• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

KOTA YOGYAKARTA

TAHUN 2013

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehinggaLaporan Status Lingkungan Hidup Daerah

Kota Yogyakarta Tahun 2013dapat diselesaikan dengan baik.

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga Negara

Indonesia sebagai mana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Pembangunan ekonomi nasional diselenggarakan berdasarkan

prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan

perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten

oleh semua pemangku kepentingan.

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2013

memberikan informasi mengenai kondisi lingkungan hidup, tekanan terhadap lingkungan

dan upaya pengelolaan lingkungan di Kota Yogyakarta.

Akhir kata semoga Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Yogyakarta

Tahun 2013 dapat bermanfaat dan menjadi sarana untuk membantu mewujudkan upaya

pelestarian lingkungan hidup.Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya atas kerjasama dan bantuan dari semua pihak, sehingga Laporan Status

Lingkungan Hidup Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2013 dapat selesai dengan baik.

(3)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA ... 4

A. Lahan dan Hutan ... 5

A.1. Penggunaan Lahan / Tutupan Lahan ... 5

A.2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi / Status ... 7

A.3. Luas Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya ... 8

A.4. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan dan Luar Kawasan Hutan ... 10

A.5. Luas Lahan Kritis ... 11

A.6. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air ... 12

A.7. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering ... 13

A.8. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah ... 14

A.9. Perkiraan Luas Kerusakan Hutan menurut Penyebabnya ... 15

A.10. Pelepasan Kawasan Hutan yang dapat dikonversi Menurut Peruntukan ... 15

B. Keanekaragaman Hayati ... 16

B.1. Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi ... 17

C. Air ... 18

C.1. Inventarisasi Sungai ... 18

C.2. Inventarisasi Danau/Waduk/Situ/Embung ... 20

C.3. Kualitas Air Sungai ... 21

C.4. Kualitas Air Danau/Situ/Embung ... 34

C.5. Kualitas Air Sumur ... 34

D. Udara ... 36

D.1. Kualitas Udara Ambien Menurut Lokasi ... 36

D.2. Kualitas Air Hujan ... 37

E. Laut, Pesisir dan Pantai ... 38

E.1. Kualitas Air Laut ... 38

E.2. Luas Tutupan dan Kondisi Terumbu Karang ... 40

E.3. Luas dan Kerusakan Padang Lamun ... 40

E.4. Luas dan Kerapatan Tutupan Mangrove ... 41

F. Iklim ... 42

F.1. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan ... 42

F.2. Suhu Rata-Rata Bulanan ... 43

G. Bencana Alam ... 43

G.1. Bencana Banjir, Korban, dan Kerugian ... 43

G.2. Bencana Kekeringan, Luas, dan Kerugian ... 44

G.3. Bencana Tanah Longsor dan Gempa Bumi, Korban, dan Kerugian ... 45

G.4. Bencana Kebakaran Hutan/Lahan, Luas, dan Kerugian ... 46

BAB III. TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN ... 47

A. Kependudukan ... 48

(4)

B.3. Jumlah Rumah Tangga dan Fasilitas Tempat Buang Air Besar ... 55

B.4. Jumlah Rumah Tangga menurut Kecamatan dan Perkiraan Timbulan Sampah per Hari ... 56

C. Kesehatan ... 57

C.1. Jenis Penyakit Utama yang Diderita Penduduk ... 57

C.2. Perkiraan Volume Limbah Padat dan Limbah Cair dari Rumah Sakit ... 58

D. Pertanian... 58

D.1. Luas Lahan Sawah menurut Frekuensi Penanaman dan Hasil Produksi per Hektar ... 58

D.2. Penggunaan Pupuk untuk Tanaman Palawija menurut Jenis Pupuk ... 59

D.3. Luas Perubahan Lahan Pertanian menjadi Lahan Non Pertanian ... 60

D.4. Luas Lahan Sawah menurut Frekuensi Penanaman, Produksi per Hektar ... 61

D.5. Jumlah Hewan Ternak menurut Jenis Ternak ... 61

D.6. Jumlah Hewan Unggas menurut Jenis Unggas ... 62

E. Industri ... 63

E.1. Jumlah Industri/Kegiatan Usaha Skala ... 63

F. Pertambangan ... 64

F.1. Luas Areal dan Produksi Pertambangan menurut Jenis Bahan Galian ... 64

G. Energi ... 65

G.1. Jumlah Kendaraan Bermotor menurut Jenis Kendaraan dan Bahan Bakar yang Digunakan66 G.2. Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Sektor Industri menurut Jenis Bahan Bakar .. 67

G.3. Konsmsi dan Bahan Bakar untuk keperluan Rumah Tangga ... 67

H. Transportasi ... 68

H.1. Sarana Terminal Kendaraan Penumpang Umum ... 68

H.2. Sarana Pelabuhan Laut, Sungai, dan Danau ... 70

H.3. Sarana Pelabuhan Udara ... 71

H.4. Perkiraan Jumlah Limbah Padat dari Sarana Transportasi ... 71

I. Pariwisata ... 72

I.1. Perkiraan Jumlah Limbah Padat berdasarkan Lokasi Obyek Wisata, Jumlah Pengunjung dan Luas Kawasan ... 72

I.2. Perkiraan Beban Pencemaran Limbah Padat & cair berdasarkan Sarana Hotel/Penginapan ... 73

J. Limbah B3 ... 74

J.1. Perusahaan yang Mendapat Izin Mengelola Limbah B3 ... 74

BAB IV. UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN ... 76

A. Rehabilitasi Lingkungan ... 77

A.1. Realisasi Kegiatan Penghijauan dan Reboisasi... 77

A.2. Kegiatan Fisik Lainnya ... 78

B. PengawasanAmdal ... 81

B.1. Dokumen Izin Lingkungan ... 81

B.2. Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL,UKL/UPL, Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL)... 84

C. Penegakan Hukum... 86

C.1. Status Pengaduan Masyarakat ... 86

D. Peran Serta Masyarakat ... 87

D.1. Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan... 87

D.2. Penerima Penghargaan Lingkungan ... 88

D.3. Kegiatan Sosialisasi Lingkungan Hidup ... 90

E. Kelembagaan ... 91

E.1. Produk Hukum Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 91

(5)

BAB I

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan pembangunan yang sangat pesat di Kota Yogyakarta tidak

hanya meningkatkan sisi kesejahteraan masyarakatnya namun juga menimbulkan

berbagai permasalahan lingkungan. Seiring dengan pertumbuhan penduduk,

pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi yang sangat tinggi pada akhirnya

menimbulkan beban lingkungan yang sangat besar terutama pada masalah

persampahan, limbah domestik, pencemaran udara dan eksploitasi sumber daya

alam. Dampak yang timbul dari permasalahan tersebut yaitu keterbatasan akan

lahan untuk kebutuhan permukiman, meningkatnya pencemaran air tanah akibat

dari limbah domestik, menurunnya kuantitas air tanah, meningkatnya bahan

pencemar udara dari transportasi, kurangnya ruang terbuka hijau, masalah

persampahan, dan pencemaran sungai. Dampak di atas merupakan isu utama dari

pengelolaan lingkungan di Kota Yogyakarta.

Keterbatasan lahan di Kota Yogyakarta berdampak pada sulitnya

pengembangan penyediaan fasilitas umum kota dan bahkan sebagian besar rumah

penduduk cukup sempit, hal ini juga menyebabkan penempatan bangunan pengolah

limbah domestik tidak memenuhi syarat kesehatan. Saat ini Kota Yogyakarta telah

memiliki saluran air limbah domestik (offsite) yang mencakup sebagian kecil

masyarakat, selain itu terdapat pula instalasi pengolahan air limbah komunal (IPAL

Komunal) yang melayani sebagian kecil penduduk yang tinggal di sekitar pinggir

sungai. Masyarakat yang tidak memperoleh pelayanan dari kedua pengolah limbah

domestik tersebut menggunakan tangki septik individual yang tersebar di seluruh

wilayah Kota Yogyakarta. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi otomatis

berdampak pada meningkatnya jumlah limbah cair rumah tangga, dan pertambahan

volume limbah domestik tersebut tidak sepenuhnya dibarengi dengan ketersediaan

tangki septik yang memenuhi syarat sehingga kebocoran sering terjadi. Hal ini

menyebabkann pencemaran dalam areal cukup luas, dan kondisi tanah pasir yang

bersifat porus mempercepat luasnya area menjadi tercemar, sehingga terjadi

pencemaran air tanah di seluruh wilayah Kota Yogyakarta.

Pertumbuhan penduduk serta pertumbuhan ekonomi akibat pesatnya

kegiatan usaha menyebabkan kebutuhan air tanah meningkat, hal ini menyebabkan

permukaan air tanah di beberapa wilayah sudah mulai mengalami penurunan.

Sampai saat ini dampak penurunan kuantitas tersebut belum dirasakan oleh

masyarakat, namun perlu pengelolaan yang lebih baik agar mencegah krisis air

bersih pada masa datang.

Permasalahan persampahan di Kota Yogyakarta merupakan hal yang belum

dapat diselesaikan dengan tuntas. Sampai saat ini sampah yang dihasilkan oleh

masyarakat menurut data tahun 2013 oleh Badan Lingkungan Hidup Kota

Yogyakarta mencapai 203.73 ton

perhari, dan sebagian besar masih dikelola dengan

cara paradigma lama yaitu kumpul, angkut dan dibuang ke TPA. Cara ini memang

(7)

disadari belum efektif, namun demikian sebagian masyarakat telah melakukan

pengelolaan sampah yaitu reduce, reuse, dan recycle.

Permasalahan lainnya yang muncul di Kota Yogyakarta yaitu kualitas udara.

Sampai saat ini kualitas udara di Kota Yogyakarta masih berada dalam kondisi

ambang batas normal, kecuali di beberapa titik perempatan. Pertambahan

kendaraan yang cukup tinggi tidak diimbangi dengan bertambahnya sarana dan

prasarana jalan sehingga antrian di persimpangan semakin panjang, dan

menimbulkan kemacetan. Keadaan ini menyebabkan kualitas udara ambien di

sekitar perempatan dan ruas jalan yang sering mengalami kemacetan semakin

tercemar.

Sungai-sungai yang berada di Kota Yogyakarta juga ikut mengalami

pencemaran akibat pembuangan limbah cair domestik dari industri dan

pembuangan limbah padat. Pencemaran sungai tersebut merupakan salah satu

permasalahan lingkungan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah Kota

Yogyakarta dalam pengelolaan sumber daya air. Kepadatan penduduk yang cukup

tinggi menyebabkan masyarakat kesulitan untuk membuat tangki septik, maka

solusi yang mereka pilih adalah membuang secara langsung ke sungai bagi

masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai. Pemantauan kualitas air sungai yang

dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa

semua sungai yang ada di wilayah Kota Yogyakarta telah tercemar dan sebagian

parameter yang dianalisis telah melewati baku mutu yang ditentukan. Kesadaran

sebagian masyarakat terhadap fungsi sungai masih rendah sehingga menyebabkan

kondisi ini masih terjadi sampai sekarang.

Kondisi lingkungan yang dijelaskan di atas merupakan isu-isu lingkungan

utama di Kota Yogyakarta yang terus menerus diupayakan agar lebih baik. Ruang

Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu upaya pengelolaan lingkungan. RTH

merupakan kawasaan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan

yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, atau sebagai sarana

lingkungan dan untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air

dan tanah. RTH sangat penting jika dilihat dari fungsinya namun pada kenyataannya

ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta semakin terdesak oleh kepentingan lain.

Kawasan ini sering dimanfaatkan dan dialihfungsikan menjadi area lahan lain seperti

pemukiman. Penciptaan lokasi baru juga tidak memungkinkan akibat kepadatan

penduduk yang sudah cukup tinggi.

Pemerintah Kota Yogyakarta bersama masyarakat telah melakukan berbagai

upaya agar kondisi lingkungannya dapat lebih baik. Adanya peningkatan

kemampuan pelayanan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam bidang pengelolaan

lingkungan memberikan harapan kepada masyarakat akan adanya kesempatan

untuk mempertahankan kualitas lingkungan yang semakin menurun akibat beban

berat dalam menghadapi berbagai dampak yang muncul.

(8)

BAB II

KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN

KECENDERUNGANNYA

(9)

BAB II

KONDISI LINGKUNGAN HIDUP

DAN KECENDERUNGANNYA

A. LAHAN DAN HUTAN

Luas Wilayah Kota Yogyakarta adalah 3.250 Ha atau 32,50 Km2 (1,02%) dari luas wilayah

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jarak terjauh dari utara ke selatan kurang lebih 7,50 km dan dari barat ke timur kurang lebih 5,60 Km. Secara administratif Kota Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 614 Rukun Warga (RW) dan 2.525 Rukun Tetangga (RT). Penggunaan lahan paling banyak diperuntukkan bagi perumahan, yaitu sebesar 2.104,308 Ha.

Letak Geografis Kota Yogyakarta terletak antara 110° 20' 41" sampai 110° 24' 14" Bujur

Timur dan 07° 45' 57" sampa i07° 50' 25" Lintang Selatan, wilayah Kota Yogyakarta sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Sleman, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Sleman.

Topografi Kota Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng Gunung Merapi,

dengan ketinggian antara 75 m sampai dengan 132 m diatas permukaan air laut. Kota Yogyakarta memiliki kemiringan lahan yang relatif datar, yaitu 89% lahan dengan kemiringan antara 0-2%. Sebagian besar jenis tanahnya adalah regosol atau vulkanis muda. Terdapat 4 sungai yang mengalir dari arah utara ke selatan yaitu Sungai Gajah Wong yang mengalir di bagian timur kota, Sungai Manunggal di bagian timur kota, Sungai Code di bagian tengah kota dan Sungai Winongo di bagian barat kota.

A.1. Penggunaan Lahan / Tutupan Lahan

Penggunaan Lahan / Tutupan Lahan dominan di kota Yogyakarta adalah lahan perumahan. Hal ini sesuai dengan RTRW Kota Yogyakarta yang dominasi guna lahan adalah perumahan/permukiman. Pada tahun 2013 luas lahan non pertanian 84,22% sedangkan lahan

(10)

pertanian yang berupa sawah 2,55%. Sawah di Kota Yogyakarta luasannya berkurang ±2% setiap tahunnya.

Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Kota : Yogyakarta

Tahun Data : 2013

No. Kecamatan Luas Lahan (Ha)

Non Pertanian Sawah Lahan Kering Perkebunan Hutan Badan Air Total

1 Tegalrejo 223,38 15,00 0 0 0 52,62 291,00 2 Jetis 150,44 0 0 0 0 19,56 170,00 3 Gondokusuman 362,35 0 0 0 0 36,65 399,00 4 Danurejan 97,33 0 0 0 0 12,67 110,00 5 Gedongtengen 84,97 0 0 0 0 11,03 96,00 6 Ngampilan 70,25 0 0 0 0 11,75 82,00 7 Wirobrajan 159,00 0 0 0 0 17,00 176,00 8 Mantrijeron 224,77 2,00 0 0 0 34,23 261,00 9 Kraton 124,01 0 0 0 0 15,99 140,00 10 Gondomanan 100,19 0 0 0 0 11,81 112,00 11 Pakualaman 52,03 0 0 0 0 10,97 63,00 12 Mergangsan 194,55 5,00 0 0 0 31,45 231,00 13 Umbulharjo 634,75 50,00 3,00 0 16,74 107,51 812,00 14 Kotagede 259,25 11,00 1,00 0 8,42 27,33 307,00 Total 2.737,27 83,00 4,00 0 25,16 400,57 3.250,00 Keterangan :

- Hutan yang dimaksud adalah kawasan hutan kota Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka, meskipun area tersebut belum ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat berwenang

- (0) : dilakukan pemantauan tetapi tidak ditemukan kriteria tersebut

Sumber :

- Hasil olahan Tim Penyusun Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Yogyakarta berdasarkan data dari Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta dan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta 2013

Gambar 1. Grafik Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan Kota Yogyakarta Tahun 2011-2013

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 Non Pertanian Sawah Lahan Kering

Perkebunan Hutan Badan Air

Lu as Lah an ( H a) 2011 2012 2013

(11)

A.2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi / Status

Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi / Statusnyayang terdapat di Kota Yogyakarta adalah kawasan konservasi berupa kebun plasma nutfah pisang dan hutan kota Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka yang mempunyai area dengan hamparan lahan yang ditumbuhi pohon-pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan yang berfungsi sebagai hutan kota (meskipun belum terdapat surat keputusan pejabat berwenang yang menetapkan sebagai hutan kota).

Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status Kota : Yogyakarta

Tahun Data : 2013

No. Fungsi Luas (Ha)

1 Cagar Alam 0

2 Suaka Margasatwa 0

3 Taman Wisata 0

4 Taman Buru 0

5 Taman Nasional 0

6 Taman Hutan Raya 0

7 Hutan Lindung 0

8 Hutan Produksi 0

9 Hutan Produksi Terbatas 0

10 Hutan Produksi Konservasi 0

11 Hutan Kota 25,16

Total Luas Hutan 25,16

Keterangan :

- Hutan kota : Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka - (0) : tidak ditemukan kriteria tersebut

Sumber :

(12)

A.3. Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya

Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

Kawasan perlindungan setempat untuk melindungi dan melestarikan ruang terbuka hijau

di sekitar kawasan sumber daya air yang dapat bermanfaat bagi kelestarian lingkungan. Kawasan perlindungan setempat di Kota Yogyakarta berupa sempadan sungai dan ruang terbuka hijau.

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya di Kota Yogyakarta terdapat

taman hutan raya Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang terdiri dari kawasan Kraton Kesultanan Yogyakarta dan Tamansari, kawasan Malioboro dengan bangunan di sekitarnya, kawasan Puro Pakualaman dengan aset unggulan istana Puro Pakualaman, kawasan Kotagede berupa rumah tinggal dan industri perak yang dahulu adalah milik kaum Kalang, kawasan Kotabaru yang merupakan tempat tinggal orang Belanda pada masa penjajahan.

Kawasan Rawan Bencana di Kota Yogyakarta adalah kawasan tanah longsor dan

kawasan rawan banjir yang terdapat di sepanjang sungai.

Kawasan Rawan Bencana Alam Geologidi Kota Yogyakartamerupakan kawasan rawan

gempa bumi yang meliputi seluruh wilayah Kota Yogyakarta. Sedangkan kawasan rawan letusan gunung berapi berupa dampak letusan gunung berapi berupa hujan abu vulkanik pada seluruh wilayah Kota Yogyakarta dan banjir lahar dingin pada waktu hujan di Sungai Code.

(13)

Tabel SD-3. Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan Tutupan Lahannya Kota : Yogyakarta

Tahun Data : 2013

No. Nama Kawasan

Luas Kawasan

(Ha)

Tutupan Lahan (Ha) Vegetasi Area Terbangu n Tanah Terbuka Badan Air I. Kawasan Lindung

A. Kawasan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

1. Kawasan Hutan Lindung 0 0 0 0 0

2. Kawasan Bergambut 0 0 0 0 0

3. Kawasan Resapan Air 0 0 0 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0

B. Kawasan Perlindungan Setempat

1. Sempadan Pantai 0 0 0 0 0

2. Sempadan Sungai 90,59 67,56 0 0 23,03 3. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk 0 0 0 0 0 4. Ruang Terbuka Hijau 1.094 1.008,8 0 85,72 0 Jumlah 1.184,59 944,87 0 85,72 23,03 C. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan

Cagar Budaya

1. Kawasan Suaka Alam 0 0 0 0 0

2. Kawasan Suaka Laut dan Perairan

Lainnya 0 0 0 0 0

3. Suaka Margasatwa dan Suaka

Margasatwa Laut 0 0 0 0 0

4. Cagar Alam dan Cagar Alam Laut 0 0 0 0 0 5. Kawasan Pantai Berhutan Bakau 0 0 0 0 0 6. Taman Nasional dan Taman Nasional

Laut 0 0 0 0 0

7. Taman Hutan Raya 25.16 0 0 0 0 8. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata

Alam Laut 0 0 0 0 0

9. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu

Pengetahuan 704,00 0 0 0 0

Jumlah 729,16 0 0 0 0

D. Kawasan Rawan Bencana 1. Kawasan Rawan Tanah Longsor 0 0 0 0 0 2. Kawasan Rawan Gelombang Pasang 0 0 0 0 0 3. Kawasan Rawan Banjir 218,2 0 0 0 0

Jumlah 218,2 0 0 0 0

E. Kawasan Lindung Geologi 1. Kawasan Cagar Alam Geologi i. Kawasan Keunikan Batuan dan

Fosil 0 0 0 0 0

ii. Kawasan Keunikan Bentang

Alam 0 0 0 0 0

iii. Kawasan Keunikan Proses

(14)

2. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi

i. Kawasan Rawan Letusan Gunung

Berapi 0 0 0 0 0

ii. Kawasan Rawan Gempa Bumi 3.250 877,31 2.263,94 85,72 23,03 iii. Kawasan Rawan Gerakan Tanah 0 0 0 0 0 iv. Kawasan yang Terletak di Zona

Patahan Aktif 0 0 0 0 0

v. Kawasan Rawan Tsunami 0 0 0 0 0 vi. Kawasan Rawan Abrasi 0 0 0 0 0 vii. Kawasan Rawan Gas Beracun 0 0 0 0 0 Jumlah 3.250,00 877,31 2.263,94 85,72 23,03 3. Kawasan yangMemberikan

Perlindungan Terhadap Air Tanah

i. Kawasan Imbuhan Air Tanah 3.250 877,31 2.263,94 85,72 23,03 ii. Sempadan Mata Air 0 0 0 0 0 Jumlah 3.250 877,31 2.263,94 85,72 23,03 Jumlah 6.499,99 1.754,62 4.527,88 171,44 46,05 F. Kawasan Lindung Lainnya

1. Cagar Biosfer 0 0 0 0 0 2. Ramsar 0 0 0 0 0 3. Taman Buru 0 0 0 0 0 4. Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah 1,9525 1,9525 0 0 0 5. Kawasan pengungsian Satwa 0 0 0 0 0 6. Terumbu Karang 0 0 0 0 0

7. Kawasan Koridor bagi Jenis Satwa

atau Biota Laut yang Dilindungi 0 0 0 0 0

Jumlah 1,9525 1,9525 0 0 0

Jumlah Total Kawasan Lindung 8.502,92 0 0 0 0

II. Kawasan Budidaya

Jumlah Total Kawasan Budidaya 0 0 0 0 0

Keterangan :

- (0) : tidak ditemukan kriteria tersebut

Sumber :

- Hasil olahan Tim Penyusun Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Yogyakarta berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta dan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta

A.4. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan Hutan

Kota Yogyakarta tidak terdapat kawasan hutan, sehingga tidak ditemukan kriteria KSA-KPA (Kawasan Suaka Alam - Kawasan Pelestarian Alam), HL (Hutan Lindung), HPT (Hutan Produksi Terbatas), HPT (Hutan Produksi Tetap), HP (Hutan Produksi Konservasi) dan APL (Area Penggunaan Lain).

(15)

Tabel SD-4. Luas Penutupan Lahan dalam Kawasan Hutan dan Luar Kawasan Hutan Kota : Yogyakarta Tahun Data : 2013 NO Kabupaten/Kota KAWASAN HUTAN APL JUMLAH HUTAN TETAP HPK JUMLAH KSA- KPA HL HPT HP JUMLAH 1. Kota Yogyakarta a. Hutan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b. Non Hutan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 c. Data tidak lengkap 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Keterangan :

- KSA-KPA : Kawasan Suaka Alam - Kawasan Pelestarian Alam

- HL : Hutan Lindung

- HPT : Hutan Produksi Terbatas - HP : Hutan Produksi Tetap - HPK : Hutan Produksi Konservasi - APL : Area Penggunaan Lain

- (0) : di Kota Yogyakarta tidak terdapat kawasan hutan

Sumber :

- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta 2013

A.5. Luas Lahan Kritis

Kota Yogyakarta tidak terdapat lahan kritis yang telah mengalami kerusakan sehingga berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan. Lahan kritis merupakan suatu lahan yang kondisi tanahnya telah mengalami atau dalam proses kerusakan fisik, kimia atau biologi yang akhirnyamembahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi pertanian, pemukiman, dan kehidupansosial ekonomi dari daerah pengaruhnya.

Faktor- Faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis, antara lain sebagai berikut: 1. Kekeringan, biasanya terjadi di daerah-daerah bayangan hujan.

2. Genangan air yang terus-menerus, seperti di daerah pantai yang selalu tertutup rawa-rawa.

3. Erosi tanah dan masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring. Masswasting adalah gerakan masa tanah menuruni lereng.

(16)

4. Pengolahan lahan yang kurang memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring, atau bahkan di dataran rendah.

5. Masuknya material yang dapat bertahan lama kelahan pertanian (tak dapat diuraikan oleh bakteri) misalnya plastic. Plastik dapat bertahan ± 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kelestaian kesuburan tanah.

6. Pembekuan air,biasanya terjadi daerah kutub atau pegunungan yang sangat tinggi.

Tabel SD-5. Luas Lahan Kritis Kota : Yogyakarta

Tahun Data : 2013

No. Kecamatan Kritis (Ha) Sangat Kritis (Ha) Jumlah Total (Ha) 1 Tegalrejo 0 0 0 3 Gondokusuman 0 0 0 4 Danurejan 0 0 0 5 Gedongtengen 0 0 0 6 Ngampilan 0 0 0 7 Wirobrajan 0 0 0 8 Mantrijeron 0 0 0 9 Kraton 0 0 0 10 Gondomanan 0 0 0 11 Pakualaman 0 0 0 12 Mergangsan 0 0 0 13 Umbulharjo 0 0 0 14 Kotagede 0 0 0 Total 0 0 0 Keterangan :

- (0) : tidak ditemukan kriteria tersebut Sumber :

- Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta 2013

A.6. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air

Kota Yogyakarta tidak terdapat kerusakan tanah di lahan kering akibat erosi air. Kerusakan tanah yang disebabkan oleh air disebut ablasi. Erosi tanah yang dilakukan oleh tenaga air ini biasanya terjadi di daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Erosi merupakan terangkutnya bagian-bagian tanah terutama lapisan atas dan diendapkan di tempat lain.

(17)

Tabel SD-6. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air Kota : Yogyakarta

Lokasi : Kota Yogyakarta Tahun Data : 2013

No. Tebal Tanah Ambang Kritis Erosi (PP 150/2000) (mm/10 tahun) Besaran erosi (mm/10 tahun) Status Melebihi/Tidak 1 < 20 cm 0,2 - 1,3 0 0 2 20 - < 50 cm 1,3 - < 4 0 0 3 50 - < 100 cm 4,0 - < 9,0 0 0 4 100 – 150 cm 9,0 – 12 0 0 5 > 150 cm > 12 0 0 Keterangan :

- (0) : belum terdapat data penelitian mengenai hal tersebut Sumber :

- Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta 2013

A.7.

Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering

Tanah di lahan kering adalah tanah yang berada di lingkungan tidak tergenang yang pada umumnya merupakan tanah mineral (bukan tanah organik). Tanah ini biasanya berada di wilayah iklim basah maupun beriklim kering. Bentuk lahannya dapat beragam dari datar sampai bergunung.Lahan kering dalam keadaan alamiah yang memiliki kondisi peka terhadap erosi bila keadaan tanah miring (tidak tertutup vegetasi), tingkat kesuburannya rendah. Kerusakan yang terjadi di lahan kering ini umumnya disebakan manusia yang tidak mengindahkan konservasi tanah dan air, sehingga mengakibatkan kerugian seperti bencana banjir, kekeringan, erosi dan lain-lain.

Sampel lahan kering untuk mengevaluasi kerusakan tanah di lahan kering di Kota Yogyakarta berlokasi di kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo. Dimana hasil pengamatan menunjukkan bahwa status dari parameter yang ditentukan seperti kebatuan permukaan, komposisi fraksi, berat isi, porositas total, derajat pelulusan air, PH (H2O) 1:2,5 ; daya hantar listrik (DHL), redoks dan jumlah mikroba tidak melebihi ambang kritis menurut PP 150/2000. Namun ketebalan solum di lokasi ini melebihi ambang kritis yaitu lebih dari 20 cm.

(18)

Tabel SD-7. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Kota : Yogyakarta

Lokasi : Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo Tahun Data : 2013

No. Parameter Ambang Kritis (PP 150/2000) Hasil Pengamatan

Status Melebihi/Tidak

1 Ketebalan Solum < 20 cm > 20 cm melebihi

2 Kebatuan Permukaan > 40 % bebas tidak

3 Komposisi Fraksi < 18 % koloid; 11.86% tidak

> 80 % pasir kuarsitik tidak

4 Berat Isi > 1,4 g/cm3 1.8553 tidak

5 Porositas Total < 30 % ; > 70 % 38.94% tidak

6 Derajat Pelulusan air < 0,7 cm/jam; > 8,0 cm/jam 10.73 tidak

7 pH (H2O) 1 : 2,5 < 4,5 ; > 8,5 6.65 tidak

8 Daya Hantar Listrik /DHL > 4,0 mS/cm 0.063 tidak

9 Redoks < 200 mV 59 mV tidak

10 Jumlah Mikroba < 102cfu/g tanah 1 . 106 tidak

Keterangan :

- data diambil dari hasil kajian kerusakan lahan untuk produksi biomasa tahun 2013 Sumber :

- Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta 2013

A.8.

Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah

Tanah di lahan basah (rawa) adalah tanah yang berada dalam lingkungan yang selalu tergenang air, sehingga lingkungan tersenut senantiasa bersifat reduktif. Oleh karena karakteristik lingkungan yang demikian maka pada lahan basah dijumpai tanah gambut.Tanah gambut adalah tanah yang berkembang dari hasil penumpukan bahan organik yang diluruhkan oleh produksi biomassa hutan hujan tropika. Selain tanah gambut pada lahan basah dapat dijumpai tanah aluvial (mineral). Jika lingkungan pengendapannya bersuasana marine, tanah mineral tersebut dapat mengandung bahan sulfidik, seperti mineral pirit (FeS2).

Sampel lahan basah di Kota Yogyakarta berlokasi di Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak ada lahan gambut pada lokasi tersebut, namun kedalaman lapisan berpirit dari permukaan tanah dan kedalaman air tanah dangkal melebihi ambang kritis menurut PP 150/2000.

Kedalaman lapisan berpirit ini adalah posisi mulai ditemukan lapisan berpirit atau material sulfidik dari permukaan tanah. material sulfidik adalah senyawa feresufilda (FeS2) yang stabil dalam kondisi reduktif da dapat terurai pada kondisi oksidatif. Bila lapisan ini dijumpai pada kedalaman <25 cm dari permukaan tanah, berpotensi membahayakan pertumbuhan tanaman karena tanah tesebut akan teroksidasi.

(19)

Tabel SD-8. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Basah Kota : Yogyakarta

Lokasi : Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo Tahun Data : 2013

No. Parameter Ambang Kritis (PP 150/2000) Hasil

Pengamatan Melebihi/Tidak

1 Subsidensi Gambut di atas

pasir kuarsa

> 35 cm/tahun untuk ketebalan gambut ≥ 3 m atau 10% / 5 tahun untuk ketebalan

gambut < 3 m

0 tidak ada

gambut

2 Kedalaman Lapisan Berpirit

dari permukaan tanah < 25 cm dengan pH ≤ 2,5 30 - 50 cm melebihi

3 Kedalaman Air Tanah

dangkal > 25 cm 15 m melebihi

Keterangan :

- data diambil dari hasil kajian kerusakan lahan untuk produksi biomasa tahun 2013 Sumber :

- Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta 2013

A.9. Perkiraan Luas Kerusakan Hutan menurut Penyebabnya

Luas kerusakan hutan karena kerusakan ekosistem hutan yang disebabkan kebakaran, ladang berpindah, penebangan liar, perambahan maupun penyebab lainnya di Kota Yogyakarta tidak ditemukan kriteria tersebut karena tidak ada hutan.

Tabel SD-9. Perkiraan Luas Kerusakan Hutan menurut Penyebabnya Kota : Yogyakarta

Tahun Data : 2013

No. Penyebab Kerusakan Luas (Ha)

1 Kebakaran Hutan 0 2 Ladang Berpindah 0 3 Penebangan Liar 0 4. Perambahan Hutan 0 5. Lainnya 0 Total 0 Keterangan :

- (0) : di Kota Yogyakarta tidak terdapat kerusakan kawasan hutan Sumber :

- Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta 2013

A.10. Pelepasan Kawasan Hutan yang dapat dikonversi Menurut Peruntukan

(20)

sedemikian rupa (pengurangan penutupan tajuk pohon jangka panjang di bawah batas minimum 10 persen), sehingga areal tersebut tidak dapat lagi dipertimbangkan sebagai hutan, di Kota Yogyakarta tidak terdapat pelepasan kawasan hutan.

Tabel SD-10. Pelepasan Kawasan Hutan yang dapat dikonversi Menurut Peruntukan Kota : Yogyakarta

Tahun Data : 2013

No. Peruntukan Luas (Ha)

1 Pemukiman 0 2 Pertanian 0 3 Perkebunan 0 4 Industri 0 5 Pertambangan 0 6 Lainnya 0 Total 0 Keterangan :

- (0) : di Kota Yogyakarta tidak terdapat pelepasan kawasan hutan Sumber :

- Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta 2013

B.

KEANEKARAGAMAN HAYATI

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies dan ekosistem. Keanekaragaman hayati meliputi ekosistem, jenis dan genetik yang mencakup hewan, tumbuhan dan jasad renik (mikro-organism), perlu dijamin keberadaan dan keberlanjutannya bagi kehidupan.

Fauna Identitas kota Yogyakarta adalah burung tekukur atau merbuk dalam (Streptopelia chinensis tigrina) yang dalam bahasa Inggris sering disebut sebagai Spotted Dove. Flora Identitas kota Yogyakarta adalah Kelapa Gading (Cocos nucifera “kultivar gading”).

(21)

B.1. Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi

Suatu jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi dapat diubah statusnya menjadi tidak dilindungiapabila populasinya telah mencapai tingkat pertumbuhan tertentu sehingga jenis yangbersangkutan tidak lagi termasuk kategori jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.

Tabel SD-11. Keadaan Flora dan Fauna yang Dilindungi Kota : Yogyakarta

Tahun Data : 2013

No. Golongan Nama spesies Diketahui Status (Jumlah)

Endemik Terancam Berlimpah dilindungi 1. Hewan menyusui / Mamalia 1. Orangutan Kalimantan 0 0 0 6 2. Harimau Sumatera 0 0 0 3 3. Gajah Sumatera 0 0 0 5 4. Banteng 0 0 0 5 5. Bekantan 0 0 0 4 6. Beruang Madu 0 0 0 2 7. Harimau Putih 0 0 0 1 8. Kapibara 0 0 0 2 9. Kijang 0 0 0 12 10. Binturong 0 0 0 1 11. Kuda Nil 0 0 0 4 12. Landak Jawa 0 0 0 4

13. Lemur Ekor Cincin 0 0 0 3

14. Macan Dahan 0 0 0 1

15. Linsang/Berang-berang 0 0 0 4

16. Tapir Asia 0 0 0 6

17. Unta Punuk Satu 0 0 0 4

18. Rusa Timor 0 0 0 15 19. Rusa Tutul 0 0 0 15 20. Simpae 0 0 0 2 21. Simpanse 0 0 0 4 22. Zebra 0 0 0 6 23. Wallaby 0 0 0 1 24. Tapir Brazil 0 0 0 2 Jumlah 0 0 0 112

2. Burung 1. Burung Hantu 0 0 0 3

2. Elang Bondol 0 0 0 2

3. Elang Brontok 0 0 0 2

4. Macau Merah 0 0 0 3

5. Julang Emas 0 0 0 1

6. Kakatua Jambul Kuning 0 0 0 3

7. Macau Biru Emas 0 0 0 1

8. Nuri Abu-abu Afrika 0 0 0 1

Jumlah 0 0 0 16

3. Reptil 1. Biawak Pohon Biru 0 0 0 2

2. Kura-kura Aldabra 0 0 0 1

3. Biawak Pohon Hijau 0 0 0 2 4. Kura-kura Kepala Chery 0 0 0 1 5. Biawak Bekari/Biawak Pohon

(22)

6. Biawak Bengalis 0 0 0 1

7. BiawakKomodo 0 0 0 2

8. Biawak Tegu 0 0 0 1

9. Chameleon 0 0 0 1

10. Kadal Lidah Biru 0 0 0 1

11. Kadal Pensil 0 0 0 1

12. Kura-kura Indiana Star 0 0 0 1

Jumlah 0 0 0 15

4. Amphibi 1. Katak Bibir Putih 0 0 0 1

2. Katak Badut 0 0 0 1 3. Katak Budgett 0 0 0 1 4. Katak Pesek 0 0 0 1 5. Katak Tomat 0 0 0 1 6. Salamander Axolotl 0 0 0 1 Jumlah 0 0 0 6 5. Ikan 1. Belida 0 0 0 3 2. Ikan acan 0 0 0 4 3. Jengishkan 0 0 0 4 4. Piranha 0 0 0 5 5. Tomang 0 0 0 2 Jumlah 0 0 0 18 6. Keong 0 0 0 0 0 Jumlah 0 0 0 0 7. Serangga 0 0 0 0 0 Jumlah 0 0 0 0 8. Tumbuh-tumbuhan

1. Engelhardia spicata BI. 0 0 0 1 2. Alstonia scholaris 0 0 0 1 3. Callophyllum inophyllum 0 0 0 1 4. Dimocarpus longan 0 0 0 1 5. Manilkara kauki 0 0 0 1 6. Pterocarpus indicus 0 0 0 1 7. Swietenia macrophylla 0 0 0 1 Jumlah 0 0 0 7 Keterangan :

-Pilihan status adalah endemik, terancam, dan berlimpah

Sumber :

-Kebun Raya Kebun Binatang Gembiraloka 2013

C.

AIR

Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak, sehingga perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya.

C.1. Inventarisasi Sungai

Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu (mata air) sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kirinya oleh garis sempadan

(23)

Terdapat 4 sungai yang melintasi Kota Yogyakarta, semua mengalir dari utara menuju selatan. Keempat sungai yang mengalir di wilayah Kota Yogyakarta merupakan bagian tengah alur sungai, sedangkan bagian hulu dan hilir sungai tidak berada di wilayah Kota Yogyakarta. a. Sungai Winongo berada di bagian barat Kota Yogyakarta dengan panjang total sungai

sekitar 48 km, sedangkan panjang bagian tengah alur sungai yang melintas di Kota Yogyakarta adalah 7,06 km.

b. Sungai Code berada di bagian tengah Kota Yogyakarta dengan panjang total sungai sekitar 41 km, sedangkan panjang bagian tengah alur sungai yang melintas di Kota Yogyakarta adalah 8,73 km.

c. Sungai Gajah Wong berada di bagian timur Kota Yogyakarta dengan panjang total sungai sekitar 32 km, sedangkan panjang bagian tengah alur sungai yang melintas di Kota Yogyakarta adalah 6,03 km.

d. Sungai Manunggal merupakan sungai yang mengalir di tengah Kota Yogyakarta, alur sungainya kecil dan tertutup areal pemukiman yang padat sehingga keberadaan sungai ini tidak begitu tampak. Bagian alur sungai Manunggal yang terlihat mengalir tanpa tertutup permukiman padat dapat dijumpai di sepanjang Jl. Batikan.

Sungai Manunggal Sungai Gajah Wong

(24)

Tabel SD-12. Inventarisasi Sungai Kota : Yogyakarta

Tahun Data : 2013

No. Nama Sungai Panjang Lebar (m) Kedalaman Debit (m3/dtk) (km) Permukaan Dasar (m) Maks Min

1 Sungai Winongo 7,06 10 7 0,6 7,5 0 2 Sungai Code 8,73 10 5 0,6 2,4 0 3 Sungai Gajah Wong 6,03 12 9 0,4 1,25 0 4 Sungai Manunggal 6,03 5 3 0,4 0 0 Keterangan :

- lebar dan kedalaman dihitung rata-ratanya - (-) : belum teridentifikasi/tidak dipantau Sumber :

- Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta 2013

C.2. Inventarisasi Danau/Waduk/Situ/Embung

Danau adalah bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya secara alamiah jauh melebihi ruas-ruas lain dari sungai yang bersangkutan, danau yang berupa cekungan terjadi karena peristiwa alam, menampung dan menyimpan air yang berasal dari hujan, mata air dan atau sungai. Kota Yogyakarta memiliki danau yang berupa danau buatan yang menampung air yang berasal dari hujan dan dari aliran Sungai Gajah Wong. Danau buatan tersebut terletak pada area Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka.

Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bangunan sungai dalam hal ini bangunan bendungan, dan berbentuk pelebaran alur/badan/palung sungai. Kota Yogyakarta tidak memiliki waduk.

Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpasan (run off) serta sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian, perkebunan dan peternakan. Embung secara definitif merupakan kolam berbentuk persegi empat (atau hampir persegi empat) yang menampung air hujan dan air limpasan di lahan sawah tadah hujan yang berdrainase baik. Pada PP No. 77 Tahun 2001 tentang Irigasi, embung disebut juga waduk lapangan dan didefinisikan sebagai tempat/ wadah penampung air irigasi pada waktu terjadi surplus air di sungai atau pada saat hujan. Embung pada dasarnya merupakan perairan tergenang yang sengaja dibangun untuk menampung air hujan dan air limpasan, dan terutama dibangun pada daerah yang kekurangan air atau berpotensi besar mengalami kekeringan. Dalam perkembangannya, seringkali sulit dibedakan antara situ alami, situ buatan, dan embung, karena setelah kurun waktu beberapa tahun kondisi ekologis ketiga macam ekosistem tergenang itu terlihat sama.

(25)

Situadalah wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuksecara alami maupun buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air hujan, dan/atau limpasan air permukaan. Situ alami dan buatan memiliki perbedaan utama yang terletak padaproses pembentukannya. Situ alami adalah situ yang terbentuk karenaproses alam sedangkan situ buatan adalah situ yang terbentuk karenaaktivitas manusia (baik disengaja ataupun tidak).

Kota Yogyakarta pernah memiliki situ Langensari, sekitar tahun 1980-an situ Langensari sengaja dimatikan guna pembangunan gedung publik yang berupa kantor Kwarda Pramuka, gedung pramuka, sekolahan dan kantor komunitas radio amatir. Setelah pembangunan itu dan karena perkembangan wilayah dengan semakin padatnya permukiman dan perkembangan lainnya ternyata warga di sekitarnya terutama Klitren sering mengalami genangan. Sisi selatan Kota Yogyakarta tepatnya di Kali Manunggal juga sering banjir, sehingga pada saat ini Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya untuk mengembalikan fungsi situ Langensari sebagai penampung air hujan dan/atau limpasan air permukaan.

Perencanaan revitalisasi tersebut ditargetkan sudah selesai pada 2012 sehingga pekerjaan fisik bisa segera dimulai. Hanya saja, secara utuh pembangunan situ baru dapat dilakukan pada pertengahan 2014 mendatang.

Tabel SD-13. Inventarisasi Danau/Waduk/Situ/Embung Kota : Yogyakarta

Tahun Data : 2013

No. Nama Danau/Waduk/Situ/Embung Luas (Ha) Volume (m3)

1 Danau

Danau Buatan Kebun Raya Kebun Binatang Gembira Loka 2 0

2 Waduk 0 0 3 Situ Situ Langensari 1,2 0 4 Embung 0 0 Keterangan : - (-) : belum teridentifikasi

- Situ Langensari pada saat ini sedang dalam poses revitalisasi, luasan tersebut merupakan luas total area

Sumber :

- Hasil olahan Tim Penyusun Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Yogyakarta berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta dan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta 2013

C.3. Kualitas Air Sungai

Pencemaran air sungai terjadi karena masuknya bahan-bahan pencemar dari berbagai kegiatan (industri, pertanian, peternakan, rumah tangga dll). Pencemaran tersebut mengakibatkan penurunan kualitas air sungai sehingga tidak memenuhi persyaratan peruntukan yang ditetapkan. Pemantauan kualitas air sungai dilaksanakan agar dapat

(26)

diketahui sumber polutan penyebab penurunan kualitas. Fungsi sungai sebagai pemulih kualitas air perlu dijagadengan tidak membebani zat pencemar yang melebihikemampuan pemulihan alami air sungai.

Pemantauan kualitas air sungai di Kota Yogyakarta dilaksanakan secara rutin, setiap sebulan sekali untuk keempat sungai (Sungai Winongo, Sungai Code, Sungai Gajah Wong dan Sungai Manunggal) dipantau kualitas airnya, masing-masing sungai dipantau di 5 titik pengambilan sampel.

Tabel SD-14. Kualitas Air Sungai Kota : Yogyakarta Tahun Data : 2013 No Parameter Satuan Lokasi Sampling Jembatan UIN Jembatan Gembira Loka Jembatan Logathok Jembatan Winongo Jembatan Tegalgendu Data Sungai

Nama Lokasi Gajah Wong

Koordinat S:07°46'98,5" E:110°23'79,7" S:07°46'59,7" E:110°23'47,8" S:07°48'08,2" E:110°23'51,2" S:07°48'49,5" E:110°23'36,2" S:07°49'37" E:110°23'36,8"

Waktu Pemantauan 3-Jan-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 27,9 28,8 27,9 27,5 27,6 2 Residu Terlarut mg/ L 169,5 304 139 191,1 190,7 3 Residu Tersuspensi mg/L 513,33 653,3 630 616,67 556,67 KIMIA ANORGANIK 4 pH 6,96 6,87 7,2 6,93 6,97 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 7,47 6,8 6,72 6,22 6,72 9 BOD mg/L 4,5 5,5 0,4 9,5 3,5 10 COD mg/L 3,6 4,4 0,4 7,6 2,8 11 NO2 mg/L 0,08 0,12 0,13 0,16 0,16 12 NO3 mg/L 8,4 19,3 19,3 8,1 8,2 13 NH3 mg/L 0,04 0,02 0,01 0,01 0,05 14 Klorin bebas mg/L 0,24 0,24 0,23 0,30 0,31 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

(27)

No Parameter Satuan Jembatan Lokasi Sampling Langensari Jembatan Argolubang Jembatan Gayam Jembatan Kusumanegara Jembatan XT Square Data Sungai

Nama Lokasi Manunggal

Koordinat E:110°22'52,9" S:07°47'14,8" E:110°22'50,3" S:07°47'24,5" E:110°22'05,6" S:07°47'50,6" E:110°22'50,6" S:07°48'10,1" E:110°23'22,5" S:07°49'20,3"

Waktu Pemantauan 9-Jan-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 29,7 29,5 28,7 29 29,7 2 Residu Terlarut mg/ L 137 142 187 202 219 3 Residu Tersuspensi mg/L 133,3 106,67 40 53,3 66,67 KIMIA ANORGANIK 4 pH 6,91 6,97 6,81 6,91 6,91 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 5,79 5,98 5,32 6,35 6,84 9 BOD mg/L 13,3 6,3 9,3 2,3 8,3 10 COD mg/L 8 6 30 8 10 11 NO2 mg/L 0,67 0,19 0,24 0,24 0,26 12 NO3 mg/L 3,9 4,1 5,7 2,9 3 13 NH3 mg/L 0,10 0,10 0,06 0,06 0,02 14 Klorin bebas mg/L 1,46 1,31 0,72 0,90 1,30 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

Sumber :

(28)

No Parameter Satuan Jembatan Lokasi Sampling Pingit Jembatan Serangan Jembatan Taman Sari Jembatan Sugeng Jeroni Jembatan Gedongkiwo Data Sungai

Nama Lokasi Winongo

Koordinat E:110°21'25,2" S:07°46'57,9" E:110°21'17,4" S:07°48'03,7" E:110°21'13,3" S:07°48'29,9" E:110°21'07,4" S:07°48'44,7" E:110°21'04,6" S:07°49'20,5"

Waktu Pemantauan 17-Jan-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 30,1 30,5 29,8 27,7 28,5 2 Residu Terlarut mg/ L 230 210 320 131 243 3 Residu Tersuspensi mg/L 113,33 250 170 430 113,3 KIMIA ANORGANIK 4 pH 7,45 7,49 7,36 7,38 7,41 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 7,87 8,20 7,88 8,48 7,98 9 BOD mg/L 19,7 6,7 13,7 9,7 1,7 10 COD mg/L 7 9 12 11 8 11 NO2 mg/L 0,09 0,1 0,09 0,15 0,16 12 NO3 mg/L 4,9 3,1 4,2 7 5,7 13 NH3 mg/L 0,01 0,03 0,02 0,07 0,02 14 Klorin bebas mg/L 0,32 0,30 0,35 0,26 0,26 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

Sumber :

(29)

No Parameter Satuan Jembatan Lokasi Sampling Sarjito Jembatan Kleringan Jembatan Jambu Jembatan Sayidan Jembatan Tungkak Data Sungai

Nama Lokasi Code

Koordinat E:110°22'13,7" S:07°46'42" E:110°22'16,8" S:07°46'56,2" E:110°22'07,7" S:07°47'23,4" E:110°22'11,2" S:07°47'38,4" E:110°22'28,2" S:07°48'55,5"

Waktu Pemantauan 31-Jan-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 29,2 28,8 28,7 28,6 29,1 2 Residu Terlarut mg/ L 178 188 274 283 295 3 Residu Tersuspensi mg/L 140 136,67 43,3 103,3 83,3 KIMIA ANORGANIK 4 pH 7,25 7,18 7,14 7,21 7,17 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 8,16 8,01 7,91 7,76 7,34 9 BOD mg/L 3,8 5,8 3,8 9,8 4,8 10 COD mg/L 8 4 5 9 6 11 NO2 mg/L 0,093 0,082 0,078 0,101 0,139 12 NO3 mg/L 5,2 4,2 3,5 3,4 4,1 13 NH3 mg/L 0,04 0,05 0,02 0,04 0,03 14 Klorin bebas mg/L 0,44 0,41 0,42 0,37 0,37 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

Sumber :

(30)

No Parameter Satuan Lokasi Sampling Jembatan UIN Jembatan Gembira Loka Jembatan Logathok Jembatan Winong Jembatan Tegalgendu Data Sungai

Nama Lokasi Gajah Wong

Koordinat E:110°23'79,7" S:07°46'98,5" E:110°23'47,8" S:07°46'59,7" E:110°23'51,2" S:07°48'08,2" E:110°23'36,2" S:07°48'49,5" E:110°23'36,8" S:07°49'37"

Waktu Pemantauan 6-Mar-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 28,3 28,8 29,3 28,9 29,7 2 Residu Terlarut mg/ L 360 410 470 300 440 3 Residu Tersuspensi mg/L 113,33 86,66 73,33 76,66 76,66 KIMIA ANORGANIK 4 pH 7,39 7,5 7,48 7,43 7,47 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 7,61 7,39 7,07 6,44 6,96 9 BOD mg/L 1,8 3,8 8,8 8,8 7,8 10 COD mg/L 7 5 6 5 7 11 NO2 mg/L 0,056 0,071 0,077 0,095 0,090 12 NO3 mg/L 8,2 6,4 6 5,5 7,3 13 NH3 mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 14 Klorin bebas mg/L 0,29 0,35 0,38 0,32 0,34 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

Sumber :

(31)

No Parameter Satuan Jembatan Lokasi Sampling Pingit Jembatan Serangan Jembatan Taman Sari Jembatan Sugeng Jeroni Jembatan Gedongkiwo Data Sungai

Nama Lokasi Winongo

Koordinat E:110°21'25,2" S:07°46'57,9" E:110°21'17,4" S:07°48'03,7" E:110°21'13,3" S:07°48'29,9" E:110°21'07,4" S:07°48'44,7" E:110°21'04,6" S:07°49'20,5"

Waktu Pemantauan 11-Mar-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 28,9 28,4 28,3 28,5 28,3 2 Residu Terlarut mg/ L 243 250 251 260 267 3 Residu Tersuspensi mg/L 30 70 90 11 390 KIMIA ANORGANIK 4 pH 7,11 7,03 7 7,15 7,01 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 7,55 6,69 6,29 7,16 5,82 9 BOD mg/L 3,7 3,7 7 7,15 0,7 10 COD mg/L 11 8 6 7 60 11 NO2 mg/L 0,059 0,080 0,078 0,087 0,113 12 NO3 mg/L 3,9 3,1 6,1 7,9 7,7 13 NH3 mg/L 0,03 0,04 0,02 0,02 0,04 14 Klorin bebas mg/L 0,44 0,40 0,41 0,40 0,37 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

Sumber :

(32)

No Parameter Satuan Jembatan Lokasi Sampling Sarjito Jembatan Gondolayu Jembatan Jambu Jembatan Sayidan Jembatan Tungkak Data Sungai

Nama Lokasi Code

Koordinat E:110°22'13,7" S:07°46'42" E:110°22'16,8" S:07°46'56,2" E:110°22'07,7" S:07°47'23,4" E:110°22'11,2" S:07°47'38,4" E:110°22'28,2" S:07°48'55,5"

Waktu Pemantauan 13-Mar-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 29,4 28,5 28,1 28,4 29,6 2 Residu Terlarut mg/ L 191 182 190 200 216 3 Residu Tersuspensi mg/L 406,6 423,3 306,67 300 290 KIMIA ANORGANIK 4 pH 7,18 7,14 7,30 7,32 7,34 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 8,49 7,11 6,79 6,59 6,27 9 BOD mg/L 8,9 1,9 7,9 3,9 30,9 10 COD mg/L 24 7 8 13 16 11 NO2 mg/L 0,09 0,095 0,09 0,096 0,126 12 NO3 mg/L 5 3,2 4,5 3,6 4,3 13 NH3 mg/L 0,09 0,08 0,07 0,06 0,04 14 Klorin bebas mg/L 0,76 0,63 0,58 0,50 0,50 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

Sumber :

(33)

No Parameter Satuan Jembatan Lokasi Sampling Langensari Jembatan Argolubang Jembatan Gayam Jembatan Danakusuman Jembatan Batikan Data Sungai

Nama Lokasi Manunggal

Koordinat E:110°22'52,9" S:07°47'14,8" E:110°22'50,3" S:07°47'24,5" E:110°22'05,6" S:07°47'50,6" E:110°22'50,6" S:07°48'10,1" E:110°23'22,5" S:07°49'20,3"

Waktu Pemantauan 18-Jun-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 27,1 27,5 27,7 27,4 27,8 2 Residu Terlarut mg/ L 323 409 326 401 322 3 Residu Tersuspensi mg/L 196,67 576,67 303,333 163,333 163,333 KIMIA ANORGANIK 4 pH 7,86 7,6 7,5 7,41 7,77 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 1,26 1,89 1,52 1,79 2,55 9 BOD mg/L 6,5 5,5 8,5 4,5 \ 10 COD mg/L 8 9 196 7 196 11 NO2 mg/L 0,124 0,096 0,139 0,194 0,223 12 NO3 mg/L 7,6 5,9 7,9 7,8 8,4 13 NH3 mg/L 0,01 0,02 0,05 0,01 0,05 14 Klorin bebas mg/L 0,55 0,47 0,39 0,34 0,38 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

Sumber :

(34)

No Parameter Satuan Jembatan Lokasi Sampling Pingit Jembatan Serangan Jembatan Taman Sari Jembatan Sugeng Jeroni Jembatan Gedongkiwo Data Sungai

Nama Lokasi Winongo

Koordinat E:110°21'25,2" S:07°46'57,9" E:110°21'17,4" S:07°48'03,7" E:110°21'13,3" S:07°48'29,9" E:110°21'07,4" S:07°48'44,7" E:110°21'04,6" S:07°49'20,5"

Waktu Pemantauan 3-Jul-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 27,7 28 27,7 28 28,4 2 Residu Terlarut mg/ L 298 320 333 256 263 3 Residu Tersuspensi mg/L 663,33 616,67 600 536,67 536,67 KIMIA ANORGANIK 4 pH 7,75 7,54 7,63 7,72 7,68 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 7,08 6,18 5,772 6,85 5,96 9 BOD mg/L 14,6 14,6 15,6 23,6 9,6 10 COD mg/L 7,08 178 181 296 211 11 NO2 mg/L 0,188 0,153 0,148 0,117 0,066 12 NO3 mg/L 1,5 4,1 2,7 2,6 3,1 13 NH3 mg/L 0,01 0,05 0,05 0,04 0,05 14 Klorin bebas mg/L 0,36 0,40 0,38 0,48 0,45 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

Sumber :

(35)

No Parameter Satuan Lokasi Sampling Jembatan Santo-Thomas Jembatan Gembira Loka Jembatan Logathok Jembatan Winong Jembatan Tegalgendu Data Sungai

Nama Lokasi Gajah Wong

Koordinat E:110°23'79,7" S:07°46'98,5" E:110°23'47,8" S:07°46'59,7" E:110°23'51,2" S:07°48'08,2" E:110°23'36,2" S:07°48'49,5" E:110°23'36,8" S:07°49'37"

Waktu Pemantauan 16-Jul-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 28,3 27,3 27,2 27 27,7 2 Residu Terlarut mg/ L 315 310 336 209 265 3 Residu Tersuspensi mg/L 216,667 253,333 236,667 273,3 210 KIMIA ANORGANIK 4 pH 7,84 7,88 7,81 7,52 7,35 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 6,71 7,36 6,85 6 6,78 9 BOD mg/L 17,6 3,6 7,6 19,6 6,6 10 COD mg/L 15 127 110 282 215 11 NO2 mg/L 0,111 0,115 0,015 0,128 0,123 12 NO3 mg/L 4,7 8,6 9,6 13 10,6 13 NH3 mg/L 0,01 0,05 0,03 0,05 0,05 14 Klorin bebas mg/L 0,23 0,20 0,19 0,19 0,21 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

Sumber :

(36)

No Parameter Satuan Jembatan Lokasi Sampling Sarjito Jembatan Gondolayu Jembatan Jambu Jembatan Sayidan Jembatan Tungkak Data Sungai

Nama Lokasi Code

Koordinat E:110°22'13,7" S:07°46'42" E:110°22'16,8" S:07°46'56,2" E:110°22'07,7" S:07°47'23,4" E:110°22'11,2" S:07°47'38,4" E:110°22'28,2" S:07°48'55,5"

Waktu Pemantauan 22-Jul-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 28,1 28,1 28,7 28,4 29,2 2 Residu Terlarut mg/ L 219 252 262 237 250 3 Residu Tersuspensi mg/L 416,667 406,667 393,333 420 436,667 KIMIA ANORGANIK 4 pH 8,28 8,53 8,42 8,31 8,35 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 7,44 7,28 6,94 6,55 6,56 9 BOD mg/L 6,9 3,9 5,9 5,9 8,9 10 COD mg/L 164 289 296 185 177 11 NO2 mg/L 0,048 0,057 0,082 0,098 0,124 12 NO3 mg/L 4 3 3 4,9 6,2 13 NH3 mg/L 0,05 0,03 0,05 0,01 0,05 14 Klorin bebas mg/L 0,33 0,35 0,27 0,38 0,39 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

Sumber :

(37)

No Parameter Satuan Jembatan Lokasi Sampling Langensari Jembatan Argolubang Jembatan Gayam Jembatan Danakusuman Jembatan XT Square Data Sungai

Nama Lokasi Manunggal

Koordinat E:110°22'52,9" S:07°47'14,8" E:110°22'50,3" S:07°47'24,5" E:110°22'05,6" S:07°47'50,6" E:110°22'50,6" S:07°48'10,1" E:110°23'22,5" S:07°49'20,3"

Waktu Pemantauan 9-Jul-13

FISIKA 1 Tempelatur ºC 33,6 28,4 28,7 28,4 29,2 2 Residu Terlarut mg/ L 314 317 315 241 295 3 Residu Tersuspensi mg/L 293,33 283,33 230 223,33 63,33 KIMIA ANORGANIK 4 pH 10,50 7,88 7,07 7,25 7,45 5 DHL mg/L 0 0 0 0 0 6 TDS mg/L 0 0 0 0 0 7 TSS mg/L 0 0 0 0 0 8 DO mg/L 1,81 1,45 0,9 2,32 4,12 9 BOD mg/L 20,2 25,2 9,2 13,2 2,2 10 COD mg/L 107 16 10 57 36 11 NO2 mg/L 0,104 0,2 0,139 0,106 0,2 12 NO3 mg/L 4,1 4,2 3,7 3,7 3,2 13 NH3 mg/L 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 14 Klorin bebas mg/L 0,46 0,55 0,55 0,36 0,39 15 T-P mg/L 0 0 0 0 0 16 Fenol µg/L 0 0 0 0 0 17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0 0 0 0 18 Detergen µg/L 0 0 0 0 0 19 Fecal coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 20 Total coliform jmlh/1000 ml 0 0 0 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 22 H2S mg/L 0 0 0 0 0 Keterangan :

- (0) : belum teridentifikasi / tidak dipantau

Sumber :

(38)

C.4. Kualitas Air Danau/Situ/Embung

Kualitas air Danau/Situ/Embung di Kota Yogyakarta belum dapat dilakukan karena situ Langensari yang terdapat di Kota Yogyakarta pada saat ini masih dalam proses revitalisasi. Tabel SD-15. Kualitas Air Danau/Situ/Embung

Kota : Yogyakarta Tahun Data : 2013

No Parameter Satuan Lokasi Sampling

1 dst Data Danau Nama Lokasi 0 0 Koordinat 0 0 Waktu Pemantauan 0 0 FISIKA 1 Tempelatur ºC 0 0 2 Residu Terlarut mg/ L 0 0 3 Residu Tersuspensi mg/L 0 0 KIMIA ANORGANIK 4 pH 0 0 5 DHL mg/L 0 0 6 TDS mg/L 0 0 7 TSS mg/L 0 0 8 DO mg/L 0 0 9 BOD mg/L 0 0 10 COD mg/L 0 0 11 NO2 mg/L 0 0 12 NO3 mg/L 0 0 13 NH3 mg/L 0 0 14 Klorin bebas mg/L 0 0 15 T-P mg/L 0 0 16 Fenol µg/L 0 0

17 Minyak dan Lemak µg/L 0 0

18 Detergen µg/L 0 0 19 Fecal coliform jmlh/100 ml 0 0 20 Total coliform jmlh/100 ml 0 0 21 Sianida mg/L 0 0 22 H2S mg/L 0 0 Keterangan :

- Terdapat Situ Langensari yang saat ini sedang dalam poses revitalisasi - (0) : belum teridentifikasi / belum dipantau

Sumber :

- Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta 2013

C.5. Kualitas Air Sumur

Air sumur dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari, oleh karena itu kualitas air sumur perlu dipantau sebagai upaya awal untuk mengetahui bahan-bahan pencemar yang mungkin

(39)

Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Badan Lingkungan Hidup melaksanakan pemantauan kualitas air sumur dengan lokasi titik pemantauan berdasarkan permohonan dari warga masyarakat, pada tahun 2013 jumlah sumur yang dipantau sebanyak 102 sumur yang terdiri dari sumur Rumah Tangga dan sumur dari industri Laundry yang berada di Kota Yogyakarta.

Tabel SD-16. Kualitas Air Sumur Kota : Yogyakarta

Tahun Data : 2013

No Parameter Satuan Lokasi Sampling

1 2 3 4 5 6 Data Sumur Nama Lokasi Kota Gede, RT 56 RW 12 Kota Gede, RT 7 RW 7 Kota Gede, RT 5 RW 2 Kota Gede, RT 6 RW 2 Mantrijeron, RT 17 RW 5 Mantrijeron, RT 18 RW 5 Koordinat Waktu Pemantauan 19-03-13 20-03-13 26-03-13 26-03-13 FISIKA 1 Tempelatur ºC 30,1 27,4 28,1 25,3 28,5 29 2 Residu Terlarut mg/ L 338 409 293 489 160 390 3 Residu Tersuspensi mg/L 0 0 0 0 0 0 KIMIA ANORGANIK 4 pH 6,7 6,71 6,88 6,75 6,52 6,72 5 BOD mg/L 0 0 0 0 0 0 6 COD mg/L 0 0 0 0 0 0 7 DO mg/L 0 0 0 0 0 0 8 Total Fosfat sbg P mg/L 0 0 0 0 0 0 9 NO 3 sebagai N mg/L 18,3 14,6 7,9 11,9 5,5 9,8 10 NH3-N mg/L 0 0 0 0 0 0 11 Arsen mg/L 0 0 0 0 0 0 12 Kobalt mg/L 0 0 0 0 0 0 13 Barium mg/L 0 0 0 0 0 0 14 Boron mg/L 0 0 0 0 0 0 15 Selenium mg/L 0 0 0 0 0 0 16 Kadmium mg/L 0 0 0 0 0 0 17 Khrom (VI) mg/L 0 0 0 0 0 0 18 Tembaga mg/L 0 0 0 0 0 0 19 Besi mg/L 0 0 0 0 0 0 20 Timbal mg/L 0 0 0 0 0 0 21 Mangan mg/L 0,28 0,25 0,22 0,32 0,19 0,23 22 Air Raksa mg/L 0 0 0 0 0 0 23 Seng mg/L 0 0 0 0 0 0 24 Khlorida mg/l 20,845 34,741 21,837 34,747 59,56 69,48 25 Sianida mg/L 0 0 0 0 0 0 26 Fluorida mg/L 0 0 0 0 0 0 27 Nitrit sebagai N mg/L 0,175 0,023 0,017 0,028 0,012 0,015 28 Sulfat mg/L 0 0 0 0 0 0

(40)

30 Belereng sebagai H2S mg/L 0 0 0 0 0 0 MIKROBIOLOGI 31 Fecal coliform jml/100 ml 0 0 0 0 0 0 32 Total coliform jml/100 ml 0 0 0 0 0 0 RADIOAKTIVITAS 33 Gross-A Bq /L 0 0 0 0 0 0 34 Gross-B Bq /L 0 0 0 0 0 0 Keterangan:

- (-) : tidak diidentifikasi/tidak dipantau

Sumber :

- Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta 2013

D.

UDARA

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara merupakan sumber daya alam yang berpengaruh bagi kehidupan di bumi yang harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya.

Pencemaran udara dapat terjadi apabila terdapat satu atau lebih kontaminan atau substansi fisik, kimia, atau biologi (debu, jelaga, gas, kabut, bau, asap, uap dll) di atmosfir dalam jumlah yang dapat membahayakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan, juga mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.

D.1. Kualitas Udara Ambien Menurut Lokasi

Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan danmempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Kualitas udara ambien adalah kadar zat, energi dan/atau komponen lain yang ada di udara bebas.

Status mutu udara ambien adalah keadaan mutu udara di suatu tempat pada saat dilakukan inventarisasi. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang

Gambar

Gambar 1. Grafik Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan  Kota Yogyakarta Tahun 2011-2013
Tabel SD-2. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status   Kota : Yogyakarta
Tabel SD-6. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat Erosi Air   Kota : Yogyakarta
Tabel SD-7. Evaluasi Kerusakan Tanah di Lahan Kering   Kota : Yogyakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

dapat memilih nilai-nilai positif dari berbagai lingkungan. Melalui proses difusi,juga dikembangkan suatu proses pendidikan karakter yaitu kepribadian yang kokoh yang

Disinilah kita sekarang mengucap syukur atas karunia Tuhan Allah yang begitu besar yang kita terima sebagai buah dari Jubileum 150 tahun HKBP sehingga kita bisa

Kenaikan tonus dari otot uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada preeklampsia. Hal ini menyebabkan sering terjadinya partus prematurus pada pasien

Dalam pengembaraannya, sudah beberapa kali ia terlibat bentrokan-bentrokan dengan para penjahat, baik yang memiliki ilmu silat biasa saja sampai dengan perampok yang

Jelas ZEE mewujudkan konflik, tetapi di sebalik konflik, wujud manfaat yang besar dalam bentuk material mahupun ruang untuk meningkatkan kefahaman dan hubungan antara dua buah

dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses. Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa alat atau sarana, tugas

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa alkoholisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami adiksi dan penyakit menahun yang ditandai dengan

Lingkungan sekolah (guru dan siswa) memiliki peran yang kuat dalam membentuk karakter anak (Kristiawan, 2015).. Penyelenggaraan pendidikan karakter menjadi satu hal