• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI (Kasus Organisasi Kemahasiswaan BEM KM IPB Periode ) Sulastri I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI (Kasus Organisasi Kemahasiswaan BEM KM IPB Periode ) Sulastri I"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus Organisasi Kemahasiswaan BEM KM IPB Periode 2009-2010)

Sulastri I34063262

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(2)

Communication within Organization (Case Student Organization BEM KM IPB Period 2009-2010). Supervised by SUTISNA RIYANTO.

Leadership style and the effectiveness of communication within organization which build in student organization will determine attainment aims organization. BEM KM IPB (Badan Eksekutif Kemahasiswaan Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) is a formal student organization in level university education. The purpose of this research was to identification the leadership style, to describe the process of communication, to know the effectiveness of communication, and to measure the correlate between leadership style and communication’s process with the effectiveness of communication in BEM KM IPB. The number of respondents in this research were 76 people, with 21 people in levels an ministry and 55 people in levels staff. In general, the leadership style in BEM KM IPB is participative. Although, the members still needs initiative from leader. Communication process in BEM KM IPB enough active based on the direction, media, and the subject of communication. Communication within organization was effective, because the five commponent of effectiveness communication was effective. Leadership style and communication process proven correlate with the effectiveness of communication, and based on media, communication directive, and matter of communication proven corelate with effectiveness of communication.

(3)

RINGKASAN

SULASTRI. HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI (Kasus Organisasi Kemahasiswaan BEM KM IPB Periode 2009-2010). Di bawah bimbingan SUTISNA RIYANTO.

Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM KM IPB) merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan formal di tingkat perguruan tinggi. Gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi organisasi yang dibangun dalam organisasi tersebut akan menentukan pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin BEM KM IPB, mendeskripsikan proses komunikasi organisasi yang terjadi, mengetahui efektivitas komunikasi organisasi, dan mengukur hubungan gaya kepemimpinan dan proses komunikasi organisasi dengan efektivitas komunikasi organisasi di dalam organisasi kemahasiswaan BEM KM IPB.

Populasi penelitian adalah pengurus organisasi kemahasiswaan BEM KM IPB yang berjumlah 144 orang yang terbagi dalam 13 bagian yaitu 10 kementerian, satu Biro Bisnis dan Kemitraan, satu IPB Social Politic Center (ISPC), dan Badan Pengurus Harian (BPH). Jumlah responden adalah 76 orang yang diambil dengan teknik stratified random sampling. Populasi dibagi menjadi dua strata, yaitu pimpinan (21 orang) dan staf (55 orang). Data yang digunakan meliputi data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan dari hasil kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari data base dan Laporan Tengah Tahun BEM KM IPB 2010. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Microsoft Excel, tabulasi silang, tabel frekuensi, dan uji korelasi Rank Spearman.

Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin BEM KM IPB adalah partisipatif, namun pimpinan masih cukup diandalkan untuk memberikan inisiatif. Penerapan gaya kepemimpinan di BEM KM IPB bergantung pada situasi dan kondisi serta berbeda di setiap kementrian atau biro. Proses komunikasi organisasi yang terjadi pada organisasi BEM KM IPB dapat dikatakan sudah cukup aktif, jika dilihat dari arah dan media. Menurut arah komunikasi, arah komunikasi diagonal merupakan arah komunikasi yang cukup sering digunakan, karena anggota memerlukan koordinasi kerja dari kementerian lain. Menurut media komunikasi, media tatap muka paling sering digunakan untuk menyampaikan materi komunikasi untuk semua arah komunikasi. Komunikasi organisasi yang terjadi di organisasi kemahasiswaan BEM KM IPB sudah efektif, karena pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik, dan tindakan sudah dikatakan efektif. Pengertian dan tindakan memiliki nilai skor tertinggi, karena materi komunikasi yang disampaikan adalah tentang keorganisasian.

Gaya kepemimpinan yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi meliputi direktif dengan kesenangan, hubungan sosial yang baik, dan tindakan; konsultatif dengan pengertian dan kesenangan, dan mempengaruhi sikap; partisipatif dengan pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap, dan hubungan sosial yang baik; dan delegatif dengan kesenangan.

(4)

Proses komunikasi berhubungan dengan efektivitas komunikasi. Menurut media, media komunikasi telepon dengan kesenangan dan mempengaruhi sikap, media SMS dengan pengertian dan kesenangan, dan media papan pengumuman dengan hubungan sosial yang baik dan tindakan. Menurut arah komunikasi, arah komunikasi ke bawah dan ke atas dengan kesenangan dan hubungan sosial yang baik. Menurut materi komunikasi, materi komunikasi perintah, informasi non-organisasi, dan evaluasi pekerjaan dengan tingkat kesenangan dan hubungan sosial yang baik. Materi komunikasi berupa pengarahan, evaluasi pekerjaan, laporan pelaksanaan pekerjaan, permintaan bantuan, dan koordinasi kerja dengan tingkat hubungan sosial yang baik. Pesan komunikasi berupa umpan balik atau memberikan respon dengan tingkat pengertian dan mempengaruhi sikap. Terakhir, tindakan dengan rencana anggaran dan permintaan bantuan.

(5)

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI

(Kasus Organisasi Kemahasiswaan BEM KM IPB Periode 2009-2010)

SULASTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(6)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Sulastri

NRP : I34063262

Judul : Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Efektivitas Komunikasi Organisasi (Kasus Organisasi Kemahasiswaan BEM KM IPB Periode 2009-2010)

Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui Dosen Pembimbing,

Ir. Sutisna Riyanto, M.S NIP. 19620115 198803 1 004

Mengetahui

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1003

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Efektivitas Komunikasi Organisasi (Kasus Organisasi Kemahasiswaan BEM KM IPB Periode 2009-2010)” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun kecuali kutipan yang ada dalam tulisan ini. Sumber informasi yang berasal dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Bogor, September 2010

SULASTRI I34063262

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri, 11 April dan anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan dasar diselesaikan di SDN I Jati Tarokan, Kediri. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan di SLTP Negeri 1 Tarokan Kediri dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan SMA Negeri 5 Kediri. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2007 masuk di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Ekologi Manusia, penulis menjadi anggota organisasi di Organisasi Mahasiswa Daerah Kediri (Kamajaya) dan Forum Syiar Islam Fakultas Ekologi Manusia (FORSIA). Penulis pernah mengikuti kepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas, Masa Perkenalan Departemen, dll. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Sosiologi Umum pada Tahun 2009-2010.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam skripsi ini adalah “Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Efektivitas Komunikasi Organisasi (Kasus Organisasi Kemahasiswaan BEM KM IPB Periode 2009-2010)”.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat kelulusan mata kuliah KPM 499. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui, menganalisis serta mengukur hubungan antara gaya kepemimpinan dengan efektivitas komunikasi organisasi BEM KM IPB. Demikian skripsi ini penulis sampaikan semoga bermanfaat.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ir. Sutisna Riyanto, MS sebagai dosen pembimbing studi pustaka dan skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta kesabarannya

2. Ir. Richard WE. Lumintang, MSEA sebagai dosen penguji utama dan Ibu Heru Purwandari, SP. Msi sebagai dosen penguji wakil Komisi Pendidikan dan pembimbing akademik

3. Keluarga tercinta

4. Ach. Firman Wahyudi dan Ach. Deni, serta segenap jajaran pengurus BEM KM IPB Kabinet Generasi Inspirasi (2009-2010)

5. Evi Mariani dan Widia yang menyediakan data sekunder. Semoga sukses selalu.

6. Teman-teman satu bimbingan skripsi Angel dan Demul, sukses selalu.

7. Teman-teman KPM’43 (Link2, Feby, Rai, Ani, Gigi, Evi dan teman-teman semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu)

8. Pondok Dinar Community yang menemani baik saat suka maupun duka. 9. Teman-teman B12 dan A03 serta teman-teman semua yang tidak bisa

(10)

10. Ach. Fahruddin beserta segenap jajaran pengurus BEM TPB 2009-2010 yang membantu dalam pengujian reliabillitas kuesioner.

11. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan kerjasamanya selama ini.

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait.

Bogor, September 2010

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan ... 4

1.4. Manfaat ... 4

BAB II. TINJAUAN TEORITIS ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1. Teori Kepemimpinan ... 6

2.1.2. Gaya Kepemimpinan ... 8

2.1.3. Konsep Organisasi ... 13

2.1.4. Komunikasi Organisasi ... 17

2.1.5. Efektivitas Komunikasi Organisasi ... 21

2.2. Kerangka Pemikiran ... 25

2.3. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III. PENDEKATAN LAPANG ... 28

3.1. Metode Penelitian ... 28

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4. Teknik Analisis Data ... 30

3.5. Definisi Operasional ... 31

3.6. Reliabilitas Instrumen ... 33

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 34

4.1. Gambaran Umum BEM KM IPB ... 34

4.1.1. Sumberdaya Organisasi ... 35

4.1.2. Struktur Organisasi ... 39

4.2. Gambaran Umum Responden ... 43

BAB V. GAYA KEPMIMPINAN BEM KM IPB ... 45

BAB VI. PROSES DAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI BEM KM IPB ... 49 6.1. Proses Komunikasi Organisasi ... 49

6.2. Efektivitas Komunikasi Organisasi ... 52

BAB VII. HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN PROSES KOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKIKSI ... 54

7.1. Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Efektivitas Komunikasi ... 54

(12)

7.2. Hubungan Proses Komunikasi dengan Efektivitas

Komunikasi ... 56

7.2.1. Hubungan Media Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi ... 56

7.2.2. Hubungan Arah Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi ... 58

7.2.3. Hubungan Materi Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi ... 59

BAB VIII.KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

8.1. Kesimpulan ... 64

8.2. Saran ... 65

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

2. Jumlah Pengurus BEM KM IPB periode 2009-2010 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

3. Distribusi Responden Menurut Karakteristik ... 43

4. Persentase dan Rata-rata Skor Gaya Kepemimpinan BEM KM IPB ... 45

5. Rata-rata Skor Komunikasi Organisasi Berdasarkan Media dan Arah Komunikasi ... 49

6. Persentase dan Rata-rata Skor Efektivitas Komunikasi Organisasi ... 52

7. Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Efektivitas Komunikasi Organisasi ... 54

8. Hubungan Media Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi ... 57

9. Hubungan Arah Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi ... 58

10. Hubungan Materi Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi ... 60

Lampiran 1. Rata-rata Skor Gaya Kepemimpinan Direktif ... 68

2. Rata-rata Skor Gaya Kepemimpinan Konsultatif ... 68

3. Rata-rata Skor Gaya Kepemimpinan Partisipatif ... 68

4. Rata-rata Skor Gaya Kepemimpinan Delegatif ... 69

5. Korelasi Proses Komunikasi dengan Efektivitas Komunikasi ... 70

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Bentuk struktur organisasi segitiga vertikal dan horizontal (a), lingkaran (b), setengah lingkaran (c), kerucut vertikal dan

horizontal (d), dan oval (e) ... 15 2. Kerangka Pemikiran ... 27 3. Struktur Organisasi BEM KM IPB Kabinet Generasi Inspirasi

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak yang lain. Tujuan dari komunikasi adalah untuk memperoleh kesamaan makna dari pesan yang disampaikan tersebut. Komunikasi akan memudahkan seseorang untuk berinteraksi secara sosial dengan anggota masyarakat lainnya dan membantu kita dalam melakukan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab kita (Masita, 2005). Dewasa ini kehidupan manusia semakin kompleks yang menyebabkan kebutuhannya pun juga bertambah. Oleh karena itu, untuk memenuhi sebagian dari kebutuhannya tersebut manusia membentuk organisasi.

Organisasi diartikan sebagai suatu sistem, mengordinasi aktivitas, dan mencapai tujuan bersama atau umum. Dikatakan suatu sistem karena organisasi itu terdiri dari berbagai bagian yang saling tergantung satu sama lain, bila satu bagian terganggu maka akan berpengaruh pada bagian lainnya (Muhammad, 2004). Organisasi yang dibentuk memiliki tujuan dibatasi sebagai suatu konsepsi akhir yang diingini atau kondisi yang partisipan usahakan melalui penampilan aktivitas tugas-tugas mereka. Adapun fungsi organisasi diantaranya adalah memenuhi kebutuhan pokok organisasi, mengembangkan tugas dan tanggung jawab, memproduksi hasil produksi, dan mempengaruhi orang. Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (BEM KM IPB) merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan formal di tingkat perguruan tinggi. Organisasi kemahasiswaan BEM KM IPB berperan sebagai penyampai aspirasi mahasiswa, membela hak-hak mahasiswa jika terjadi ketidakadilan yang dirasa merugikan posisi mahasiswa, dan membantu kelancaran kegiatan akademik di kampus. Organisasi kemahasiswaan ini keanggotaannya mencakup seluruh mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang terdiri dari berbagai jurusan dan angkatan.

(16)

Lebih dari 70 persen hari kerja para eksekutif dan staf perusahaan atau organisasi dipergunakan untuk melakukan kegiatan komunikasi, sehingga komunikasi yang efektif menjadi faktor yang penting bagi pencapaian tujuan suatu organisasi (Sari, 2005). Menurut Kohler (1981) dalam Muhammad (2004) komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Adanya komunikasi yang baik, maka organisasi tersebut dapat berjalan dengan lancar dan berhasil. Sebaliknya, jika komunikasi yang dibangun tidak baik maka organisasi tersebut tidak akan berjalan dengan lancar (Muhammad, 2004). Bahkan komunikasi organisasi disebut sebagai darah bagi kehidupan organisasi (Goldhaber,1993 dalam Sari, 2005).

Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi organisasi, salah satunya adalah adanya pemimpin dalam organisasi tersebut yang memimpin secara efektif. Pemimpin dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Kohler, 1981 dalam Muhammad, 2004). Menurut Raharja (2005) kegagalan berbagai pendekatan tentang kualitas seperti Total Quality Management (TQM) Business Process Reenginering (BPR) dan pendekatan lainnya telah menimbulkan perubahan perspektif dalam memandang kualitas dan dimensi manusia dalam organisasi. Inti penyebab kegagalan pendekatan tersebut terletak pada unsur dimensi manusia, yaitu kurangnya komitmen berbagai pihak (dimensi manusia) yang terlibat dalam organisasi dari berbagai level struktur, fungsi, dan kompetensi dan secara lebih khusus pimpinan organisasi. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa seorang pemimpin mempunyai peranan yang penting dalam keberlanjutan sebuah organisasi atau perusahaan.

Purwanto (2004) menyebutkan bahwa Universitas Michigan pada Tahun 1990 serta Pennsylvania State University dan Wake Forest University pada Tahun 1991 mendokumentasikan pentingnya ketrampilan berkomunikasi untuk mencapai sukses organisasional. Sebagai contoh, dalam survey Penn State atas para eksekutif perusahaan, kualitas utama yang dicari pada lulusan baru adalah kemampuan kepemimpinan, yaitu sebesar 79,7 persen. Dimana kemampuan kepemimpinan tersebut menduduki urutan kedua setelah ketrampilan komunikasi lisan dan tulisan, yaitu sebesar 83,5 persen. Menurut data ini seseorang

(17)

diharapkan mampu untuk memimpin selain bisa berkomunikasi, karena hal ini akan mempengaruhi kehidupan organisasi tersebut.

Kepemimpinan merupakan masalah sentral dalam kepengurusan organisasi, maju mundurnya organisasi, dinamis statisnya organisasi, senang tidaknya orang bekerja dalam organisasi, sebagian ditentukan oleh tepat tidaknya pengaruh kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi yang bersangkutan (Hidayat, 2005). Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan pada sebuah organisasi akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan mengandung arti bagaimana pemimpin itu berhubungan dengan anggotanya dalam rangka menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan (Rivai, 2007 dalam Saleh, 2009).

Gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi organisasi yang dibangun dalam organisasi kemahasiswaan akan menentukan pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. Pencapaian tujuan organisasi merupakan landasan awal atau akan mempengaruhi keberlanjutan sebuah organisasi. Dengan demikian, gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi dalam organisasi patut diperhatikan, khususnya pemimpin dalam organisasi tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Efektivitas komunikasi organisasi dan tercapainya tujuan organisasi salah satunya ditentukan oleh kepemimpinan. Pemimpin sebagai pemegang kekuasaan dan wewenang dalam sebuah organisasi memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Penerapan gaya kepemimpinan oleh seorang pemimpin dalam proses pencapaian tujuan organisasi berhubungan dengan efektivitas komunikasi organisasi. Demikian juga dengan proses komunikasi yang terjadi dengan efektivitas komunikasi organisasi. Gaya kepemimpinan, proses komunikasi, dan efektivitas komunikasi organisasi yang dilakukan oleh pimpinan organisasi menarik untuk diketahui. Dalam penelitian ini perumusan masalah yang diangkat adalah:

(18)

1. Gaya kepemimpinan seperti apa yang diterapkan oleh pemimpin organisasi kemahasiswaan BEM KM IPB untuk mencapai tujuan organisasi?

2. Bagaimana proses komunikasi organisasi yang terjadi pada organisasi BEM KM IPB?

3. Sampai sejauh mana efektivitas komunikasi organisasi yang terjadi pada organisasi kemahasiswaan BEM KM IPB?

4. Sejauh mana hubungan gaya kepemimpinan dan proses komunikasi organisasi dengan efektivitas komunikasi organisasi di dalam organisasi kemahasiswaan BEM KM IPB?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian perumusan masalah yang hendak dikaji di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin organisasi kemahasiswaan BEM KM IPB.

2. Mendeskripsikan proses komunikasi organisasi yang terjadi pada organisasi BEM KM IPB.

3. Mengetahui efektivitas komunikasi organisasi yang terjadi di dalam organisasi kemahasiswaan BEM IPB.

4. Mengukur hubungan gaya kepemimpinan dan proses komunikasi organisasi dengan efektivitas komunikasi organisasi di dalam organisasi kemahasiswaan BEM KM IPB.

1.4. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian tentang “Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Efektivitas Komunikasi Organisasi” ini antara lain:

1. Bagi pihak akademisi penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan kajian bagi peneliti lanjutan mengenai gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi organisasi.

(19)

2. Bagi pihak IPB atau instansi terkait, hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan kebijakan yang disusun terkait dengan bidang kemahasiswaan. 3. Bagi pihak BEM KM IPB Perode 2009-2010 sebagai gambaran dan bahan

(20)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Kepemimpinan

Pemimpin dianggap sebagai tokoh sentral dalam kehidupan organisasi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi dengan kata lain suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian ditentukan oleh kepemimpinan. Oleh karena itu, segala hal berhubungan dengan kepemimpinan menjadi perhatian dan menarik untuk dipelajari. Hasil penelaahan membuktikan bahwa kepemimpinan merupakan fenomena yang sangat kompleks, sehingga kemampuan efektif kepemimpinan memerlukan proses pengembangan yang terus menerus berkesinambungan, ditanamkan, dirintis, dan dibina sepanjang masa (Wiriadihardja, 1987). Kepemimpinan menurut Thoha (1991) adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Kepemimpinan tidak harus terikat terjadi dalam suatu organisasi tertentu melainkan dapat terjadi dimana saja, asalkan seorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya tujuan tertentu.

Cahayani (2003) mendefinisikan pemimpin sebagai individu dalam kelompok atau organisasi yang bertugas membimbing dan mengkoordinir aktivitas kelompok organisasi tersebut. Banyak orang yang berpendapat bahwa memimpin sama dengan me-manage. Sesungguhnya me-manage mempunyai arti yang lebih luas daripada sekedar memimpin, seorang manajer harus mampu melakukan kegiatan perencanaan, mengorganisir, dan pengawasan. Seorang pemimpin hanya diminta untuk membujuk anggotanya melakukan tindakan sesuai dengan keinginan pemimpin. Jadi, kepemimpinan merupakan kemampuan membujuk orang lain agar mau melakukan apa yang diinginkan oleh pemimpin dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun Thoha (1991) mengemukakan bahwa seorang manajer berperilaku sebagai seorang pemimpin asalkan mampu mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang pemimpin belum tentu harus menyandang jabatan manajer untuk

(21)

mempengaruhi perilaku orang lain. Artinya, seorang pemimpin belum tentu seorang manajer, tetapi manajer bisa berperilaku sebagai seorang pemimpin.

Ketika membahas tentang kepemimpinan akan terkait dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli. Terdapat beberapa pendapat mengenai lahir dan berkembangnya seorang pemimpin dalam kehidupan masyarakat. Ada yang bependapat bahwa kepemimpinan itu adalah potensi yang dibawa sejak lahir dan ada pula yang meyakini bahwa pemimpin lahir karena situasi yang menghendaki. Berikut ini dikemukakan teori-teori kepemimpinan menurut para ahli.

Thoha (1991) mengungkapkan teori kepemimpinan sebagai berikut: 1) Teori Sifat (Trait Theory)

Teori ini memandang bahwa perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat.

2) Teori Kelompok

Teori ini beranggapan bahwa agar kelompok dapat mencapai tujuan-tujuannya maka harus terdapat pertukaran yang positif diantara pemimpin dan pengikut-pengikutnya.

3) Teori Situasional

Teori ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang dikombinasikan dengan situasi akan mampu menentukan keberhasilan pelaksanaan kerja. 4) Teori Jalan Kecil-Tujuan (Path-Goal Theory)

Dalam teori ini digambarkan pengaruh perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan anggotanya.

Menurut Siagian (1999) dalam memahami gerak perubahan kemunculan seorang pemimpin, ada tiga teori kepemimpinan, yaitu:

1) Teori Genetis

Teori genetis menyebutkan bahwa pemimpin tidak dapat diciptakan tetapi muncul karena bakat luar biasa sejak lahir. Seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena telah dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan. Seorang pemimpin ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan

(22)

kondisi macam apapun. Secara filosofis, pandangan ini tergolong pandangan fatalis atau deterministis.

2) Teori Sosial

Teori sosial berkebalikan dengan teori genetis. Dalam teori ini dinyatakan bahwa pemimpin tidak lahir begitu saja tetapi harus disiapkan dan dibentuk. Teori ini mengajarkan bahwa setiap orang bisa saja menjadi pemimpin asalkan diberikan pendidikan dan memiliki pengalaman yang cukup.

3) Teori Ekologis

Seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik jika pada saat lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.

2.1.2. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan digunakan oleh seorang pemimpin untuk melaksanakan aktivitas kepemimpinannya, yaitu untuk mempengaruhi perilaku orang lain yang pada akhirnya akan menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain. Terdapat dua kategori gaya kepemimpinan yang ekstrim, yaitu gaya kepemimpinan otokratis dan gaya kepemimpinan demokratis. Gaya kepemimpinan otokratis dipandang sebagai gaya yang berdasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas, sementara gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan (Thoha, 1991).

Lewin et al., dalam Goldberg dan Larson (1985) membagi gaya kepemimpinan ke dalam empat jenis, yaitu:

1) Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter lebih cenderung mencerminkan gambaran tentang manusia yang negatif. Selain itu, kepemimpinan otoriter mengeksportir

(23)

ketergantungan pengikutnya dengan cara menentukan kebijakan kelompok tanpa berkonsultasi terlebih dahulu pada anggota kelompok, dengan mendikte tugas pada kelompok, menetapkan prosedur dalam mencapainya, menguji dan mengkritik anggota kelompok secara subjektif serta menganut sikap yang mengambil jarak dan formal.

Komunikasi dalam kelompok tersebut pada dasarnya dilakukan melalui pemimpin karena para anggota tidak dianjurkan untuk berkomunikasi secara langsung satu sama lain. Gaya kepemimpinan ini sangat memaksa dan mendesakkan kekuasaannya pada bawahan. Bawahan dikendalikan dan diperintah seperti tidak mempunyai martabat manusia, tidak mempunyai pikiran, dan kehendak sendiri.

2) Kepemimpinan Demokratis

Pandangan seorang pemimpin yang demokratis terhadap orang lain lebih optimis dan positif daripada pandangan pemimpin otoriter. Kepemimpinan seperti ini berpendapat bahwa orang mampu mengarahkan diri sendiri dan berusaha menyajikan kepada pengikut-pengikutnya suatu kesempatan untuk tumbuh, berkembang, dan bertindak sendiri.

Pemimpin demokratis mendukung komunikasi diantara para anggota kelompok dengan cara mendorong mereka untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dan kegiatan kelompok. Pemimpin berbuat demikian dengan cara mengajukan beberapa sasaran dan prosedur alternatif, memperkenalkan anggota untuk memilih sendiri pasangan dalam bekerja, memuji, dan mengkritik secara objektif.

3) Kepemimpinan Laissez Faire

Kepemimpinan laissez faire pada dasarnya menunjukkan suatu pola pengabaian yakni dimana pemimpin yang dipilih atau tokoh berwenang dalam suatu kelompok berusaha menghindari suatu tanggung jawab terhadap pengikutnya. Selain itu, kepemimpinan ini menghindari partisipasi dan menganut suatu sikap yang tak acuh terhadap orang lain. Gaya kepemimpinan jenis ini menyediakan materi dan informasi hanya jika diminta dan jarang bahkan sama sekali tidak memberi pujian dan kritik.

(24)

4) Kepemimpinan Non Direktif

Kepemimpinan dimana pemimpin menjauhi usaha mendominasi kelompok dan mendorong anggota-anggota kelompok untuk lebih bertanggungjawab. Pemimpin menolak untuk memberi pengarahan pada kelompok tetapi mencoba untuk mengerti apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh anggota kelompoknya.

Sementara itu Thoha (1991) mengemukakan empat gaya dasar kepemimpinan. Keempat gaya dasar tersebut adalah sebagai berikut:

1) Direktif

Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan dan pelaksanaannya diawasi ketat oleh pemimpin.

2) Konsultatif

Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan karena dalam menggunakan gaya ini pemimpin masih banyak memberikan pengarahan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.

3) Partisipatif

Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara bergantian. Saat menggunakan gaya ini pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar ada pada pihak pengikut.

(25)

4) Delegatif

Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Dalam hal ini bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk mengambil keputusan sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.

Thoha (1991) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kecerdasan orang yang dipimpinnya. Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dari suatu situasi ke situasi lainnya. Pola perilaku pemimpin mengarahkan dan memerintahkan serta perilaku menumbuhkan dukungan dapat terjadi bersamaan dan tergabungkan ke dalam berbagai variasi, atas dasar ukuran pokok yaitu:

1) Besarnya pengarahan atau perintah yang diperlukan atau yang diperlakukan oleh pemimpin

2) Besarnya dukungan dan dorongan semangat yang diperlukan dan diberikan oleh pemimpin

3) Besarnya keterlibatan orang yang dipimpin.

Reddin (1970) dalam Wiriadihardja (1987) mengemukakan gaya kepemimpinan yang efektif dan tidak efektif yang disebut dengan gaya “The Tri Dimensional Grid”. Penjelasan mengenai gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Executive, adalah seorang pemimpin yang mempunyai rasa tugas dan daya pergaulan yang tinggi dan menggunakannya secara tepat, oleh karena itu gaya kepemimpinan ini paling efektif. Pemimpin jenis ini dikatakan sebagai motivator yang baik dan menentukan standar yang tinggi, memperlakukan setiap orang agak berbeda dan menyenangi manajemen secara tim.

(26)

2) Compromiser, adalah seorang pemimpin yang mempunyai rasa tugas dan daya pergaulan tinggi tetapi menggunakannya pada situasi yang mempersyaratkan hanya satu atau bahkan kedua-duanya kurang tepat atau tidak perlu. Oleh karena itu, dianggap kurang efektif. Pemimpin ini digolongkan pengambil keputusan yang lemah dan telah dipengaruhi rongrongan, berusaha mengurangi tekanan dan permasalahan, daripada secara konsepsional meningkatkan produktivitas. Tipe ini lebih suka kerukunan.

3) Benevolent Autocrat, adalah seorang pemimpin yang meskipun daya orientasi pergaulan rendah tetapi mempunyai rasa tugas tinggi dan menggunakannya pada situasi yang tepat, oleh karena itu dianggap efektif. Pemimpin ini dipandang sebagai orang yang mengetahui apa yang dikehendaki dan mengetahui bagaimana cara memperolehnya, tanpa menimbulkan ketegangan-ketegangan.

4) Autocrat, adalah seorang pemimpin yang mempunyai rasa tugas dan orientasi pergaulan yang rendah, menggunakannya pada situasi yang tepat. Oleh karena itu tidak efektif. Pemimpin ini dipandang sebagai orang yang kurang mempercayai orang lain dan kurang menyenangkan serta hanya mementingkan tugas semata.

5) Developer, adalah seoarang pemimpin yang mempunyai rasa tugas yang rendah tetapi daya pergaulan tinggi dan menggunakannya pada situasi yang tepat, oleh karena itu lebih efektif. Pemimpin jenis ini memiliki kepercayaan khusus pada bawahan serta mengembangkannya secara individual.

6) Missionary, adalah pemimpin yang meskipun mempunyai daya pergaulan tinggi, tetapi rasa tugas yang rendah dan menggunakan pada situasi yang tidak tepat. Oleh karena itu, kurang efektif. Pemimpin ini dipandang sebagai orang yang selalu mengutamakan keseimbangan dan keserasian (harmoni).

7) Bereaucrat, adalah seorang pemimpin yang meskipun memiliki rasa tugas dan daya pergaulan rendah, tetapi menggunakannya pada situasi yang tepat. Oleh karena itu, dianggap tidak efektif. Pemimpin jenis ini digolongkan sebagai orang yang menyadari dan terutama memegang teguh peraturan dan prosedur serta mengendalikan sungguh-sungguh dalam pelaksanaannya.

(27)

8) Desester, adalah pemimpin yang memiliki rasa tugas dan daya pergaulan rendah oleh karena itu, kurang efektif. Pemimpin ini memiliki pandangan sebagai orang yang pasif tidak merasa terlibat dalam pekerjaan dan melarikan diri pada kenyataan dan tanggung jawabnya.

Berdasarkan kedelapan gaya kepemimpinan di atas, Reddin menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif meliputi executive, developer, benevolent autocrat, bereaucrat dan yang termasuk gaya kepemimpinan yang tidak efektif adalah compromiser, missionary, autocrat, dan desester.

2.2.3. Konsep Organisasi

Pengertian organisasi sekarang ini telah bergeser dari pengertian organisasi yang sesungguhnya. Pengertian sederhana organisasi adalah suatu kerjasama kelompok orang untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan dan mau terlibat dengan peraturan yang ada. Pada masa sekarang organisasi lebih dikenal sebagai suatu wadah atau tempat untuk melakukan kegiatan bersama, agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama (Cahayani, 2003). Cahayani juga menambahkan mengenai ciri-ciri utama dalam organisasi berdasarkan pengertian tersebut adalah: (1) terdiri dari dua orang atau lebih, (2) ada kerjasama, (3) ada komunikasi antar satu anggota dengan yang lain, dan (4) ada tujuan yang ingin dicapai.

Cahayani (2003) menyebutkan bahwa selain memiliki karakteristik umum, organisasi juga memiliki manfaat, diantanya: (1) untuk melayani masyarakat, (2) untuk mencapai sasaran yang tidak dapat atau sulit dicapai seorang diri, dan (3) untuk mempertahankan pengetahuan. Selaras dengan pendapat Cahayani, Muhammad (2004) juga menyebutkan bahwa organisasi berfungsi untuk: (1) memenuhi kebutuhan pokok organisasi, (2) mengembangkan tugas dan tanggung jawab, (3) memproduksi barang atau orang, dan (4) mempengaruhi dan dipengaruhi orang.

Salah satu proses (langkah-langkah) pengorganisasian adalah membuat struktur organisasi. Menurut Hasibuan (2008) struktur organisasi adalah suatu

(28)

gambar yang menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi, kedudukan, dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi. Lebih jauh bagian-bagian struktur organisasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Tipe organisasi, artinya struktur organisasi akan memberikan informasi tentang tipe organisasi yang dipergunakan (line organization, line and staff organization atau functional organization).

2) Pendepartemenan organisasi, artinya struktur organisasi akan memberikan informasi mengenai dasar pendepartemenan (bagian), apa berdasarkan fungsi-fungsi manajemen, wilayah, produksi, shif, dsb.

3) Kedudukan, artinya struktur organisasi memberikan informasi mengenai apa seseorang termasuk kelompok manajerial atau anggota operasional.

4) Jenis wewenang, artinya struktur organisasi memberikan informasi tentang wewenang yang dimiliki seseorang (line authority, staff authority, atau functional authority).

5) Rentang kendali artinya struktur organisasi memberikan informasi mengenai jumlah anggota dalam setiap departemen (bagian).

6) Manajer dan bawahan, artinya struktur organisasi memberikan informasi mengenai garis perintah dan tanggung jawab, siapa atasan dan siapa bawahan. 7) Tingkat manajer, artinya struktur organisasi memberikan informasi mengenai

top manager, middle manager, dan lower manager.

8) Bidang pekerjaan, artinya setiap kotak dalam struktur organisasi memberikan informasi mengenai tugas-tugas dan pekerjaan-pekerjaan serta tanggung jawab yang dilakukan pada bagian tersebut.

9) Tingkat manajemen, sebuah bagan tidak hanya menunjukkan manajer dan bawahan secara perorangan, tetapi juga hierarki manajemen secara keseluruhan.

10) Pimpinan organisasi, artinya struktur organisasi memberikan informasi tentang pimpinan tunggal atau kolektif atau presidium.

(29)

Menurut Hasibuan (2008) terdapat lima macam struktur organisasi, yaitu struktur organisasi yang berbentuk segitiga baik vertikal maupun horizontal, struktur organisasi yang berbentuk lingkaran, struktur organisasi yang berbentuk setengah lingkaran, struktur organisasi yang berbentuk kerucut, dan struktur organisasi yang berbentuk oval. Masing-masing dari bentuk struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

a. b. c.

d. e.

Gambar 1. Bentuk struktur organisasi segitiga vertikal dan horizontal (a), lingkaran (b), setengah lingkaran (c), kerucut vertikal dan horizontal (d), dan oval (e)

Struktur organisasi berbentuk segitiga memiliki ciri-ciri: puncak segitiga (A) merupakan kedudukan top manajer. Selain itu, struktur ini juga memiliki kelebihan yang meliputi: tingkat manajer dan kedudukan setiap anggota jelas dan mudah diketahui, garis perintah dan tanggung jawab jelas dan mudah kelihatan, rentang kendali setiap bagian jelas dan mudah diketahui, posisi kedudukan setiap anggota (manajerial/operasional) jelas dan mudah diketahui, jenis wewenang yang dimiliki setiap pejabat jelas dan mudah diketahui, pimpinan organisasi jelas kelihatan, dan berapa tingkat (golongan) organisasi mudah diketahui. Namun, struktur ini juga memiliki dua kekurangan, yaitu pimpinan kolektif (presidium)

(30)

tidak dapat digambarkan dan pimpinan organisasi kelihatan hanya mempunyai authority ke dalam organisasi saja.

Struktur organisasi berbentuk lingkaran memiliki ciri-ciri: (1) top manager berada pada titik pusat lingkaran (A), (2) kedudukan yang mempunyai jarak yang sama dari pusat lingkaran punya posisi (golongan) yang sama, (3) semakin dekat kedudukan pada pusat lingkaran maka semakin tinggi kedudukannya dan sebaliknya, (4) A = top manager, C = middle manager, B = lower manager, padahal B adalah bawahan dari C. Kelebihan yang dimiliki oleh struktur ini adalah top manager – kelihatan mempunyai wewenang ke setiap penjuru dan terlihat sebagai sentral keputusan dan kebijaksanaan. Kekurangan dari struktur ini adalah untuk mengetahui kedudukan atasan dan bawahan agak sulit dan kurang jelas; pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban tidak jelas terlihat; kedudukan seorang bawahan dapat kelihatan sebagai atasan (B) terhadap (C), sebab bawahan lebih dekat ke (A), bawahan B lebih dekat pada A, sehingga B seperti anggota; kedudukan (posisi) staf sulit digambar dalam bentuk struktur ini; dan struktur ini jarang digunakan dan kurang populer.

Struktur organisasi yang ketiga adalah setengah lingkaran. Struktur ini memiliki ciri-ciri: A top manager 1, 2, 3, 4, dan 5, middle manager B, sedangkan C adalah lower manager; kedudukan yang jaraknya sama dari A mempunyai posisi yang sama; semakin dekat ke A maka semakin tinggi kedudukannya dan sebaliknya. Kelebihan dan kekurangan struktur ini sama dengan struktur berbentuk lingkaran.

Struktur organisasi yang keempat adalah kerucut vertikal dan horizontal. Struktur ini memiliki ciri-ciri: A dan B merupakan pimpinan puncak kolektif, tingkatan-tingkatan lain dari departemen seorang/tunggal, posisi yang semakin dekat ke A-B, kedudukannya semakin tinggi dan sebaliknya, jarak yang sama dari A dan B punya kedudukan (golongan) yang sama pula. Pada prinsipnya sama seperti struktur organisasi segitiga vertikal dan horizontal. Namun, perbedaanya adalah pada struktur segitiga menunjukkan bahwa pimpinan puncaknya tunggal atau seorang. Sedangkan, pada struktur yang berbentuk kerucut vertikal dan horizontal menunjukkan bahwa pimpinan puncaknya kolektif (presidium sama dengan beberapa orang).

(31)

Struktur organisasi yang terakhir adalah berbentuk oval. Struktur ini banyak digunakan dalam perundingan-perundingan politik. Kelebihan dari struktur ini adalah setiap orang memiliki posisi yang sama/sederajat, karena: (1) yang duduk pada lingkaran I (A, B, C, D, dan E) memiliki posisi sama, (2) yang duduk pada lingkaran II memiliki posisi sama, dan (3) yang duduk pada lingkaran III memiliki posisi sama.

2.2.4. Komunikasi Organisasi

Goldhaber (1986) dalam Muhammad (2004) memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian. Lebih lanjut Zelko dan Darce dalam Muhammad (2004) menjelaskan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri, seperti komunikasi dari atasan ke bawahan, sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi dengan lingkungan luarnya.

Cara melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan makro, pendekatan mikro, dan pendekatan individu (Muhammad, 2004). Masing-masing dari pendekatan ini dijelaskan sebagai berikut:

1) Pendekatan Makro

Pendekatan makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti memproses informasi dari lingkungan, mengadakan identifikasi, melakukan integrasi, dan menentukan tujuan organisasi.

Memproses informasi adalah menyesuaikan apa yang terjadi pada lingkungan dengan jalan mentransfer informasi relevan dengan keadaan

(32)

dalam organisasi kemudian merumuskan suatu respon yang tepat terhadap input informasi tersebut. Identifikasi merupakan lanjutan dari memproses informasi dimana suatu organisasi menggunakan informasi yang telah diproses dari lingkungan untuk mencapai beberapa macam negosiasi, persetujuan dengan relasi-relasi yang potensial dari pelanggan. Dalam integrasi dengan organisasi lain dapat diketahui bahwa setiap organisasi dipengaruhi oleh aktivitas organisasi lain dalam lingkungannya. Organisasi harus memonitor hal ini dan menentukan apa pengaruh aktivitas-aktivitas itu kepadanya. Sedangkan dalam menentukan tujuan merupakan tempat yang diinginkan organisasi sesudah diberikan periode waktu tertentu.

2) Pendekatan Mikro

Pendekatan ini memfokuskan pada komunikasi dalam unit dan subunit pada suatu organisasi. Komunikasi yang dibutuhkan pada tingkat ini adalah komunikasi antar anggota kelompok, komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan, komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompok, komunikasi untuk menjaga iklim organisasi, komunikasi dalam mensupervisi dan mengarahkan pekerjaan serta komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja kerja dalam organisasi.

Orientasi adalah proses yang terus menerus yang menghendaki komunikasi untuk membawa orang lain melihat apa yang sedang berlangsung dalam suatu organisasi. Adapun keterlibatan anggota dalam unitnya masing-masing untuk menjaga kelancaran tugas organisasi.

Iklim organisasi ditentukan oleh bermacam-macam faktor diantaranya tingkah laku pimpinan, tingkah laku teman sekerja, dan tingkah laku dari organisasi. Mengenai tugas-tugas dalam organisasi perlu diawasi, dikontrol, serta diarahkan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Ada dua hal yang menyebabkan orang tidak puas dengan pekerjaannya. Pertama, jika orang tersebut tidak mendapat informasi yang dibutuhkannya untuk melakukan pekerjaanya. Kedua, jika hubungan sesama teman sekerja kurang baik.

(33)

3) Pendekatan Individual

Pendekatan individual berpusat pada tingkah laku komunikasi individu dalam organisasi. Komunikasi individu ada beberapa bentuknya diantaranya: (1) berbicara dengan kelompok kerja: kerja kelompok adalah pusat efektifnya kerja organisasi. Oleh karena itu, seseorang harus mempunyai ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain untuk mendapatkan dan memberikan informasi yang diperlukan dalam melakukan tugas kelompok, (2) menghadiri dan berinteraksi dalam rapat-rapat, (3) menulis, dan (4) berdebat untuk suatu usulan.

Proses komunikasi yang terjadi dalam sebuah organisasi dapat dilihat melalui pola komunikasinya. Secara umum pola komunikasi organisasi dapat dibedakan ke dalam saluran komunikasi formal dan non formal (Purwanto, 2004). 1) Saluran Komunikasi Formal

Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan, maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Saluran ini merupakan komunikasi yang didukung dan mungkin dikendalikan oleh manajer. Komunikasi formal dapat dibedakan menjadi empat tipe, yaitu komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal.

a. Komunikasi dari atas ke bawah

Komunikasi dari atas ke bawah berasal dari pimpinan tertinggi ditunjukkan kepada pimpinan menengah terus mengalir melewati tingkat manajemen kemudian disampaikan kepada bawahan. Kasim (1993) menyebutkan bahwa fungsi dari komunikasi ini adalah untuk memberi pengarahan, instruksi, indoktrinasi, evaluasi, dan sebagainya. Semakin rendah tingkatan hierarki, makin rinci perintah atau instruksi yang dikomunikasikan. Selain mengkomunikasikan perintah, komunikasi ini juga meliputi informasi tentang tujuan organisasi, kebijakan, peraturan, insentif, manfaat, hak-hak khusus ataupun umpan balik dari atasan tentang hasil pelaksanaan tugas oleh bawahan. Media yang biasa digunakan untuk komunikasi ke bawah adalah rapat, memo, telepon, sms, dan pertemuan tatap muka.

(34)

b. Komunikasi dari bawah ke atas

Komunikasi dari bawah ke atas menunjukkan bahwa arus informasi mengalir dari bawahan menuju ke atasan. Komunikasi ini merupakan proses penyampaian gagasan, ide atau saran, dan pandangan bawahan kepada atasannya. Menurut Kasim (1993) bentuk-bentuk komunikasi yang dipakai adalah laporan pelaksanan pekerjaan, saran-saran, rekomendasi, rencana anggaran, keluhan, permintaan bantuan, dan sebagainya. Para pejabat di setiap hierarki bertindak sebagai penyaring informasi yang disalurkan ke atas melalui pengintegrasian, pembuatan ikhtisar, dan pemadatan informasi yang datang dari bawah.

c. Komunikasi horizontal

Komunikasi horizontal terjadi antara orang-orang yang menduduki jabatan yang setingkat dalam struktur organisasi. Tujuannya antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberikan informasi kepada bagian yang memiliki hubungan sejajar. Tipe ini menjadi penting ketika masing-masing departemen dalam satu organisasi memiliki ketergantungan yang cukup besar.

d. Komunikasi diagonal

Komunikasi ini melibatkan dua pihak yang tingkatan organisasinya berbeda. Contohnya adalah manajer bagian produksi dengan pegawai bagian pabrik. Komunikasi ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah penyebaran informasi bisa lebih cepat daripada bentuk komunikasi tradisional. Selain itu, komunikasi diagonal membantu individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu masalah dalam organisasi. Namun, komunikasi ini juga memiliki kekurangan diantaranya adalah komuniksi ini dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Selain itu, komunikasi diagonal dalam organisasi yang besar sulit untuk dikendalikan secara efektif.

2) Saluran Komunikasi Nonformal

Muhammad (2004) menjelaskan bahwa komunikasi nonformal mengalir tanpa memperhatikan posisi, kalaupun ada mungkin sedikit.

(35)

Komunikasi ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang-orang dan mengalir ke seluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan. Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan istilah desas-desus (grapevine) atau kabar angin.

Dalam istilah komunikasi kabar angin dikatakan sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal. Komunikasi nonformal cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang dan kejadian-kejadian yang tidak mengalir secara resmi. Informasi yang diperoleh dari desas-desus adalah berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh yang berkuasa.

2.1.5. Efektivitas Komunikasi Organisasi

Efektivitas komunikasi organisasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat tercapai tidaknya tujuan organisasi. Hal ini disebabkan karena adanya keterkaitan antara komunikasi dalam organisasi dengan efektivitas organisasi (Agung, 2001). Masita (2005) juga menyebutkan bahwa efektivitas komunikasi organisasi mampu mempengaruhi kinerja dari organisasi.

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mulyana, 1996). Secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif bila orang menyampaikan apa yang dimaksudnya. Secara umum komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat direspon oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang dilaksanakan. Efektivitas komunikasi erat hubungannya dengan tujuannya dan biasanya dalam komunikasi yang efektif menghasilkan pemahaman, kesenangan, mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan, dan tindakan (Mulyana, 1996).

(36)

Effendy (1998) mengemukakan bahwa efektivitas komunikasi atau kondisi sukses komunikasi ditentukan oleh:

1) Komunikator yang mampu mengenal komunikan, memahami kerangka rujukan, dan bidang pengalamannya.

2) Ketepatan pesan yang disampaikan, yaitu pesan harus dirancang agar menarik perhatian sasaran. Dengan menggunakan tanda-tanda yang tertuju pada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan. Pesan mampu membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikasi berada.

3) Pemilihan media bergantung pada tujuan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan.

Rakhmat (2005) mengemukakan bahwa tanda-tanda komunikasi yang efektif paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu:

1) Pengertian, yaitu penerimaan yang cermat dari isi pesan yang disampaikan komunikator sehingga tidak terjadi kesalahan penafsiran pesan oleh komunikan.

2) Kesenangan, yaitu suasana yang menjadikan hubungan menjadi hangat, akrab, dan menyenangkan.

3) Mempengaruhi sikap, yaitu kemampuan persuasif komunikator dalam penyampaian pesan yang menimbulkan efek pada diri komunikan.

4) Hubungan sosial yang baik, yaitu tumbuhnya perasaan ingin bergabung dengan orang lain, ingin mengendalikan dan dikendalikan, serta ingin mencintai dan dicintai.

5) Tindakan, yaitu tindakan nyata yang dilakukan komunikasi setelah terjadi pengertian, pembentukan dan perubahan sikap, serta tumbuhnya hubungan yang baik.

Kasim (1993) memberikan tolok ukur efektivitas komunikasi organisasi yang meliputi:

1) Derajat ketelitian dan relevansi informasi yang ditransmisikan 2) Derajat efisiensi jaringan komunikasi yang dipakai

(37)

3) Derajat kepuasan anggota organisasi.

Cahayani (2003) menyebutkan ada tiga hal yang menyebabkan komunikasi tidak dapat berfungsi, yaitu:

1. Dogmatisme, yaitu seseorang sulit diubah pendapatnya.

2. Stereotipe, yaitu seseorang yang menganggap semua hal sama saja.

3. Hallo effect, yaitu kesan pertama yang timbul terhadap seseorang atau terhadap suatu hal.

Muhammad (2004) menambahkan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan distorsi pesan. Faktor-faktor tersebut ada dua, yaitu faktor personal yang terdapat dalam diri pengirim dan penerima pesan dan faktor yang di luar diri mereka atau faktor organisasi.

1) Faktor Personal

Hal-hal yang berkenaan dengan persepsi yang ikut mempengaruhi proses komunikasi adalah sebagai berikut:

a. Orang mengamati sesuatu secara selektif: karena adanya kecenderungan manusia untuk menyeleksi pesan, menjadikan pesan yang seharusnya sampai kepada seseorang tidak diterimanya.

b. Orang melihat sesuatu konsisten dengan apa yang mereka percaya: persepsi seseorang mengenai orang lain, dipengaruhi oleh cara orang tersebut berbicara tentang orang lain, benda-benda, dan kejadian-kejadian. c. Bahasa yang kurang tepat

d. Arti suatu pesan terjadi pada level isi dan hubungan: kekurangtepatan, gangguan dan salah mengartikan pesan sering merupakan kegagalan mengenal informasi dan relasi serta membedakannya dari isi dan interpretasi.

e. Distorsi diperkuat oleh tidak adanya konsistensi bahasa verbal dan nonverbal

f. Pesan yang meragukan sering mengarahkan pada gangguan g. Kecenderungan memori ke arah penajaman

(38)

h. Motivasi mungkin membangkitkan pesan: ada tiga faktor dasar dari komunikasi yang cenderung memproduksi perubahan pesan yang menghasilkan kurang tepatnya sikap ke arah pesan, isi pesan keinginan dan motivasi dari komunikasi, serta sikap dari penerima yang dimaksudkan.

2) Faktor Organisasi

Terdapat beberapa hal dari lingkungan organisasi yang ikut memberikan kontribusi terhadap distorsi pesan dalam komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kedudukan atau posisi dalam organisasi: kedudukan atau posisi dalam organisasi mempengaruhi cara orang berkomunikasi. Anggota-anggota fungsional organisasi yang menduduki posisi dengan tugas dan otoritas yang ditetapkan untuk itu akan mempunyai kedudukan yang berbeda. Tiap-tiap posisi dalam organisasi menuntut bahwa orang yang menduduki posisi itu harus mempersepsikan dan berkomunikasi dari pandangan posisinya.

b. Hierarki dalam organisasi: susunan posisi dalam bentuk hierarki menggambarkan bahwa ada orang yang menduduki posisi superior dan lainnya bawahan. Hierarki ini mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi. Di antara mereka terdapat perbedaan dalam persepsi status.

c. Keterbatasan berkomunikasi: keterbatasan yang ditentukan oleh organisasi di mana seseorang boleh berkomunikasi dengan yang lain dan ketentuan siapa yang boleh membuat keputusan, mempengaruhi cara anggota organisasi berkomunikasi.

d. Hubungan yang tidak personal: hubungan yang tidak bersifat personal mengarahkan pada tekanan-tekanan yang bersifat emosional.

e. Sistem aturan dan kebijakan: pemakaian aturan dan kebijakan yang kaku mengarahkan ketidakmampuan membuat persetujuan dan mengarahkan pada hubungan yang tidak personal dan kurangnya komunikasi yang bersifat emosional.

(39)

f. Spesialisasi tugas: spesialisasi tugas mempersempit persepsi seseorang dan mempengaruhi cara orang berkomunikasi. Spesialisasi tugas juga menyebabkan timbulnya sikap untuk memiliki informasi.

g. Ketidakpedulian pemimpin

h. Prestise: prestise menjadikan hubungan komunikasi antara orang yang mempunyai prestise tinggi dengan yang rendah menjadi kurang lancar atau tidak bebas.

i. Jaringan komunikasi: banyaknya tingkatan atau mata rantai yang harus dilalui oleh suatu pesan dalam komunikasi. Pesan yang dikirim secara seri atau berantai cenderung banyak diubah oleh penerima sebelum dilanjutkan ke pengirimnya.

2.2. Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan adalah kemampuan dalam memberikan pengakuan terhadap peraturan dan fungsi dalam kelompok yang akan memberikan kepuasan kepada anggota dan memenuhi beberapa kebutuhan atau kepentingan utama. Kepemimpinan organisasi secara spesifik berbeda dengan lainnya, yang dapat ditunjukkan oleh gaya kepemimpinan yang digunakan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor individu maupun faktor organisasi. Faktor individu meliputi karakteristik pemimpin, posisi kekuasaan, ketrampilan, dan kemampuan pemimpin. Faktor organisasi meliputi jenis organisasi, sumber daya/aset yang dimiliki, sumber daya manusia, kebijakan organisasi, dan tujuan organisasi. Akumulasi dari faktor individu dan faktor organisasi tersebut berhubungan dengan gaya kepemimpinan organisasi.

Komunikasi organisasi dapat diketahui melalui saluran komunikasi, media yang digunakan, dan materi yang disampaikan. Saluran komunikasi dibagi menjadi dua yaitu, saluran komuniksai formal yang memiliki empat arah komunikasi yaitu, komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal, dan komunikasi diagonal. Saluran komunikasi yang kedua adalah saluran komunikasi non-formal, sedangkan media yang digunakan meliputi tatap muka, telepon, SMS, laporan tertulis, email, dan papan pengumuman.

(40)

Adapun materi yang disampaikan adalah tentang keorganisasian dan non-organisasi. Materi keorganisasian meliputi: perintah/instruksi, kebijakan, peraturan, umpan balik, keluhan pelaksanan pekerjaan, rekomendasi, dan permintaan bantuan. Lingkup komunikasi tersebut adalah komunikasi organisasi internal. Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri, seperti komunikasi dari atasan ke bawahan.

Komunikasi organisasi yang dibangun oleh pemimpin secara efektif dengan menggunakan gaya kepemimpinan tertentu akan berhubungan dengan efektivitas komunikasi dalam organisasi. Efektivitas komunikasi tersebut nantinya akan menjadi landasan tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Efektivitas komunikasi organisasi memiliki komponen yaitu pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik, dan tindakan. Pengertian, yaitu penerimaan yang cermat dari isi pesan yang disampaikan komunikator sehingga tidak terjadi kesalahan penafsiran pesan oleh komunikan. Kesenangan, yaitu suasana yang menjadikan hubungan menjadi hangat, akrab, dan menyenangkan. Mempengaruhi sikap, yaitu kemampuan persuasif komunikator dalam penyampaian pesan yang menimbulkan efek pada diri komunikan. Hubungan sosial yang baik, yaitu tumbuhnya perasaan ingin bergabung dengan orang lain, ingin mengendalikan dan dikendalikan, serta ingin mencintai dan dicintai. Sementara itu, tindakan yaitu tindakan nyata yang dilakukan komunikan setelah terjadi pengertian, pembentukan dan perubahan sikap, serta timbulnya hubungan yang yang baik.

(41)

Keterangan:

= Berhubungan

= Lingkup Utama Penelitian

2.3. Hipotesis Penelitian

Untuk kepentingan penelitian ini, sesuai dengan tujuan yang diajukan hipotesis uji adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan nyata antara gaya kepemimpinan dengan terbentuknya efektivitas komunikasi organisasi.

2. Terdapat hubungan nyata terhadap proses komunikasi dengan efektivitas komunikasi organisasi.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Gaya Kepemimpinan: - Direktif - Konsultatif - Partisipatif - Delegatif Efektivitas Komunikasi Organisasi: - Pengertian - Kesenangan - Mempengaruhi sikap - Hubunngan sosial yang

baik - Tindakan

Faktor Organisasi:

- Jenis organisasi - Sumber daya yang

dimiliki

- Sumber Daya Manusia - Kebijakan organisasi - Tujuan (visi&misi) organisasi Faktor individu: -Karakteristik pemimpin -Posisi kekuasaan -Ketrampilan -Kemampuan pemimpin Komunikasi Organisasi: - Saluran Komunikasi - Media - Materi

(42)

BAB III

PENDEKATAN LAPANG

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan pengisian kuesioner sebagai instrumen utama guna memperoleh data. Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk melengkapi penelitian dalam mengkaji gaya kepemimpinan, proses komunikasi organisasi, dan efektivitas komunikasi organisasi. Pendekatan ini menggunakan metode wawancara mendalam.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor pada Organisasi Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa Periode 2009-2010 (BEM KM IPB). Penentuan lokasi penelitian secara sengaja (purposive) karena berdasarkan pertimbangan bahwa organisasi kemahasiswaan BEM KM IPB merupakan organisasi besar yang mencakup seluruh mahasiswa Institut Pertanian Bogor sehingga diperlukan kepemimpinan yang efektif dan komunikasi organisasi yang baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2010.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus organisasi kemahasiswaan BEM KM IPB. Populasi berjumlah 144 orang (Laporan Tengah Tahun BEM KM IPB, 2010) yang terbagi dalam 13 bagian BEM KM IPB yaitu 10 kementerian (Kementerian Kebijakan Pertanian; Kementerian Kebijakan Nasional; Kementerian Kebijakan Daerah; Kementerian Kebijakan Kampus; Kementerian Budaya, Olahraga, dan Seni; Kementerian Pengembangan Sumberdaya Manusia; Kementerian Pendidikan; Kementerian Lingkungan Hidup; Kementerian Sosial Kemasyarakatan; Kementerian Komunikasi dan Informasi), satu Biro Bisnis dan

(43)

Kemitraan, satu IPB Social Politic Center (ISPC), serta Badan Pengurus Harian (BPH).

Metode pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling. Populasi dibagi menjadi dua strata, strata pertama adalah pimpinan (menteri, sekretaris menteri, direktur, sekretaris direktur/biro serta BPH kecuali pimpinan tertinggi BEM KM IPB dan wakilnya) dan strata kedua adalah para staf. Prosedur penentuan jumlah sampel pada baik pada strata pertama dan kedua berdasarkan rumus Slovin dengan ketelitian kesalahan 10 persen (Prasetyo dan Jannah, 2006), sebagai berikut:

Keterangan:

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

e : nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan (10%)

Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian

No. Populasi (orang)

Sampel

Jumlah (orang) Persen terhadap populasi (%)

1. 27 21 27,63

2. 115 55 72,37

Total 76 100,00

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Selain menggunakan kuesioner pengumpulan data juga menggunakan wawancara. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan bertatap muka dengan orang-orang yang dapat memberikan keterangan untuk mendukung data yang ada (Mardailis, 2007). Wawancara dilakukan kepada sejumlah informan untuk memperoleh gambaran umum mengenai kondisi BEM KM IPB.

(44)

Data sekunder meliputi studi kepustakaan, yaitu untuk memperoleh data yang bersifat teoritis, informasi tertulis, dan sistematis dari beberapa ahli yang dapat memperluas wawasan berfikir yang mendukung tehadap teori-teori yang ada. Umumnya sumber yang dipakai adalah buku, literatur, skripsi, tesis, jurnal, dan internet. Studi dokumentasi, yaitu untuk memperoleh data dengan jalan meneliti dan mempelajari dokumen-dokumen maupun arsip. Dokumen tersebut berupa instrumen profil dan data base BEM KM IPB serta Laporan Tengah Tahun BEM KM IPB 2010.

3.4. Teknik Analisis Data

Data kuantitatif yang didapatkan dari hasil penelitian terlebih dahulu melewati proses editing untuk selanjutnya dipindahkan kedalam tabulasi yang disediakan. Pengolahan data terdiri dari editing, coding, scoring, dan entering dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan karakteristik responden, gaya kepemimpinan proses komunikasi organisasi, dan keefektivan komunikasi berupa persentase, tabulasi silang, distribusi frekuensi, jumlah skor, dan rata–rata skor. Untuk melihat hubungan antar variabel digunakan rumus Korelasi Rank Spearman karena data-data yang tersedia dalam bentuk ordinal.

Keterangan:

rs = Korelasi Rank Spearman n = banyaknya pasang data

d = jumlah selisih antara peringkat bagi x dan y

Gambar

Gambar 1. Bentuk struktur organisasi segitiga vertikal dan horizontal  (a), lingkaran  (b), setengah lingkaran  (c),  kerucut vertikal  dan horizontal (d), dan oval (e)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Populasi dan Sampel Penelitian  No.  Populasi (orang)
Gambar 3.  Struktur Organisasi BEM KM IPB Periode 2009-2010  Sumber: BEM KM IPB 2010
+5

Referensi

Dokumen terkait