• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kami Archipelago Strategic Solutions bermaksud mengundang Bapak/Ibu sebagai Peserta dalam kegiatan :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kami Archipelago Strategic Solutions bermaksud mengundang Bapak/Ibu sebagai Peserta dalam kegiatan :"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor : 045/Archiss/A/VIII/2015 Jakarta, 3 Agustus 2015 Lampiran : 1. Term of Reference

2. Daftar Undangan

Perihal : Undangan Peserta Workshop Nasional Kepada Yth,

Bapak/Ibu Pimpinan Perusahaan Perkebunan Di Tempat

Industri kelapa sawit telah berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional saat ini. Sejumlah tantangan tengah dihadapi industri sawit nasional, diantaranya permasalahan ketidakharmonisasian dan tumpang tindih kebijakan (kebijakan penataan ruang wilayah antara kawasan hutan dan non hutan, kebijakan antar sektor serta kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah). Dibidang perijinan, industri sawit mencatat banyaknya jenis perijinan yang harus diperoleh pengusaha industri kelapa sawit. Pemerintahan yang baru menumbuhkan harapan bagi pelaku industri kelapa sawit agar dapat lebih arif melihat persoalan yang dihadapi

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kami Archipelago Strategic Solutions bermaksud mengundang Bapak/Ibu sebagai Peserta dalam kegiatan :

Workshop Nasional :

“Penataan Ruang Nasional dan Penyederhanaan

Perijinan Industri Strategis Kelapa Sawit Untuk Mewujudkan Pertumbuhandan Pemerataan Ekonomi Nasional Berkelanjutan” Senin, 10 Agustus 2015 | Pukul 09.00 | Hotel Pullman, Jl. MH Thamrin No.59, Jakarta Pusat

Narasumber :

1. Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI 2. Ferry Mursyidan Baldan, Menteri Agraria dan Tata Ruang RI 3. Franky Sibarani, Kepala BKPM RI

4. Luhut B. Pandjaitan, Kepala Staf Kepresidenan RI

Besar harapan kami Bapak / Ibu dapat menghadiri acara tersebut. Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian diucapkan terima kasih.

Hormat Kami,

Azwar Zulkarnaen

(2)

TERM OF REFERENCE

WORKSHOP TATA RUANG WILAYAH DAN PERIJINAN PERKEBUNAN NASIONAL

I. Latar Belakang

Industri kelapa sawit sejak era 1980-an telah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan menempatkan Indonesia pada posisi produsen terbesar minyak sawit ditingkat dunia. Peranannya industri ini terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sangat signifikan, terutama kontribusinya dalam meningkatkan devisa negara, penerimaan pendapatan negara, peningkatan pendapatan masyarakat, pengentasan kemiskinan, pengembangan wilayah dan dampak positif lainnya yang ditimbulkan akibat munculnya sentra ekonomi baru diwilayah sentra sawit.

Sejumlah tantangan tengah dihadapi industri sawit nasional.Sebagaimana pengalaman berbagai komoditas andalan Indonesia sebelumnya seperti kopi, cengkeh dan tembakau, industri-industri tersebut pernah menempati posisi sebagai eksportir besar di pasar dunia, namun akhirnya mengalami penurunan prospek pasarakibatterpaan isu kesehatan manusia.Hal yang serupa juga dihadapi industri kelapa sawit.Pada saat industri kelapa sawit nasional mulai mendominasi pasar minyak nabati dunia, industri ini dihadapkan pada berbagai issue, seperti kesehatan, deforestasi, biodiversitas hutan, pemanasan global, emisi gas rumah kaca dan issue lingkungan lainnya, yang secara ilmiah sebagian besar tidak terbukti.

Hal lainnya yang kini tengah dihadapkan pada industri sawit nasional adalah permasalahan kebijakan yaitu ketidakharmonisan dan tumpang tindih kebijakan antara lain : kebijakan dalam penataan ruang wilayah antara kawasan hutan dan non hutan, kebijakan antar sektor serta kurang harmonisnya kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Hal tersebut bahkan masih terjadi pasca terbitnya keputusan Mahkamah Konstitusi No. 34 dan 45 tahun 2012.

(3)

Perubahan kebijakan mengenai tata ruang wilayah baik di Provinsi maupun di Kabupaten sentra kelapa sawit sejak satu dasawarsa terakhir telah menjadi “trending topic” yang implikasinya sungguh menghawatirkan bagi pengusaha yang akan dan/atau telah menanamkan investasinya dibidang industri kelapa sawit. Kebijakan tersebut sudah cenderung dimanfaatkan sebagai alat utama bagi para kompetitor minyak nabati dalam perang bisnis minyak nabati. Spirit “the tropical oil war” telah menjalar bagai gurita disemua sektor yang bersinggungan dengan industri kelapa sawit sehingga banyak pelaku usaha industri kelapa sawit yang tidak tahan dengan kerasnya tantangan dan kemudian rela melepas usahanya, dan pada akhirnya jatuh ke tangan pihak asing.

Pada satu sisi, industri kelapa sawit diakui sebagai andalan dan lokomotif pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional, namun disisi lain eksistensinya belum memperoleh perlindungan secara maksimal dari Pemerintah agar bermanfaat bagi kepentingan bangsa dan Negara. Kebijakan disektor kehutanan yang implementasinya berbenturan satu dengan lainnya, telah menimbulkan kompleksitas maasalah yang memposisikan pengusaha dalam situasi konflik secara horizontal dengan pelaku usaha kelapa sawit lainnya.Dibidang perijinan, betapa banyaknya jenis perijinan yang harus diperoleh pengusaha industri kelapa sawit mulai dari memperoleh lahan hingga dapat memasarkan hasilnya baik di dalam maupun di luar negeri.Semua ijin-ijin tersebut harus diselesaikan melalui banyak meja, banyak biaya, waktu dan tenaga yang semuanya diyakini tidak terkontrol dengan baik oleh para petinggi negara karena penanganannya masih dilakukan secara manual.Tidak kurang terdapat 27 jenis perijinan yang harus dikantongi pengusaha kelapa sawit untuk dapat berusaha dibidang on farm dan off farm industri kelapa sawit.

Perubahan era pemerintahan sejak terpilihnya Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI telah menumbuhkan harapan baru bagi semua pelaku industri kelapa sawit dengan harapan pemerintah dapat lebih arif melihat persoalan yang dihadapi para pelaku usaha industri sawit sehingga kebijakan-kebijakan kedepan lebih mengedepankan kepentingan nasional dan kepentingan pro sawit daripada kepentingan kontra sawit dari pihak asing. Kebijakan baru tersebut diharapkan dapat

(4)

diawali dari penataan ruang wilayah termasuk didalamnya adalah penataan dan penetapan kawasan hutan dengan mengakui eksistensi hak-hak yang dimiliki individu maupun korporasi yang diperoleh berdasarkan ketentuan perundangan yang berlaku pada saat itu, dan menyederhanakan perijinan yang pengurusannya dapat dilakukan secara elektronik sehingga lebih akuntable dan transparan bagi lancarnya investasi industri kelapa sawit.

Pada prinsipnya, pelaku usaha industri kelapa sawit membutuhkan perlindungan bagi keberlanjutan usahanya melalui serangkaian kebijakan yang dapat mendorong berkembangnya industri kelapa sawit sebagai komoditas strategis agar kelapa sawit dapat menjadi tumpuan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional sebagaimana tercantum dalam salah satu nawacita Presiden Jokowi.

Beberapa permasalahan usaha kelapa sawit terkait tata ruang wilayah (kawasan hutan) dan perijinan yang dapat diinventarisir, antara lain :

a) RTRWP yang sudah diusulkan Pemprov belum disetujui Pemerintah Pusat karena tidak sesuai dengan Sk Menhut tentang Penunjukan Kawasan Hutan, padahal kawasan hutan adalah bagian dari tata ruang bukan sebaliknya kawasan hutan yang menentukan tata ruang.

b) SK Menhut tentang Penunjukan Kawasan Hutan belum Mengakomodasi hak-hak tanah yang sudah ber HGU atau hak-hak lain yang diperoleh secara sah oleh pelaku usaha dari para pejabat yang diberi wewenang untuk itu. Penerapan SK Menhut tersebut dipersepsikan secara berbeda antara satu pihak dengan pihak lain seperti aparat Pemprov/Kabupaten. Lembaga perwakilan Rakyat, aparat penegak Hukum, LSM dan perusahaan/pelaku usaha. Seringkali pelaku usaha harus berurusan dengan aparat penegak hukum dengan sangkaan melanggar SK Menhut, meskipun sebenarnya aparat penegak hukum itu tahu bahwa dasar pemanggilan itu sangat sumir.

c) Kurang sinkronnya peraturan perundangan antar sector maupun pada kehutanan sendiri sehingga pelaku usaha merasa kesuliatan melaksanakan peraturan perundangan tersebut

(5)

d) Banyaknya jenis perijinan yang harus dikantongi para pelaku usaha industri kelapa sawit sehingga menimbulkan biaya ekonomi tinggi dalam usaha kelapa sawit dan menurunkan daya saing produk kelapa sawit di pasar dunia.

II. Tema Kegiatan

Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka Archipelago Strategic Solution menginisiasi terselenggaranya workshop sehari untuk mendiskusikan dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi para pelaku usaha industri kelapa sawit di Indonesia, melalui kegiatan workshop yang bertema

“Penataan Ruang Nasional dan Penyederahanaan Perijinan Industri Strategis Kelapa Sawit Untuk Mewujudkan Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi Nasional Berkelanjutan”

III. Maksud dan Tujuan Maksud :

Workshop dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan menemukan rumusankerangka penyelesaian penanganan permasalahan tata ruang khususnya untuk lahan perkebunan baik di Provinsi maupun di Kabupaten sebagai akibat belum diimplementasikannya Putusan MK No 34 dan 45 tahun 2012 serta merumuskan sistem penyederhanaan perijinan dibidang industri kelapa sawit. Tujuan :

 Menyamakan persepsi atas kebijakan pemanfaatan ruang disetiap Provinsi, pemahaman atas kawasan hutan yang ditunjuk dan ditetapkan paca terbitnya keputusan Mahkamah Konstitusi No. 34 dan 45 tahun 2012.

 Membuat rekomendasi perlunya acuan kerangka penyelesaian permasalahan dalam penyusunan tata ruang yang dapat dipedomi oleh semua pihak yang terkait berdasarkan perundangan yang berlaku sehingga pengusaha memiliki kepastian hukum atas lahan konsesinya.

(6)

 Merumuskan system penyederhanaan perijinan dibidang industri kelapa sawit agar memberikan dampak peningkatan daya saing terhadap produk industri kelapa sawit.

 Mencari solusi dan terobosan dalam penyelesaian permasalahan tumpang tindih peruntukan ruang secara komprehensif atas adanya perbedaan implementasi peraturan yang bersifat sektoral.

IV. Peserta Workshop

Peserta Workshop kurang lebih 100 orang, terdiri atas :

 Anggota BKPRD/Bappeda Prov. Seluruh Indonesia Wilayah Sawit  Pengusaha Perkebunan Kelapa Sawit (GAPKI)

 Assosiasi Gubernur dan Bupati se Indonesia  Apkasindo

V. Nara Sumber

1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan-RI dengan topik“Kebijakan Penataan Kawasan Hutan Dalam Penyusunan Tata Ruang Wilayah Nasional”

2. Menteri Agraria dan Tata Ruang-RI dengan topik“Posisi Yuridis HGU Dalam Penyusunan Tata Ruang Wilayah dan Hubungannya Dengan Sinkronisasi Penataan Kawasan Hutan”

3. Kepala BKPM dengan topik“Kebijakan Perijinan Usaha Industri Perkebunan”

4. Kepala Staf Kepresidenan RI dengan topik“Kebijakan Perlindungan Usaha Industri Kelapa Sawit Sebagai Komoditas Srategis Nasional”

(7)

Daftar Undangan :

1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI 2. Menteri Agraria dan Tata Ruang RI

3. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal RI 4. Kepala Staf Kepresidenan RI

5. Direktur Jenderal Perkebunan RI 6. Bappeda Provinsi Aceh

7. Bappeda Provinsi Sumatera Utara 8. Bappeda Provinsi Sumatera Barat 9. Bappeda Provinsi Riau

10.Bappeda Provinsi Jambi

11.Bappeda Provinsi Sumatera Selatan 12.Bappeda Provinsi Bengkulu

13.Bappeda Provinsi Kalimantan Barat 14.Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah 15.Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan 16.Bappeda Provinsi Kalimantan Timur 17.Bappeda Provinsi Kalimantan Utara 18.Bappeda Sulawesi Tengah

19.Bappeda Sulawesi Barat 20.Bappeda Sulawesi Selatan

21.Ketua Asosiasi Gubernur se-Indonesia 22.Ketua Asosiasi Bupati se-Indonesia 23.Ketua GAPKI Pusat dan Cabang 24.Ketua APHI

25.Ketua HGI

26.Ketua Apkasindo 27.PT. Smart Tbk

28.PT. Inti Indosawit Subur 29.PT. Astra Agro Lestari

(8)

31.PT. Provident Agro 32.PT. Citra Borneo Indah

33.PT. Genting Plantations Nusantara 34.PT. Bakrie Sumatera Plantations 35.PT. Sampoerna Agro Tbk

36.PT. Perkebunan Minangan Ogan 37.PT. Kencana Agri

38.PT. Salim Ivomas Pratama Tbk 39.PT. Minamas Gemilang

40.PT. Menteng Kencana Mas 41.PT. Mopoli Raya

42.PT. Perkebunan Nusantara III 43.PT. Perkebunan Nusantara IV 44.PT. Perkebunan Nusantara V 45.PT. Perkebunan Nusantara VII 46.PT. Perkebunan Nusantara XIII 47.PT. Kalimantan Sanggar Pusaka 48.PT. London Sumatra Indonesia 49.PT. Socfin Indonesia

50.PT. Triputra Agro Persada 51.PT. Borneo Ketapang Permai 52.PT. Duta Palma Nusantara 53.PT. Jaya Mandiri Sukses 54.PT. Bumitama Gunajaya Agro 55.PT. Steelindo Wahana Perkasa 56.PT. Cargill Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk Dynamic loss coefficient harga rata – rata hasil penelitiannya menunjukan bahwa aliran yang mengalir pada orifice mengalami kenaikan, maka

Berdasarkan hal tersebut maka bihun sukun dengan nilai KPAP yang besar akan memiliki viskositas puncak yang tinggi pada campuran bahan bakunya.. (a)

Untuk produk-produk yang memerlukan biaya cukup besar dilakukan pemilihan proses yang tepat dan efisien, mengingat cairan fermentasi merupakan campuran yang

3= Jika siswa menjawab 3 bagian akar monokotil beserta fungsi sesuai dengan teori di buku.. Judul kegiatan: Teknologi yang terinspirasi dari struktur jaringan

Jika Biaya Kamar dan Menginap yang dipilih ternyata melebihi yang tercantum dalam Ikhtisar Polis, maka biaya-biaya yang dapat dibayar oleh Penanggung untuk Bagian I dari Tabel Jaminan

Berbagai upaya untuk menekan penggunaan insektisida sintetik untuk mengendalikan penggerek polong kedelai Etiella zenkenella telah dilakukan, karena s ampai saat ini

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata-rata nilai kepercayaan diri pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sebesar 2,092, yang berarti pendampingan psikologi

Indikator selanjutnya penentu keberhasilan implementasi menurut Donald S.Van Meter dan Carl E. Van Horn adalah komunikasi. Komunikasi pada penelitian ini adalah penyampaian