• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PEMBENAMAN JERAMI, PUPUK ORGANIK, DAN PUPUK HAYATI UNTUK PENGURANGAN DOSIS PUPUK NPK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI PEMBENAMAN JERAMI, PUPUK ORGANIK, DAN PUPUK HAYATI UNTUK PENGURANGAN DOSIS PUPUK NPK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI PEMBENAMAN JERAMI, PUPUK ORGANIK,

DAN PUPUK HAYATI UNTUK PENGURANGAN DOSIS

PUPUK NPK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

TRI SETYAWAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati untuk Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah (Oryza sativa L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari Dr Ir Sugiyanta, MSi. selaku dosen pembimbing. Karya tulis ini belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Tri Setyawan

(4)
(5)

ABSTRAK

TRI SETYAWAN. Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk

Hayati untuk Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah (Oryza sativa L.). Dibimbing oleh SUGIYANTA.

Penggunaan pupuk anorganik semakin tinggi oleh petani, tetapi kurang menguntungkan bagi produksi padi sawah. Pada kondisi tersebut perlu adanya peningkatan praktek agronomi seperti pengembalian residu tanaman atau aplikasi bahan organik. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 13 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pada percobaan ini terdiri dari 1) jerami + 50% dosis pupuk NPK, 2) jerami + 50% dosis NPK + POP + POC, 3) jerami + 50% dosis NPK + POP, 4) jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1, 5) jerami + 50% dosis NPK + PH2, 6) jerami + 50% dosis NPK + PH3, 7) jerami + 50% dosis NPK + PH1, 8) jerami+ 50% dosis NPK + POP + PH2, 9) jerami + 100% dosis NPK 10) tanpa jerami + 100% dosis NPK (kontrol), 11) jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 12) tanpa jerami + 50% dosis NPK dan 13) tanpa pemupukan. Hasil percobaan menunjukan bahwa pembenaman jerami selama enam musim tanam dengan pengurangan pupuk NPK hingga 50% menghasilkan pertumbuhan tanaman, biomassa tanaman, komponen hasil, dan hasil gabah ha-1 yang tidak berbeda dibandingkan 100% dosis pupuk NPK.

Kata kunci : jerami padi, pupuk organik, pupuk hayati

ABSTRACT

TRI SETYAWAN. Straw Incorporation, Organic Fertilizer, and Biofertilizer

Application for Reduction Dose of NPK Fertilizer in Rice (Oryza sativa L.). Supervised by SUGIYANTA.

Use of inorganic fertilizer higher by the farmers but not profitable for low land rice producing. That conditions need to improve agronomic practice as returned of crop residual or organic matter applied. This experiment use a Randomized Complete Design Block (RKLT) with 13 treatments and 3 replications. The treatment consist of : 1) straw + 50% dose of NPK, 2) straw + 50% dose of NPK + POP + POC, 3) straw + 50% dose of NPK + POP, 4) straw + 50% dose of NPK + POP + PH, 5) straw + 50% dose of NPK + PH2, 6) straw + 50% dose of NPK + PH3, 7) straw + 50% dose of NPK + PH1, 8) straw + 50% dose of NPK + POP + PH2, 9) straw + 100% dose of NPK, 10) without straw + 100% dose of NPK (control), 11) straw + 50% NPK dose POP + PH3, 12) without straw + 50% dose of NPK, and 13) without fertilization. The experiment results that straw incorporation for six season with 50% dose of NPK fertilizer producing growth plant, biomass plant, yield components, grain yield per hectare were not significantly with 100% dose of NPK fertilizer.

(6)
(7)

iii

APLIKASI PEMBENAMAN JERAMI, PUPUK ORGANIK,

DAN PUPUK HAYATI UNTUK PENGURANGAN DOSIS

PUPUK NPK PADA PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

TRI SETYAWAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(8)
(9)

Judul Skripsi

Nama

NIM

: Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati untuk Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah (Oryza

sativa L.) : Tri Setyawan : A24090063 Disetujui oleh Dr Ir Sugiyanta, MSi. Dosen Pembimbing Tanggal LuIus: - ,

2 D

~

r

20'13

(10)

ii

Judul Skripsi : Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati untuk Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah (Oryza

sativa L.)

Nama : Tri Setyawan NIM : A24090063

Disetujui oleh

Dr Ir Sugiyanta, MSi. Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen

(11)
(12)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan lancar. Judul dari penelitian ini adalah Aplikasi Pembenaman Jerami, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati untuk Pengurangan Dosis Pupuk NPK pada Padi Sawah (Oryza sativa L.).

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini terutama kepada :

1. Seluruh keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan yang tiada henti kepada penulis.

2. Dr Ir Sugiyanta, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam pelaksanaan penelitian ini.

3. Dr Ir Purwono, MS dan Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan koreksi dalam skripsi saya. 4. Dr Ir Harjadi, MS. selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan dukungan kepada penulis dalam kegiatan perkuliahan.

5. Ni’mah Fauziah, SP yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian ini.

6. Bambang Sutrisno, Tri Herdiyanti, SP serta Mia Budiman, SP sebagai rekan penelitian yang selalu memberikan masukan dan arahan dalam penelitian padi ini.

7. Bapak dan Ibu entis serta keluarga di Karawang yang telah membantu dan memfasilitasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Rekan-rekan “Kost Podjok” yang selalu memberikan inspirasi dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman Socrates yang selalu memberikan kekompakan dan kebersamaan dalam keluarga AGH 46.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian.

Bogor, Desember 2013

(13)
(14)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii DAFTAR LAMPIRAN ii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Jerami Padi 2 Pupuk Organik 3 Pupuk Hayati 4 METODE PENELITIAN 5

Tempat dan Waktu 5

Bahan dan Alat 5

Metode Penelitian 5

Pelaksanaan 6

Pengamatan 6

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum 7

Rekapitulasi Sidik Ragam 7

Kandungan Hara Tanah 8

Pertumbuhan Tanaman 9

Biomassa Tanaman 10

Komponen Hasil dan Hasil Panen 11

Analisis Usaha Tani 13

Pembahasan 14

KESIMPULAN DAN SARAN 16

Kesimpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

(15)

ii

DAFTAR TABEL

1 Hasil rekapitulasi sidik ragam 8 2 Hasil analisis pH tanah dan kandungan C-organik 9 3 Kandungan N, P, dan K dalam tanah sebelum dan sesudah perlakuan 9 4 Hasil tinggi tanaman, jumlah anakan dan bagan warna daun 10 5 Hasil pengamatan panjang akar, volume akar, dan nisbah tajuk/akar 11 6 Hasil pengamatan jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai,

bobot 1 000 butir dan persentase gabah hampa 12 7 Pengamatan hasil gabah/ha dan peningkatan hasil gabah/ha 13 8 Hasil analisis usaha tani seluruh perlakuan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Denah percobaan 19

2 Deskripsi padi varietas Ciherang 20

(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat ke-empat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 adalah 244.7 juta jiwa dan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia akan diikuti oleh peningkatan konsumsi beras nasional. Padi merupakan komoditas pangan utama di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2012, produksi padi nasional tahun 2011 sebesar 65.76 juta ton GKG dan pada tahun 2012 sebesar 68.59 juta ton GKG. Produksi padi tahun 2012 meningkat sebesar 4.13% dibanding tahun 2011. Rendahnya peningkatan produksi padi disebabkan oleh berkurangnya lahan sawah dan rendahnya produktivitas padi. Penurunan lahan diakibatkan adanya alih fungsi lahan pertanian untuk keperluan non pertanian, terutama di daerah Jawa, seperti pembuatan daerah industri, daerah perkantoran, daerah wisata dan daerah pemukiman. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kesenjangan antara produksi dan konsumsi padi yang dapat menimbulkan kerawanan pangan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kerawanan pangan tersebut pemerintah menargetkan kenaikan produksi padi sebesar 5% per tahun.

Adanya revolusi hijau melahirkan varietas padi berdaya hasil tinggi yang responsif terhadap pemupukan dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pupuk anorganik menjadi komponen utama untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan padi sawah pada masa revolusi hijau. Pemakaian pupuk anorganik mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil secara cepat dan nyata dibanding pupuk organik. Saat ini, pupuk anorganik digunakan oleh petani secara berlebihan. Pemakaian pupuk anorganik secara berlebih tanpa disertai penggunaan pupuk organik secara terus menerus akan menyebabkan ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah, rendahnya efisiensi pemupukan, dan rendahnya mikrobiologi tanah (Tisdale 1985).

Ketersediaan bahan organik dalam tanah berperan penting dalam peningkatan produktivitas lahan. Menurut Suriadikarta dan Simanungkalit (2006) pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan peningkatan kualitas lahan secara berkelanjutan. Selain itu, bahan organik berperan dalam meningkatkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah yaitu sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman, sumber energi bagi organisme tanah, memperbaiki struktur tanah, penyangga pH tanah, pengkelat logam-logam dan meningkatkan kapasitas tukar kation.

Sumber bahan organik termudah dan termurah pada lahan sawah adalah jerami. Jerami padi merupakan bahan organik yang sangat mudah tersedia bagi petani. Jerami berperan sebagai sumber hara padi. Dobermann dan Fairhurst (2000) menyatakan kandungan hara dalam jerami adalah Si (4-7%), Kalium (1.2-1.7%). N (0.5-0.8%), P (0.07-0.12%) dan S (0.05-0.1%). Pembenaman jerami ke tanah akan meningkatkan ketersediaan hara dalam waktu lama. Penggabungan pupuk anorganik dan jerami akan menjaga ketersediaan unsur N, P, K dan Si.

(17)

2

Kebutuhan pupuk N dan P dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pupuk hayati merupakan alternatif bagi petani untuk memanfaatkan pasokan N dari udara yang cukup besar dan memanfaatkan bentuk P tak tersedia menjadi bentuk tersedia. Pupuk hayati adalah subtansi yang mengandung mikroorganisme hidup, yang ketika diaplikasikan kepada benih, permukaan tanaman, atau tanah dapat memacu pertumbuhan tanaman (Vessey 2003). Selain itu, menurut Tombe (2008) pupuk hayati bermanfaat untuk mengaktifkan serapan hara oleh tanaman, menekan soil born diseases, mempercepat proses pengomposan, memperbaiki struktur tanah, dan menghasilkan substansi yang meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Pemanfaatan jerami sebagai bahan organik perlu diteliti dalam jangka panjang untuk mengetahui peningkatan ketersediaan hara dan peningkatan hasil padi. Oleh karena itu, pengembalian bahan organik dengan penambahan pupuk hayati ke tanah semakin penting bagi pertanian yang berkelanjutan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembenaman jerami, penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati terhadap pengurangan dosis pupuk NPK pada padi sawah musim tanam keenam.

Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji adalah pembenaman jerami, penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati pada musim tanam keenam dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK hingga 50% dan menghasilkan hasil panen yang sama baiknya dengan 100% dosis pupuk NPK.

TINJAUAN PUSTAKA

Jerami Padi

Jerami merupakan produk sampingan dari proses produksi padi. Penanganan jerami yang umum dilakukan oleh petani padi sawah sekarang ini adalah mengangkut jerami keluar dari lahan usaha, baik dimanfaatkan untuk bahan bakar, makanan ternak, bahan dasar biogas, media tanam jamur merang, maupun dijual sebagi bahan dasar industri kertas. Kegiatan membawa pergi jerami untuk bermacam-macam keperluan diatas merupakan kehilangan total sumber hara yang dikandung jerami. Mengangkut jerami untuk pakan ternak merupakan kehilangan sementara, apabila nanti kotoran ternak tersebut dimanfaatkan untuk pupuk kandang dan dikembalikan ke lahan (Ponnamperuma 1984). Pengolahan tanah dengan traktor tangan tidak memungkinkan membenamkan jerami karena mengganggu jalanya traktor. Pengembalian jerami ke lahan telah banyak diteliti memiliki pengaruh positif pada jangka panjang. Eagle et al. (2000) menyatakan

(18)

3

bahwa aplikasi jerami dengan membenamkanya ke dalam tanah sawah pada tahun pertama dengan perlakuan pupuk N sesuai dengan dosis rekomendasi tidak berpengaruh terhadap hasil gabah. Pada tahun ketiga hingga tahun kelima pembenaman jerami meningkatkan serapan unsur hara N rata-rata sebesar 19 kg N ha-1 pada petak perlakuan tanpa penambahan pupuk N sesuai dengan dosis rekomendasi.

Hasil panen sebanyak 5 ton padi akan menyerap dari dalam tanah sebanyak 150 kg N, 20 kg P, dan 20 kg S. Hampir semua unsur K dan sepertiga N, P, dan K tinggal dalam jerami padi. Jerami padi merupakan sumber hara makro yang baik. Faktor lain yang merupakan keuntungan dari penggunaan jerami sebagai sumber pupuk organik adalah tersedia langsung di lahan usaha tani. Ketersediaan jerami pada lahan sawah bervariasi yaitu sekitar 2-10 ton ha-1 musim-1. Penggunaan jerami secara berkesinambungan akan membangun dan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan pasokan N dapat terjamin. Pola penyerapan N oleh tanaman padi berbentuk sigmoid, sehingga pelepasan N tersedia terjadi pada tanah yang kaya bahan organik. Dekomposisi jerami merupakan faktor penting untuk pengembalian nutrisi dan pemeliharaan kesuburan tanah. Proses dekomposisi jerami dengan cara dibenamkan ke tanah lebih cepat dibandingkan dengan cara disebarkan di permukaan tanah pada saat musim hujan. Dekomposisi jerami berjalan cukup cepat pada lahan sawah yang memiliki drainase sedang dan dilakukan pengolahan tanah secara intensif (Broadbent 1977).

Pembenaman jerami langsung ke tanah dapat menyebabkan immobilisasi unsur P (Sugiyanta 2007). Pada kondisi tergenang, jerami di dalam tanah dapat meningkatkan aktivitas enzim nitrogenase (Indryati 2006). Pengembalian jerami ke sawah dapat menyediakan sebagian hara K karena jerami mengandung hara K yang cukup tinggi. Dobermann dan Fairhust (2000) menyatakan bahwa pembenaman jerami ke tanah akan meningkatkan ketersediaan hara dalam waktu yang lama. Penggabungan pupuk anorganik dan jerami akan menjaga ketersediaan unsur hara N, P, K, Si bahkan dapat ditingkatkan.

Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan atau kotoran hewan (bahan organik) yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami dan atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah (PERMENTAN RI nomor 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009).

Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah, jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat tanah besar sekali. Pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman antara lain sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah, sumber hara N, P, K, S dan unsur mikro, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemapuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara ( Kapasitas Tukar Kation tanah menjadi lebih tinggi) dan sumber energi bagi mikroorganisme (Hardjowigeno 2010).

Bahan organik disamping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga meningkatkan sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Peran bahan organik yang

(19)

4

paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi: struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan peningkatan ketahanan terhadap erosi. Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah (Sunyoto 2003). Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Peran bahan organik terhadap biologi tanah adalah sebagai sumber energi bagi mikro dan makro fauna tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan populasi mikrobiologi tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme yang berperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri, dan aktinomisetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan dalam dekomposisi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa, nematode, collembolan dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab terhadap pemeliharaan struktur tanah (Tian 1997).

Pupuk Hayati

Pupuk hayati merupakan produk biologi aktif terdiri dari mikroba yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan dan kesehatan tanah (PERMENTAN Nomor 70 tahun 2011). Nitrogen dan fosfat merupakan dua unsur hara yang paling banyak diperlukan dan merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan hasil tanaman. Kebutuhan pupuk N dan P dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Untuk mengurangi perbedaan yang besar antara kebutuhan dan pasokan, tambahan pupuk organik dan pupuk hayati sangat diperlukan. Pupuk hayati merupakan alternatif bagi petani untuk memanfaatkan pasokan N2 dari

udara yang cukup besar, disamping memanfaatkan bentuk P tak tersedia menjadi bentuk tersedia. Melalui masukan teknologi rendah, petani dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Pada saat ini yang banyak digunakan untuk pupuk hayati adalah: Rhizobium, azospirillum, Azotobacter, dan Phospobacteria. Pupuk hayati adalah subtansi yang mengandung mikroorganisme hidup, yang ketika diaplikasikan kepada benih, permukaan tanaman, atau tanah dapat memacu pertumbuhan tanaman (Vessey 2003).

Pupuk hayati berfungsi untuk meningkatkan hasil produksi, memperbaiki struktur fisika, kimia dan biologi tanah, menekan serangan hama pengganggu tanaman dan menjaga keseimbangan jumlah mikroba dengan baik (Widya 2006). Umumnya digunakan mikrob yang mampu hidup bersama (simbiosis) dengan tanaman inangnya. Tanaman inang mendapatkan tambahan unsur hara yang diperlukan, sedangkan mikrob mendapatkan bahan organik untuk aktifitas dan pertumbuhannya. Pupuk hayati berperan dalam mempengaruhi ketersediaan unsur hara makro dan mikro, efisiensi hara, kinerja system enzim, meningkatkan metabolism, pertumbuhan dan hasil tanaman (Agung dan Rahayu 2004).

(20)

5

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Analisis Tanah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2012 – Maret 2013.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas Ciherang (Lampiran 3), jerami padi, pupuk hayati (PH1, PH2, PH3), pupuk organik padat (POP), pupuk organik cair (POC), dan Pupuk NPK (30-6-8). Alat yang digunakan adalah alat budidaya tanaman, oven, timbangan, meteran, alat tulis, dan bagan warna daun (BWD).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 13 perlakuan dan 3 ulangan. Penelitian dilakukan pada petakan berukuran 20 m x 3.6 m. Denah percobaan terdapat pada lampiran 1. Model Linear yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + βj + εij Yij : Peubah pemupukan ke-i ulangan ke-j µ : Rataan umum

τi : Pengaruh perlakuan ke-I (1,2,3,…..13) βj : Pengaruh ulangan ke-j (1,2,3)

εij : Pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, ulangan ke-j.

Perlakuan yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut : P1 : Jerami + 50% dosis pupuk NPK

P2 : Jerami + 50% dosis NPK + POP + POC P3 : Jerami + 50% dosis NPK + POP

P4 : Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1 P5 : Jerami + 50% dosis NPK + PH2

P6 : Jerami + 50% dosis NPK + PH3 P7 : Jerami + 50% dosis NPK + PH 1 P8 : Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2 P9 : Jerami + 100% dosis NPK

P10 : Tanpa jerami + 100% dosis NPK P11 : Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 P12 : Tanpa jerami + 50% dosis NPK

P13 : Tanpa pemupukan

Dosis pupuk organik padat 300 kg ha-1, pupuk organik cair 2 lt ha-1 aplikasi-1 dan pupuk hayati 2 lt ha-1 aplikasi-1 untuk masing-masing jenis. Dosis pupuk anorganik yang digunakan adalah NPK 30-6-8 dengan dosis rekomendasi adalah 400 kg ha-1.

(21)

6

Pelaksanaan

Penelitian diawali dengan melakukan analisis tanah untuk mengukur pH, kandungan N total, C-Organik, P tersedia dan K tersedia. Analisis tanah dilakukan sebelum dan sesudah penelitian dilaksanakan. Pengolahan tanah dilakukan dengan sistem olah tanah sempurna yaitu 2 kali pembajakan ditambah dengan rotary dan penggaruan. Jerami hasil panen sebelumnya ditaburkan keatas permukaan tanah sebelum dilakukan pengolahan tanah pertama. Jerami yang dibenamkan merupakan seluruh jerami hasil panen musim tanam sebelumnya.

Perendaman benih dengan air garam 3% dilakukan sebelum persemaian. Benih padi varietas ciherang yang akan disemaikan sebanyak 20 kg ha-1. Bibit padi dipindahkan ketika berumur 10-13 hari dengan penanaman 1-2 bibit per lubang. Jarak tanam yang digunakan adalah 30 cm x 15 cm. Penyulaman dilakukan pada 1-3 minggu setelah tanam (MST).

Pupuk anorganik (NPK 30-6-8) diaplikasikan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) sesuai dengan perlakuan. Pupuk organik padat (POP) diaplikasikan saat pengolahan tanah dengan dosis 300 kg ha-1. Pupuk organik cair diaplikasikan sebanyak 3 kali yaitu pada 1 MST, 3 MST, dan 6 MST dengan dosis 2 lt ha-1 aplikasi-1. Pupuk hayati diaplikasikan 3 kali yaitu 3 hari sebelum tanam, 2 MST dan 4 MST dengan dosis 2 lt ha-1 aplikasi-1. Pemanenan dilakukan pada 30 hari setelah heading dengan perkiraan 90-95% bulir padi yang telah menguning.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pengamatan pertumbuhan tanaman, pengamatan biomassa tanaman dan pengamatan panen. Peubah yang diamati meliputi :

 Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi yang telah membuka. Tinggi tanaman diamati terhadap 10 tanaman contoh pada 8 MST. Pengamatan jumlah anakan pada 10 tanaman contoh pada 8 MST. Pengamatan warna daun dengan menggunakan bagan warna daun (BWD) pada daun bagian atas.

 Volume akar diukur dengan memasukan akar tanaman kedalam gelas ukur berukuran 200 ml kemudian diukur penambahan volumenya. Penambahan volume tersebut merupakan volume akar. Panjang akar diukur dari batang yang muncul akar hingga ujung akar. Pengamatan nisbah tajuk/akar diamati dengan melakukan pengukuran bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Volume akar, panjang akar, dan nisbah tajuk/akar diamati pada 8 MST.

 Komponen hasil yaitu jumlah anakan produktif, panjang malai (cm), jumlah gabah per malai, dan bobot 1 000 butir (g), Persentase gabah hampa dari 100 g contoh gabah.

 Hasil ubinan (2.5 m x 2.5 m) untuk menghitung hasil dugaan Gabah Kering Panen dan Gabah Kering Giling per hektar.

(22)

7

Analisis Data

Data hasil pengamatan pertumbuhan tanaman, komponen hasil, dan hasil panen dianalisis menggunakan uji F (analisis ragam). Apabila hasil uji F nyata, maka dilanjutkan dengan uji t-dunnet yang dibandingkan dengan perlakuan kontrol (100% dosis NPK tanpa pembenaman jerami) pada taraf 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Penelitian ini merupakan penelitian berkelanjutan yang saat ini telah memasuki musim tanam ke-enam. Hama yang dominan menyerang tanaman padi pada percobaan ini adalah keong mas (Pomacea canaliculata L.). Keong mas memakan tanaman padi yang masih berumur muda (1-3 MST). Pengendalian hama keong mas dilakukan secara manual dengan cara mengambil keong dan telurnya serta dengan melakukan pengaturan pengairan. Gulma yang paling dominan terdapat pada lahan percobaan adalah jajagoan (Echinocholoa

crussgalli). Pengendalian gulma dilakukan dengan pengendalian secara manual

dengan mencabut dan membenamkan gulma kedalam tanah. Rebah tanaman padi terjadi pada lebih dari 80% petak percobaan yang berada pada lahan penelitian. Hal ini disebabkan tingginya intensitas hujan dan kencangnya angin yang bertiup pada lahan percobaan. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika provinsi Jawa Barat tahun 2013 curah hujan di Kabupaten Karawang diatas normal pada bulan Februari 2013 yaitu sekitar 300 mm per bulan.

Rekapitulasi Sidik Ragam

Hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 menunjukan bahwa perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah anakan dan bagan warna daun pada 8 MST. Namun demikian, perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar, volume akar, nisbah tajuk/akar, jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, panjang malai, bobot 1 000 butir persentase gabah hampa, dan dugaan hasil gabah kering per hektar.

Besar nilai koefisien keragamaan pada hasil pengamatan berkisar antara 0.97-29.13%. Menurut Matttjik dan Sumertajaya (2006) nilai koefisien keragaman (KK) untuk bidang pertanian dianggap wajar adalah 20-25%. Nilai KK lebih besar dari batas kewajaran merupakan indikasi bahwa data tersebut tidak seragam dan tidak memenuhi persyaratan untuk analisis statistik.

(23)

8

Tabel 1 Hasil rekapitulasi sidik ragam

Kandungan Hara Tanah

Pengamatan pH tanah dilakukan sebelum tanam dan sesudah panen. Lahan sawah sebelum penelitian memiliki pH 6.1-7.0 sedangkan setelah penelitian, pH tanah menjadi 5.4-6.3. Hal ini menunjukan bahwa terjadi penurunan pH tanah yang diduga karena dekomposisi bahan organik yang diberikan menghasilkan senyawa asam-asam organik yang dapat membuat tanah menjadi lebih masam. Secara umum kandungan C-organik tanah dan N total tanah mengalami peningkatan setelah penelitian hanya perlakuan pembenaman jerami dengan pengurangan 50% dosis pupuk NPK ditambah pupuk organik padat dan pupuk organik cair yang mengalami penurunan kandungan C-organik yaitu sebesar 0.06%. Hal ini menunjukan bahwa penambahan 50% dosis pupuk NPK saja atau dengan penambahan jerami saja mampu menyediakan unsur N dan C-organik dalam tanah.

Hasil analisis tanah terhadap kandungan P tersedia dan K total dalam tanah secara umum mengalami penurunan setelah penelitian hanya perlakuan pembenaman jerami dengan penambahan 50% dosis pupuk NPK ditambah dengan pupuk hayati I yang menghasilkan peningkatan kandungan K total tanah yaitu sebesar 24.2 ppm. Hal ini menunjukan bahwa penambahan jerami dan pupuk hayati pada perlakuan tersebut mampu menyediakan unsur K dalam tanah. Secara

Peubah Pengamatan Perlakuan

Koefisien Keragaman (%) Tinggi Tanaman 8 MST * 2.36 Jumlah anakan 8 MST * 7.12 Warna Daun 8 MST * 1.05 Biomassa Tanaman Panjang akar tn 18.20 Volume akar tn 13.82 Nisbah tajuk/akar tn 25.48

Hasil panen dan komponen hasil

Jumlah anakan produktif tn 12.53

Jumlah gabah per malai tn 12.30

Bobot 1000 butir tn 4.12

Persentase gabah hampa tn 16.21

Bobot ubinan basah tn 17.00

Bobot ubinan kering tn 17.78

Hasil gabah kering per Ha tn 17.78

(24)

9

rinci hasil analisis pH tanah, kandungan C-organik, N total, P tersedia dan K total disajikan pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 2 Hasil analisis pH tanah dan kandungan C-organik

Sumber : Hasil analisis Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB;k) perlakuan kontrol

Tabel 3 Kandungan N, P, dan K dalam tanah sebelum dan sesudah perlakuan Perlakuan

N total (%) P tersedia (ppm) K total (ppm)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah Sebelum Setelah

Jerami + 50% dosis NPK 0.09 0.15 8.4 7.1 100.4 62.5

Jerami + 50% dosis NPK + POP +POC 0.14 0.16 8.6 7.9 110.8 72.5

Jerami + 50% dosis NPK + POP 0.11 0.15 8.2 6.3 100.4 80.0

Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1 0.09 0.19 9.4 6 90.1 60.0

Jerami + 50% dosis NPK + PH2 0.11 0.16 9.3 6.3 80.7 60.0

Jerami + 50% dosis NPK + PH3 0.08 0.19 10.8 6 140.0 90.0

Jerami + 50% dosis NPK + PH 1 0.09 0.14 7.7 5 80.8 105.0

Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2 0.09 0.15 9.3 5.1 280.0 75.0

Jerami + 100% dosis NPK 0.11 0.14 6.2 4.8 270.1 62.5

Tanpa jerami + 100% dosis NPKk) 0.05 0.18 5.1 5.1 70.5 70.0

Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 0.09 0.19 10.6 5.8 80.8 75.0

Tanpa jerami + 50% dosis NPK 0.07 0.19 10.4 6.1 120.7 70.0

Tanpa pemupukan 0.09 0.12 4.9 6.1 20.3 57.5

Sumber : Hasil analisis Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB;k) perlakuan kontrol.

Pertumbuhan Tanaman

Berdasarkan hasil pengamatan perlakuan 100% dosis NPK menghasilkan tinggi tanaman yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Namun demikian, secara umum perlakuan dengan pengurangan 50% dosis NPK atau penambahan jerami saja mampu menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan 100% dosis NPK hanya perlakuan jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2

Perlakuan pH C-Organik (%)

Sebelum Setelah Sebelum Setelah

Jerami + 50% dosis NPK 6.7 6.0 0.91 1.51

Jerami + 50% dosis NPK + POP +POC 6.4 6.0 1.73 1.67 Jerami + 50% dosis NPK + POP 6.2 5.9 1.17 1.51 Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1 6.2 6.1 0.89 2.00 Jerami + 50% dosis NPK + PH2 6.8 6.1 1.21 1.67 Jerami + 50% dosis NPK + PH3 6.6 6.3 0.88 2.00 Jerami + 50% dosis NPK + PH 1 6.4 5.7 0.99 2.00 Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2 6.1 5.9 0.93 1.67

Jerami + 100% dosis NPK 6.1 6.3 1.18 1.43

Tanpa jerami + 100% dosis NPKk) 6.9 5.5 0.62 1.83 Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 6.2 5.6 1.03 2.00 Tanpa jerami + 50% dosis NPK 7.0 5.9 0.70 1.75

(25)

10

yang memiliki tinggi tanaman paling rendah dibandingkan dengan 100% dosis NPK. Hal ini menunjukan bahwa pembenaman jerami mampu meningkatkan kandungan unsur hara N yang mendukung pertumbuhan tanaman yang sama dengan penambahan 100% dosis pupuk NPK. Hasil pengamatan pada jumlah anakan menunjukan bahwa pembenaman jerami ditambah 100% dosis NPK dan pembenaman jerami ditambah 50% dosis NPK memiliki jumlah anakan paling banyak dibandingkan dengan perlakuan 100% dosis NPK. Perlakuan tanpa pemupukan menunjukan tinggi tanaman dan jumlah anakan yang berbeda nyata lebih rendah dibandingkan perlakuan lain. Hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah anakan dan bagan warna daun disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah anakan dan bagan warna daun

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-dunnet); k) perlakuan kontrol

Biomassa Tanaman

Pengamatan biomassa tanaman dilakukan dengan mengambil dua tanaman dalam petak selain tanaman contoh. Pengamatan terhadap panjang akar menunjukan pembenaman jerami dengan penambahan 50% dosis NPK memiliki panjang akar sekitar 16.60-24.45 cm sedangkan perlakuan 100% dosis NPK memiliki panjang akar sebesar 22.65. pengamatan pada volume akar menunjukan bahwa perlakuan pembenaman jerami ditambah dengan 50% dosis NPK dan pupuk hayati menghasilkan volume akar terbesar dibandingkan dengan perlakuan 100% dosis NPK. Pengamatan nisbah tajuk/akar secara umum menunjukan pembenaman jerami ditambah 50% dosis NPK, pupuk organik baik padat maupun cair dan pupuk hayati menghasilkan nisbah tajuk/akar lebih tinggi dibandingkan 100% dosis NPK. Tingginya nilai nisbah tajuk/akar disebabkan karena terbatasnya perkembangan perakaran. Secara umum pengurangan 50% dosis NPK dengan pembenaman jerami, penambahan pupuk organik baik padat maupun cair

Perlakuan

8 MST (Minggu Setelah Tanam) Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Bagan warna daun

Jerami + 50% dosis NPK 97.97a 24.73a 4.08a

Jerami + 50% dosis NPK + POP + POC 99.63a 23.66a 4.05a Jerami + 50% dosis NPK + POP 100.55a 23.46a 4.00a Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1 97.88a 23.83a 4.03a Jerami + 50% dosis NPK + PH2 101.05a 22.63a 4.03a Jerami + 50% dosis NPK + PH3 99.14a 22.13a 4.03a Jerami + 50% dosis NPK + PH 1 100.55a 22.36a 4.03a Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2 96.06b 22.80a 4.03a

Jerami + 100% dosis NPK 101.29a 24.86a 4.08a

Tanpa jerami + 100% dosis NPKk) 102.29a 23.73a 4.08a Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 99.49a 22.23a 4.05a Tanpa jerami + 50% dosis NPK 101.04a 20.96a 4.05a

(26)

11

dan pupuk hayati mampu menghasilkan panjang akar, volume akar dan nisbah tajuk/akar yang tidak berbeda dengan 100% dosis NPK. Hal ini menunjukan bahwa penambahan jerami, pupuk organik dan pupuk hayati mampu mencukupi kebutuhan unsur hara N dan P yang mendukung biomassa tanaman. Hasil pengamatan panjang akar, volume akar dan nisbah tajuk/akar disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil pengamatan panjang akar, volume akar, dan nisbah tajuk/akar

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-dunnet); k) perlakuan kontrol

Komponen Hasil dan Hasil Panen

Perlakuan pembenaman jerami dengan 50% dosis NPK saja atau ditambah pupuk organik baik padat atau cair dan pupuk hayati menghasilkan jumlah anakan produktif sebesar 13.13-16.00 sedangkan pada pertumbuhan vegetatif menunjukan jumlah anakan sebesar 22.13-24.86. Hal ini menunjukan sekitar 60% dari jumlah anakan yang berkembang menjadi anakan produktif. Hasil pengamatan pada jumalah gabah per malai menunjukan perlakuan pembenaman jerami dengan 50% dosis NPK saja atau ditambah dengan POP dan POC menghasilkan jumlah gabah per malai lebih banyak dibandingkan 100% dosis NPK. Pengamatan bobot 1 000 butir menunjukan bahwa keseluruhan perlakuan memiliki bobot 1 000 yang lebih besar dibandingkan dengan 100% dosis NPK. Perlakuan pembenaman jerami dengan 50% dosis NPK ditambah dengan POP, PH2 dan PH3 menghasilkan persentase gabah hampa yang lebih tinggi dibandingkan dengan 100% dosis NPK. Perlakuan 100% dosis NPK memiliki persentase gabah hampa sebesar 5.86 %. Hasil pengamatan komponen hasil menunjukan bahwa penambahan 50% dosis pupuk NPK ditambah jerami saja, ataupun pengurangan 50% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami dan penambahan pupuk organik dan pupuk hayati mampu menghasilkan jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, bobot 1 000 butir dan persentase gabah hampa yang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (100% dosis NPK). Secara rinci hasil pengamatan jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir dan persentase gabah hampa disajikan pada Tabel 6.

Perlakuan

8 MST (Minggu Setelah Tanam) Panjang akar (cm) Volume akar (ml) Nisbah tajuk/akar

Jerami + 50% dosis NPK 16.60a 56.67a 7.58a

Jerami + 50% dosis NPK + POP + POC 20.95a 68.33a 5.54a Jerami + 50% dosis NPK + POP 23.25a 65.00a 5.78a Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1 23.15a 56.67a 4.64a Jerami + 50% dosis NPK + PH2 24.50a 88.33a 4.15a Jerami + 50% dosis NPK + PH3 22.80a 58.33a 6.32a Jerami + 50% dosis NPK + PH 1 20.35a 65.00a 6.23a Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2 24.45a 70.00a 4.48a

Jerami + 100% dosis NPK 21.72a 61.67a 5.48a

Tanpa jerami + 100% dosis NPKk) 22.65a 70.00a 5.06a Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 22.82a 70.00a 5.51a Tanpa jerami + 50% dosis NPK 22.80a 68.33a 4.91a

(27)

12

Tabel 6 Pengamatan jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, bobot 1 000 butir dan persentase gabah hampa

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-dunnet); k)

perlakuan kontrol

Hasil pengamatan ubinan basah dan kering menunjukan bahwa perlakuan 50% dosis NPK saja, atau ditambah pembenaman jerami, pupuk organik baik padat atau cair, dan 100% dosis NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan hasil ubinan basah dan kering lebih besar dibandingkan dengan perlakuan 100% dosis NPK. Pengamatan terhadap dugaan hasil gabah ha-1 secara umum menunjukan bahwa GKP dan GKG tidak dipengaruhi oleh penambahan 50% dosis pupuk NPK saja, penambahan 50% dosis pupuk NPK ditambah jerami saja, ataupun pengurangan 50% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami dan penambahan pupuk organik dan pupuk hayati namun demikian perlakuan tersebut dapat meningkatkan hasil panen. Hasil pengamatan menunjukan bahwa perlakuan jerami + 50% dosis pupuk NPK, jerami + 50% dosis NPK + POP + POC, jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1, jerami + 100% dosis NPK, dan tanpa jerami + 50% dosis NPK mengalami peningkatan hasil gabah/ha bila dibandingkan dengan kontrol (100% dosis NPK) yaitu berkisar antara 0.04 - 0.15%. Hasil pengamatan ubinan basah dan kering, dugaan hasil gabah ha-1 dan peningkatan hasil gabah ha-1 secara rinci disajikan pada Tabel 7.

Perlakuan Komponen hasil Jumlah anakan Produktif Jumlah gabah/malai (bulir) Bobot 1 000 butir (g) Persentase gabah hampa (%) Jerami + 50% dosis pupuk NPK 15.30a 156.27a 25.66a 5.05a Jerami + 50% dosis NPK + POP +POC 13.07a 153.27a 25.66a 4.25a Jerami + 50% dosis NPK + POP 13.20a 153.47a 25.66a 5.48a Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1 13.50a 146.43a 26.66a 4.06a Jerami + 50% dosis NPK +PH2 14.40a 147.77a 26.00a 5.63a Jerami + 50% dosis NPK + PH3 14.37a 145.30a 25.33a 6.28a Jerami + 50% dosis NPK + PH 1 13.13a 135.50a 26.00a 4.48a Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2 14.33a 140.53a 25.66a 3.48a Jerami + 100% dosis NPK 16.00a 128.47a 26.33a 4.10a Tanpa jerami + 100% dosis NPKk) 14.53a 148.23a 24.66a 5.86a Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 14.77a 137.67a 25.66a 6.05a Tanpa jerami + 50% dosis NPK 13.87a 123.00a 26.33a 4.33a

(28)

13

Tabel 7 Pengamatan hasil ubinan, dugaan hasil gabah ha-1 dan peningkatan hasil gabah ha-1

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-dunnet); k) perlakuan kontrol

Analisis Usaha Tani

Hasil analisis usaha tani menunjukan bahwa perlakuan jerami + 50% dosis pupuk NPK, jerami + 50% dosis NPK + POP + POC, jerami + 100% dosis NPK, dan tanpa jerami + 50% dosis NPK menghasilkan keuntungan dan B/C ratio yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (100% dosis pupuk NPK). Perlakuan jerami + 50% dosis pupuk NPK, jerami + 50% dosis NPK + POP + POC, jerami + 100% dosis NPK, dan tanpa jerami + 50 % dosis NPK menghasilkan keuntungan sebesar Rp 16 076 000 – Rp 18 230 000 sedangkan perlakuan kontrol (100% dosis NPK) hanya sebesar Rp 14 146 000 . Berikut hasil analisis usaha tani dapat dilihat pada Tabel 8. Perlakuan Hasil Ubinan (kg) Hasil gabah ha-1 (ton) Peningkatan Hasil (%) Basah Kering GKP GKG

Jerami + 50% dosis pupuk NPK 6.11a 5.25a 9.77a 8.40a 0.13 Jerami + 50% dosis NPK + POP +POC 6.52a 5.25a 10.4a 8.40a 0.13 Jerami + 50% dosis NPK + POP 5.15a 4.33a 8.24a 6.92a -0.07 Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1 5.77a 4.81a 9.23a 7.70a 0.04 Jerami + 50% dosis NPK + PH2 4.94a 4.05a 7.91a 6.48a -0.13 Jerami + 50% dosis NPK + PH3 5.28a 4.47a 8.44a 7.15a -0.04 Jerami + 50% dosis NPK + PH 1 5.40a 4.50a 8.64a 7.20a -0.03 Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2 5.41a 4.52a 8.65a 7.23a -0.03 Jerami + 100% dosis NPK 6.20a 5.05a 9.92a 8.08a 0.09 Tanpa jerami + 100% dosis NPKk) 5.65a 4.65a 9.04a 7.43a 0.00 Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 5.33a 4.38a 8.53a 7.01a -0.06 Tanpa jerami + 50 % dosis NPK 6.33a 5.35a 10.1a 8.55a 0.15 Tanpa pemupukan 5.21a 4.25a 8.33a 6.79a -0.09

(29)

14

Tabel 8 Hasil analisis usaha tani seluruh perlakuan

k)

perlakuan kontrol

Pembahasan

Analisis tanah yang dilakukan setelah panen menunjukan bahwa terjadi kenaikan kandungan C-organik dan N total dalam tanah pada setiap perlakuan. Hal ini menunjukan bahwa aplikasi jerami dan pupuk organik mampu meningkatkan ketersediaan kandungan C-organik dan N tanah. Peningkatan N tanah disebabkan oleh proses dekomposisi jerami yang cukup lama mengakibatkan pelepasan unsur nitrogen ke larutan tanah berlangsung lama. Eagle et al (2000) menyatakan setelah tahun kedua efek residu jerami telah terlihat karena telah terjadi mineralisasi unsur N. Lebih lanjut Sugiyanta (2007) menyatakan mineralisasi jerami pada musim tanam ketiga sudah terlihat mampu menekan pengaruh imobilisasi N yang ditandai dengan meningkatnya ketersediaan unsur hara N. Hasil pengamatan terhadap kandungan P dan K tanah menunjukan adanya penurunan kandungan P dan K tanah setelah percobaan. Penurunan kandungan P diduga karena adanya imobilisasi unsur P. Sinha (1971) menyatakan bahwa residu jerami yang dibenamkan ke dalam tanah berupa humus dan asam fosfo fulfat. Asam fosfo fulfat inilah yang berperan dalam imobilisasi unsur P. Penurunan kalium pada percobaan ini diduga karena adanya kehilangan kalium karena terangkut oleh tanaman. Namun demikian, perlakuan pembenaman jerami dengan 50% dosis NPK ditambah PH1 menunjukan adanya peningkatan K tanah. Hal ini menunjukan bahwa dekomposisi jerami mendorong peningkatan kandungan K tanah. Ponnamperuma (1984) menyatakan pembenaman jerami ke lahan akan meningkatkan ketersediaan K tanah karena K jerami larut dalam air dan segera tersedia bagi tanaman.

Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang terdiri dari pengamatan tinggi tanaman, jumlah anakan dan bagan warna daun secara umum menunjukan hasil yang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (100% dosis NPK) hanya perlakuan pembenaman jerami dengan 50% dosis NPK ditambah POP dan PH2 yang memiliki tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan 100% NPK. Menurut Cho dan Kobata (2002), jerami padi merupakan sumber bahan organik utama

Perlakuan Pendapatan (Rp) Biaya (Rp) Keuntungan (Rp) B/C ratio Jerami + 50% dosis pupuk NPK 26 880 000 9 280 000 17 600 000 1.90 Jerami + 50% dosis NPK + POP + POC 26 880 000 10 350 000 16 530 000 1.60 Jerami + 50% dosis NPK + POP 22 144 000 9 880 000 12 264 000 1.24 Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1 24 640 000 10 720 000 13 920 000 1.30 Jerami + 50% dosis NPK + PH2 20 736 000 10 300 000 10 436 000 1.01 Jerami + 50% dosis NPK + PH3 22 880 000 10 000 000 12 880 000 1.29 Jerami + 50% dosis NPK + PH 1 23 040 000 10 120 000 12 920 000 1.28 Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2 23 136 000 10 900 000 12 236 000 1.12 Jerami + 100% dosis NPK 25 856 000 9 780 000 16 076 000 1.64 Tanpa jerami + 100% dosis NPKk) 23 776 000 9 630 000 14 146 000 1.47 Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 22 432 000 10 600 000 11 832 000 1.12 Tanpa jerami + 50% dosis NPK 27 360 000 9 130 000 18 230 000 2.00 Tanpa pemupukan 21 728 000 8 480 000 13 248 000 1.56

(30)

15

yang dapat mengikat N pupuk selama dekomposisi dan melepas kembali secara perlahan. Jerami padi juga mengandung sekitar 0.6% N, 0.1% P dan S, 1% K, 5% Si, dan 40% C yang dapat memasok unsur hara tanaman. Nitrogen merupakan pendukung dari pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah anakan) dan meningkatkan luas daun. Hal ini menunjukan bahwa penambahan jerami dan pupuk organik mampu mensubtitusi sebagian kebutuhan hara N tanaman yang mendorong pertumbuhan tanaman sehingga tidak berbeda dengan kontrol yang menggunakan 100% dosis pupuk NPK.

Hasil pengamatan menunjukan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis NPK menghasilkan biomassa tanaman yang tidak berbeda terhadap perlakuan kontrol (100% dosis NPK). Menurut Doberman dan Fairhust (2000) biomassa tanaman sangat ditentukan oleh kecukupan hara N dan P. Suhartatik dan Sismiyati (1999) menyatakan bahan organik dapat menyediakan beberapa unsur hara dan meningkatkan efisiensi pemupukan P. Selain itu, pupuk hayati yang digunakan dalam percobaan ini mengandung beberapa bakteri yang bermanfaat bagi tanaman seperti Azotobacter, Azospirillum, Rhizobium, Bacillus dan Pseudomonas. Menurut Fadiluddin (2009) mikroba tanah sangat penting untuk membantu proses mineralisasi bahan organik dan membantu tanaman dalam penyerapan unsur hara.

Azotobacter, Azospirillum, Rhizobium, Bacillus berfungsi sebagai pengikat

nitrogen dan Pseudomonas dapat melarutkan fosfat dan kalium.

Pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis NPK menghasilkan jumlah anakan produktif, jumlah gabah/malai, bobot 1000 butir dan persentase gabah hampa yang tidak berbeda terhadap perlakuan kontrol (100% dosis pupuk NPK). Penggunaan jerami, pupuk organik dan pupuk hayati sangat berperan dalam mensuplai hara N, P, dan K bagi tanaman. Menurut Adiningsih (1988) pemberian bahan organik kedalam tanah, kecuali dapat memperlambat pemiskinan hara juga dapat meningkatkan kandungan C-organik, KTK, stabilitas agregat tanah dan translokasi unsur hara N dan P dari jaringan batang ke dalam gabah sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil tanaman. Sugiyanta et al (2008) menambahkan aplikasi jerami ditambah setengah dosis pupuk anorganik memiliki serapan P lebih tinggi dibandingkan pupuk anorganik dosis rekomendasi. Hasil penelitian Adiningsih (1984) pembenaman jerami 5 ton/ha per musim selama empat musim pada tanah sawah kahat K dapat mensubtitusi keperluan pupuk K dan memperbaiki kesuburan tanah sehingga dapat meningkatkan hasil panen.

Hasil analisis terhadap dugaan hasil gabah/ha menunjukan bahwa pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis NPK menunjukan hasil gabah/ha yang tidak berbeda dengan perlakuan kontrol (100% dosis NPK). Yunizar (2005) menyatakan bahwa pemakaian jerami padi memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil gabah padi sawah. Hastuti et al (2008) menyatakan pemakaian setengah takaran rekomendasi pupuk kimia dengan sisa jerami yang disemprot M-dec dan diberi pupuk hayati Bionutrient dan Biophos tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk kimia takaran rekomendasi dalam meningkatkan KTK tanah dan hasil gabah kering giling.

Hasil analisis usaha tani menunjukan perlakuan jerami + 50% dosis pupuk NPK, jerami + 50% dosis NPK + POP +POC, jerami + 50% dosis NPK + POP +

(31)

16

PH1, jerami + 100% dosis NPK, dan tanpa jerami + 50 % dosis NPK memiliki nilai B/C ratio dan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol (100% dosis NPK). Hal ini menunjukan bahwa pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis NPK lebih layak secara ekonomi untuk diterapkan dibandingkan kontrol (100% dosis NPK tanpa jerami).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pembenaman jerami selama enam musim tanam dengan pengurangan 50% dosis NPK menghasilkan pertumbuhan tanaman, biomassa tanaman, komponen hasil dan hasil gabah/ha yang tidak berbeda dengan 100% dosis pupuk NPK tanpa pembenaman jerami. Pembenaman jerami dan aplikasi pupuk organik dengan pengurangan 50% dosis NPK memberikan keuntungan dan B/C ratio yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol (100% dosis NPK tanpa jerami).

Saran

Perlu dilakukan penelitian dalam waktu yang lebih lama untuk mengamati peningkatan ketersediaan unsur hara dan peningkatan hasil padi sawah pada perlakuan penambahan jerami baik dengan maupun tanpa pupuk inorganik.

DAFTAR PUSTAKA

Agung T, Rahayu A Y. 2004. Analisis efisiensi serapan unsur N, pertumbuhan, dan hasil beberapa kultivar kedelai unggul baru dengan cekaman kekeringan dan pemberian pupuk hayati. J Agrisains. 6(2):70-74.

Adiningsih JS. 1988. Peranan limbah pertanian khususnya jerami dalam pemupukan berimbang. Pertemuan Teknis Penelitian Tanah; 1986 Maret 18-20; Cipayung, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian Tanah. hlm 203-215.

Adiningsih S. 1984. Pengaruh beberapa faktor terhadap penyediaan kalium tanah sawah daerah Sukabumi dan Bogor [tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

(32)

17

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2013. Analisis Sifat dan

Curah Hujan bulan Februari 2013 [Internet]. [diunduh 2013 Sep 14].

Tersedia pada:http://www.depok.go.id/berkas-unggah/2013/4/prak-jabar-april-2013-8.pdf.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Padi Sawah Nasional [Internet]. [diunduh 2013 Sep 12]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id.

[BPPT] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Deskripsi varietas

padi [Internet]. [diunduh 2013 Sep 12]. Tersedia pada:

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/bpp09001.pdf.

Doberman A, Fairhurst T. 2000. Rice nutrient disorders and nutrient

management. Canada: Oxford Geographic Printers Pte Ltd.

Eagle AJ, Bird JA, Horwath WR, Linguist BA, Brouder SM, Hill JE, Kessel VC. 2000. Rice yield and nitrogen utilization efficiency under alternative straw management practices. J.agron 92:1096-1103.

Fadilludin M. 2009. Efektifitas formula pupuk hayati dalam memacu serapan hara, produksi, kualitas hasil jagung dan padi gogo di lapang [tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Hartatik W, Setyorini D. 2008. Pengaruh pupuk organik terhadap sifat kimia tanah dan produksi tanaman padi sawah organik. Seminar Nasional dan Dialog

Sumberdaya Lahan Pertanian. 2008 Nov 18-20; Bogor, Indonesia. Bogor

(ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm 21-38.

Hastuti RD, Sarasawati R, Purwani J, Trini SK. 2008. Aplikasi pupuk hayati dan dekomposer pada padi sawah. Seminar Nasional dan Dialog Sumberdaya

Lahan Pertanian. 2008 Nov 18-20; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm 491-504.

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Cetakan ke-6. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Indriyati LT. 2006. Aplikasi jerami padi dan urea serta hubunganya dengan serapan nitrogen dan pertumbuhan tanaman padi [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mattjik AA, Sumertajaya MI. 2006. Perancangan Percobaan dengan aplikasi

SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Pr.

[KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2009. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah. No 28/Permentan/SR.130/5/2009. Jakarta (ID): KEMENTAN. Ponnamperuma FN. 1984. Straw as source of nutrient for wetland rice. In:

Organic matter and rice. IRRI. Los Banos (PH).

Sinha MK. 1971. Effect of straw application on yield and phosphorus nutrition of crops. Plant and Soil 43(1-3):537-545.

Sugiyanta, Rumawas F, Chozin MA, Mugnisyah WQ, Ghulamahdi M. 2008. Studi serapan hara N, P, dan K dan potensi hasil lima varietas padi sawah (oryza sativa L.) pada pemupukan anorganik dan organik [disertasi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Suhartatik E, Sismiyati R. 2000. Tonggak kemajuan Teknologi Produksi Tanaman

Pangan. Suwarno et al., editor. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan

(33)

18

Suriadikarta DA, Prihatini T, Setyorini D, Hartatik W. 2005. Teknologi

pengelolaan bahan organik tanah. Pusat penelitian dan pengembangan tanah dan agroklimat. Jakarta (ID). Badan Litbang Pertanian.

Suriadikarta DA, Simanungkalit RDM. 2006. Pupuk organik dan Hayati. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Taslim H, Partohardjono S, Subandi. 1993. Pemupukan padi sawah. Ismunaji M, Partohardjono S, Syam M, dan Widjono A, editor. Padi Buku 2. Bogor (ID): Badan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. Volume 4. New York (US). The Macmillan Publ. Co.

Tombe M. 2008. Teknologi aplikasi mikroba pada tanaman [Internet]. [diunduh 2013 Sep 12]. Tersedia pada: http://www.google/sekilas pupuk

hayati.html.

Vessey JK. 2003. Plant growth promoting rhizobacteria as biofertilizer. Plant Soil 255:571-586.

Widya N. 2006. Pupuk Hayati [Internet]. [diunduh 2013 Sep 12]. Tersedia pada:

http://nasih.staff.ugm.ac.id/p/008ph.html.

Yunizar. 2005. Pemanfaatan jerami padi dan pupuk K pada pola tanam padi – padi di Kampar, Riau. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah

dan Iklim. 2004 Sep 14-15; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian

(34)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Denah percobaan

Keterangan :

P1: Jerami + 50% dosis pupuk NPK A : Ulangan 1 P2: Jerami + 50% dosis NPK + POP +POC B : Ulangan 2 P3: Jerami + 50% dosis NPK + POP C : Ulangan 3 P4: Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH1

P5: Jerami + 50% dosis NPK + PH2 P6: Jerami + 50% dosis NPK + PH3 P7: Jerami + 50% dosis NPK + PH 1 P8: Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH2 P9: Jerami + 100% dosis NPK

P10: Tanpa Jerami + 100% dosis NPK P11: Jerami + 50% dosis NPK + POP + PH3 P12: Tanpa jerami + 50% dosis NPK

P13: Tanpa pemupukan A13 C8 B7 B13 A10 A12 B11 C11 SALURAN PARIT C12 C6 C10 C9 C7 C1 C3 C5 C4 C2 C13 SALURAN PARIT B12 B2 B10 B9 B4 B3 B1 B6 B8 B5 SALURAN PARIT A3 A9 A1 A11 A7 A4 A8 A6 A5 A2 Utara

(35)

20

Lampiran 2 Deskripsi padi varietas Ciherang

No Seleksi : S3383-Id-Pn-41-3-1

Asal : Persilangan IR18349-53-1-3-1-3/3* IR19661-131-3-1//4*IR 64

Golongan : Cere

Umur tanaman : 115-125 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi Tanaman : 107-115 cm Anakan Produktif : 14-17 batang Warna kaki daun : Hijau

Warna telingan daun : Tidak berwarna Daun bendera : Tegak

Warna batang : Hijau Kerebahan : Sedang Tipe Malai : Intermediet Leher malai : Terbuka Kerontokan : Sedang Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning bening Rata-rata hasil : 6 ton ha-1 GKG Potensi hasil : 8 ton ha-1 GKG Bobot 1 000 butir : 28 gr

Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23%

Keterangan : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai ketinggian 500 mdpl

Ketahanan terhadap hama : Tahan wereng biotipe 2, agak tahan wereng coklat biotipe biotipe 3

Ketahanan terhadap penyakit : Tahan bakteri hawar daun strain III dan IV Sumber : BPPT 2009

(36)

21 Ur a ia n Per la k u a n P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P1 0 P1 1 P1 2 P1 3 To ta l In flo w 2 6 8 8 0 0 0 0 2 6 8 8 0 0 0 0 2 2 1 4 4 0 0 0 2 4 6 4 0 0 0 0 2 0 7 3 6 0 0 0 2 2 8 8 0 0 0 0 2 3 0 4 0 0 0 0 2 3 1 3 6 0 0 0 2 5 8 5 6 0 0 0 2 3 7 7 6 0 0 0 2 2 4 3 2 0 0 0 2 7 3 6 0 0 0 0 2 1 7 2 8 0 0 0 S ew a L ah an 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 0 Rin cian o u tf lo w A. ten ag a k erja P en g o lah an la h an 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 P em b en am an Je ra m i 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 P en an am an 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 P em u p u k an 1 . N P K 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 2 .P H 1 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 .P H 2 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 4 . P H 3 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 5 . P O P 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 6 . P OC 5 0 0 0 0 B. P an en 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 2 8 0 0 0 0 C. Be n ih 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 D. P u p u k 1 . N P K 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 2 .P H 1 5 4 0 0 0 0 5 4 0 0 0 0 3 .P H 2 7 2 0 0 0 0 7 2 0 0 0 0 4 . P H 3 4 2 0 0 0 0 4 2 0 0 0 0 5 . P O P 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 6 . P OC 4 2 0 0 0 0 To ta l B ia y a 9 2 8 0 0 0 0 1 0 3 5 0 0 0 0 9 8 8 0 0 0 0 1 0 7 2 0 0 0 0 1 0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 0 0 0 0 1 0 9 0 0 0 0 0 9 7 8 0 0 0 0 9 6 3 0 0 0 0 1 0 6 0 0 0 0 0 9 1 3 0 0 0 0 8 4 8 0 0 0 0 K eu n tu n g a n 1 7 6 0 0 0 0 0 1 6 5 3 0 0 0 0 1 2 2 6 4 0 0 0 1 3 9 2 0 0 0 0 1 0 4 3 6 0 0 0 1 2 8 8 0 0 0 0 1 2 9 2 0 0 0 0 1 2 2 3 6 0 0 0 1 6 0 7 6 0 0 0 1 4 1 4 6 0 0 0 1 1 8 3 2 0 0 0 1 8 2 3 0 0 0 0 1 3 2 4 8 0 0 0 Ne t B /C 1 .9 0 1 .6 0 1 .2 4 1 .3 0 1 .0 1 1 .2 9 1 .2 8 1 .1 2 1 .6 4 1 .4 7 1 .1 2 2 .0 0 1 .5 6 L ampi ra n 3 Ana li sis usa ha tani 21

(37)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 3 Mei 1991 dari ayah Karsono dan ibu Sudarsih. Penulis adalah putra ketiga dari 3 bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Purworejo dah pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Penulis menjadi asisten praktikum Ilmu Tanaman Pangan pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Teknik Budidaya Tanaman pada tahun ajaran 2013/2014 selama mengikuti perkuliahan. Penulis juga aktif mengajar mata pelajaran Kimia SMA di bimbingan belajar Adi Oke Center (AOC). Penulis juga pernah aktif sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan BEM Fakultas Pertanian IPB, Koordinator Departemen Informasi dan Komunikasi UKM voli IPB dan staf Departemen Eksternal Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON). Penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan salah satunya adalah sebagai Koordinator Pusat bagian Sponsor Festival Bunga dan Buah Nusantara 2013.

Penulis juga aktif mengikuti perlombaan olahraga yang dilaksanakan di tingkat IPB. Salah satu prestasi yang pernah diraih adalah sebagai Juara I Olimpiade Mahasiswa IPB cabang Voli pada tahun 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Seperti tampak pada Gambar 8, setelah diketahui hasil dari BER saat hanya terkena AWGN maka dapat dibandingkan dengan saat citra terletak pada kanal transmisi

Menggadai Tanah Harta Pusaka Tinggi Dalam Masyarakat Adat Minangkabau di. Kabupaten Agam Nagari

Work-Family Conflict terjadi karena peran seseorang dalam keluarga menyebabkan susah untuk berpartisipasi pada perannya di tempat kerja dan dapat mempengaruhi

Kajian usaha tani ayam KUB bertujuan untuk mengetahui efisiensi kelayakan usaha ayam KUB jantan sebagai penghasil daging yang dipelihara secara intensif melalui

• Initial State : The booking operator has logged onto the Reservation System, mounted Ticket Roll on the Printer and fed stock number in the system what is printed on the

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin melihat mengenai kandungan Merkuri (Hg) dan Kadmium (Cd) pada beberapa jenis ikan asin yang di produksi di kelurahan

Gambaran Perilaku Seksual Remaja dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Pada Siswa Kelas 2 SMU di Kota Depok tahun 2002 (Studi di dua SMUN Favorit). Analisa Lingkungan Sosial, Sikap

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap penyampaian materi pembelajaran berjalan di SMK MedikaCom Bandung yang sedang berjalan saat ini, maka perancangan