• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Menurut laporan tahunan yang dikeluarkan oleh World Economic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Menurut laporan tahunan yang dikeluarkan oleh World Economic"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Industri pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang dengan sangat cepat. Menurut laporan tahunan yang dikeluarkan oleh World Economic Forum melalui The Travel & Tourism Competitiveness Index 2015 Ranking, daya saing industri pariwisata Indonesia pada tahun 2015 berada pada peringkat 50 dengan nilai indeks 4,04 atau meningkat pesat dari peringkat 70 pada tahun 2013 dan peringkat 74 pada tahun 2011.1

Meningkatnya perkembangan pariwisata Indonesia dikarenakan munculnya destinasi pariwisata baru di Indonesia serta berkembangnya industri penopang seperti perhotelan dan restoran dengan harga yang kompetitif sehingga jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dapat meningkat. Selain itu, pembangunan infrastruktur jaringan telepon selular kini mencapai sebagain besar wilayah di negara Indonesia.2

1 World Economic Forum. 2013. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2013. Halaman 10, diakses melalui http://www3.weforum.org/docs/WEF_TT_Competitiveness_Report_2013.pdf pada 24 Agustus 2016

World Economic Forum. 2015. The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015. Halaman 5,

diakses melalui

http://www3.weforum.org/docs/TT15/WEF_Global_Travel&Tourism_Report_2015.pdf, diakses pada 24 Agustus 2016

2 http://www.indonesia-investments.com/id/pariwisata/item6051. Diakses pada 24 Agustus 2016. Industri Pariwisata Indonesia

(2)

Ada beberapa hal yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu tujuan wisata dunia, di antaranya adalah faktor kondisi gografis negara Indonesia yang berdampak pada keanekaragaman budaya di Indonesia dan keramahtamahan penduduk, keindahan, dan bentang alam Indonesia yang meliputi pegunungan dan pantai. Selain itu, biaya hidup di Indonesia yang sangat murah dibandingkan dengan biaya hidup di negara lainnya.3 Selain beberapa faktor tersebut, ada beberapa faktor lain yang cukup memengaruhi minat wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia, di antaranya faktor politik, keamanan, dan ekonomi.

Faktor tinggi rendahnya nilai nilai tukar mata uang negara asal wisatawan dengan nilai tukar negara yang menjadi tujuan wisatawan dalam hal ini nilai tukar dolar terhadap rupiah cukup berpengaruh terhadap industri pariwisata (Yoeti, 2008:149).

Setelah krisis ekonomi pada tahun 1998, nilai tukar rupiah terus mengalami peningkatan dan penurunan, hingga awal tahun 2016 pergerakan nilai tukar Dolar terhadap Rupiah semakin bervariatif. Titik terendah rupiah terhadap US Dolar terjadi pada 29 September 2015 yang berada pada 14.728/US Dolar4. Titik tersebut merupakan titik terendah setelah tahun 1998 ketika terjadi krisis moneter di Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.

3 http://www.numbeo.com/cost-of-living/country_result.jsp?country=Indonesia diakses pada

tanggal 18 juli 2016 pukul 11.40. biaya hidup di Indonesia 47.11 lebih murah dibandingkan dengan biaya hidup di Amerika Serikat.

(3)

Tabel 1.1

Tingkat Harga Kurs Rupiah Terhadap Dolar Tahun 2001—2015 Tahun Nilai Tukar Rupiah

terhadap Dolar 2001 10.308,17 2002 9.315,76 2003 8.573,4 2004 8.934,65 2005 9.712,02 2006 9.166,07 2007 9.136,2 2008 9.679,55 2009 10.394,38 2010 9.083,93 2011 8.779,49 2012 9.380,39 2013 10.451,37 2014 11.878,3 2015 13.391,97 Sumber: Bank Indonesia

Industri pariwisata serta beberapa industri penopang pariwisata menjadi industri yang paling responsif terhadap perubahan nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah yang lemah ini membuka peluang untuk lebih banyak mendatangkan wisatawan mancanegara. Wisatawan asing beranggapan bahwa uang yang mereka bawa ke Indonesia menjadi banyak ketika dibelanjakan di Indonesia dan biaya

(4)

hidup di Indonesia terlihat lebih murah jika dibandingkan dengan biaya hidup di negara calon wisatawan tinggal. Sebagai contoh, tahun 2011 nilai tukar dolar sebesar 8.779,49, jika seseorang wisatawan memiliki uang sebesar 1.000 US Dolar maka uang mereka hanya dapat ditukarkan menjadi Rp8.779.000,00. Akan tetapi, dewasa ini dengan jumlah uang yang sama, yakni 1.000 US Dolar dapat ditukarkan menjadi Rp13.000.000,00—14.000.000,00. Maka, dengan nilai uang yang sama, wisatawan mancanegara memiliki uang sebesar Rp13.000.000,00—14.000.000,00. Selisih perbedaan nilai inilah yang diharapkan dapat memengaruhi tingkat motivasi wisatawan ketika ingin berlibur ke Indonesia.

Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata terkemuka di Indonesia, namun belum mampu menghasilkan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara yang tinggi dan masih jauh tertinggal dengan daerah lain seperti Bali. Pada tahun 2010 hingga 2014, kunjungan wisatawan mancanegara di Bali berturut-turut 2.385.122, 2.576.142, 2.826.709, 3.278.598, 3.766.638.5 Jika dibandingkan dengan Bali, Yogyakarta tertinggal jauh. Sebut saja pada tahun 2014 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Yogyakarta hanya sebesar 202.569 wisman. Arus kunjungan wisatawan asing di Yogyakarta selama lima tahun terakhir belum mengalami peningkatan yang signifikan meskipun terdapat

5 http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=611001&od=11&id=11. Diakses pada 24 Agustus 2016.

(5)

tren positif terhadap kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta (perhatikan Gambar 1.1).

(sumber: hasil olahan dari buku statistik tahunan BPS DIY dan bank Indonesia)

Dilihat dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar 1.1, terjadi peningkatan terhadap permintaan kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di Yogyakarta berfluktuasi setiap bulannya. Dari fluktuasi tingkat kunjungan tersebut, terindikasi bahwa terdapat faktor musiman yang ikut memengaruhi wisman dalam melakukan kunjungan wisata ke Yogyakarta. Hal tersebut tecermin dari data timeseries kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Yogyakarta selama lima tahun 8,8819,753 10,64911,20611,95711,585 20,393 16,232 14,28813,468 10,32110,0239323 8335 1037210163 13449 11255 18875 1626416554 12432 1045411020 13897145811477014729 1782817917 26027 23631 19281 17507 129681414213103 9560 1360715192 16805 15280 21939 26510 1972019408 16458 15077 1081412341 14235 12642 16226 14092 16386 28687 22323 15313 18710 15190 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59

Gambar 1.1 Trend Kunjungan Wisatawan Mancanegara di

Yogyakarta tahun 2011-2015

(6)

terakhir. Data tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan permintaan terhadap bulan-bulan tertentu, yaitu Juli dan Agustus. Peningkatan permintaan pada musim tertentu disebabkan oleh daerah asal wisman yang berkunjung ke Yogykarta didominasi oleh wisatawan dari Eropa dan Asia Timur, yakni sebesar 38%, atau hampir lebih dari 75% wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Yogyakarta berasal dari negara kawasan subtropis, yang pada wilayah tersebut terdapat 4 musim yang berbeda setiap tahunnya, yaitu musim Semi, musim Panas, musim Gugur, dan musim Dingin. Keempat musim tersebut memiliki karakteristik tersendiri, seperti saat musim Semi akan dijumpai pemandangan yang menawan karena pepohonan mulai menghijau dan daun-daunnya melebat. Begitu pula pada musim Semi dan musim Dingin yang bersalju yang menjadi daya tarik tersendiri bagi negara tropis. Akan tetapi, pada musim Gugur dan terlebih pada musim Panas, terdapat lonjakan arus wisatawan dari kawasan subtropis untuk berkunjung ke berbagai belahan dunia tropis, karena pada musim ini sangat cocok untuk melakukan aktivitas berjemur yang sangat digemari oleh masyarakat subtropis karena perbedaan pancaran sinar matahari yang berbeda.

Pengaruh musiman terhadap arus wisatawan dunia sangat besar. Hal tersebut juga terlihat pada kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta yang ditunjukkan dengan peningkatan permintaan kunjungan wisatawan pada bulan-bulan tertentu, dan mengalami penurunan permintaan kunjungan pada bulan-bulan-bulan-bulan tertentu. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Yogyakarta sangat diharapkan untuk membangun dan memajukan industri kepariwisataan Yogyakarta

(7)

karena dengan meningkatnya jumlah wisatawan seharusnya dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisasta.

Berdasarkan latar belakang asal daerahnya, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Yogyakarta berasal dari negara subtropis dengan karakteristik musim yang bervariasi. Selain itu juga terjadi fenomena yang cukup menarik, yakni melemahnya nilai tukar rupiah terhadap US Dolar yang berkaitan dengan motivasi wisatawan mancanegara dalam berkunjung ke Yogyakarta. Oleh karena itu, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dolar dan pengaruh faktor musim terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta dalam periode 2011:1-2015:12, mengingat provinsi Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata yang cukup populer di Indonesia.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.

1. Seberapa besar fluktuasi nilai tukar US Dolar dan musiman dalam memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta pada tahun 2011:1-2015:12?

2. Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk menjaga stabilitas jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta?

(8)

1.3Tujuan Penelitian

1. Mengetahui seberapa besar pengaruh fluktuasi nilai tukar dolar dan pengaruh musiman terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta pada tahun 2011:1-2015:12.

2. Mengetahui cara yang tepat untuk menjaga stabilitas kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta.

1.4Manfaat Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan manfaat praktis. Penjelasan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap studi pariwisata, terutama kajian tentang seberapa besar pengaruh pergerakan nilai tukar mata uang dan pengaruh musiman terhadap industri pariwisata di Yogyakarta. 1.4.2Manfaat Praktis

Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan pemerintah atau pemangku kepentingan dalam menerapan kebijakan ketika rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar sehingga dampak negatif dari menguatnya dolar terhadap rupiah dapat diminimalisasi pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia terutama Yogyakarta sebagai fokus utama penelitian, sehingga siklus perekonomian Indonesia maupun nilai mata uang rupiah mengalami penguatan. Selain itu, berkaitan dengan pemahaman penting terhadap pengaruh musim dan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta, diharapkan dapat diterapkan sebuah kebijakan yang sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi,

(9)

sehingga industri pariwisata di Yogyakarta dapat berkembang dengan sebagaimana mestinya.

1.5Tinjauan Pustaka

Telah banyak kajian dan penelitian yang memiliki kaitan dengan tema fluktuasi dolar terhadap rupiah serta pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia, namun belum banyak penulisan yang mengaitkan dengan industri pariwisata, terutama di Yogyakarta, termasuk pengaruh faktor musiman dalam industri pariwisata di Yogyakarta. Untuk mempermudah kerangka penulisan dan pendekatan dalam penulisan serta untuk mengantisipasi kesamaan bahasa yang terulang, penulis mengambil beberapa tinjauan pustaka yang sebelumnya pernah dilakukan, di antaranya adalah sebuah tesis yang ditulis oleh mahasiswa pascasarjana program studi Kajian Pariwisata Universitas Udayana yang bernama I Nengah Wijaya dengan judul “Pengaruh Jumlah Wisatawan Mancanegara, Lama Tinggal, dan Kurs Dolar Amerika terhadap Penerimaan Produk Domesti Regional Bruto Industri Pariwisata Kabupaten Badung Tahun 1997-2010”. Dalam tesis ini dijelaskan tentang bagaimana pengaruh dari jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika terhadap penerimaan Produk Domestik Regional Bruto industri pariwisata Kabupaten Badung. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda, dengan uji t dan uji F, dan koefisien determinasi. Data yang digunakan merupakan data sekunder tahun 1997–2010 serta bantuan dari program SPSS 17,0. Dari pengolahan data kemudian diperoleh hasil analisis regresi dengan persamaan Y= -183,622 + 1,019X1 --11,019X2 + 0,036X3 + e.

(10)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial jumlah wisatawan mancanegara dan kurs dolar Amerika berpengaruh nyata dan positif terhadap penerimaan Produk Domestik Regional Bruto industri pariwisata Kabupaten Badung, sedangkan lama tinggal berpengaruh tidak nyata terhadap penerimaan Produk Domestik Regional Bruto industri pariwisata Kabupaten Badung. Secara simultan, jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika berpengaruh nyata terhadap penerimaan Produk Domestik Regional Bruto industri pariwisata Kabupaten Badung dengan nilai R2 dan R masing-masing sebesar 0,706 dan 0,840 dengan jumlah wisatawan mancanegara sebagai faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap penerimaan Produk Domesti Regional Bruto pariwisata Kabupaten Badung dengan nilai koefisien determinasi parsial (r2) atau zero order sebesar 0,506 atau 25,60%.

Tinjauan pustaka selanjutnya adalah sebuah skripsi yang ditulis oleh Ranto Sitohang, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Promosi Kepariwisataan dan Peningkatan Jumlah Kunjungan Wisatawan”. Penelitian ini berisi tentang studi korelasional tentang efektivitas kampanye Visit Indonesia Years 2008 dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong, Kecamatan Simamindo, Kabupaten Samosir. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan asing yang berkunjung di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong yang berjumlah 12.008 orang pada tahun 2007. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Taro Yame dengan presisi 10% dengan tingkat

(11)

kepercayaan 90% dengan pengumpulan sampel Accidental Sampling (sampel tak terduga). Diperoleh nilai korelasi sebesar 0,761 dan terdapat hubungan yang tinggi antara kampanye Visit Indonesia Years 2008 dan tingkat kunjungan wisatawan di daerah tujuan wisata Tuktuk Siadong.

Tinjauan pustaka selanjutnya adalah sebuah jurnal yang ditulis oleh Muhammad Afdi Nizar, seorang peneliti madya Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan berjudul “Pengaruh Jumlah Turis dan Devisa Pariwisata terhadap Nilai Tukar Rupiah”. Jurnal tersebut membahas tentang pengaruh jumlah turis dan devisa pariwisata terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia. Dalam penelitian tersebut, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu model vektor autoregressive (VAR) dan menggunakan data runtut waktu (time series) bulanan dalam periode 1998:1—2011:6. Hasil penelitian tersebut menunjukkan beberapa kesimpulan. Pertama, pertumbuhan pariwisata (devisa pariwisata dan jumlah turis) dan nilai tukar memiliki hubungan kausalitas timbal balik. Kedua, dampak dari peningkatan devisa pariwisata akan meningkatkan (apresiasi) kurs rupiah selama tiga bulan, sedangkan kenaikan jumlah wisatawan akan meningkatkan (apresiasi) nilai tukar rupiah selama delapan bulan. Ketiga, apresiasi (depresiasi) rupiah akan mendorong peningkatkan (penurunan) devisa pariwisata dan jumlah turis dalam waktu yang berbeda. Keempat, ada hubungan positif dan pengaruh timbal balik antara jumlah turis dan devisa pariwisata.

Selanjutnya, sebuah tesis berjudul “Faktor-Faktor yang Menentukan Arus Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Singapura, Jepang, dan Malaysia) ke

(12)

Indonesia” yang ditulis oleh Suwardoyo. Tesis tersebut mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi arus kunjungan wisatawan mancanegara (Singapura, Jepang, dan Malaysia) ke Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut merupakan data runtun waktu kunjungan wisatawan mancanegara, GDP per kapita negara asal wisatawan, kurs, pengeluaran pembangunan sektor perhubungan dan pariwisata, dan tingkat kejahatan di Indonesia periode 1982—1997. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas (GDP perkapita, kurs, dan infrastruktur) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap arus kunjungan wisatawan mancanegara, sedangkan tingkat kejahatan tidak berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap arus kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Arus kunjungan wisatawan Singapura ke Indonesia bersifat elastis terhadap perubahan GDP per kapita Singapura, dengan nilai elastisitas 1,809. Arus kunjungan wisatawan Jepang ke Indonesia bersifat inelastis terhadap perubahan kurs rupiah terhadap Yen Jepang dengan nilai elastisitas 0,343. Arus kunjungan wisatawan Malaysia ke Indonesia bersifat elastis terhadap peningkatan pembangunan infrastruktur di Indonesia dengan nilai elastisitas 1,160, sedangkan untuk wisatawan Singapura (0,463) dan wisatawan Jepang (0,882) bersifat inelastis. Dari tinjauan pustaka tersebut, belum ada yang mengaitkan hubungan antara fluktuasi kurs mata uang suatu negara serta pengaruh musiman terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di suatu wilayah, sehingga pada penulisan skripsi ini memfokuskan pada pengaruh faktor fluktuasi nilai tukar US Dolar terhadap Rupiah serta pengaruh musim di kawasan Subtropis terhadap jumlah

(13)

kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta. Hal itulah yang menjadi pembeda penulisan skripsi ini dengan skripsi lainya.

1.6Landasan Teori

Sesuai dengan topik pembahasan dalam penelitian ini, maka digunakan beberapa teori ekonomi dan kepariwisataan guna membatasi bahasan penulisan. Adapun teori-teori yang digunakan adalah sebagai berikut.

1.6.1Nilai Tukar

Menurut Blanchard (2013:383), nilai tukar atau kurs (exchange rate) didefinisikan sebagai harga mata uang asing yang dilihat (diukur) dari mata uang domestik. Perubahan nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu depresiasi (depreciation) dan apresiasi (appreciation). Depresiasi adalah penurunan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing, sedangkan apresiasi adalah kenaikan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing (Krugman, Obstfeld, dan Melitz, 2012:322). Apabila kondisi lain tidak berubah (ceteris paribus) maka depresiasi mata uang suatu negara menyebabkan harga barang-barang suatu negara itu terlihat lebih murah bagi pihak luar negeri sehingga meningkatkan nilai ekspor ke luar negeri, sedangkan harga barang-barang luar negeri lebih mahal bagi pihak dalam negeri yang berakibat melambungnya nilai impor terhadap barang tertentu. Apresiasi mata uang suatu negara menyebabkan harga barang-barang suatu negara menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri, sedangkan harga barang luar negeri menjadi lebih murah bagi pihak dalam negeri.

(14)

Menurut Yoeti (2008:151), kebijakan tentang nilai tukar mata uang cukup efektif untuk menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke negara penerima wisatawan. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi bila nilai mata uang negara penerima wisatawan mengalami depresiasi terhadap mata uang negara pengirim wisatawan. Pertama, wisatawan mancanegara merasakan murahnya belanja di negara penerima sebagai akibat dari nilai tukar yang lebih menguntungkan mereka, sehingga kunjungan wisatawan untuk jangka pendek akan mengalami peningkatan. Kedua, depresiasi nilai tukar negara penerima mengurangi keinginan warga sendiri untuk melakukan perjalanan wisata ke luar negeri karena diperlukan jumlah uang dalam negeri yang lebih banyak untuk dibelanjakan di luar negeri.

1.6.2Faktor Pendorong dan Penarik

Dann dalam Ross (1998:31) menyatakan bahawa faktor yang memengaruhi seseorang untuk melakukan perjalanan adalah sebagai berikut.

1. Faktor pendorong (push factor)

Faktor pendorong adalah faktor yang membuat seseorang ingin melakukan suatu perjalanan. Kehidupan bermasyarakat menumbuhkan kebutuhan dalam diri seseorang untuk melakukan interaksi sosial yang tidak ditemui di tempat tinggalnya. Kondisi lingkungan atau cuaca, tekanan beban pekerjaan dan kejenuhan, serta adanya waktu luang atau free time

(15)

lingkungan maupun musim berhubungan dengan adanya ketersediaan waktu liburan yang terbentuk oleh kebiasaan masyarakat.

2. Faktor penarik (pull factor)

Faktor penarik berkaitan dengan informasi dan citra suatu daerah atau objek wisata yang diterima oleh seseorang yang ingin berwisata. Hal itu dapat berasal dari rekomendasi keluarga, promosi, iklan, atau tergantung dari citra destinasi tersebut. Selain itu, ketersediaan harga yang menarik atau cukup murah melalui perbedaan selisih nilai tukar dolar terhadap rupiah diasumsikan dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Yogyakarta.

1.6.3Teori Permintaan dan Penawaran

Menurut Sukirno (2008:76), teori penawaran dan permintaan (supply and demand) adalah semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak pula permintaan terhadap barang tersebut, sedangkan semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit pula permintaan terhadap barang tersebut. Penawaran adalah semakin tinggi harga sesuatu barang maka semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual, semakin rendah harga sesuatu barang maka semakin sedikit pula jumlah barang tersebut ditawarkan. Pada umumnya, kurva penawaran naik dari kiri bawah ke kanan atas. Arah pergerakannya berlawanan dengan arah kurva permintaan, yaitu dari kiri atas ke kanan bawah. Selanjutnya, keseimbangan pasar terjadi apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu

(16)

harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut.

Menurut Wahab (1992:108) penawaran pariwisata mencakup segala sesuatu yang ditawarkan oleh pengelola pariwisata kepada wisatawan yang riil maupun yang potensial. Penawaran pariwisata ditandai oleh ciri khas utama, yaitu penawaran jasa-jasa, sedangkan permintaan pariwisata dibagi menjadi permintaan potensial dan permintaan nyata (actual). Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang memenuhi anasir-anasir6 pokok suatu perjalanan dan dalam keadaan siap untuk bepergian ke suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW).

1.6.4Teori SPSS

SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) merupakan sebuah program aplikasi yang digunakan untuk penghitungan data statistik melalui program komputer (Sarwono, 2006:71). Penggunaan aplikasi SPSS bertujuan untuk mempermudah serta mempercepat dalam pengolahan data serta memiliki keakuratan tingkat tinggi. Penelitian ini menggunakan program aplikasi SPSS23. 1.7Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Muhammad Ali (1993:120) menjelaskan, “metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan sekaligus menjawab permasalahan yang terjadi pada saat ini”. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan,

6 Anasir /ana·sir/ n sesuatu (orang, paham, sifat, dan sebagainya) yang menjadi bagian dari atau

(17)

menganalisis, serta membuat simpulan yang bertujuan untuk menjelaskan suatu permasalahan secara objektif dalam bentuk deskripsi. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel penelitian sehinga diperoleh gambaran di antara variabel-variabel tersebut. Tujuan dari pendekatan kuantitatif adalah untuk mengukur dimensi yang hendak diteliti Winarno Surakhmad (1998:139).

1.7.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Yogyakarta atas dasar beberapa pertimbangan, yaitu Yogyakarta sebagai kota pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata yang besar di Indonesia, yang setiap tahunnya banyak dikunjungi oleh wisatawan asing. Tingginya wisatawan asing di Yogyakarta juga menyebabkan perputaran mata uang asing di Yogyakarta cukup tinggi, sehingga hal tersebut menarik untuk dipelajari lebih lanjut, khususnya terkait hubungan antara perbedaan nilai tukar rupiah terhadap dolar dan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta.

1.7.2Metode Perolehan Data 1.7.2.1Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari beberapa sumber berikut.

1. Buku Statistik Pariwisata Provinsi DIY dari tahun 2011:1—2015:12 mengenai jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung di Yogyakarta, serta negara asal wisatawan mancanegara.

(18)

2. Data terbitan berkala Bank Indonesia mengenai nilai tukar dolar terhadap rupiah tahun 2015 yang diakses melalui laman resmi Bank Indonesia www.bi.go.id.

1.7.2.2Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk menjelaskan teori-teori serta menambah khazanah ilmu sehingga dalam penulisan skripsi menjadi lebih terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan.

1.7.3Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yaitu suatu variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain, dalam hal ini yaitu Kurs Dolar Amerika dan variabel musiman yang dalam penelitian ini dijadikan sebagai dummy variable atau variabel boneka, karena karakteristiknya yang berbeda dengan variabel kurs dolar maupun jumlah kunjungan wisatawan yang bersifat kuantitatif. Variabel musiman ini merupakan variabel kualitatif yang dimasukkan ke dalam penelitian. Variabel musiman dibagi menjadi empat musim, sesuai dengan variasi musiman di negara subtropik, dimasukkan ke dalam SPSS dengan melakukan pemberian koding 1—4 untuk tiap musim. Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, dalam hal ini adalah jumlah kunjungan wisatawan asing di Yogyakarta.

(19)

1.7.4Metode Analisis Data

Dalam melakukan penelitian terhadap pengaruh fluktuasi nilai tukar dolar serta pengaruh musim kawasan subtropis terhadap tingkat kunjungan wisatawan di Yogyakarta, dilakukan serangkaian pengamatan sebagai berikut.

1.7.4.1Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kuantitatif. Data disusun secara beruntun (times series) dari tahun 2011:1 sampai 2015:12 karena pada periode tersebut tingkat fluktuasi nilai tukar dolar terhadap rupiah maupun tingkat kunjungan wisman di Yogyakarta sangat bervariatif. Kemudian, data diolah menggunakan program aplikasi SPSS 23 dengan alat analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary Least Square atau metode kuadrat terkecil.

Menurut Agus Widaryono (2013:15), regresi linear berganda menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara beberapa variabel independen memengaruhi variabel dependen, dalam hal ini hipotesis yang diajukan adalah kurs dolar dan musim negara kawasan subtropis memengaruhi jumlah wisatawan mancanegara di Yogyakarta.

Model regresi linear berganda dapat diasumsikan terdapat hubungan yang linear antara variabel tersebut. Hubungan linear keduanya ditulis dalam persamaan regresi sebagai berikut.

𝑦̂ = 𝛽𝑖 0+ 𝛽1𝑋1+ 𝛽2𝑋2+ ⋯ + 𝜀𝑖

Keterangan 𝑦̂𝑖 = jumlah kunjungan wisman di Yogyakarta

(20)

𝛽1, 𝛽2 = nilai koefisien garis regresi

𝑋1, 𝑋2, 𝑋 … = kurs dolar, dummy variable musiman

𝜀𝑖 = variabel gangguan (error terms), merepresentasikan kesalahan dalam estimasi yang terhitung dalam variabel X yang memengaruhi variabel Y, namun tidak dimasukkan ke dalam model

a. Uji Linearitas dan Uji Normalitas Data 1. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan diteliti memiliki hubungan sebab akibat yang bersifat linear atau tidak. 2. Uji Normalitas

Distribusi normal merupakan distribusi teoretis dari variabel random yang kontinyu (Dajan, 1986). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residual terdistribusi dengan normal atau tidak. Pengujian normalitas eror dilakukan dengan melihat histogram dan

Normality Probability Plot pada output SPSS. Jika hasil pengujian terdistribusi normal maka kurva akan berbentuk simetris.

b. Uji Hipotesis atau Keberartian Model

Setelah mendapatkan model, maka tahap yang dilakukan yaitu melakukan uji hipotesis dari asumsi yang telah dibuat untuk menjawab permasalahan dari penelitian ini. Uji hipotesis dilakukan secara parsial melalui uji t, maupun secara simultan melalui uji F.

(21)

Uji parsial t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Menurut Wirawan (1998:306), pengujian secara parsial (uji t) dapat dilakukan dengan tahap pengujian sebagai berikut.

Rumusan hipotesis

𝐻𝑜 ∶ 𝛽1 = 0 , berarti kurs dolar, atau variabel dummy musiman tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah wisatawan asing di Yogyakarta.

𝐻0 ∶ 𝛽1 > 0 , berarti kurs dolar atau variabel dummy musiman berpengaruh secara nyata terhadap jumlah wisatawan asing, serta lama tinggal di hotel bintang dan nonbintang di Yogyakarta.

Untuk uji simultan F, prosedurnya sama seperti uji t, tetapi dinilai dari keseluruhan variabel.

1.8Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi empat bab. Adapun pembagian masing-masing bab adalah sebagai berikut.

Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri atas (a) latar belakang penelitian; (b) rumusan masalah; (c) tujuan penelitian; (d) manfaat penelitian; (e) tinjauan pustaka; (f) landasan teori; (g) metode penelitian; dan (h) sistematika penulisan.

(22)

Bab kedua berisi gambaran umum. Dalam bab ini digambarkan kondisi geografis dan kondisi Industri Pariwisata Yogyakarta serta potensi pengembangan pariwisata di Yogyakarta saat ini.

Bab ketiga merupakan pembahasan. Dalam bagian ini akan dikemukakan hasil analisis statistik mengenai dampak fenomena fluktuasi nilai tukar dolar serta pengaruh komponen musiman terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta menggunakan analisis regresi berganda dengan metode Ordinary Least Square, serta bagaimana upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi dampak negatif komponen musiman dan fluktuasi nilai tukar dolar terhadap rupiah serta industri pariwisata.

Gambar

Gambar 1.1 Trend Kunjungan Wisatawan Mancanegara di  Yogyakarta tahun 2011-2015

Referensi

Dokumen terkait

Siswa merupakan pelajar yang duduk di meja belajar setrata sekolah dasar maupun menengah (SMP), sekolah menengah ke atas (SMA). 7 Siswa-siswi tersebut belajar

Oleh karena remaja merupakan kelompok yang potensial berperan secara aktif sebagai kader penyuluh deteksi kanker serviks maka tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki percaya diri tinggi memperoleh keterampilan proses sains biologi siswa lebih baik dengan skor 118,3

14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Perpres Nomor 70 Tahun 2012 dan peraturan lain yang terkait Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, maka dengan ini kami umumkan

a) Bagian pertama, di bagian depan, yaitu nama cabang (alkil). b) Bagian kedua, di bagian belakang, yaitu nama rantai induk. Rantai indukadalah rantai terpanjang dalam molekul.

Aktiviti pergerakan merupakan aktiviti yang memerlukan kerjasama, menjalin rassa saling mempercayai dan memikul tanggungjawab menhadapi cabaran-cabaran yang di

 Teknik Operasi P eknik Operasi Pengeboran Lepas P engeboran Lepas Pantai, Peralat antai, Peralatan, dan Instalasinya an, dan Instalasinya Page 1.

Buku Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) ini berjudul Perpustakaan Umum Tangerang Selatan dan Ora Art Space dengan Konsep Arsitektur Betawi