• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. Di dalam Gereja Katolik, umat Allah dipahami sebagai persekutuan orang-orang yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. Di dalam Gereja Katolik, umat Allah dipahami sebagai persekutuan orang-orang yang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Di dalam Gereja Katolik, umat Allah dipahami sebagai persekutuan orang-orang yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan orang beriman, mereka mengungkapkan imannya itu dalam ritus tertentu. Di dalam ritus itu, mereka mempunyai peranan masing-masing. Pembagian peranan inilah yang kemudian dikenal dalam Gereja dengan istilah imamat umum dan imamat khusus. Imamat umum dan imamat khusus ini tidak hanya berbeda hakikatnya tetapi juga dalam tingkatannya. Meskipun demikian, keduannya saling terarahkan karena berpartisipasi dalam satu imamat yang sama yakni Imamat Yesus Kristus. Hal ini karena Yesus Kristuslah yang mengaruniakan kedua bentuk imamat itu.

Imam mendapat tempat khusus dalam Gereja karena ia dimeteraikan dengan Roh Kudus melalui Sakramen Tahbisan. Berkat tahbisan suci yang diterimanya, imam dipersatukan secara istimewa dengan Allah Tritunggal sehingga diberikan kuasa suci untuk memimpin dan melayani umat imami serta merayakan sakramen-sakramen Gereja. Di antara sakramen-sakramen Gereja, Ekaristi adalah sakramen yang sangat vital dalam kehidupan Gereja. Hal ini karena Gereja hidup dari dan untuk Ekaristi. Karena itu, Ekaristi menjadi sumber dan puncak kehidupan kristiani. Ekaristi juga adalah sumber dan puncak kehidupan imam. Ekaristi adalah alasan diadakannya Sakramen Imamat. Untuk itu, kehidupan dan karya seorang imam tak dapat dipisahkan dari Ekaristi karena hanya dalam dan melalui Ekaristilah, imam memperoleh semangat, kekuatan, dan inspirasi untuk menjalankan tugasnya di tengah dunia yang penuh dengan berbagai tantangan ini.

Dari uraian di atas, kita dapat mengerti mengapa Gereja mengajarkan bahwa imamlah yang mempunyai wewenang untuk memimpin Ekaristi. Hal ini karena Gereja melihat

(2)

hubungan yang tak terpisahkan antara Ekaristi dan Imamat. Melalui Sakramen Tahbisan, imam diurapi dengan Roh Kudus dan Roh Kudus itulah yang memampukan imam untuk memimpin perayaan Ekaristi dalam pribadi/atas nama Kristus (in persona Christi). Berkat meterai Roh Kudus itu, imam dapat mengkonsekrir roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Untuk itu, imam hendaknya menghayati tugasnya yang mulia ini. Bahwasanya dalam perayaan Ekaristi, ia menghadirkan Kristus secara nyata. Karena itu ia harus menempatkan Kristus di garis depan sehingga Kristuslah yang menjadi pusat perayaan. Artinya, imam harus menyadari bahwa tindakannya adalah semata-mata in persona Christi sehingga yang ditampakkan dan diwartakan adalah Kristus sendiri dan bukanlah dirinya sendiri. Hanya dengan inilah ia menghayati jati dirinya sebagai imam Kristus.

5.2 Saran

Berdasarkan uraian-uraian di atas yang menekankan hubungan mendalam antara Ekaristi dan Imamat, maka seorang imam pertama-tama harus menyadari dirinya bahwa ia adalah imam Tuhan. Imamatnya bukan berasal dari dirinya sendiri atau dari orang-orang di sekitarnya melainkan berasal dari Tuhan. Karena itu, hidup dan karya pelayanannya adalah untuk melayani Tuhan.

Pelayanan seorang imam akan bermakna dan menghidupkan jika ia mengakarkan dirinya di dalam Tuhan. Tanpa Kristus, karya dan pelayanan seorang imam menjadi sia-sia dan bahkan imamatnya pun tidak berarti. Karya pelayanan pastoralnya pun akan menjadi kering. Di sini Ekaristi menempati tempat pertama dalam diri seorang imam. Ekaristi menjadi jantung hidup seorang imam karena Ekaristilah yang memberi semangat, kekuatan dan harapan baginya. Ekaristi adalah alasan diadakannya imamat. Tindakanya dalam pelayanan Ekaristi adalah tindakan in persona Christi. Karena itu, seorang imam harus menghayati Ekaristi dalam hidupnya dan merayakan-Nya terus-menerus bagi kehidupannya dan kehidupan Gereja. Dengan penghayatan itu, ia akan menghadirkan Kristus sebagai sumber

(3)

dan puncak kehidupan umat beriman dan hidupnya sendiri. Buah penghayatannya yang mendalam terhadap Ekaristi itu akan nampak dalam karya pelayanan pastoralnya di mana ia akan sungguh-sungguh memberi diri kepada umat Allah yang dilayaninya. Dengan demikian, umat beriman akan sungguh mengalami kehadiran Tuhan dalam diri imamnya karena imam telah menghayati jati dirinya secara sungguh-sungguh sebagai pelayan Kristus.

DAFTAR PUSTAKA

(4)

Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, (Jakarta: LAI), 1994

DOKUMEN-DOKEMEN

Konsili Vatikan II, Dekrit Tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, Presbyterorum Ordinis, (7 Desember 1965), dalam: R. Hardawiryana., penerj., Dokumen Konsili Vatikan II, KWI, (Jakarta: Obor, 1993)

_____________, Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja, Lumen Gentium, (21 November 1964), dalam: R. Hardawiryana., (penerj.), Dokumen Konsili Vatikan II, (Jakarta: Obor, 1993)

_____________, Konstitusi Tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium, (4 Desember 1963), dalam: R. Hardawiryana., (penerj.), Dokumen Konsili Vatikan II, (Jakarta: Obor, 1993)

Kongregasi Untuk Para Imam, Direktorium Tentang Pelayanan Dan Hidup Para Imam, dalam: R. Hardawiryana., (penerj.), (Jakarta: Dopken KWI, 1996)

______________, Imam dan Milenium Ketiga, dalam: D. Gusti Bagus Kusumawanta, Pr dan Paulus Hidayat., (penerj.), (Yogyakarta: Kanisius, 2010)

Kongregasi Untuk Pewartaan Injil, Pedoman Pastoral Untuk Para Imam Diosesan, dalam: J. Hadiwikarta., (Penerj.), (Jakarta, Dopken KWI, 1992)

Yohanes Paulus II, Paus, Anjuran Apostolik, Pastores Dabo Vobis, (25 Maret 1992), Seri Dokumen Gereja, (Jakarta: DOKPEN-KWI, 1992)

_____________, Ensiklik Ecclesia De Eucharistia, dalam: Anicetus B. Sinaga (Penerj.), Ekaristi Dalam Hubungannya Dengan Gereja, (Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, April 2004)

_____________, (Promulgator), Katekismus Gereja Katolik, dalam Herman Embuiru, (Penerj.), (Ende: Arnoldus, 1995)

_____________, (Promulgator), Kitab Hukum Kanonik, dalam: V, Kartosiswoyo, (Penerj.), (Jakarta: Obor-Sekretariat KWI, 1996)

Benedictus XVI, Paus, Anjuran Apostolik Pasca-Sinode, Sacramentum Caritatis, (22 Februari), Seri Dokumen Gereja, (Jakarta: KOMLIT-KWI, 2007)

Konferensi Wali Gereja Indonesia, Iman Katolik, (Yokyakarta: Kanisius, 1996)

KAMUS DAN ENSIKLOPEDI

(5)

Poerdawarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) Pringgodigdo, Ag., Cs., Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1990)

O’ Collins, Gerald dan., Edward G. Farrugia, Kamus Teologi, dalam: Ignas Suharyo, (Penerj.), (Yogyakarta: Kanisius, 1995)

BUKU-BUKU

Bakker, A., Ajaran Iman Katolik 2, (Yogyakarta: Kanisius, 1998) Cahyadi, Krispurwana, Benediktus XVI, (Yogyakarta: Kanisius, 2010)

Cantalamessa, Rainero, Ekaristi Gaya Pengudusan Kita, dalam: N. J. Boumans dan Bernad Boli Ujan, (Penerj.), (Ende: Nusa Indah, 1994)

Darmawijaya, St., Citra Imam Satria Pinandita, (Yogyakarta: Kanisius, 1992)

Dulles Avery, Model-Model Imamat Pelayanan, dalam: George Kircberger (Ed.), Norbet Jegalus dan Alex Armanjaya, (Penerj.), Gereja Dalam Perubahan, (Ende: Nusa Indah, 1992)

Dunn, J. Patrick, Priesthood; A Re-examination of The Roman Catholic Theology Of The Presbyterate, (New York: Alba House, 1990)

Goergen J, Donald, Imam Masa Kini, (Maumere: Ledalero, 2003)

Groenen, C., Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 1992) Heenan, Cardinal, Council And Clergy, (London: Geoffrey Chapman, 1966)

Kirchberger, George, Allah Menggugat: Sebuah Dogma Kristiani, (Maumere: Ledalero, 2007)

Leteng, Hubertus, Spiritualitas Imamat Motor Kehidupan Imam, (Maumere: Ledalero, 2003)

Leu, Anselmus, Spiritualitas Imamat; Menghidupkan Kembali Spiritualitas Tahbisan, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2004)

McGrath, E. Alister, Sejarah Pemikiran Reformasi, dalam: Liem Sien Kie, (Penerj.), (Yogyakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2006)

Martasudjita, E., Ekaristi; Tinjauan Teologis, Liturgis dan Pastoral, (Yogyakarta: Kanisius, 2005)

______________, Pengantar Liturgi; Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 1999)

(6)

______________, Sakramen-Sakramen Gereja, (Yogyakarta: Kanisius: 2003)

Purwatma, M., Ekaristi Dalam Diskusi Ekumenis, dalam: Y. B. Prasetyantha, (Ed.), Ekaristi Dalam Hidup Kita, (Yogyakarta: Kanisius, 2008)

Tisera, Quido, Imamat Yesus Kristus-Imamat Kita, (Malang: Dioma, 2003)

Vanhoye, Albert, Kristus Imam Kita; Menurut surat Kepada Orang Ibrani, (Yogyakarta: Kanisius, 1987)

Wolor, John, Menggugat Identitas Pastor; Umat Bertanya - Gereja Menjawab, (Jakarta: Prestasi Pustaka Kasih, 2009)

MAJALAH DAN MANUSKRIP

Majalah Liturgi Vol. 16. No. 1 Januari-Februari, (Jakarta: KOMLIT-KWI, 2005) Majalah Liturgi Vol. 16. No. 2 Maret-April, (Jakarta: KOMLIT-KWI, 2005)

Majalah Liturgi Vol. 21. No. 6 November-Desember, (Jakarta: KOMLIT-KWI, 2010)

Celma, Miguel, Perjanjian Lama Dan Ekaristi, (Bahan Seminar), (Penfui: Fakultas Filsafat Agama Unwira, 2004)

Pakaenoni, Hironimus, Teologi Ekaristi, (Manuskrip), (Penfui: Fakultas Filsafat Agama Unwira, 2011)

Referensi

Dokumen terkait