• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN TINGKAT KONDISI FISIK ATLET KARATE SMA NEGERI 1 KECAMATAN SULIKI KABUPATEN 50 KOTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN TINGKAT KONDISI FISIK ATLET KARATE SMA NEGERI 1 KECAMATAN SULIKI KABUPATEN 50 KOTA SKRIPSI"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Kepada Tim Penguji Skripsi

Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

GUSTIA LESTARI 00969/2008

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

(2)
(3)
(4)

i ayat 6-7) “Alhamdulillah. . . .

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT yang telah membukakan hati dan pikiranku dan memberikan karunia-Nya sehingga pada hari ini aku telah dapat menyelesaikan perjuangan

ini. . . . Hari ini. . . .

Cahaya masa depan terlintas di hadapanku Kuharus berlari sebelum nafasku berhenti

Karena hidup adalah sebuah perjalanan panjang Kutajamkan mata untuk melihat masa depan

Hari ini ya Allah. . . .

Dengan sujud syukur kepada-Mu. . . .

Melalui sebuah karya kecilku ini kucoba lunasi hutangku kepada kedua orang tuaku tercinta “Ayahanda Mardenis & Ibunda Bettriza” yang telah mendidikku dengan penuh kasih sayang tanpa mengeluh, dan memberikan dukungan penuh. Terima kasih

untuk setiap air susumu ibu. . . . yang menjadi tulang dan energy di raga ini. Dan dengan cinta kasih dari kalianlah aku tumbuh

dan menuai setitik keberhasilan yang besar dalam hidupku. Terima kasih Allah telah memberiku orang tua sempurna. Buat abang ku Reo Shaputra, buat adik2 ku Aprinaldy, Friyko

Yulieanda, Rahmad Fadhil, Mikey Astari dan semua keluarga besarku Pak’ o (Drs. Irvan), mami (Zul Yetty) terima kasih atas dukungannya, serta guru-guru SMA ku (Pak Kepala Drs. Afrizal, Pak M. Yusuf Lubis, M.Pd, Buk Nurhayati, M.Pd, Pak Yon Waizar

Fetra, Pak H. Safwan, Pak Sido, Buk Nursyamsi dll) terima kasih banyak atas motivasi yang diberikan.

Dan tak lupa buat kekasihku tercinta (Hifzul Ridho)yang selalu menemaniku dan memarahiku serta dukungan dan motivasinya yang telah buruak (kanda) berikan selama dinda mengerjakan skripsi ini. . . . .dan cepat ngusul ya buruak. . . ,biar cepat merid. . .

(5)

i

dosen penguji

“Terima kasih yang sebesar–besarnya saya ucapkan atas kepedulian, dukungan, bimbingan, dan saran-saran dari bapak selama ini yang mana akhirnya skripsi ini selesai juga. . .semoga ilmu yang bapak berikan dapat saya pergunakan sebaik-baiknya dan semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal kepada

bapak amin. . . .”

Buat teman-teman kos di Villa Keheningan Parkit 5 No 14. . . . “Dede Septiana, Devi Rahmawati, Febri Yana Listia, dan Alifah

Budi Lestari. . . .terima kasih selama ini telah membantu dan menemani ku dalam penyelesaian skripsi ini. . . .dan terima kasih

banyak kepada Jelek (dede) yang menemani ku tidur selama ku sakit dan maaf telah buat tidurmu terganggu selama 2 malam, hehehehe. . . .dan Devi & Ipeb terima kasih banyak yah. . . .telah

menemani dan membantuku sewaktu sakit. . . .pengorbanan dirimu semua tak akan ku lupakan. . . . .dan semangat yah Dede,

Devi, dan Ipeb dalam mengerjakan skripsinya. .”

Terima kasih untuk semua yang pernah hadir dalam hidup ku, semoga kita semua mendapatkan Ridho

dariAllah SWT Amien. . . . ! ! !

(6)

i

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, dimana bertujuan untuk meninjau kondisi fisik atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, daya ledak otot lengan, daya ledak otot tungkai, dan daya tahan.

Populasi dalam penelitian ini adalah atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 23 orang. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil masing-masing kondisi fisik atlet. Kekuatan dengan tes hand grip dynamometer test dan leg dynamometer test dengan satuan Kg, daya ledak dengan tes medicine ball test dan vertical jump test dengan satuan m/cm, daya tahan dengan Bleep test dengan satuan ml/kg.BB/min.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif (tabulasi frekuensi) dari analisis data diperoleh hasil :

1. Hasil tes kekuatan otot lengan, Mean (rata-rata) kemampuan kekuatan otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 29.39, berada dalam kategori kurang sebanyak 13 orang, dengan persentase 56.5%.

2. Hasil tes kemampuan kekuatan otot tungkai, Mean (rata-rata) kemampuan kekuatan otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 142.61, berada dalam kategori kurang sebanyak 13 orang, dengan persentase 56.5%.

3. Hasil tes kemampuan daya ledak otot lengan, Mean (rata-rata) kemampuan daya ledak otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 3.70, berada dalam kategori cukup sebanyak 13 orang, dengan persentase 56.5%.

4. Hasil tes kemampuan daya ledak otot tungkai, Mean (rata-rata) kemampuan daya ledak otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 93.47, berada dalam kategori kurang sebanyak 20 orang, dengan persentase 87%.

5. Hasil tes kemampuan daya tahan, Mean (rata-rata) kemampuan daya tahan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 28.35, berada dalam kategori rendah sebanyak 10 orang, dengan persentase 43.5%.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa masih rendahnya tingkat kondisi fisik atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Kata Kunci : Kekuatan Otot Lengan, Kekuatan Otot Tungkai, Daya Ledak

(7)

ii

telah memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi tentang “Tinjauan Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota”.

Dalam menyelesaikan tugas akhir/skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan serta kemudahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan tulus dan ikhlas penulis menyampaikan rasa kehormatan dan terima kasih pada pihak yang telah membantu, terutama kepada :

1. Bapak Drs. Arsil, M. Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan.

2. Bapak Drs. Maidarman, M. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga.

3. Bapak Drs. Hermanzoni, M. Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga dan juga selaku Dosen Penguji. 4. Bapak Drs. Busli selaku Penasehat Akademik sekaligus

Pembimbing I.

5. Bapak Drs. Umar, M. S, AIFO selaku Pembimbing II yang telah memberikan saran serta memberikan masukan dalam mengerjakan skripsi ini sampai akhir.

6. Bapak Drs. Masrun, M. Kes dan Bapak Roma Irawan, S. Pd, M. Pd selaku Dosen Penguji.

(8)

iii

SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota.

9. Orang Tua beserta keluarga besar yang telah memberikan bantuan baik moril maupun material.

10. Teman–teman seperjuangan yang turut memberikan dukungan moril dalam penulisan proposal ini.

Akhir kata hanya kepada Allah SWT tempat menyerahkan diri semoga penulisan tugas akhir/skripsi ini dapat diterima sebagai amalan yang mendapatkan ridho-Nya serta berguna bagi yang membaca.

Padang, Juli 2012

(9)

iv

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1

B. Identifikasi masalah ... 5

C. Pembatasan masalah... 6

D. Perumusan masalah... 6

E. Tujuan penelitian... 7

F. Kegunaan penelitian... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Kajian Teori 1. Hakekat Olahraga Karate ... 9

2. Kondisi Fisik ... 20

3. Unsur – Unsur Kondisi Fisik... 25

(10)

v BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 46

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46

C. Populasi dan Sampel ... 46

D. Defenisi Operasional... 47

E. Jenis dan Sumber Data... 49

F. Instrumen Penelitian ... 50

G. Teknik Pengumpulan Data... 57

H. Prosedur Penelitian... 57

I. Teknik Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskriptif Data ... 59

B. Analisis Data ... 62

C. Pembahasan ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran... 78

(11)

vi

Halaman

Tabel 1. Populasi Penelitian ... 47

Tabel 2. Norma Kekuatan Otot Lengan ... 50

Tabel 3. Norma Kekuatan Otot Tungkai... 51

Tabel 4. Norma Daya Ledak Otot Lengan ... 52

Tabel 5. Norma Daya Ledak Otot Tungkai... 54

Tabel 6. Norma Daya Tahan Aerobik... 56

Tabel 7. Daftar Panitia Pelaksana Tes... 58

Tabel 8. Kekuatan Otot Lengan ... 59

Tabel 9. Kekuatan Otot Tungkai ... 60

Tabel 10. Daya Ledak Otot Lengan ... 61

Tabel 11. Daya Ledak Otot Tungkai... 61

(12)

vii

Gambar 1. Kuda-kuda Zenkutsu - dachi ... 13

Gambar 2. Kata... 14

Gambar 3. Posisi siap/Yoi ... 15

Gambar 4. Posisi berdiri sikap penghormatan ... 15

Gambar 5. Kumite... 16

Gambar 6. Otot lengan bagian bawah... 34

Gambar 7. Otot Tungkai Atas ... 36

Gambar 8. Otot Tungkai Bawah ... 36

Gambar 9. Kerangka Konseptual ... 44

Gambar 10.Sikap awal Pelaksanaan Tes Vertical Jump ... 54

Gambar 11.Lintasan Bleep test ... 56

Gambar 12.Histogram Kekuatan Otot Lengan ... 63

Gambar 13.Histogram Kekuatan Otot Tungkai ... 64

Gambar 14.Histogram Keterampilan Daya Ledak Otot Lengan... 65

Gambar 15.Histogram Keterampilan Daya Ledak Otot Tungkai ... 66

(13)

viii

1. Nama–nama Atlet Karate SMA N Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 81

2. Rekap Tabel Tes Hand Grip Dynamometer... 82

3. Rekap Tabel Tes Leg Dynamometer... 83

4. Rekap Tabel Tes Medicine Ball Push ... 84

5. Data Mentah Tes Daya Ledak Otot Tungkai ... 85

6. Hasil Pengukuran Kekuatan Otot Lengan Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 86

7. Hasil Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 87

8. Hasil Pengukuran Daya Ledak Otot Lengan Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 88

9. Hasil Pengukuran Daya Ledak Otot Tungkai Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota ... 89

10. Hasil Pengukuran Daya Tahan Aerobik Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota ... 90

11. Data Seluruh Hasil Penelitian ... 91

12. Surat Penelitian Dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang... 92

13. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kab. 50 Kota ... 93

14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 94

15. Surat Keterangan Dari UPTD Balai Pengawasan Mutu Barang ... 95

16. Foto Tes Hand Grip Dynamometer... 96

17. Foto Tes Leg Dynamometer... 97

18. Foto Tes Medicine Ball Push ... 98

19. Foto Tes Vertical Jump ... 99

20. Foto Tes Daya Tahan Aerobik... 100

(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Olahraga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia secara jasmaniah, rohaniah, dan sosial dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, sejahtera, dan demokratis. Hal ini juga dijelaskan dalam Undang – Undang Sistem Keolahragaan Nasiaonal nomor 3 tahun 2005 pasal 1 ayat 4, tentang tujuan keolahragaan nasional yang berbunyi :

“Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan aklhak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional, serta mangangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa“.(2007 : 6)

Dalam rangka meningkatkan olahraga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka kegiatan olahraga yang dilakukan tidak hanya sekedar memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat agar masyarakat Indonesia selalu memiliki jiwa dan raga yang sehat dan segar jasmani. Olahraga juga dilaksanakan untuk menghasilkan suatu prestasi yang bertujuan untuk memperoleh penghargaan dan mengharumkan nama bangsa baik secara nasional maupun Internasional.

Karate merupakan cabang olahraga beladiri yang paling populer didunia hingga kini, dan nomor 2 di Indonesia setelah beladiri tradisonal Pencak Silat yang masih terhitung sepupu jauhnya, Abdul Wahid (2007:1). Jadi

(15)

karate adalah cabang olahraga beladiri yang tanpa menggunakan senjata tajam, tetapi tangan kosong tersebut bisa dapat menjadi senjata yang sangat berbahaya jika dilatih secara maksimal dan merupakan cabang olahraga yang keras. Oleh karena itu, setiap karateka dituntut agar tidak menyalahgunakan ilmu beladiri tersebut. Maka dalam cabang olahraga karate ada lima (5) sumpah yang dapat menuntun sikap para karateka dapat menjadi karateka yang baik dan tidak menyalahgunakan ilmu yang dimilikinya.

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota merupakan salah satu sekolah yang cukup berprestasi dalam cabang olahraga beladiri. Dimana siswa–siswa SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota sudah ada yang berprestasi ditingkat daerah, provinsi, maupun nasional. Walaupun sudah ada yang masuk pada tingkat Kejurda Forki Solok Selatan tahun 2009/2010 juara 2 Kata dan juara 3 Komite (1) orang, tentu saja itu prestasi yang belum bisa dibanggakan atau dapat dikatakan bahwa prestasinya masih rendah.

Untuk mencapai prestasi yang optimal dalam suatu cabang olahraga, kondisi fisik seorang atlet dapat melaksanakaan teknik–teknik gerakan dengan baik dan jelas bahwa kondisi fisik merupakan salah satu unsur yang sangat perlu diperhatikan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet. Maka penjelasan tersebut Syafruddin( 1999 : 34 ) menjelaskan bahwa :

“Kemampuan kondisi fisik merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan komponen – komponen lainnya seperti kemampuan kekuatan, dayatahan, kecepatan, kelentukan dan lain sebagainya. Kemampuan ini juga syarat utama untuk menentukan pencapaian suatu tujuan dalam hal gerakan sehari – hari dan kebugaran tubuh maupun dalam meraih prestasi dalam olahraga” .

(16)

Menurut Hendri Irawadi (2010: 25), ada beberapa unsur–unsur kondisi fisik seperti daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelentukan, daya tahan kekuatan, daya tahan kecepatan, daya ledak, kelincahan, keseimbangan, ketepatan, dan koordinasi. Sedangkan menurut Rusli Lutan, dkk (1991:232) kondisi fisik yang sangat dominan dibutuhkan atlet karate adalah kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai, power otot lengan dan daya ledak otot tungkai, dan daya tahan aerobik. Kekuatan otot merupakan komponen yang paling penting bagi atlet karena kekuatan daya penggerak setiap aktivitas fisik. Sehingga kekuatan otot lengan merupakan komponen kondisi fisik yang cukup penting perananya dalam memukul lawan, target (sasaran) sehingga menghasilkan kemampuan pukulan yang baik dan dapat dilihat pada kemampuan individu itu sendiri, sedangkan kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan otot / sekelompok otot untuk menahan atau menerima beban sewaktu bekerja sehingga menghasilkan kemampuan tendangan yang baik dan dapat dilihat pada kemampuan individu itu sendiri. Daya ledak otot lengan merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam pencapaian keterampilan seseorang untuk melakukan pukulan yang lebih cepat, sedangkan daya ledak otot tungkai merupakan suatu kemampuan tungkai kaki untuk mengatasi beban/tahanan dengan kuat dan cepat dengan kontraksi tinggi. Daya tahan aerobik adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi berulang – ulang tanpa timbul kelelahan.

Dalam karate pada saat bertanding atlet harus mempunyai kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai yang maksimal untuk menahan suatu

(17)

beban saat melakukan pukulan, tangkisan dan tendangan. Disamping itu, juga memiliki daya ledak otot lengan dan daya ledak otot tungkai yang tinggi pada saat menyerang baik itu pukulan, tangkisan dan tendangan, serta harus mempunyai daya tahan aerobik yang baik untuk menyelesaikan pertandingan membutuhkan waktu singkat, cepat dan tenaga yang maksimal.

Rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota tentunya disebabkan oleh banyak faktor, seperti : sarana prasarana,tingkat kesegaran jasmani, status gizi, kemampuan teknik, mental, motivasi, kondisi fisik atlet, pelatih, program latihan dan lainnya. Atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota diduga masih rendahnya tingkat latihan kondisi fisik yang diberikan yaitu pada aspek kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai, daya ledak otot lengan dan daya ledak otot tungkai, dan daya tahan aerobik.

Hal ini terlihat pada saat mereka melakukan latihan uji coba ditempatlatihannya, peneliti melihat kondisi kondisi fisik atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota masih kurang baik, karena pada saat mereka melakukan uji coba sesama teman latihan masih banyak yang kelelahan dan juga tidak dapat mengatasi beban/tahanan dengan kuat dan cepat dengan kontraksi yang tinggi. Sehingga pada waktu yang terakhir atlet SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota sudah kehabisan tenaga untuk bertahan menyelesaikan pertandingan saja atlet sudah kelelahan dan akhirnya kemenangan dalam pertandingan berada dipihak lawan.

(18)

Dengan demikian dari hasil pemantauan kondisi fisik atlet karate masih rendah. Apabila hal ini dibiarkan maka akan sulit untuk mencapai hasil yang diharapkan. Untuk menciptakan prestasi olahraga maka karateka harus memiliki komponen–komponen yang mendasari untuk mencapai prestasi diantaranya : fisik, teknik, taktik dan mental.

Berdasarkan uraian di atas berhubungan karena kemampuan kondisi atlet sangat menentukan prestasi seorang dalam olahraga karate, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat kondisi fisik atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota pada saat sekarang ini. Mudah–mudahan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guna mengambil keputusan dalam rangka peningkatan dan perkembangan atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota dimasa yang akan datang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian – uraian pada latar belakang masalah, maka terlihat adanya beberapa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya prestasi Atlet Karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota antara lain :

1. Apakah masalah sarana dan prasana yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota ?

2. Apakah tingkat kesegaran jasmani yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota?

3. Apakah status gizi yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota?

(19)

4. Apakah kemampuan teknik yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota ?

5. Apakah masalah mental yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota?

6. Apakah masalah motivasi yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota?

7. Apakah tingkat kondisi fisik atlet yang menyebabkan rendahnya prestasi atletkarate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota ?

8. Apakah masalah pelatih yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota ?

9. Apakah masalah program latihan yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat masalah yang diteliti cukup luas, dan oleh karena berbagai keterbatasan baik waktu, sarana, biaya dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian ini hanya akan melihat : “Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah adalah bagaimana tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota yaitu :

(20)

1. Bagaimana tingkat kekuatan otot lengan yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota,

2. Bagaimana tingkat kekuatan otot tungkai yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota,

3. Bagaiana tingkat daya ledak otot lengan yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota,

4. Bagaiana tingkat daya ledak otot tungkai yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota,

5. Bagaimana tingkat daya tahan aerobik yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kondisi fisik atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota, dapat dilihat dari segi :

1. Untuk melihat kekuatan otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota,

2. Untuk melihat kekuatan otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota,

3. Untuk melihat daya ledak otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota,

4. Untuk melihat daya ledak otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota,

(21)

5. Untuk melihat daya tahan aerobik yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 5o Kota.

F. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan . 2. Sebagai bahan bacaan baik diperpustakaan FIK maupun perpustakaan UNP. 3. Sebagai bahan masukan bagi pengurus olahraga di SMA N 1 Kec. Suliki

Kab. 50 Kota.

4. Sebagai bahan pertimbangan bagi pelatih dan guru olahraga untuk menyusun program latihan yang tepat.

5. Sebagai pedoman bagi atlet untuk meningkatkan kondisi fisik. 6. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.

(22)

9 A. Kajian Teori

1. Hakekat Karate a. Pengertian Karate

Kata karate merupakan kombinasi dari dua karakter (kata) Jepang, terdiri atas dua kanji yaitu kara artinya kosong dan te artinya tangan, Dody Rudianto (2010 : 2).Bila dua kanji Jepang tersebut digabung artinya Tangan Kosong. Ditambahkan sufiks (akhiran) –do (baca : doe), berarti cara. Jadi karate-do merupakan aplikasi dari Karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar mempertahankan diri. Adapun menurut Abdul Wahid (2007:4) menyatakan bahwa Karate-do adalah “sebuah metode khusus untuk mempertahankan diri melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih secara baik dan alami yang didasari dan bertujuan sesuai nilai filsafat Timur”. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang melalui Okinawa dalam Wahid (2007 : 4) menyatakan bahwa :

“Karate diandalkan sebagai sistem sebuah beladiri bagi pemakainya yang terdiri atas teknik tangkisan atau menggagalkan sebuah serangan dan menyerang balik lawan dengan memukul, menangkis, melempar dan menendang yang dikembangkan melalui organisasi, rasionalisasi sebagai tekinik-teknik yang terdiri dari : (1) Seni Gerakan Jasmani (Calisthecnics), (2) Sebagai Olahraga (Sports), (3) Sebagai Seni Beladiri(Self-Defence), dan karate sebagai beladiri dari timur.”A Dictionary of Martial Art 2005.

Menurut Apris Hamid (2007:3) karate adalah olahraga yang keras dan jika menguasai teknik–teknik karate dengan baik, teknik tersebut bisa merupakan senjata yang berbahaya bila digunakan sembarangan

(23)

tanpa adanya rambu – rambu pembatas.Karena itu disamping dilatih fisik berupa teknik – teknik serangan, tangkisan ataupun tendangan seorang karateka dituntut untuk mematuhi etika yang berlaku pada dunia karate.

Menurut Gichin Funakhosi dalam Abdul Wahid (2007:27) karate mempunyai banyak arti yang lebih condong kepada hal yang bersifat filsafat. Disamping itu, Gichin Funakhosi menjelaskan makna kata “kara” pada karate mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari seseorang. Istilah “kara” dalam karate bisa juga disamakan seperti cermin bersih yang tanpa cela yang mampu menampilkan bayangan benda yang dipantulkannya sebagai aslinya. Ini berarti orang yang belajar karate harus membersihkan dirinya dari keinginan dan fikiran jahat. Walaupun demikian sifat ksatria tetap ternama dalam kerendahan hatinya, demi keadilan berani maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu. Karate sesungguhnya merupakan seni beladiri tangan kosong dimana tangan dan kaki dilatih secara sistematis. Oleh karena itu karate merupakan sistem latihan yang dilatih dan dididik untuk menguasai semua gerakan tubuh seperti menangkis, menghindar, memukul, menendang dan mengatur keseimbangan.

Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh World Karate Federation (WKF) merupakan badan yang ditunjuk oleh Iinternational Olympic Competition (IOC) untuk pengolahan peraturan-peraturan, baik peraturan pertandingan maupun mengenai teknik dan perwasitan.

(24)

Adapun nomor-nomor yang dipertandingkan adalah nomor kata (jurus), dan nomor kumite (pertarungan/laga).

Dalam pertandingan, sarana dan prasarana yang digunakan karateka adalah pakaian yang disebut dengan Karate-gi atau berwarna putih terdiri atas jaket berlapis dua disebut uwagi dan celana panjang longgar yang disebut Zabon, serta ikat pinggang yang tebal dijahit rangkap dua disebut ogi. Ogi terdiri dari dua warna merah disebut aka dan biru disebut ao sebagai pembeda di atas arena antara karateka dan lawannya.

Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkn bahaya. Luas lapangan terdiri dari lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau panggung dengan ketinggian 1 meter, ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi, Dody Rudianto (2010:142). Diatas matras biasanya disebut tatami, matras tersebut dibagi ke dalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karateka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karateka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding dan sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif. Pertandingan dipimpin oleh empat orang wasit yang terdiri atas tiga orang juri

(25)

(shushin) yang berada pada posisi sebelah selatan, fakushin dan shushin berada di atas tatami.

Karate sebagai alat beladiri juga berfungsi sebagai olahraga prestasi, seni dan pendidikan. Karate sebagai olahraga prestasi adalah dengan dipertandingkannya karate di berbagai pertandingan olahraga, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Karate sebagai seni tercermin pada nomor kata (jurus) yang menuntut karateka untuk memperagakan suatu rangkaian jurus dengan teknik yang benar dan mengandung nilai. Karate sebagai olahraga pendidikan tercermin pada proses pelatihannya yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai sarana pembentukan watak dan kepribadian pelakunya.

b. Nomor - Nomor Dalam Karate

Teknik karate terbagi menjadi tiga bagian utama : kihon (teknik dasar), kata (jurus) dan kumite (pertarungan).

1. Kihon

Secara harfiah kihon berarti teknik dasar atau fondasi. Dalam karate-Do kihon lebih berarti sebagai bentuk – bentuk baku yang menjadi acuan dasar dari semua teknik/gerakan yang mungkin dilakukan dalam kata maupun kumite, Abdul Wahid (2007:47). Pelatih kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau sabuk hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

(26)

Kihon yang benar selalu berpedoman pada prinsip Ai yang selalu berputar dengan sebuah titik sebagai pusat pengendalian gerakan. Jadi, secara otomatis kihon juga akan selalu berhubungan dengan Hara sebagai pusat sumber tenaganya. Prinsip Ai yang selalu berputar tampaknya cukup sinkron dengan anatomi daerah pinggul yang menjadi wadah pembungkus Hara secara keseluruhan. Pinggul diketahui merupakan titik tengah dari tinggi badan seorang manusia sehingga secara anatomi menjadi “engsel penyeimbang tubuh”, Abdul Wahid (2007:47).

Gambar 1

Kuda - kuda Zenkutsu – dachi Kuda – kuda Zenkutsu - dachi dari posisi miring menjadi posisi kearah depan

Sumber, Shotokan (Abdul Wahid 2007:47) 2. Kata (Jurus)

Secara harfiah kata berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik, tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda. Dalam kata ada yang dinamakan bunkai yaitu aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar kata. Setiap aliran memiliki perbedaan gerakan dan nama yang berbeda

(27)

untuk tiap kata. Abdul Wahid (2007:75) dalam karate-do mendefinisikan kata sebagai “rangkaian beberapa kihon yang disusun melalui proses panjang pada masa lalu ke dalam sebuah bentuk khusus yang memiliki nilai keindahan, arti filosofis yang tinggi, serta diatur oleh sebuah standardisasi yang baku dalam penerapannya”.

Gambar 2. Kata Sumber, gambar kata. Com

Menurut Nakayama dalam Abdul Wahid (2007;75), ada tiga hal yang menjadi esensi pokok dalam memainkan sebuah Kata yaitu :

a. Tenaga, dicapai dengan pemahaman yang mendalam tentang Kihon secara utuh yang dipoles secara sempurna dengan bantuan pernapasan yang benar agar dapat menghasilkan sebuah keluaran/output tenaga yang maksimum mungkin. b. Irama, dicapai dengan menguasai secara total pengaturan

kecepatan dan kelambatan (tempo) pergerakan dalam sebuah Kata yang bersumber pada Embusen (garis arah baku dari pergerakan sebuah Kata).

c. Keindahan, dicapai lewat peneguhan diri akan dua spirit yang wajib diketahui. Pertama adalah spirit “dalam” yaitu pemahaman mendalam tentang arti historis-filosofis dari Kata yang dimainkan dan ditampilkan dalam bentuk ekspresi yang mempertegas akan hal itu dan mampu memancarkan aura tersendiri bagi mereka yang menyaksikannya. Kedua adalah spirit “luar” yaitu bahasa tubuh yang harus mampu

(28)

menarik perhatian karena mendukung esensi yang hendak dicapai oleh seseorang yang memainkan Kata.

Dalam aturan tradisional yang bersumber dari tradisi Zen diwajibkan melakukan dua hal ini pada saat sebelum dan sesudah memainkan sebuah Kata aliran Shotokan :

1) Yoi / posisi siap

Gambar 3.

Sumber, shotokan (Abdul Wahid (2007:78)) 2) Rei / sikap penghormatan dalam posisi berdiri

Gambar 4.

Sumber, shotokan (Abdul Wahid (2007:78)) 3. Kumite

Secara harfiah berarti “pertemuan tangan”. Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal

(29)

dengan kumiteshiai atau kumite pertandingan. Untuk aliran shotokan di Jepang kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat (sabuk hitam). Pratis diharuskan untuk dapat menjaga pukulan supaya tidak menciderai kawan bertanding.

Gambar 5. Sumber, kumite.com

Pada konsep filosofis tradisional Zen, Abdul Wahid (2007:83) kumite bersandar pada konsep tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Ma’ai adalah konsep jarak yang dianggap penting sekali bagi orang Jepang bahkan dalam aspek kehidupan sehari – hari. Dalam penerapannya sebuah pertarungan dikenal ada tiga macam Ma’ai sebagai berikut :

 To-ma yaitu jarak yang terlalu jauh dengan lawan  Juban no ma yaitu jarak yang sempurna dengan lawan  Chika-ma yaitu jarak terlalu dekat dengan lawan

b. Tsukuri adalah konsep kesiapan fisik tubuh secara total dengan penerapan utama dalam hal melakukan serangan, serangan balik, maupun memindahkan tubuh.

c. Kake adalah konsep yang menekankan pentingnya faktor variasi dalam melakukan teknik pada sebuah serangan.

d. Kuzushi adalah konsep yang menggambarkan keadaan pikiran yang bebas dari seluruh perasaan yang tertekan sehingga memudahkan seseorang memanfaatkan kekuatan maupun posisi tubuh lawannya dalam melakukan serangan yang efisien.

e. Senryaku adalah konsep tentang strategi pertarungan yang berdasarkan inisiatif/insting.

(30)

Bagian tubuh manusia dapat menjadi senjata di dalam karate, tiap bagian tubuh dapat dimanfaatkan untuk melakukan serangan, mengelak, dan membanting.

c. Teknik – Teknik Dasar Karate

Dalam cabang olahraga karate memiliki beberapa teknik dasar di antaranya yaitu pukulan, tangkisan, tendangan. Tanpa didukung oleh kondisi fisik yang baik, mustahil seorang karateka mampu bertanding dan mengeluarkan teknik-teknik karate dalam pertandingan. Teknik dasar karate umumnya meliputi: tsuki (pukulan), geri (tendangan), uke (tangkisan), uchi (hentakan/sentakan), dan lainnya. Menurut Dody Rudianto (2010 : 103) menjelaskan teknik – teknik dasar karate, yaitu : 1. Teknik Pukulan (Tzuki)

a. Pukulan dengan kepalan

1) Seiken Jodan Tzuki/Age Tzuki 2) Seiken Gedan Tzuki,

3) Seiken Chudan Tzuki, 4) Sambon Tzuki, 5) Gyaku Tzuki, 6) Mawashhichuki, 7) MoroteTzuki, 8) Yama Tzuki,

9) Uraken Sayu Uchi, 10) Uraken HishoUchi.

b. Pukulan dengan genggaman tangan 1) Tetshuwi,

2) Sutai, 3) Riken, 4) Haito.

c. Pukulan dengan jari – jari tangan (Nugite) 1) Ippon Nugite,

(31)

3) Gohon Nugite.

d. Pukulan dengan pedang tangan 1) Shuto Gamen Uchi,

2) Shuto Sakutshu Uchi, 3) Shuto Hisa Uchi,, 4) Shuto Ychi Komi, 5) Shuto Uchi, 6) Shuto Aito Uchi,

7) Shuto Morote Gamen Uchi, 8) Shuto Morote Sakotshu Uchi, 9) Shuto Morote Hisa Uchi, 10) Shuto Morote Uchi Komi, 11) Shuto Morote Uchi, 12) Shuto Morote Aito Uchi. e. Pukulan dengan siku

1) Hiji Jodan Ate, 2) Hiji Chudan Ate, 3) Hiji Orishi Uchi, 4) Empi,

5) Empiuchi.

2. Teknik Tangkisan (uke) a. Saiken Jodan Uke/Age Uke, b. Saiken Gedan Uke/Gedan Barai, c. Saiken Chudan Uke/Choku Uke, d. Sambon Uke,

e. Aito Uke, f. Shuto Uke,

g. Shuto Morote Uke, h. Yuyi Uke,

i. Yuyi Gedan Uke, j. Gyaku Uke, k. Ude Uke, l. Sheri Uto, m. Morote Uke.

3. Teknik tendangan (geri) a. Mae Geri,

b. Mae Geri Kekomi c. Mae Geri Kiage, d. Mae Tubi Geri, e. Yoko Geri,

(32)

f. Yoko Geri Kekomi, g. Yoko Geri Kiage, h. Yoko Tubi Geri, i. Mawashi Geri,

j. Mawashi Gedani Geri, k. Mawashi Geri Kekomi, l. Mawashi Geri Kiage, m. Mawashi Tubi Geri, n. Kakato Geri,

o. Kakato Tubi Geri.

Menurut Aditya Wiratama NS, dkk (1996:38), menjelaskan teknik– teknik dasar karate yaitu pukulan, tangkisan dan tendangan secara umum sebagai berikut :

a) Teknik Pukulan terdiri dari :

 Cudantsuki yaitu pukulan lurus ketengah,

 Gedan dan jodantsuki yaitu pukulan lurus kebawah dan keatas,  Kisamitsuki yaitu pukulan menusuk,

 Morotetsuki yaitu pukulan dua tangan,  Uratsuki yaitu pukulan kepalan belakang,  Mawasitsuki yaitu pukulan memutar,  Heikotsuki yaitu pukulan sejajar,

 Hasamitsuki yaitu pukulan menggunting. b) Teknik Tangkisan terdiri dari :

 GedanBarai dan jodan age uke yaitu tangkisan bawah dan atas,  Shotouke yaitu tangkisan pisau tangan,

 Udeuke yaitu tangkisan kedalam,  Uchiuke yaitu tangkisan keluar,

 Haishuuke yaitu tangkisan punggung tangan,  Keitouke yaitu tangkisan kepala ayam,

 Teishouke yaitu tangkisan pangkal telapak tangan. c) Teknik Tendangan terdiri dari :

 Mae geri yaitu tendangan lurus kedepan,

 Yoko geri atau kekomigeri yaitu tendangan ke samping,  Mawasigeri yaitu tendanganmelingkar,

 Ushirokekomi yaitu tendanganmenyodokkebelakang,  Tobi geri yaitu tendanganmeloncat,

(33)

 Sokuto yaitu tendangan pedang,  Kakato yaitu tendangan tumit. 2. Kondisi Fisik

Kondisi berasal dari kata “Conditio” (bahasa latin) yang berarti keadaan. Sedangkan secara defenitif kondisi menurut Jonath/Krepel (1981 : 20) dalam Syafruddin (1999:31) meliputi “keadaan fisik dan psikis serta kesiapan seorang atlet terhadap tuntutan–tuntutan khusus suatu cabang olahraga. Batasan ini masih bersifat umum dan terlalu luas karena menyangkut aspek fisik dan psikis. Dengan semua kemampuan jasmani tentu saja terdiri dari elemen–elemen fisik yang tentu saja peranannya berbeda - beda dari satu cabang ke cabang olahraga yang lain. Paulus Pasurney (2001:2) dalam sekripsi Haripah Lawanis (2010:15) menjelaskan: ”kualitas keadaan kemampuan fisik seorang atlet menurut kaca mata pengetahuan latihan olahraga, terutama pada :

a. Perkembangan usia (anak, remaja, dewasa, orang yang lebih tua)

b. Bawaan organ secara genetik (jantung, peredaran darah dan system pertukaran zat) dan otot.

c. Mekanisme pengendalian koordinasi system persyarafan pusat, jadi kerja sama antara otak, system syaraf dan otot.

d. Kemampuan Psychis (sifat–sifat pribadi) perlu untuk merealisasikan kemampuaan fisik.

e. Usia latihan, sudah berapa lama seseorang berlatih”.

Maidarman (2010 : 22) berpendapat, peningkatan kondisi fisik atlet bertujuan agar kemampuan fisik menjadi prima dan berguna untuk menunjang aktifitas olahraga dalam mencapai prestasi prima. Seorang atlet

(34)

memiliki kondisi fisik puncak dapat diartikan bahwa atlettersbut mempunyai kemampuan untuk melakukan latihan atau pertandingan dengan intensitas tinggi sampai selesai, tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Selanjutnya Maidarman (2010 : 22) menjelaskan, faktor – faktor penentu agar kondisi fisik atlet prima antara lain sebagai berikut :

1. Keteraturan melatih kemampuan gerak manusia yaitu : kekuatan, dayatahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, power, reaksi, koordinasi, keseimbangan, stamina ketepatan.

2. Tertib hidup sehari – hari, dimaksudkan pengaturan, makanan yang bergizi, waktu istirahat, berlatih dan kegiatan lainnya yang baik.

3. Penjagaan kesehatan fisik dan mental, segar dan senang agar tidak terserang penyakit.

4. Ciptakan lingkungan hidup yang segar.

Kondisi fisik (physical condiotioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat kesegaran jasmani (physical fitness). Tingkat kesegaran jasmani sangat menentukan fisiknya dalam melaksanakan kegiatan sehari – hari. Selain berguna untuk meningkatkan kesegaran jasmani, kondisi fisik merupakan program pokok untuk pembinaan atlet untuk berprestasi dalam suaatu olahraga.

Latihan fisik dapat memberikan perubahan pada semua fungsi system tubuh.Perubahan yang terjadi pada saat latihan berlangsung disebut respon, sedangkan perubahan yang terjadi akibat latihan yang teratur dan terprogram sesuai dengan prinsip–prinsip latihan disebut adaptasi.Terjadinya perubahan–perubahan fisiologi akibat latihan fisik, berkaitan dengan penggunaan energy oleh otot, bentuk dan metode serta prinsip–prinsip latihan yang dilaksanakan.

(35)

Latihan fisik atau olahraga berpengaruh baik terhadap fungsi jantung.Akibat dari latihan, bahwa pada waktu istirahat jumlah denyut nadi dalam 1 menit pada orang yang terlatih lebih rendah dari pada yang tidak terlatih. Frekuensi nadi 40–60 pada olahragawan adalah suatu hal yang tidak jarang terjadi (Johnson dan Nelson : 1986).

Arsil (1999:6) berpendapat tujuan pembinaan kondisi fisik tergantung dari kondisi maupun keterampilan dari seseorang, seperti untuk pembinaan kesegaran atau kebugaran jasmani seseorang. Meningkatkan kemampuan biomotorik yang dominan dibutuhkan terhadap peningkatkan prestasi dari cabang olahraga yang digelut. Dalam menentukan tujuan pembinaan kondisi fisik perlu diperhatikan dasar – dasar latihan antara lain adalah :

1. Untuk meningkatkan perkembangan fisik pada umumnya (multy lateral physical development),

2. Meningkatkan perkembangan fisik yang khas (specific physical development) yang dituntut oleh kebutuhan olahraga tersebut,

3. Untuk menyempurnakan teknik dari olahraga yang dipilih atau dibina, 4. Untuk meningkatkan dan menyempurnakan strategi atau cara belajar

teknik,

5. Untuk membentuk kepribadian dan prilaku sebagai sikap olahragawan yaitu sportif dan tahan terhadap penderitaan,

6. Untuk menjamin kesiapan tim, 7. Untuk membangun kesehatan,

8. Untuk menghindari terjadinya cidera,

9. Untuk meningkatnya pengetahuan seseorang atau atlet mengenai dasar latihan ditinjau dari segi physiologis maupun psychologis.

Kemudian Harsono (1996 : 1) berpendapat bahwa kondisi fisik yang baik maka akan :

(36)

1. Peningkatan dalam kemampuan system sirkulasi dan kerja jantung, 2. Peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan lain –

lain komponen kondisi fisik,

3. Ekonomi gerak yang lebih baik paa waktu latihan,

4. Pemulihan yang cepat dalam organ – organ tubuh setelah latihan,

5. Respon yang cepat dari organism tubuh kita apabila sewaktu – waktu respon demikian diperlukan.

Dalam olahraga karate kondisi fisik merupakan faktor utama dalam mencapai prestasi, karena dalam karateka membutuhkan waktu singkat dan padat untuk menyelesaikan suatu pertandingan dalam satu babak yakni 2 – 3 menit bersih. Untuk itu tanpa kondisi fisik yang baik, para karateka tidak mengikuti jalannya suatu pertandingan sulit untuk mencapai prestasi yang membanggakan.

Secara termiologi kondisi fisik berarti keadaan fisik, keadaan tersebut bisa meliputi sebelum (kemampuan awal), pada saat dan setelah mengalami suatu proses latihan. Kondisi fisik dalam olahraga adalah semua kemampuan yang menentukan prestasi dan realisasinya dilakukan melalui kesanggupan pribadi (kemampuan dan motivasi). Secara umum kondisi fisik yang diperlukan dalam masing – masing olahraga adalah sama, artinya setiap cabang olahraga memerlukan kondisi fisik dalam usaha mencapai prestasi yang optimal begitu halnya dalam olahraga beladiri karate. Seseorang dapat dikatakan dalam keadaan kondisi fisik yang baik kalau ia mampu melakukan pekerjaan yang dibebankan atau yang ingin dilakukannya tanpa kelelahan yang berarti.

(37)

a. Kondisi Fisik Umum

Syafruddin (1999: 35) “ Kondisi fisik umum adalah merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan kemampuan prestasi tubuh yang menurut Martin terdiri dari komponen kekuatan, kecepatan, dayatahan, daya ledak dan kelincahan”. Frohner Cs dalam Syafruddin (1999:35) mengatakan bahwa : “Latihan kondisi fisik umum berarti latihan–latihan yang beranekaragam untuk mengembangkan kemampuan prestasi tubuh dan merupakan dasar untuk meningkatkan kemampuan kondisi fisik khusus”. Kemampuan tersebut meliputi kecepatan umum, daya tahan umum, daya ledak otot dan kelincahan umum. Paulus Pasurney (2001:3) dalam sekripsi Haripah Lawanis (2010) menjelaskan:

“Latihan fisik umum terdiri dari latihan dasar yang beragam, dengan kata lain pelatihan yang mencakup seluruh aspek fisik yang bertujuan pelatihan yang harmonis dan meningkatkan system kardiopulmalis (jantung, peredaran darah), kekuatan otot dan ruang gerak sendi yang merupakan dasar, hampir semua cabang olahraga”.

Bentuk latihan ini merupakan suatu fundamen fisik dalam setiap cabang olahraga.Ini berarti bahwa latihan kondisi fisik umum diperlukan untuk semua cabang olahraga.

b. Kondisi Fisik Khusus

Kondisi fisik khusus adalah merupakan kemampuan yang langsung dikaitkan dengan kebutuhan suatu cabang olahraga tertentu. Jonath/Krempel dalam Syafruddin (1999: 36) mengatakan bahwa : ”Bila kondisi dihubungkan dengan kemampuan prestasi dalam suatu cabang

(38)

olahraga tertentu, maka kondisi disini disebut sebagai kondisi fisik khusus”. Rothing dan Grossing dalam Syafruddin (1999: 36) mengartikan “kondisi khusus sebagai suatu latihan yang optimal dari kemampuan kondisi yang menentukan prestasi setiap cabang olahraga”.

Dari pendapat di atas bahwa kemampuan kondisi fisik khusus menunjukkan kekhususan suatu cabang olahraga, karena kebutuhan terhadap kemampuan ini akan berbeda antara satu cabang olahraga dengan cabang olahraga yang lain. Dengan kata lain, setiap cabang olahraga atau disiplin tertentu membutuhkan kemampuan kondisi fisik khusus tersendiri dan spesifik.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa untuk mencapai prestasi olahraga sebenarnya banyak faktor yang saling mempengaruhi didalamnya. Faktor kemampuan kondisi fisik merupakan salah satu yang sangat penting, untuk itu perlu diolah serta diukur untuk melihat ada kemajuan atau tidak. Karena setiap cabang olahraga tidak sama kondisi fisik yang dibutuhkan.

3. Unsur – unsur Kondisi Fisik

Menurut Syafruddin (1999 : 36) menjelaskan beberapa unsur – unsur kondisi fisik dalam olahraga “kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelentukan, dan koordinasi”. Adapun menurut Hendri Irawadi (2011 : 25) menjelaskan unsur kondisi menjadi dua, “unsur fisik dasar terdiri dari : daya tahan, kekuatan, kecepatan, dan kelenturan sedangkan unsur gabungan terdiri dari :

(39)

daya tahan kekuatan, daya tahan kecepatan, daya ledak, kelincahan, keseimbangan, ketepatan, kecepatan reaksi, kecepatan aksi, dan koordinasi”.

Berdasarkan dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa kondisi fisik yang dominan dalam olahraga karate meliputi :

a. Kekuatan Otot Lengan

Kekuatan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk menunjang aktivitas fisik, khususnya dalam berolahraga. Komponen ini mutlak diperlukan untuk meraih prestasi puncak. Dalam hal ini Bompa dan Fok dalam syafruddin (1996:42) menyatakan bahwa setiap penampilan dalam olahraga memerlukan kekuatan otot disamping unsur – unsur lainya yang juga diperlukan, kecepatan kontraksi otot terkait (serabut otot lambat dan serabut otot cepat), besarnya beban yang digerakan juga, kontraksi otot intra dan ekstra, panjang otot pada waktu kontraksi dan sudut sendi. Sementara Sajoto (1988:58) menyatakan kekuatan atau strength adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot–ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu. Selain itu Pate, dkk (1993:181) menyatakan kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah kekuatan gerak atau bentuk dari suatu benda.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kekuatan adalah kekuatan otot atau sekelompok otot untuk melawan dan menahan suatu beban pada saat melakukan suatu pekerjaan. Di samping itu kekuatan

(40)

dapat di lihat dari kemampuan individu untuk menarik, mendorong, menekan sebuah objek saat tubuh dalam posisi bertumpu (Push-up).

Kekuatan merupakan kemampuan dasar kondisi fisik. Tanpa kekuatan orang tidak bisa melakukan semua aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Khususnya dalam olahraga adakalanya diperlukan bentuk-bentuk kekuatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan tuntutan dari tiap-tiap cabang olahraga. Berapa besar dan berapa banyak kekuatan yang dibutuhkan serta jenis kekuatan mana yang diperlukan sangat tergantung pada cabang olahraganya. Dalam hal ini Bomba dalam arsil, (1999:45) membagi kekuatan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut:

1. Kekuatan umum (general strength).

Kekuatan umum berhubungan dengan kekuatan seluruh sistim otot, kekuatan umum ini merupakan dasar program latihan kekuatan secara keseluruhan.

2. Kekuatan khusus (specific strength).

Kekuatan khusus berkenaan dengan otot yang dipergunakan dalam penampilan gerak sesuai dengan cabang olahraganya. 3. Kekuatan maksimal (maximum strength).

Merupakan kekuatan tertinggi yang dapat ditampilkan oleh system otot selama kontraksi maksimal.

4. Kekuatan daya tahan (muscular endurance).

Kemampuan otot untuk mempertahankan kekuatan kerja dalam priode waktu yang lama.

5. Daya (power).

Merupakan hasil dari dua komponen “kecepatan kali kekuatan“ dan di anggap kekuatan maksimum yang relatif singkat.

6. Kekuatan absolut (absolute strength).

Merupakan kekuatan dalam mempergunakan kekuatan maksimum tanpa dipengaruhi berat badannya.

(41)

7. Kekuatan relatif (relative strangth).

Merupakan perbandingan antara kekuatan absolut dan berat badan.”

Dalam cabang olahraga karate sangat dibutuhkan sekali kekuatan otot lengan, terutama dalam melakukan pukulan dan tangkisan. Tanpa adanya kekuatan otot lengan yang baik tidak akan menghasilkan pukulan yang baik, tapi sebaliknya apabila seorang atlet karate mempunyai kekuatan otot lengan yang baik akan menghasilkan kemampuan pukulan yang baik pula. Dengan ini kekuatan otot lengan dari karateka dituntut untuk selalu kuat dan bagus terutama pada otot bagian lengan, sehingga pukulan dan tangkisan dapat dilakukan dengan baik. Dalam karateka kekuatan otot lengan merupakan komponen kondisi fisik yang cukup penting perananya dalam memukul lawan, target (sasaran) sehingga menghasilkan kemampuan pukulan yang baik.

b. Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan otot merupakan komponen yang paling penting bagi atlet karena kekuatan daya penggerak setiap aktivitas fisik. Dengan kekuatan otot yang baik seorang atlet akan dapat bergerak lebih cepat dan stabilitas sendi – sendi semakin kuat. Amos (1987) berpendapat dalam Arsil (1999 : 43) bahwa latihan kekuatan yang baik akan :”

1. Memungkinkan melompat lebih jauh 2. Memungkinkan untuk berlari cepat 3. Memungkinkan untuk berlari jarak jauh

4. Memungkinkan meningkatkan jarak penggerahan 5. Mempertinggi kecepatan.”

Dalam Suharno (1993: 27)”kekuatan adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan/beban, menahan atau memindahkan beban

(42)

dalam menjalankan aktifitas olahraga”. Dan Rusli Lutan, dkk (1991:118) mengemukakan “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”.

Sedangkan Syafruddin (1999: 36 ) menjelaskan bahwa “kekuatan merupakan kemampuan dasar kondisi fisik, tanpa kekuatan orang tidak bisa melompat, melempar, mendorong, menarik, menahan, mengangkat dan lain – lain”. Maidarman (2010 : 23) mengatakan “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan/beban, menahan atau memindahkan beban dalam menjalankan aktivitas olahraga”.

Jonath dan Krempel dalam Syafruddin (1999 : 40 ), mengatakan bahwa kemampuan kekuatan manusia tergantung dari berbagai faktor:”

1) Penampang serabut otot, 2) jumlah serabut otot, 3) struktur dan bentuk otot, 4) panjang otot, 5) kecepatan kontraksi otot, 6) tingkat peregangan otot, 7) Tonus otot, 8) koordinasi otot intra (koordinasi didalam otot), 9) koordinasi otot inter ( koordinasi otot – otot tubuh yang bekerja sama pada suatu gerakan yang diberikan), 10)motivasi, 11) usia dan jenis kelamin.

Dengan kekuatan otot yang baik seorang karateka dapat bergerak cepat dan stabilitas sendi – sendi semakin kuat. Dalam Arsil (1999:43), “kekuatan adalah merupakan komponen yang sangat penting dari kondisi fisik secara keseluruhan”. Sedangkan menurut Fox dalam Arsil (1999:44) “ kekuatan otot adalah daya atau tekanan sebuah otot atau lebih tepatnya adalah suatu kelompok otot yang dapat digunakan melawan suatu perlawanan didalam suatu usaha / upaya maksimal.

Masih dalam Arsil (1999 : 44) Friedrich mengemukakan “ kekuatan adalah kemampuan dari suatu otot untuk bekerja menahan

(43)

beban secara maksimal”. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan otot / sekelompok otot untuk menahan atau menerima beban sewaktu bekerja sehingga menghasilkan tendangan yang baik dan dapat dilihat pada kemampuan individu itu sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa setiap melakukan aktfitas olahraga, memerlukan kekuatan secara umum yang merupakan dasar dari latihan secara keseluruhan. Maka dalam memberikan latihan perlu di arahkan pada otot-otot yang dominan (spesifik) sesuai dengan cabang olahraga yang di binannya. Karena setiap cabang olahraga mempunyai kekuatan otot yang berbeda dan arah gerakan yang berbeda pula.

Dalam olahraga kompetisi, kekuatan merupakan salah satu unsur kemampuan gerak sebagai fundamen, dominan untuk mencapai mutu prestasi. Demikian juga dengan atlet karate yang ingin mencapai prestasi sesungguhnya diperlukan kekutan yang optimal / prima, hal ini disebabkan bahwa dituntut untuk bergerak dalam waktu yang lama yaitu 2 – 3 menit dalam 3 babak. Dengan demikian atlet karate yang tidak memiliki kekuatan dalam pukulan, tangkisan, dan tendangan tidak dapat menguasai suatu pertandingan dengan baik serta sulit untuk berprestasi.

Dalam cabang olahraga karate khususnya dalam kemampuan pukulan kekuatan otot lengan sangat diperlukan sebagai tenaga untuk gerakan pukulan. Disamping itu juga dibutuhkan kekuatan otot tungkai

(44)

untuk menahan beban tubuh saat melakukan serangan menendang. Apabila kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai seorang karateka bagus dan kuat maka ada kemumgkinan menghasilkan kemampuan pukulan dan tendangan yang bagus. Tapi sebaliknya bila kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai seorang karateka tidak kuat belum tentu akan menghasilkan kemampuan pukulan yang bagus. Dalam olahraga beladiri karate kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai merupakan komponen kondisi fisik yang cukup penting perananya dalam memukul dan menendang lawan, target (sasaran) sehingga menghasilkan kemampuan pukulan dan tendanganyang baik.

c. Daya Ledak Otot Lengan

Menurut Corbin dalam Basirun (2006:16) “Daya ledak merupakan kemampuan untuk menampilkan atau mengeluarkan tenaga secara eksplosif”, sedangkan Otot lengan merupakan anggota tubuh yang berfungsi sebagi alat gerak bagian atas. Jadi daya ledak otot lengan adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban atau tahanan dengan kecepatan kontraksi yang sangat tinggi. Elemen kondisi ini merupakan produk dari kemampuan kekuatan dan kecepatan. Otot-otot lengan yang memiliki daya ledak yang kuat akan membuktikan bahwa untuk melakukan pukulan dalam karate sangat membutuhkan elemen ini untuk menentukan baiknya keterampilan teknik tersebut.

Daya ledak sering juga disebut dengan power, karena proses kerjanya anaerobik yang memerlukan waktu tercepat dan tenaga yang

(45)

kuat. Kemampuan ini merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan. Menurut Bafirman (1999:59) tentang daya ledak mengemukakan bahwa :

“Daya ledak sangat penting bagi penampilan sebab dapat menentukan seberapa keras dan kuat seorang dapat memukul/menendang, berapa jauh serangan dapat terlempar, berapa tingginya seorang dapat melompat dan memperjauhlompatannya, berapa cepat seorang dalam berlari dan berenang.Semuanya dalam keadaan sewaktu – waktu dapat meledak secara maksimal dalam upaya memperoleh kekuatan secara baik dan benar. Daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat.”

Berdasarkan kutipan di atas, jelaslah bahwa daya ledak merupakan kemampuan untuk menampilkan kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum secara eksplosif dalam waktu cepat dan singkat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sehingga otot yang menampilkan gerakan eksplosif sangat kuat dan cepat dalam berkontraksi.Sedangkan daya ledak otot merupakan gabungan beberapa unsure fisik yaitu kekuatan dan kecepatan, artinya kemampuan daya ledak otot dapat dilihat dari hasil suatu aktivitas gerak yang dilakukan dengan cepat dan menggunakan tenaga yang kuat. Misalnya wujud daya ledak otot tungkai berupa hasil lompatan, sementara wujud daya ledak otot lengan dapat dilihat dari hasil lemparan.

Kalau ada dua orang masing – masing dapat mengangkat beban beratnya sama yaitu 50 kg, akan tetapi salah satu diantaranya dapat mengangkat dengan cepat maka dapat dikatakan orang tersebut memiliki power yang lebih baik daripada orang yang mengangkat lebih lambat.

(46)

Jika bicara mengenai daya ledak maka kita mengacu kepada kondisi otot, selain kuat juga cepat atau otot juga mampu mengarahkan kekuatan secara maksimum dalam waktu yang sangat singkat.

Daya ledak menurut macamnya terbagi menjadi dua yaitu daya ledak absolut dan daya ledak relatif daya ledak absolut adalah kekuatan untuk mengatasi suatu beban eksternal yang maksimum, sedangkan daya ledak relative adalah kekuatan yang digunakan untuk mengatasi berat badan sendiri.

Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi daya ledak adalah Menurut Nossek (1982) dalam Arsil (1999:77) faktor yang mempengaruhi daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan kontraksi kekuatan otot menggambar kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot, dilihat dari segi latihan, Faktor Fisiologis yang mempengaruhi kekuatan kontraksi adalah usia ,jenis kelamin, dan suhu otot. Di samping itu faktor yang mempengaruhi kekuatan otot sebagai unsur daya ledak adalah jenis serabut otot, luas otot rangka. Daya ledak dipengaruhi perpaduan antara unsur kekuatan dan kecepatan, baik kecepatan rangsangan syaraf maupun kecepatan kontraksi otot. Peningkatan daya ledak tidak terlepas dari pengembangan kedua unsur tersebut melalui meningkatkan kekuatan kecepatan secara bersama – sama.menurut Soebroto (1976:17) dalam Arsil (1999:77) mengemukakan, latihan kekuatan dan kecepatan secara bersamaan diberikan dengan pembebanan sedang, latihan ini dapat memberikan

(47)

pengaruh yang lebih baik terhadap nilai dinamis jika dibandingkan dengan latihan kekuatan saja.

Daya ledak di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekuatan pada otot dan kecepatan dalam melakukan gerakan, kedua faktor tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain terhadap terciptanya suatu gerakan yang exsplosive (daya ledak). Daya ledak juga terdapat pada otot lengan, dimana daya ledak otot lengan merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam pencapaian keterampilan seseorang untuk melakukan pukulan yang lebih cepat yang mana otot lengan terbagi yaitu otot lengan bagian atas dan otot lengan bagian bawah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di halaman selanjutnya:

Gambar 6. Otot lengan bagian bawah Sumber. Ototlengan.com

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa daya ledak otot lengan merupakan kemampuan sekelompok serabut otot – otot lengan dalam melakukan aktivitas yang kuat dan waktu yang relatif cepat. Apabila daya ledak otot lengan kurang, maka kemampuan pukulan dan tangkisan tidak akan bagus dan mudah untuk melakukan penyerangan. Sangat penting artinya bagi seorang atlet atau orang – orang yang terkait

(48)

didalamnya mengetahui hal ini agar lebih memperhatikan kemampuan, dan lebih melatih daya ledak otot lengan mereka.

d. Daya Ledak Otot Tungkai

Daya ledak (Exsplosive Power) merupakan suatu komponen biomotorik dalam kegiatan olahraga, karena daya ledak akan menentukan seberapa keras orang dapat memukul, menendang, seberapa jauh orang dapat melakukan tolakan serta seberapa cepat orang berlari dan sebagainya.

Dalam olahraga karate, salah satu teknik yang membutuhkan daya ledak (Exsplosive Power) yaitu saat melakukan tendangan dengan kaki. Karena seberapa kuat, cepat dan akuratnya suatu tendangan yang dihasilkan menggambarkan kemampuan daya ledak seorang atlet di saat melakukan tendangan dengan kaki. Oleh karena itu. daya ledak otot tungkai merupakan suatu kemampuan tungkai kaki untuk mengatasi beban/tahanan dengan kuat dan cepat dengan kontraksi tinggi. Biasanya seorang atlet yang memiliki daya ledak yang baik, lebih mudah baginya untuk menghasilkan suatu tendangan yang kuat, cepat dan akurat.

Otot tungkai terdiri dari otot tungkai bawah dan otot tungakai atas, seperti dijelaskan berikut ini:

1) Otot Tungkai Atas

Otot tungkai atas terdiri dari tiga golongan yaitu: Flexores, Exteriosores, dan Adductores. Yang terdiri dari Triceps Femoris dan Biceps Femoris. Otot tersebut terletak pada batas pangkal paha sampai

(49)

sendi lutut (pada bagian depan dan belakang). Seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 7. Otot Tungkai Atas

Diambil dari: Salomon, Dalam (Nawawi, 2007 : 52) 2) Otot Tungkai Bawah

Otot tungkai bawah terdiri dari tiga golongan yaitu: Flexores, Exteriosores, dan perenci otot. Ketiga otot ini terletak pada batas bagian lutut bawah. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 8. Otot Tungkai Bawah

Diambil dari: Salomon Dalam (Nawawi, 2007 : 54)

Berdasarkan pengertian di atas dapat simpulkan bahwa daya ledak otot lengan merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam pencapaian keterampilan seorang untuk malakukan pukulan yang lebih

(50)

cepat dalam olahraga karate, sedangkan daya ledak otot tungkai merupakan suatu kemampuan tungkai kaki untuk mengatasi beban/tahanan dengan kuat dan cepat dengan kontraksi tinggi. Dalam olahraga karate daya ledak otot tungkai sangat dominan sekali dibutuhkan dapat dilihat saat melakukan serangan pukulan, tangkisan dan serta tendangan.

Dengan demikian para karateka yang memiliki daya ledak yang maksimal, Pada saat pertandingan karateka mampu melakukan pukulan, tangkisan dan tendangan dengan cepat sebelum lawan melakukan pukulan, tangkisan dan tendangan tersebut sehingga memperoleh angka (point).

e. Daya tahan Aerobik

Daya tahan merupakan salah satu komponen biomotorik sangat dibutuhkan dalam aktivitas fisik dan salah satu komponen yang terpenting dari kesegaran jasmani. Daya tahan diartikan sebagai waktu bertahan yaitu lamanya seseorang melakukan intentitas kerja atau jauh dari kelelahan (arsil, 1999:19).

Daya tahan diartikan sebagai waktu bertahan yaitu lamanya seseorang dapat melakukan suatu intensitas kerja atau jauh dari keletihan. Menurut Suharno (1993:30) “Daya Tahan adalah kemampuan organ atlet untuk melawan kelelahan yang timbul saat menjalankan aktifitas olahraga dalam waktu lama”. Menurut Annarino dalam Arsil (1999:19), “ daya tahan adalah hasil kemampuan individu untuk memelihara

(51)

gerakannya dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa daya tahan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi berulang – ulang tanpa timbul kelelahan.

Tujuan utama dari latihan daya tahan adalah meningkatkan kemampuan kerja jantung disamping meningkatkan kerja paru – paru dan system peredaran darah. Secara umum kemampuan daya tahan dibutuhkan dalam semua cabang olahraga yang membutuhkan gerak fisik. Daya tahan adalah kemampuan organisme pemain untuk mengatasi kelelahan yang timbul setelah melakukan aktivitas tubuh berolahraga dalam waktu yang lama.

Menurut Syafruddin (1999 : 53) menjelaskan jenis – jenis daya tahan yaitu sebagai berikut :

1. Daya tahan umum 2. Daya tahan lokal

3. Daya tahan aerob umum dinamis 4. Daya tahan aerob umum statis 5. Daya tahan anaerob umum dinamis 6. Daya tahan anaerob umum statis 7. Daya tahan aerob lokal dinamis 8. Daya tahan aerob lokal statis 9. Daya tahan anaerob lokal dinamis 10. Daya tahan anaerob lokal statis

VO2 max adalah pengambilan ( konsumsi) oksigen maksimal per menit yang menggambarkan kapasitas aerobik seseorang. Mochammad. Sajoto (1988:67) menjelaskan bahwa pengertian “VO 2 max adalah jumlah oxygen yang dipergunakan tubuh selama satu menit untuk setiap berat badan”. Maximal oxygen uptake umumnya sering disingkat sebagai

(52)

VO2 max, dimana V pada oksigen dan Max menyatakan kondisi – kondisi maksimal. VO2 max adalah volume oksigen maksimal yang digunakan oleh tubuh per menit. Faktor – faktor yang menentukan konsumsi oksigen maksimal (VO2 max) dalam Suratmin (2007:9) antara lain :

1. Jantung, Paru dan Pembuluh darah harus berfungsi baik,

2. Proses penyampaian oksigen kejaringan oleh sel darah merah harus normal,

3. Jaringan otot harus mempunyai kapasitas yang normal untuk mempergunakan oksigen atau memiliki metabolisme yang normal, fungsi mitokondrianormal.

Dari pendapat di atas dapat dijelaskan kemampuan sejumlah darah yang dikirimkan ke otot yang sedang aktif bergerak dan mengambil oksigen dari darah sebagai bahan bakar pada waktu tubuh melakukan suatu aktivitas. Sedangkan menurut HendriIrawadi (2010 : 27) menjelaskan bahwa “VO2 max bertujuan untuk mengukur kapasitas aerobik dan ketahanan kardiovaskular”.

Dengan kata lain seseorang yang VO 2 max yang memiliki jantung yang efisien, paru – paru yang efektif, peredaran darah yang baik pula yang dapat mensuplai otot – otot, sehingga yang bersangkutan mampu bekerja secara kontiniu tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Menurut Fox dalam bafirman (2006:22) mengatakan bahwa “dengan adanya ketahanan jantung dalam bekerja, maka pompaan darah akan lebih lancar, sehingga sel – sel memerlukan aliran darah dapat

(53)

dipenuhi sesuai dengan keperluannya”. Menurut Nawawi (2006:38) bahwa :

Tinggi rendahnya daya tahan seseorang akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya VO2 max adalah volume oksigen maksimal yang disebut juga sebagai kapasitas aerobik, yaitu kemampuan tubuh mengkonsumsi oksigen secara maksimal permenit. VO 2 max ditunjang oleh kemampuan paru – paru sebagai organ yang menyediakan oksigen, kualitas darah (hemoglobin) yang akan mengikat dan membawa oksigen keseluruh tubuh, jantung sebagai organ yang memompa darah keseluruh tubuh, jantung sebagaiorgan yang memompa darah keseluruh tubuh, pembuluh darah (sirkulasi) yang akan menyalurkan darah keseluruh tubuh dan otot rangka sebagai salah satu organ tubuh yang akan memakai oksigen untuk proses oksidasi bahan makanan sehingga menghasilkan energi.

Begitu banyak pengertian yang membahas masalah VO2 max maka dapat diambil kesimpulan bahwa VO2 max atau kapasitas aerobik adalah suatu kemampuan badan untuk mendapatkan oksigen, kemudian dikirimkan ke otot – otot atau sel – sel sebagai bahan bakar pada waktu melakukan aktivitas serta dapat dikerjakan oleh sistem energi aerobik. Apabila salah satu komponen tersebut kapasitasnya rendah, maka akan mempengaruhi tingkat VO2 max karena masing – masing organ tersebut saling mempengaruhi. VO2 max secara umum menunjukan kemampuan menahan kelelahan dari organ – organ tubuh manusia. Tujuan utama dari latihan VO 2 max adalah meningkatkan kemampuan kerja jantung disamping meningkatkan kerja paru – paru dan system peredaran darah. Secara umum kemampuan VO 2 max yang tinggi dibutuhkan dalam semua cabang olahraga yang membutuhkan gerak fisik.

Gambar

Gambar 2. Kata Sumber, gambar kata. Com
Gambar 7. Otot Tungkai Atas
Gambar 9. Kerangka Konseptual
Tabel 1. Populasi  Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (Biologi) dari Program Studi Biologi, Fakultas Biologi..

Phytoremediation potential of native plants growing on a heavy metals contaminated soil of copper mine in Iran.. Heavy metal contamination and accumulation in soil

Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji dan menganalisis, baik secara parsial maupun secara simultan

Dan seteah dihitung besar koefisien elastisitasnya, sifat elastisitas pada tahun 2007 adalah elastis, yang artinya persentase ( % ) perubahan kuantitas daging sapi lebih besar

Komponen penahan tidak langsung harus ditempatkan sejauh mungkin dari basis perluasan distal sehingga dapat erfungsi mengurangi ungkitan anteroposterior pada gigi

Dengan adanya payung hukum baru yaitu peraturan Dirjen Pajak Nomor 11/PJ/2016 tentang Pengaturan Lebih Lanjut mengenai pelaksanaan Undang- undang Nomor 11 Tahun 2016

(Kemudian cek dengan kartu tugas 3. Lakukan prosedur fast feedback model voting.) Jika dalam perhitungan sudah mencapai 70% siswa yang menjawab benar maka dapat dilanjutkan

baku pakan yang termaksud dalam kelompok ini adalah: feed supplement.. Bahan Makanan Sumber Protein.. Bahan makanan di kategorikan sebagai sumber protein karena