3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tentang pengujian hipotesis yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai pengaruh corporate social responsibility, corporate governance, dan karakteristik kepemilikan perusahaan terhadap tindakan pajak agresif.
3.2 Populasi, Sampel dan Sampling
Definisi populasi dan sampel menurut Sugiyono (2012) adalah
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2014 dan perusahaan-perusahaan manufaktur yang telah menerbitkan laporan keuangan selama periode tersebut.
Pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Sampel dipilih sesuai dengan kriteria yang ditentukan tujuannya untuk memperoleh sampel yang representative berdasarkan kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut:
a. perusahaan tidak mengalami delisting selama periode 2010-2014,
b. perusahaan menerbitkan atau mempublikasikan laporan keuangan tahunan dengan lengkap dan periode berakhir pada tanggal 31 Desember yang
terpublish di Bursa Efek Indonesia,
c. perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan dengan denominasi rupiah (Rp),
d. perusahaan tidak mengalami kerugian selama tahun penelitian. Hal ini karena akan menyebabkan nilai ETR menjadi negatif sehingga akan menyulitkan penghitungan,
e. perusahaan yang memiliki ETR antara 0-1 sehingga dapat mempermudah dalam penghitungan, dimana semakin rendah nilai ETR (mendekati 0) maka perusahaan dianggap semakin agresif terhadap pajak, dan
f. perusahaan yang memiliki nilai aset bersih positif selama tahun penelitian. 3.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
3.3.1 Variabel Independen
Definisi variabel independen menurut Sugiyono (2012) menyatakan bahwa.
“Variabel independen atau bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.”
Variabel independen pada penelitian ini yaitu corporate social responsibility, corporate governance dan karakteristik kepemilikan perusahaan. 3.3.1.1 Corporate Social Responsibility
Corporate social responsibility diproksikan ke dalam pengungkapan CSR. Penelitian ini menggunakan check list yang mengacu pada indikator pengungkapan yang digunakan oleh Sembiring (2005) dalam Yoehana (2013) karena lebih sesuai dengan keadaan perusahaan di Indonesia, dimana pengungkapan CSR-nya masih bersifat umum dan belum rinci (Yoehana, 2013). Indikator ini terdiri atas tujuh kategori, yaitu lingkungan, energi, kesehatan, dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan manufaktur adalah sebanyak 78 item yang terdiri atas kategori lingkungan (13 item), kategori
energi (7 item), kategori kesehatan dan keselamatan tenaga kerja (8 item), 50 kategori lain-lain tenaga kerja (29 item), kategori produk (10 item), kategori keterlibatan masyarakat (9 item), dan kategori umum (2 item).
Yoehana (2013) pengukuran ini dilakukan dengan mencocokkan item pada check list dengan item yang diungkapkan perusahaan. Apabila item y diungkapkan maka diberikan nilai 1, jika item y tidak diungkapkan maka diberikan nilai 0 pada check list. Setelah mengidentifikasi item yang diungkapkan oleh perusahaan di dalam laporan tahunan, serta mencocokkannya pada check list, hasil pengungkapan item yang diperoleh dari setiap perusahaan dihitung indeksnya dengan proksi CSRI. Adapun rumus untuk menghitung CSRI:
(i) Keterangan:
CSRIi : Indeks luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan i.
Σxyi : nilai 1= jika item y diungkapkan; nilai 0= jika item y tidak diungkapkan. ni : jumlah item untuk perusahan i, ni ≤ 78.
3.3.1.2 Corporate Governance
Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Commite tahun 1992, mendefinisikan corporate governance yaitu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan.
Pengukuran untuk praktik dari corporate governance di jelaskan sebagai berikut.
1. Kepemilikan Institusional
institusional maka akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan, dan semakin besarnya konsentrasi short-term shareholder institusional akan meningkatkan kebijakan pajak agresif, tetapi semakin besar konsentrasi kepemilikan long-term shareholder maka akan semakin mengurangi tindakan kebijakan pajak yang agresif. Dalam penelitian ini kepemilikan institusional diukur menggunakan prosentase kepemilikan institusional dan akan dilambangkan dengan INSTit (Annisa, 2011).
2. Struktur Dewan Komisaris
Keberadaan variabel dewan komisaris yang menunjang kinerja perusahaan dan meningkatkan efektifitas aktivitas monitoring diukur dengan menggunakan jumlah dewan komisaris yang ada dalam suatu perusahaan (Siallagan dan Machfoedz, 2006 dalam Anissa, 2011). Ukuran dewan komisaris diukur dengan cara menghitung jumlah anggota dewan komisaris yang dimiliki perusahaan yang disebutkan dalam laporan tahunan (Setyawan, 2013). Ukuran dewan komisaris yang digunakan dalam penelitian ini konsisten dengan Sembiring (2005) dalam Setyawan (2013) yaitu jumlah personil dalam anggota dewan komisaris. Jumlah dewan komisaris dilambangkan dengan DKit.
Variabel struktur dewan komisaris juga diproksikan dengan presentase keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan terhadap jumlah total dewan komisaris sebagai proksi corporate governance (Mayangsari, 2003 dalam Annisa, 2012). Variabel dewan komisaris independen dilambangkan dengan INDPit.
3. Komite Audit
komite audit dalam suatu perusahaan. Ukuran komite audit diukur dengan cara menghitung jumlah anggota komite audit yang dimiliki perusahaan (Setyawan, 2013). Jumlah komite audit dilambangkan dengan KOMITEit (Annisa, 2011). 4. Kualitas Audit
Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor KAP The Big Four menurut beberapa referensi dipercayai lebih berkualitas sehingga menampilkan nilai perusahaan yang sebenarnya, oleh karena itu diduga perusahaan yang diaudit oleh KAP The Big Four (PriceWaterHouseCooper – PWC, Deloitte Touch Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young- E&Y) memiliki tingkat kecurangan yang lebih rendah (Annisa dan Kurniasih, 2012).
Untuk penelitian ini perusahaan yang diaduit oleh KAP The Big Four akan diberi nilai 1, dan apabila tidak diaudit oleh keempat KAP di bawah lisensi KAP The Big Four akan diberi nilai 0. Dalam peneilitian ini kualitas audit dilambangkan dengan AUDITit (Annisa,2011).
3.3.1.3 Kepemilikan Keluarga
Peneiltiain ini mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan keluarga dan perusahaan non keluarga berdasarkan penelitian dari Arifin (2003) dalam Sari dan Martani (2010) mendefinisikan keluarga yaitu semua individu dan perusahaan yang kepemilikannya tercatat ( kepemilikan >5% wajib dicatat). Arifin (2003) dalam Hidayanti (2013) keluarga adalah seseorang yang berhubungan darah atau karena pernikahan. Penelitian ini kepemilikan keluarga diukur dengan menggunakan variabel dummy yaitu nilai 1 jika proporsi kepemilikan keluarga > 50%, dan bernilai 0 jika sebaliknya (Hidayanti, 2013).
3.3.2 Variabel Dependen
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel dependen pada penelitian ini yaitu effective tax rate (ETR) yang digunakan untuk merefleksikan perbedaan antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank dkk., 2009). Lanis dan Richardson (2012) dalam Yoehana (2013) menyatakan bahwa terdapat beberapa alasan menggunakan ETR sebagai proksi untuk mengukur agresivitas pajak, proksi ETR adalah proksi yang paling banyak digunakan dalam literatur, dan nilai yang rendah dari ETR dapat menjadi indikator adanya agresivitas pajak. Proksi ETR diukur dengan menggunakan proksi model dari penelitian Lanis dan Richardson (2012) yaitu sebagai berikut.
(ii) 3.3.3 Variabel Kontrol
Menurut Sugiyono (2012) variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.Variabel kontrol pada penelitian ini menggunakan SIZE, LEV, CINT, dan ROA
3.3.3.1 Ukuran Perusahaan (SIZE)
Lanis dan Richardson (2007) dalam Jessica dan Toly (2014) mengemukakan bahwa perusahaan besar lebih banyak melakukan agresivitas pajak dibanding perusahaan kecil karena perusahaan besar menginginkan laba dan kekuatan politik yang lebih daripada perusahaan kecil dan mampu untuk mengurangi beban pajak yang dikenakan. Menurut Lanis dan Richardson (2012), SIZE dapat diukur dengan rumus sebagai berikut.
(iii) 3.3.3.2 Leverage (LEV)
Riyanto (2001) dalam Octaviana (2014) leverage merupakan rasio yang timbul apabila dalam kegiatan perusahaan menggunakan dana pinjaman atau dana yang memiliki bunga. Menurut Lanis dan Richardson (2012) LEV dapat diukur dengan rumus sebagai berikut.
(iv) 3.3.3.3 Capital Intensity (CINT)
Waluyo dan Kearo (2002) dalam Octaviana (2014) intensitas modal mencerminkan seberapa besar modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan. Capital intensity dapat diukur dengan menggunakan model dari penelitian Lanis dan Richardson (2012) yaitu sebagai berikut.
(v) 3.3.3.4 Return on Assets (ROA)
Yoehana (2013) profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Return on asset dapat diukur dengan menggunakan model penelitian dari Lanis dan Richardson (2012) yaitu sebagai berikut.
(vi) 3.4 Instrument Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah laporan perusahaan manufaktur yang telah diaudit tahun 2010-2014.
3.5 Sumber data
Penelitian ini merupakan kuantitatif data yang digunakan sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, untuk periode 2010-2014. Data diperoleh Indonesian Capital Market Directory(ICMD) dan Bursa Efek Indonesia.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data dokumenter. pengumpulan data dokumenter dilakukan dengan kategori dan klasifikasi data-data tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen, buku, koran, majalah, dan sebagainya (Hidayanti, 2013).
3.7 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif, analisis kuantitatif adalah analisa yang data penelitiannya menggunakan angka-angka dengan perhitungan statistik untuk menganalisis hipotesis. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linear berganda. Pengujian Statistik dilakukan dengan bantuan software program statistik Stastistical Product and Service Solution (SPSS) for windows versi 22.0.
3.7.1 Statistik Deskriptif
Sujarweni (2014) statistik deskriptif adalah pengolahan data untuk tujuan mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sample atau populasi, sedangkan menurut Sugiyono (2012) statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripisikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.
Annisa dan Kurniasih (2012) statistik deskriptif bertujuan untuk mengetahui nilai mean, maksimum, minimum dan standar deviasi dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
3.7.2 Uji asumsi Klasik
Uji asumsi klasik pada penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji multikoleniaritas, uji heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
3.7.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggagu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test, dengan membandingkan Asymptotic Significance dengan α = 5%. Dasar penarikan kesimpulan adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymptotic Significance > 0,05 (Santoso, 2012 dalam Hidayanti, 2013).
3.7.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Multikolonearitas adalah situasi adanya variabel-variabel bebas diantara satu sama lain. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah
sebagai berikut.
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (di atas 0,90), maka merupakan indikasi adanya multikolonieritas.
3. Melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013).
3.7.2.3 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson, di mana syarat memenuhi uji autokorelasi pada uji Durbin-Watson jika dU ≤ D-W ≤ 4-Du. Nilai dU diperoleh dengan melihat tabel Durbin-Watson (Ghozali, 2013).
3.7.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas (homokedastisitas) dimana variance residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, pada penelitian ini menggunakan out put berupa tampilan grafik dengan dasar analisis sebagai berikut.
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 dan pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
3.7.3 Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis multiple regression (regresi berganda)
TAGit = α + β1CSRIit + β2INSTit + β3INDPit + β4DKit + β5KOMITEit +
β6AUDITit + β7FAMILYit + β8SIZEit + β9LEVit + β10CINTit +
β11ROAit +e
Keterangan:
TAGit : agresivitas pajak perusahaan i tahun ke-t yang diukur menggunakan proksi: ETR
α : konstanta
β : koefisien regresi
CSRIit : pengungkapan item CSR perusahaan i tahun ke-t INSTit : kepemilikan Institusional
INDPit : prosentase dewan komisaris independen DKit : jumlah dewan komisaris
AUDITit : kualitas audit
FAMILYit : merupakan dummy variable, bernilai 1 jika proporsi kepemilikan keluarga > 50%, dan bernilai 0 jika sebaliknya
LEVit : proporsi hutang jangka panjang terhadap aset perusahaan i tahun ke-t
SIZEit : nilai natural logaritma market value of equity untuk perusahaan i, pada awal tahun t.
CINTit : proporsi property, plant, and equipment terhadap total aset tetap perusahaan i tahun ke-t
ROAit : Tingkat pengembalian aset perusahaan i tahun ke-t, e : error (kesalahan pengganggu)
Setelah persamaan regresi terbebas dari asumsi dasar maka langkah selanjutnya yaitu pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis ini meliputi:
3.7.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Karena dalam penelitian ini menggunakan banyak variabel independen, maka nilai Adjusted R2 lebih tepat digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Yoehana, 2013).
3.7.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji signifikansi simultan atau uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruji variabel dependen (Ghozali, 2013). Uji statistik F dalam pengambilan keputusan dikriteriakan sebagai berikut.
1. Jika F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas lebih kecil dari tingkat Signifikansi (sig < 0,05), maka model penelitian dapat digunakan atau model tersebut sudah tepat.
2. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi (sig > 0,05), maka model penelitian tidak dapat digunakan atau model tersebut tidak tepat.
3.7.3.3 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial (Uji t)
Uji signifikansi Koefisiensi Korelasi Parsial (uji statistik t) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen. Pengujian secara simultan ini dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi t dari hasil pengujian dengan nilai signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini. Cara pengujian parsial terhadap variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Jika nilai signifikansi t dari masing-masing variabel yang diperoleh dari pengujian lebih kecil dari nilai signifikansi yang dipergunakan yaitu 5 persen maka secara parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai signifikansi t dari masing-masing variabel yang diperoleh dari pengujian lebih besar dari nilai signifikansi yang dipergunakan yaitu 5 persen maka secara parsial variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.