih kebun dilakukan dengan cara membakar sampah sisa-sisa tanaman sebelumnya. Arah pembakaran diusahakan berlawanan dengan arah angin.

Pengolahan tanah. Kegiatan ini bertujuan menyediakan media tumbuh yang sesuai bagi tanaman tebu sehingga memudahkan pertumbuhan akar tebu agar dapat menembus permukaan tanah, selain itu juga untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan gulma. Pengolahan tanah yang dilaksanakan di PG Krebet Baru terdiri atas pembajakan I, pembajakan II dan pengkairan.

Pembajakan I memiliki arah tegak lurus terhadap arah juringan tanaman tebu sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memotong dan membongkar bagal tebu yang tersisa dalam tanah. Tujuan utama dari pembajakan antara lain untuk memotong, membalik dan menghancurkan tanah, menekan pertumbuhan gulma dengan membalik dan membenamkannya ke dalam tanah serta memperbaiki aerasi tanah agar tebu dapat tumbuh dengan baik. Kedalaman pembajakan diusahakan antara 30 – 40 cm. Kegiatan pembajakan dilakukan dengan menggunakan traktor 80 HP 4 WD atau 120 HP 4 WD dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau menggunakan 150 HP 4 WD dengan implement bajak piring 5 piringan.

Pembajakan II sama dengan pembajakan I (Gambar 1A), hanya saja berbeda pada arah pembajakan. Arah pembajakan II tegak lurus terhadap

(2)

arah pembajakan I, dengan tujuan memecah bongkahan tanah dan meremahkan tanah hasil bajakan I. Pembajakan I dan Pembajakan II dapat dilakukan bersamaan dalam satu hari jika keadaan tanah kering atau tidak terjadi hujan.

Pengkairan merupakan kegiatan pembuatan juringan atau alur tanam (Gambar 1B), yaitu sebagai tempat tumbuh bibit tebu. Kegiatan pengkairan dilakukan satu hari setelah kegiatan pembajakan selesai.

Implement yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat kair (Scryfying)

dengan tiga mata yang dipasangkan dengan traktor 4 WD 150 HP. Kedalaman juringan yang dikehendaki yaitu 25 – 30 cm dengan jarak pusak ke pusat (PKP) 100 – 130 cm tergantung pada permintaan petani. Arah kairan sejajar dengan arah pembajakan I. Pengkairan akan terbentuk daerah head land yaitu bagian tanah tang tidak dapat terjangkau oleh traktor, pengerjaan ini akan diselesaikan secara manual dengan cangkul.

Gambar 1. Pengolahan Tanah : A. Pembajakan; B. Pengkairan

Pembuatan got. Pembuatan got dilakukan dengan tujuan sebagai saluran drainase atau pembuangan air. Saluran drainase atau got sangat penting dalam budidaya tebu terutama pada lahan sawah. Tidak terkecuali pada lahan tegalan karena wilayah Malang Selatan memiliki curah hujan yang tinggi. Urutan pekerjaan diawali dengan pembuatan got keliling, got mujur dan yang terakhir adalah pembuatan got malang.

Got keliling yaitu got yang mengelilingi lahan. Got keliling dibuat lebih dalam daripada got mujur dan got malang, hal ini dikarenakan fungsi dari

(3)

got keliling yaitu membuang kelebihan air dari dalam lahan keluar kebun dan masuk ke saluran buangan besar secara cepat dan efektif. Kedalaman got keliling 90 cm dengan lebar 60 cm.

Got mujur dibuat setelah pembuatan got keliling selesai. Got mujur dibuat dengan posisi sejajar dengan barisan tanaman tebu nantinya. Kedalaman got mujur 80 cm dengan lebar 60 cm.

Got malang adalah got yang terakhir dibuat. Posisi got malang tegak lurus dengan barisan tebu nantinya. Lebar got malang yaitu 50 cm dengan kedalaman 70 cm. Jarak antar got malang 10 – 20 m, tergantung dari kondisi dari air lahan. Pada umumnya pembuatan got malang hanya dilakukan pada budidaya tebu lahan sawah. Kedalaman dari ketiga got tersebut selisih 10 cm, hal ini bertujuan agar kelebihan air pada lahan dapat dengan mudah mengalir keluar dari kebun.

Gambar 2. Pembuatan Got

5.1.2. Persiapan Bahan Tanam

Bibit yang akan ditanam oleh petani di wilayah kerja PG Krebet Baru merupakan bibit yang berasal dari KBD (kebun bibit datar) yang dikelola oleh PG bagian Tanaman terutama oleh kebun TS (tebu sendiri) atau dikelola oleh petani dengan suatu perjanjian dengan pihak PG yang biasa disebut dengan KBD Jasa. Varietas tebu yang dikelola oleh PG Krebet Baru sebagian besar berasal dari P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) di Pasuruan. Varietas yang saat ini sedang dikembangkan di PG Krebet Baru diantaranya PS 862, MK 98, dan Kidang Kencana. Penyediaan bibit di KBD Jasa berada di bawah pengawasan PG,

(4)

pengawasan yang dilakukan diantaranya kemurnian bibit, varietas, dan kesehatannya.

Pada umunya penyediaan bibit di Pabrik Gula melalui empat tahap, yaitu Kebun Bibit Pokok (KBP), Kebun Bibit Nenek (KBN), Kebun Bibit Induk (KBI), dan Kebun Bibit Data (KBD). Pembibitan di PG Krebet Baru diawali dengan perbanyakan secara kultur jaringan di Laboraturium Mikro. Bibit hasil perbanyakan kultur jaringan yang telah ditanam di Polybag akan dipindahkan ke KBN yang telah disiapkan. Kebutuhan bibit di KBI adalah sebanyak empat Polybag per meter. Bibit hasil KBI akan ditanam di KBD, dari luasan 0.125 ha KBI akan memenuhi kebutuhan bibit di KBD seluas 1 ha.

Bibit menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan hasil dari pengusahaan tebu. Kriteria bibit yang baik antara lain adalah bibit yang sudah cukup umur yaitu brumur 6 – 8 BST, memiliki tingkat kemurnian > 95 %, sehat (bebas dari hama dan penyakit), mempunyai daya tumbuh > 90 %, dan habitus batang normal sesuai dengan varietasnya.

Pengelolaan KBD pada dasarnya sama dengan kebun tebu giling (KTG). Terdapat perbedaan diantaranya, pertama pada KBD tidak dilakukannya klentek. Hal ini bertujuan untuk melindungi mata tunas selama tebang dan angkut bibit dan mencegah kehilangan air pada bibit. Kedua, pemupukan pada KBD tidak selengkap di KTG. Pemupukan dilakukan dua kali menggunakan pupuk ZA dengan dosis 1 ton per hektar, pemupukan pertama dilakukan sebelum 2 BST sebanyak 0.5 ton dan pemupukan kedua dilakukan satu bulan setelah pemupukan pertama dengan dosis yang sama.

5.1.3. Persiapan Tanam dan Penanaman

Persiapan tanam merupakan semua kegiatan yang dilakukan sebelum penanaman, tujuan dari kegiatan ini yaitu menyiapkan bahan tanam dan mempermudah kegiatan penanaman nantinya. Penanaman adalah kegiatan menanam bahan tanam berupa bibit bagal tebu yang telah tersedia ke dalam juringan. Sistem tanam bibit yang digunakan petani sebagian besar adalah double

planting (bagal ganda) dan over lapping (gigi walang), sistem tanam over lapping

(5)

ketersediaan air optimal. Sistem tanam double planting (Gambar 3A) dilakukan sebaliknya. Jenis bibit yang digunakan petani pada umunya merupakan bibit bagal tiga ruas dengan dua mata tunas atau bibit lonjoran dengan lima sampai tujuh mata.

Gambar 3. Pola Tanam Bibit : A. Double Planting; B. Over Lapping

Sebelum penanaman, perlu dilakukannya pemilihan jenis atau varietas tebu yang memenuhi kriteria kesesuaian dengan lahan yang akan ditanami dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu penentuan varietas juga didasari pada waktu tanam sehingga waktu panen akan bersamaan dengan waktu giling di pabrik gula. Kegiatan tanam di lahan sawah dapat dilakukan sepanjang tahun karena tidak terdapat hambatan pengairan. Untuk lahan kering penanaman dilaksanakan jika sudah memasuki musim hujan, yaitu bulan Oktober sampai Desember. Proses kegiatan persiapan tanam dan penanaman dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tebang bibit. Kegiatan ini dilakukan pada KBD yang telah ditetapkan oleh pihak PG. Jumlah dan varietas bibit yang ditebang harus sesuai dengan pesanan petani. Tebang bibit dilaksanakan dengan menggunakan golok tebang (Gambar 4A). Penebanagan diusahakan rata dengan permukaan tanah dan memotong bagian pucuknya. Stek batang tebu kemudian diikat, satu ikat biasanya terdiri dari 20 – 25 batang. Prestasi kerja mahasiswa 0.008 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.016 ha/HOK

(6)

Angkut dan bongkar bibit. Kegiatan ini merupakan kegiatan mengangkut bibit dari KBD ke Kebun Tebu Giling (KTG) yang telah disiapkan oleh petani yang membeli bibit (Gambar 4B). Pertama bibit dimuat dari lahan ke Truk (Gambar 4C). Pengangkutan bibit dilakukan dengan menggunakan truk dengan kapasitas 7 – 8 ton. Setelah itu, dilakukan pembongkaran bibit dari truk ke lahan untuk selanjutnya diecer. Pada umumnya kegiatan ini dilakukan satu hari sebelum dilakukannya penanaman.

Gambar 4. Panen Bibit : A. Tebang Bibit; B. Angkut Bibit; C. Muat Bibit ke Truk

Pembuatan kasuran. Pembuatan kasuran dapat dilakukan bersamaan dengan klentek bibit atau sebelumnya. Pembuatan kasuran dapat dilaksanakan secara manual dengan menggunakan cangkul (Gambar 5B) atau dengan bantuan bajak sapi (Gambar 5A). Tujuan dari kegiatn ini adalah untuk merangsang pertumbuhan akar muda.

Gambar 5. Pembuatan Kasuran : A. Dengan Bajak Sapi; B. Dengan Cangkul Klentek bibit. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan membersihakan bibit batang tebu dari pelepah daun kering (klaras) yang masih menempel. Klentek bibit dilakukan secara manual tanpa alat bantu seperti pisau. Hal

A B C

(7)

ini untuk mencegah terjadinya kerusakan pada mata tunas. Klentek dilaksanakan di lahan yang akan ditanami (Gambar 6).

Gambar 6. Klentek Bibit

Pengenceran dan pemotongan bibit. Pengenceran merupakan kegiatan menempatkan bibit ke juringan atau kegiatan membagi seluruh bibit sesuai dengan jumlah juringan yang tersedia (Gambar 7A). Setelah bibit diecer ke seluruh juringan, maka kegiatan selanjunya adalah pemotongan (Gambar 7B). Pemotongan bertujuan untuk membagi stek batang tebu menjadi bibit bagal 2– 3 mata tunas. Panjang bibit bagal kurang lebih 40 cm.

Gambar 7. Persiapan Bahan Tanam : A. Pengenceran Bibit; B. Pemotongan Bibit

Pengairan. Pengairan dilaksanakan hanya pada lahan sawah beririgasi. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kelembaban tanah, mempermudah penanaman, marangsang perkecambahan bibit sehingga

(8)

diharapkan pertumbuhan bibit yang merata. Pengaiaran diusahakan tidak lebih dari satu hari untuk mencegah terjadinya busuk pada bibit.

Penutupan bibit. Penutupan bibit meruapakan kegiatan menutup bibit dengan menggunakan tanah yang gembur atau remah setebal 5 – 10 cm. penutupan bibit dilaksanakan dengan menggunakan cangkul (Gambar 8). Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah kehilangan air dan menjaga kelembaban pada bibit.

Gambar 8. Penutupan Bibit

5.1.4. Pemeliharaan tanaman pertama

Kegiatan pemeliharaan tanaman pertama tebu di wilayah kerja PG. Krebet Baru meliputi penyulaman, pengairan, pemupukan, pengendalian gulma, pembumbunan, klentek, dan pengendalian hama dan penyakit.

Penyulaman. Penyulaman merupakan kegiatan menanam kembali bibit pada bagian barisan yang kosong karena terjadi kematian rumpun atau bibit yang telah ditanam mati. Bagian barisan tebu yang kosong disebut dengan Gaps. Kematian rumpun dapat terjadi akibat serangan hama dan penyakit atau tidak dapat bersaing dengan pertumbuhan gulma. Gaps yang memiliki panjang lebih dari 0.5 m harus dilakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan pada saat tebu berumur 3– 4 bulan. Bibit sulaman yang digunakan adalah bibit dederan berumur 3 mingu, bibit rayungan berumur 7 hari atau bibit sumpingan. Penyulaman juga dapat dilakukan dengan memecah rumpun atau memindahkan rumpun.

(9)

Pengairan. Pengairan hanya dapat dilaksanakan pada lahan sawah beririgasi teknis, sedangkan pengairan pada lahan kering atau tegalan hanya dengan bergantung pada air hujan. Oleh karena itu penanaman pada lahan kering sebaiknya dilaksanakan pada bulan Oktober, November dan Desember. Pengairan pada lahan sawah dilakukan 3 sampai 4 kali. Pengairan pertama dilakukan pada saat tanam, yang bertujuan untuk merangsang perakaran pada bibit. Pengairan kedua dilakukan pada saat tebu berumur 10 sampai 15 hari. Pengairan ketiga dan keempat dilaksanakan bersamaan atau sebelum pemupukan I dan II, yaitu pada saat tebu berumur 30 dan 60 hari.

Pemupukan. Pemupukan merupakan kegiatan pemberian atau penambahan bahan-bahan yang dibutuhkan tanaman ke tanah untuk melengkapi keadaan unsur hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung didalamnya. Dosis pupuk yang dianjurkan PG. Krebet Baru yaitu 7 ku/ha ZA dan 4 ku/ha Ponska. Pemupukan di PG. Krebet Baru berdasarkan wakti aplikasinya terdiri dari pemupukan I dan pemupukan II. Pemupukan I dilaksanakan ketika tebu berumur 4 minggu dengan dosis setengah dari dosis total yaitu 3.5 ku/ha ZA dan 2.0 ku/ha Ponska (NPK). Pemupukan II dilaksanakan pada saat tebu berumur 2 bulan. Dosis pemupukan II sama dengan pemupukan I. Untuk lahan kering, pemupukan biasanya dilaksanakan dengan menunggu datangnya hujan. Aplikasi pupuk disebarkan secara manual di atas permukaan tanah (Gambar 9), setelah itu pupuk ditutupi tanah. Pemupukan diberikan di bagian samping barisan tanaman, pemupukan I dan II diaplikasikan pada bagian yang berlawanan. Jika pemupukan I diaplikasikan pada sisi kanan tanaman maka pemupukan II diaplikasikan pada sisi kiri tanaman. Pencampuran pupuk dilaksanakan agar pupuk yang diaplikasikan ke lahan homogen atau sama dosisnya. Pemupukan dapat dilakukan penambahan jika pertumbuhan tanaman tidak optimal yang bukan disebakan oleh faktor lingkungan seperti kekeringan dan solum tanah dangkal. Pemupukan tambahan diberikan pada tanaman berumur 3 bulan dengan dosis 2.0 ku/ha ZA.

(10)

Gambar 9. Pemupukan

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma merupakan kegiatan mengurangi jumlah gulma yang terdapat di lahan yang bertujuan untuk mengurangi kompitisi antara tanaman tebu dengan gulma. Kompetisi tersebut dapat berupa penyerapan unsur hara, pemanfaatan ruang, sinar matahari, dan air. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh adanya keberadaan gulma di perkebunan tebu relaitf cukup besar. Penurunan produktivitas tebu akibat keberadaan gulma meskipun sangat beragam yang dipengaruhi oleh intensitas penutupan gulma, tercatat dapat mencapai sekitar 10-50%, bahkan untuk kasus tertentu sering menyebabkan kegagalan panen. Pengendalian gulma di PG Krebet Baru dilaksanakan secara manual oleh buruh dengan menggunakan alat sederhana seperti koret atau sabit. Kegiatan pengendalian gulma bersifat kondisional artinya kegiatan ini dapat dilakukan kapan saja tergantung kondisi pertumbuhan gulma di lahan. Namun diutamakan sampai tebu berumur 4 bulan lahan harus bebas dari gulma. Pengendalian gulma secara manual dipengaruhi faktor tesedianya tenaga kerja dan kurang terserapnya aplikasi herbisida di wilayah kerja PG. Krebet Baru. Prestasi kerja mahasiswa 0.01 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.021 ha/HOK. Gulma yang tumbuh di lahan tebu terdiri dari golongan gulma daun lebar, golongan daun sempit atau rumput, dan golongan teki (Tabel 6).

(11)

Tabel 6. Data Jenis Gulma di Wilayah PG. Krebet Baru

Jenis Gulma Kerapatan Tinggi Kerapatan Sedang Kerapatan Kurang Daun Lebar Amaranthus Ageratum conyzoides Mimosa invisa

Euphorbia heterophylla Commelina benghalensis Centrosema pubescens Portulaca oleraceae

Spinosus

Daun Sempit Cynodon dactylon Echinochloa colonum Panicum repens

Imperata cylindrica Eleusine indica

Teki-tekian Cyperus sp. cyperus iris

Sumber BST-PG. Krebet Baru, Malang

Pembumbunan. Kegiatan penimbunan tanah pada barisan tanaman dengan cara menaikan tanah ke pangkal tebu. pembumbunan juga disebut tambah tanah. Pembubunan dilakukan tiga kali. Pembubunan I dilaksanakan pada tebu berumur 3 sampai 4 minggu, tujuan dari pembumbunan I adalah untuk merangsang pertumbuhan anakan dan menutup pupuk I. Pembumbunan II dilaksanakan pada tebu berumur 60 sampai 70 hari, pembumbunan II bertujuan untuk menambah media perakaran tanaman, menutup pupuk II dan juga untuk menekan pertumbuhan tumbuhnya anakan tersier dan kuarter. Pembumbunan III dilaksanakan pada tebu berumur 3.5 sampai 4 bulan, pembubunan III bertujuan agar akar dibagian ruas atas tumbuh, melancarkan aliran air hujan, dan memperkokoh batang tebu agar tidak mudah roboh. Prestasi kerja mahasiswa 0.021 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.053 ha/HOK

Klentek. Klentek merupakan kegiatan mengelupas daun-daun kering yang masih menempel pada tanaman. Tujuan dari kegiatan ini yaitu sebagai sanitasi kebun untuk mencegah tumbuhnya cendawan atau penyakit, memperkokoh batang tebu, memperbaiki aerasi udara, memperbanyak masuknya sinar matahari, dan mapermudah pelaksanaan tebang. Di PG Krebet Baru klentek dilakukan dua kali, klentek pertama bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan akar dan klentek II dilaksanakan menjelang panen yang bertujuan untuk memenuhi standar panen PG. prestasi kerja mahasiswa 0.031 ha/HOK dan prsetasi kerja buruh 0.075 ha/HOK

(12)

Pengendalian hama dan penyakit. Bertujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak yang merugikan akibat dari serangan hama dan penyakit. Dampak yang disebabkan oleh hama dan penyakit yaitu dapat menurunkan hasil panen yang secara ekonomi merugikan. Pengendalian hama di PG Krebet baru dilakukan secara manual, kimiawi, biologis, dan kultur teknis. Hama utama yang terdapat di wilayah PG Krebet Baru diantara lain penggerek pucuk, penggerek batang, dan uret.

1. Penggerek Pucuk/Top Borer (Schirpophaga nivella F. atau Tryporyza

nivella intacta F.)

Gejala serangan hama ini yaitu terdapat deretan lubang berwarna coklat pada daun yang ditembus larva. Serangan lanjut terlihat pada ibu tulang daun dimana tampak adanya lorong gerek yang berwarna coklat. Apabila serangan mencapai titik tumbuh mengakibatkan kematian tanaman yang ditandai dengan mengeringnya daun-daun muda yang masih menggulung dan dikenal sebagai mati puser. Daun tersebut mudah dicabut. Pencegahan dilakukan degan menggunakan bibit yang bebas penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga kebersihan dari tanaman gelagah (Saccharum spontaneum L.). Pengendalian secara biologis dilakukan dengan melepas parasit telur Trichogramma

japonicum. Pelepasan dilakukan delapan kali dengan interval 1 minggu

dimulai sejak tanaman berumur 1.5 bulan sampai 4 bulan. Dosis pelepasan sebanyak 50 pias/ha, pelepasan pertama sebanyak 8 pias/ha dan selanjutnya 6 pias/ha/minggu. Jarak pemasangan pias 25 sampai 30 m. Pelakasanaan pelepasan pias pagi hari karena telur parasit akan menetas jika tekena panas matahari. Prestasi kerja mahasiswa 0.11 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.14 ha/HOK

Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara memotong pucuk tebu dimulai dari pucuk hingga ke bawah sedikit demi sedikit kira-kira 2 cm sehingga akan didapat larvanya. Kegiatan ini bertujuan untuk menyelamatkan tanaman tebu yang terserang dan membunuh larva penggerek yang telah terdapat didalam batang baik sesudah atau sebelum

(13)

merusak titik tumbuh. Pengendalian dengan cara ini dilaksanakan pada tanaman berumur 1.5 – 2 bulan, dilakukan dua kali dengan interval 2 minggu dan untuk serangan yang lebih berat sampai tiga kali.

2. Penggerek Batang/Stem Borer (Chilo auricilius Dudg.)

Gejala yang ditimbulkan dari hama ini diantaranya tampak bercak-bercak putih bekas gerekan pada daun, tetapi kulit luar daun tidak ditembus. Pada bagian dalam pelepah dan ruas batangnya terdapat lorong gerekan. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek.

Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga kebersihan kebun dari tanaman gelagah dan rumput-rumputan. Pengendalian dilakukan dengan pelepasan parasit telur dari spesies

Trichogramma nanum, Trichogramma minatum dan/atau Trichogramma australicum. Pelaksanaannya sama dengan penggerek pucuk, yaitu

dilakukan delapan kali pelepasan dengan interval 1 minggu dimulai saat tanaman berumur 4– 6 bulan.

3. Uret (Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F., Apogonia desructor Bos.,

Anomala absoleta Bleh., dan Holotrichia helleri Brsk.)

Gejala tanaman yang terserang uret menyerupai gejala-gejala kekurangan air. Daun mula-mula menguning kemudian layu selanjutnya kering dan akhirnya mati. Jika tanaman dicabut, maka di sekitar perakaran tanaman terdapat uret dan pada bagian pangkal batang terdapat luka-luka bekas gerekan. Pada serangan berat terpaksa harus dilakukan tanam ulang. Tanaman terserang uret mudah roboh.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara pergiliran tanaman tebu dengan padi pada lahan sawah dan menjaga sanitasi dengan pembongkaran

(14)

tunggul-tunggul sisa tanaman tebu. Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara menangkap uret dengan membongkar tanah, lalu dibunuh. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penaburan insektisida granular/powder ke dalam juringan bersamaan dengan saat tanam. Insektisida yang bisa digunakan antara lain Furadan 3 G (50– 100 kg/ha), Rhocap 10 G (30 kg/ha), Rugby 10 G ( 30 kg/ha).

Pengendalian penyakit tebu hanya dapat dilakukan dengan cara pencegahan. Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada cara untuk memberantas penyakit tanaman tebu. Pencegahan penyebaran penyakit diantaranya dengan cara menanam varietas tebu yang tahan penyakit, menjaga sanitasi kebun, dan memilih bibit dari KBD yang sehat serta jika perlu lakukan sterilisasi peralatan budidaya seperti pisau panen dan alat lainnya dengan alkohol 70 % dan perlakuan air panas pada bibit yang akan ditanam.

Penyakit utama yang terdapat di PG. Krebet Baru antara lain penyakit mosaik, penyakit pokahbung, penyakit karat, penyakit luka api, dan penyakit pembuluh. Tanaman yang terserang penyakit dapat ditanggulangi dengan cara memotong tanaman atau bagian tanaman yang terserang penyakit lalu membakarnya. Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan sampai tebu berumur 5 bulan dan setelah melewati umur tersebut tidak lagi dilakukan pengendalian, namun harus tetap dilakukan pengawasan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi penyebaran penyakit yang tinggi.

5.1.5. Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Tanaman keprasan disebut juga dengan Ratoon Cane (RC), tanaman keprasan merupakan tanaman yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang. Jadi pada tanaman keprasan tidak dilaksanakan pengolahan lahan dan penanaman. Tindakan pemeliharaan pada tanaman keprasan relatif sama dengan pemeliharaan tanaman pertama, namun terdapat beberapa tindakan budidaya yang

(15)

membedakannya. Pemeliharaan tanaman keprasan meliputi pembersihan lahan sampai penebangan. Di wilayah kerja PG Krebet Baru dilakukan budidaya tebu keprasan.

Pembersihan lahan. Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan lahan dari kotoran sisa daun dan batang yang tidak terpakai hasil tebangan sebelumnya. Kotoran tersebut dapat menjadi inang dari hama dan penyakit. Pembersihan lahan dilakukan dengan cara mengumpulkan semua kotoran dan membakarnya (Gambar 10). Arah pembakaran dilakukan berlawanan dengan arah angin.

Gambar 10. Pembersihan Lahan

Pengeprasan. Pengeprasan merupakan kegiatan memotong sisa batang tebu tebangan sebelumnya yang menyisakan batang tebu yang terlalu tinggi di permukaan tanah. Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang inisiasi tunas-tunas baru yang berasal dari mata yang berada di bawah permukaan tanah. Untuk menghasilkan tanaman yang seragam, pengeprasan dilakukan dengan cara membongkar guludan sehingga tanah agak rata dan tanaman dikepras pada pangkal batangnya. Pengeparasan paling lambat dilakukan satu minggu setelah tebang.

Penyulaman. Penyulaman dilakukan jika dilarikan terdapat gaps lebih dari 50 cm. Penyulaman pada tanaman keprasan dikerjakan paling lambat 5 hari setelah tebang. Kegiatan sangat penting untuk mempertahankan

(16)

produktivitas pada tanaman keprasan. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan bibit bagal 2 mata tunas.

Putus akar. Putus akar merupakan kegiatan memotong perakaran tua yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar baru sehingga penyerapan unsur hara tetap efisien. Selain itu, putus akar juga berguna untuk menggemburkan tanah dan memperbaiki aerasi di sekitar perakaran tanaman. Putus akar dapat dilakukan secara manual dengan cangkul kecil (gancu) atau dengan bajak sapi atau kombinasi dari keduanya. Putus akar dengan menggunakan gancu lebih efisien daripada dengan bajak sapi, hal ini dikarenakan gancu dapat menjangkau bagian-bagian yang tidak dapat dijangkau oleh bajak sapi.

Pengairan. Pada tanaman keprasan dilaksanakan tiga kali, pengairan hanya dapat dilakukan pada lahan sawah beririgasi teknis. Untuk lahan kering pengairan sangat bergantung pada hujan. Pengairan I dilaksanakan pada tanaman berumur 2 – 3 minggu. Pengairan II dan III dilaksanakan sebelum pemupukan I dan II, yaitu saat tanaman berumur 1 bulan dan 2 bulan.

Pemupukan. Dosis pemupukan pada tanaman keprasan di PG Krebet Baru tidak berbeda dengan tanaman pertama, yaitu 7 ku/ha ZA dan 4 ku/ha Ponska. Cara dan waktu pemupukan sama dengan tanaman pertama yaitu saat tanaman tebu berumur 3 – 4 minggu atau 1 bulan dan 60 – 70 hari. Dosis pemupukan I dan II yaitu 3.5 ku/ha ZA dan 2 ku/ha Ponska. Pupuk dicampur agar dosis yang didapat semua tanaman homogen. Prestasi kerja mahasiswa 0.12 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.28 ha/HOK

5.1.6. Panen

Panen merupakan kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya tanaman tebu. Waktu panen ditentukan oleh pihak PG. Faktor utama yang menentukan waktu panen adalah analisis kemasakan dan jadwal giling PG. Tahapan kegiatan yang

(17)

dilaksanakan PG Krebet Baru menjelang kegiatan panen adalah taksasi produksi, analisis kemasakan, analisis pendahuluan, tebang dan angkut.

Taksasi produksi. Taksasi produksi adalah perhitungan perkiraan produksi yang akan dicapai PG, sehingga perlu dilakukannya persiapan seperti kebutuhan jumlah tenaga kerja, bahan, peralatan dan lamanya hari giling. PG Krebet Baru melakukan dua macam taksasi produksi yaitu taksasi Desember dan Taksasi Maret.

Taksasi Desember adalah taksasi yang dilaksanakan saat kegiatan budidaya tebu telah berakhir yaitu saat pembumbunan akhir telah selesai, biasanya kegiatan ini dilakukan pada bulan Desember. Dalam taksasi Desember hanya menghitung bobot batang karena tanaman belum tumbuh optimal. Oleh karena itu hasil taksasi Desember biasanya tidak dapat dijadikan perkiraan produksi.

Taksasi maret adalah taksasi yang dilaksanakan pada bulan Maret. Angka hasil taksasi Maret yang akan dijadikan angka perkiraan produksi yang akan dicapai. Variabel yang dihitung dalam taksasi maret antara lain tinggi batang, bobot batang, jumlah ruas dan jumlah batang per juringan. Sehingga rumus taksiran produksi per ha adalah sebagai berikut :

(18)

Tinggi batang diukur dari permukaan tanah sampai cincin teratas atau ruas sebelum pucuk. Jumlah ruas yang dihitung sama dengan tinggi batang yaitu dari ruas terbawah (permukaan tanah) sampai cincin teratas. Diameter batang yang diukur adalah diameter antara batang tengah sampai bawah. Untuk jumlah batang per juringan, hanya batang yang sehat dan yang dipastikan tumbuh saja yang dihitung.

Penentuan pengambilan contoh untuk taksasi produksi adalah 1/100 ha dari setiap wilayah. Jadi jika dalam satu wilayah terdapat 100 ha lahan tebu maka akan diambil sampel sebanyak 1 ha. Untuk taksasi Maret, pada umumnya dari 1 petak lahan diambil 10 juringan contoh. Namun, untuk mengefisienkan waktu PG Krebet Baru hanya mengambil 5 juringan contoh.

Analisis kemasakan. Analisis kemasakan adalah kegiatan untuk menentukan tingkat kemasakan tebu pada satu petak, tebu dianggap masak jika brix pada batang atas atau ruas batang teratas lebih dari sama dengan 14. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas lapang pabrik gula dan langsung dilaksanakan dilapang dengan menggunakan alat hand refractometer. Tebu yang sudah memenuhi syarat kemasakan akan dipersiapkan untuk ditebang.

Analisis pendahuluan adalah kegiatan yang akan menentukan perkembangan rendemen dan tingkat kemasakan pada setiap wilayah yang ada disemua rayon di wilayah kerja PG Krebet Baru. Analisis pendahuluan bertujuan untuk mengetahui potensi rendemen (kadar gula) yang akan diperoleh oleh PG. Hasil perhitungan analisis pendahuluan akan dijadikan pertimbangan dalam menyusun jadwal tebang pada seluruh wilayah berdasakan tingkat kemasakan tebu. Di PG Krebet Baru melaksanakan 3 analisis pendahuluan, yaitu analisis pendahuluan potensi kebun, analisis pendahuluan potensi implasemen, dan analisis pendahuluan potensi giling.

Analisis pendahuluan potensi kebun, dalam kegiatan ini akan didapat perkiraan tingkat kemasakan dan potensi rendemen pada masing-masing kebun di setiap wilayah. Kegiatan ini dilaksanakan di gilingan

(19)

contoh. Penentuan pengambilan contoh pada analisis pendahuluan potensi kebun yaitu dari satu afdeling akan diambil 4 desa sebagai contoh. Penentuan jumlah desa berdasarkan pada jumlah daftaran kebun pada afdeling tersebut. Untuk afdeling yang memiliki jumlah daftaran kebun yang sedikit cukup diambil 2 desa contoh. Analisis pendahuluan potensi kebun dilaksanakan sebanyak 3 samapi 4 periode dengan interval tiap periodenya 15 hari. Komponen-komponen yang diukur pada analisis pendahuluan adalah Bobot Batang Atas (BBA), Bobot Batang Tengah (BBT), Bobot Batang Bawah (BBB), % Bobot Nira Atas (BNA), % Bobot Nira Tengah (BNT), % Bobot Nira Bawah (BNB), brix batang atas, tengah, dan bawah serta tempertur. Analisis pendahuluan diawali dengan pengambilan batang tebu contoh, biasanya diambil 3 batang tebu pada setiap petak sebagai ulangan. Kemudian batang-batang tebu tersebut satu persatu diukur tinggi batangnya. Selanjutnya batang tebu ditimbang, diukur brixnya dengan alat hand refactometer untuk memperoleh angka brix koreksi dengan rumus :

Kemudian batang tebu digiling dengan gilingan contoh. Nira hasil gilingan dianalisis untuk mengetahui nilai pol. Nira tersebut kemudian diambil 100 ml, lalu diencerkan dengan air sebanyak 5 ml. nira disaring dengan kertas saring, hasil saringan kemudian dimasukkan ke alat saccharimeter untuk mendapatkan Pemb. Pol untuk menentukan nilai pol gula. Dari angka-angka tersebut akan diperoleh angka-angka potensi rendemen dengan rumus sebagai berikut : Pemb. Pol x 26 x 1.1 Pol % = Bj x 100 Pemb. Pol x 0.286 Bj HK = Pol % x 100 Brix Koreksi

(20)

Nilai Nira = Pol % - 0.4 x (Brix Koreksi– Pol %)

Rendemen = Nilai Nira x 0.67

Analisis pendahuluan potensi implasemen. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari selama giling. Analisis pendahuluan ini bertujuan untuk menghitung potensi rendemen setiap hari selama giling dan mengkoreksi analisis pendahuluan potensi kebun. Kegiatan ini dilaksanakan di gilingan contoh. Komponen-komponen yang dihitung pada analisis pendahuluan potensi implasemen antara lain berat batang, berat nira, faktor perah dan berat sogolan. Setiap harinya diambil 10 contoh yang terdiri dari 5 contoh lori dan 5 contoh truk. Dari setiap contoh diambil 3 batang tebu untuk dianalisis.

Analisis pendahuluan potensi giling. Kegiatan ini dilaksanakan didalam pabrik gula, yang menghitung rendemen nira hasil gilingan I. Hasil perhitungan rendemen akan dijadikan Angka Rendemen Individu (ARI) pada setiap petani yang akan menentukan bagi hasil antara PG dan petani. Rumus perhitungan rendemen sama dengan analisis pendahuluan potensi kebun.

5.1.7. Tebang dan Angkut

Kegiatan tebang dan angkut merupakan kegiatan terakhir yang dilakukan pada budidaya tebu selama satu musim. Cara penebangan ada dua cara yaitu penebangan untuk tebu yang akan dikepras dan untuk tebu yang tidak untuk dikepras. Untuk tebu yang akan dikepras, batang tebu yang ditebang sebatas permukaan tanah atau menyisakan batang sepanjang 15 – 20 cm , sedangkan untuk tebu yang tidak untuk dikepras seluruh batang dicabut. Batang yang telah ditebang dibersihkan dari pucuk, daun hijau, dan daun kering. Hasil tebangan

(21)

harus bersih dari akar, tanah, sogolan dan brondolan untuk memenuhi syarat mutu tebu. Batang yang telah bersih kemudian diikat setiap 20 – 30 batang untuk memudahkan pengangkutan.

Batang yang selesai diikat kemudian diangkut dengan menggunakan truk. Pengangkutan tebu juga dapat menggunakan lori selama lahan tebangan masih terjangkau oleh lori. Truk atau lori yang akan memasuki implasemen akan diperiksa terlebih dahulu di pos I (pos gawang). Hanya tebu yang memenuhi syarat yang diijinkan masuk ke implasemen. Syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu brix batang atas tebu > 14, batang tebu bersih dari akar, daun, pucuk, tanah, sogolan dan brondolan (tebu potongan). Truk atau lori yang memenuhi syarat kemudian mengantri di implasemen menunggu giliran. Selanjutnya truk dan lori ditimbang di Timbangan Bruto untuk menghitung berat bruto tebu yang diangkut. Setelah itu truk dan lori akan menuju meja tebu, disinilah berakhirnya proses pengangkutan tebu. Pemindahan tebu dari truk atau lori ke meja tebu dengan menggunakan crane scale.

5.1.8. Pengolahan Gula

Pengolahan gula di PG Krebet Baru menggunakan proses sufitasi karena gula yang dihasilkan dengan proses sulfitasi lebih putih dibanding dengan defikasi dan relatif lebih murah dibandingkan dengan proses karbonatasi. Tahapan pengolahan untuk mengambil sukrosa dari batang tebu terdiri atas beberapa stasiun diantaranya stasiun persiapan, stasiun penggilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun pemasakan, stasiun pemutaran, dan stasiun pengeringan dan pengepakan

Stasiun persiapan. Pada stasiun persiapan dilakukan pengangkutan tebu dari implasemen dengan truk dan lori yang selanjutnya dipindahkan ke meja tebu dengan menggunakan crane scale. Selanjutnya tebu yang berada di meja tebu akan dibawa oleh cane carried menuju pemotong tebu (cane

cutter). Batang tebu akan dipotong-potong dan dicacah dengan cane cutter

(22)

alat penghancur (cane hammer). Sampai pada tahap ini belum ada nira yang dihasilkan.

Stasiun gilingan. Pada stasiun inilah tahapan awal untuk mendapatkan nira dari tebu. Tebu yang telah hancur dimasukan ke alat penggilingan untuk memisahkan nira dengan ampasnya. Pada penggilingan I didapat NPP (Nira Hasil Perahan Pertama) yang dianalisis untuk mendapatkan Angka Rendemen Individu (ARI). Nira masuk ke stasiun pemurnian, sedangkan bagas akan dipergunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit tenaga uap. Dalam proses pemisahan nira dilakukan penambahan larutan nira (nira imbibisi) atau air pengencer (air imbibisi) dan dilakukan penggilingan berulang guna mengurangi kehilangan nira yang terbawa oleh ampas.

Stasiun pemurnian. Sebelum memasuki stasiun pemurnian, nira hasil dari stasiun gilingan ditimbang dengan timbangan (flow meter). Di stasiun pemurnian dilakukan pemisahan nira dari kotoran yang masih larut didalamnya dengan cara mengendapkan kotoran melalui penambahan susu kapur [Ca(OH)2] dan gas belerang (SO2) yang berguna untuk menguapkan gas-gas yang ada dalam nira. Hasil dari proses tersebut adalah nira bersih dan nira kotor. Nira bersih akan dipompakan ke stasiun penguapan, sedangkan nira kotor akan diproses untuk menghasilkan blotong.

Stasiun penguapan. Di stasiun ini air yang terkandung dalam nira bersih akan diuapkan sampai derajat kejenuhan tertentu, yaitu lebih dari 60o Brix

sehingga akan dieroleh nira kental (raw syrup). Sebelum masuk ke pan penguapan, nira terlebih dahulu diberi pemanasan pendahuluan (preheater). Pan penguapan terdiri atas dua bagian yaitu preheater sebagai penguapan pendahuluan dan penguapan quadraple effect sebagai

(23)

Stasiun pemasakan dan pemutaran. Nira hasil stasiun penguapan dipompakan ke pan pemasakan untuk diuapkan sampai titik jenuh, kemudian ditambahkan bibit gula ke pan masakan untuk mempercepat proses pengkristalan. Setelah nira masak, kemudian nira diturunkan dan ditampung di palung pendinginan untuk selanjutnya diputar dan dipisahkan Kristal gula dari larutan induknya. Dari pemutaran ini akan dihasilkan gula dan molasses (tetes). Gula ini melalui belt conveyor menuju proses pengeringan, sedangkan tetes akan menjadi bahan baku pembuatan MSG dan etanol.

Stasiun pengeringan dan pengepakan. Gula yang dihasilkan kemudian dikeringkan dan didinginkan dengan menggunakan alat berupa dryer dan

cooler. Selanjutnya akan dipisahkan gula dengan ukuran normal dari gula

yang ukurannya tidak normal. Gula berukuran tidak normal akan dilebur kembali dan diproses ulang, sedangkan gula ukuran normal akan dimasukan ke dalam karung dengan ukuran 50 kg dan kemudian akan disimpan ke dalam gudang penyimpanan.

5.2. Aspek Manajerial

5.2.1. Petugas Lapangan (PLPG)

Tugas utama dari petugas lapangan adalah memenuhi jumlah pasokan bahan baku gula yaitu tebu dari wilayah kerjanya (afdeling) sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sinder kebun wilayah. Petugas lapangan juga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan budidaya di lapangan, tugas ini dilaksanakan melalui penyuluhan, pendekatan, dan pendampingan kelompok tani. Hal tersebut menjadi sangat penting mengingat tebu di PG. Krebet Baru seluruhnya adalah tebu rakyat sehingga pelaksanaan budidaya di lapang dilaksanakan oleh petani.

Penyuluhan, pendekatan dan pendampingan yang dilakukan berupa anjuran tentang baku teknis budidaya tebu yang diperoleh dari P3GI, PG lain ataupun dari PG. Krebet Baru sendiri. Anjuran tersebut juga dapat berupa penggunaan pupuk dengan jumlah dan dosis yang dianjurkan, pembongkaran

(24)

ratoon, penanaman varietas tebu yang sesuai dengan karekteristik lahan,

penggunaan kompos dari PG, dan kebersihan tebu hasil tebangan.

Petugas lapangan merupakan perantara yang menghubungkan petani dengan pabrik gula. Hampir semua hal-hal yang berhubungan dengan petani ditangani oleh petugas lapangan. Hal-hal tersebut diantaranya menyalurkan kredit TRI, mengawasi penyaluran pupuk bersubsidi, mengurusi pembelian bibit, mengawasi aplikasi ZPK, menentukan dan menyebarkan surat perintah tebang angkut, dan mengawasi proses penebangan. Petugas lapangan di PG. Krebet Baru setara dengan mandor lapangan di PG atau perkebunan lainnya. Hampir seluruh pelaksanaan di lapang merupakan tugas dan tanggung jawab dari petugas lapang.

5.2.2. Sinder Kebun Wilayah (SKW)

Tugas utama dari SKW adalah memenuhi jumlah pasokan tebu dari wilayahnya sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sinder kebun kepala atau kepala rayon tanaman, mengendalikan kualitas tebu sesuai dengan standar kualitas MBS ( Manis Bersih Segar), mengendalikan biaya cadongan (cadangan ongkos) untuk kebun bibit atau tebu sewa di wilayah kerjanya, mengendalikan pelaksanaan kredit tebu rakyat di wilayah kerjanya, mengelola petugas lapangan yang berada di wilayah kerjanya, dan melakukan pembinaan petani di bidang usahatani tebu rakyat di wilayah kerjanya.

SKW mengendalikan dan bertanggung jawab terhadap satu wilayah kerja yang disebut afdeling dan dibantu oleh para petugas lapangan (PLPG). Dalam satu afdeling terdapat satu atau lebih KUD dan koperasi. SKW juga bertugas dalam mengawasi dan memonitoring semua kegiatan yang ada di wilayahnya. SKW juga harus menyusun laporan mengenai kondisi di wilayahnya, dan laporan ini akan dievaluasi oleh Sinder Kebun Kepala (SKK).

5.2.3. Sinder Kebun Bibit

Tugas utama seorang sinder kebun bibit adalah memenuhi jumlah pasokan bibit tebu sesuai dengan target yang diberikan oleh Sinder Kebun Kepala (SKK) dan memenuhi kebutuhan bibit yang dibutuhkan petani. Sinder kebun bibit juga bertugas mengontrol varietas yang akan ditanam di KBD sesuai dengan kebutuhan

(25)

petani dan keperluan penataan varietas masak awal yang sedang dicanangkan oleh PG. Krebet Baru. Sinder kebun bibit bertanggung jawah atas kualitas bibit yang dihasilkan. Sinder kebun bibit bersama dengan Sinder Kebun Kepala menyusun Rencana Anggaran Kebun (RAK) bibit. RAK tersebut akan dievaluasi dan disetujui oleh sinder kebun kepala.

Gambar

Gambar 1. Pengolahan Tanah : A. Pembajakan; B. Pengkairan Pembuatan got. Pembuatan got dilakukan dengan tujuan sebagai saluran drainase  atau  pembuangan  air
Gambar 2. Pembuatan Got 5.1.2. Persiapan Bahan Tanam
Gambar 3. Pola Tanam Bibit : A. Double Planting; B. Over Lapping
Gambar 7. Persiapan Bahan Tanam : A. Pengenceran Bibit;
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan atau penyelesaian secara damai adalah penyelesaian yang dilakukan oleh kedua

Tindak tutur menolak dalam Gelar Wicara Mata Najwa merupakan kajian yang menarik untuk diteliti karena menolak yang merupakan respon negatif dari suatu pemintaan yang

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis model discovery learning pada materi pencemaran lingkungan untuk meningkatkan keterampilan proses sains dinyatakan layak berdasarkan

Hampir seluruh orangtua memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dan mayoritas subyek mempunyai sikap dan perilaku yang baik tentang diare.. Pengetahuan dan sikap orangtua

Kesimpulan : Terdapat perbedaan pada jumlah eosinofil sputum maupun VEP 1 % yang bermakna, dan neutrofil sputum yang tidak bermakna sebelum dan sesudah pemberian

Rinitis medicamentosa adalah obstruksi nasal yang terjadi pada pasien yang menggunakan vasokonstriktor intranasal secara kronis. Belum diketahui dengan jelas penyebabnya,

8) Jika teradu/terlapor diduga melakukan lebih dari satu pelanggaran maka hasil pemeriksaan dapat dituangkan dalam satu berita acara pemeriksaan yang sama 9) Salinan