• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS DAN KEPADATAN MOLUSKA DI DANAU KERINCI PROVINSI JAMBI TYPE AND DENSITY MOLLUSCS IN LAKE KERINCI JAMBI PROVINCE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JENIS DAN KEPADATAN MOLUSKA DI DANAU KERINCI PROVINSI JAMBI TYPE AND DENSITY MOLLUSCS IN LAKE KERINCI JAMBI PROVINCE"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

66

JENIS DAN KEPADATAN MOLUSKA DI DANAU KERINCI PROVINSI JAMBI

TYPE AND DENSITY MOLLUSCS IN LAKE KERINCI JAMBI PROVINCE

Afreni Hamidah1

Prodi Biologi Pendidikan MIPA FKIP Universitas Jambi1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kepadatan moluska di Danau Kerinci, Propinsi Jambi dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan moluska. Lokasi pengambilan sampel moluska terdiri dari 4 stasiun penelitian dengan karakteristik habitat yang berbeda. Moluska yang didapatkan diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi dan dihitung kelimpahannya di setiap stasiun. Selain itu dilakukan pengukuran faktor fisika dan kimia perairan meliputi kedalaman, suhu, pH, kecerahan dan kandungan oksigen terlarut (DO) perairan.Dari hasil identifikasi, ditemukan 8 famili dan 9 spesies moluska, yaitu 1 spesies dari kelas Bivalvia dan 12 spesies dari kelas Gastropoda didapatkan 8 jenis gastropoda dan 1 jenis bivalvia. Kedelapan jenis gastropoda yang didapatkan yaitu Brotia costula, Melanoides maculata, Melanoides tuberculata, Pomacea canaliculata,Thiara scabra, Bellamya sumatrensis,Gyraulus convexiusculus, dan Indoplanorbis exustus. Satu jenis bivalvia yang ditemukan yaitu Corbicula javanica. Kepadatan total moluska di masing-masing stasiun yaitu pada stasiun I didapatkan 160,83 ind.; stasiun II sebesar 52,50 ind.; stasiun III sebesar 48,41 ind. dan stasiun IV sebesar 82,67 ind. Kedalaman perairan antara 85-200 m; suhu antara 24,6-25,2o C; pH antara 7,01-8,14; kecerahan 85-190 serta oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,05-6,68 mg/l.

Kata kunci : Moluska, kepadatan, danau Kerinci

1. PENDAHULUAN

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) memiliki keanekaragaman yang tinggi. Selain memiliki flora dan fauna yang langka dan spesifik dan perlu dilindungi, TNKS merupakan habitat yang penting bagi bermacam-macam fauna seperti burung, reptilian, ikan, moluska dan lainnya. TNKS terdata di empat provinsi, yaitu Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Bengkulu.

Penelitian telah banyak dilakukan di TNKS berkaitan dengan kehidupan mamalia seperti badak Sumatra, kelinci Sumatra dan primata; sedangkan potensi dan kehidupan fauna kecil terutama invertebrata belum banyak terungkap.Karena itu masih diperlukan penelitian untuk mengungkapkan kekayaan sumberdaya fauna, TNKS lainnya (Bappeda Sumbar dan PSLH UNAN, 1995).

(2)

67 Di dalam kawasan TNKS tersebut yaitu di Provinsi Jambi, terdapat Danau Kerinci yang merupakan danau vulkanik, dengan luas mencapai 4600 ha, kedalaman maksimum 110 m dan berada diketinggian 783 m diatas permukaan laut. Secara geogrifis, danau kerinci terletak antara 20 07’ L.S. -20 11 L.S. dan 1010 26’ B.T.-1010 31 B.T. (Giesen and Sukodtjo,1991).

Danau Kerinci mempunyai peranan penting bagi penduduk sekitar danau yaitu sebagai sumber air untuk berbagai kepentingan, mengatur tata air, irigasi dan mengendalikan banjir, sebagai sumber perikanan dan barbagai hasil tanaman yang bermanfaat. Danau juga penting bagi kehidupan biota air, dapat mengurangi atau menambat sedimen, unsur hara dan bahan pencemar. Disamping itu, Danau Kerinci juga digunakan sebagai tempat penelitian dan konservasi alam.

Pada tahun 1986, [7] dan [11] melaporkan telah terjadi penurunan produksi perikanan di Danau Kerinci tersebut dari 780 ton pada tahun 1960 menjadi 286 ton. Dari laporan [9] diperoleh gambaran bahwa kondisi perairan danau kerinci banyak mengalami perubahan sehingga perlu secepatnya diambil tindakan dalam hal pengelolaan dan perbaikannya. Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain ditandai dengan hilangnya beberapa spesies plankton dan penurunan produksi perikanan yang terus berlangsung. Hal ini disebabkan meluasnya penutupan permukaan danau oleh enceng gondok (Eichornia crassipes) yang mencapai 40% sehingga Hydrilla dan makrofita lainnya di bawah permukaan air menjadi jarang dan berkurangnya penetrasi cahaya pada daerah yang paling dalam.

Berbagai faktor seperti faktor kegiatan pembangunan, pemukiman dan kegiatan pertanian sekitar danau menyebabkan banyaknya limbah yang masuk ke perairan tersebut. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan biota di dalamnya termasuk moluska.

Moluska merupakan filum terbesar kedua setelah Athropoda. Moluska yang telah dideskripsikan adalah sekitar 80.000 spesies yang masih hidup dan 35.000 spesies ditemukan sebagai fosil [1]. Moluska merupakan hewan yang bertubuh lunak, mempunyai ciri tubuh yang tidak bersegmen dan rongga tubuh yang kecil, kaki berotot dibagian ventral, massa viseral dibagian dorsal, dan mempunyai mantel yang mensekresikan bahan-bahan untuk pembentukan cangkang [15]. Moluska tersebar luas dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi, terdiri dari tujuh kelas yaitu kelas Monoplacophora, Polyplacophora, Aplacophora, Scaphopoda, Gastropoda, Pelechypoda atau Bivalvia dan Chephalopoda [1]. Dari tujuh kelas tersebut terapat dua kelas yang menghuni perairan tawar, yaitu Gastropoda dan Bivalvia.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi moluska dapat berupa hubungan dengan predator, makanannya dan organisme penyebab penyakit. Faktor fisik meliputi suhu,

(3)

68 kelembaban, struktur substrat dan nutrient serta air (kedalaman, arus, gelombang, banjir, perputaran dan fluktuasi air); sedangkan faktor kimiawi berperan penting dalam kehidupannya antara lain salinitas,keseimbangan ion, pH, dan tingkat polusi. Polusi dari pestisida dapat mempengaruhi jaringan dalam tubuh maloska bahkan menimbulkan kematian. Adanya kegiatan eksploitasi yang terus menerus terhadap beberapa moluska di Danau Kerinci seperti remis (Corbicula), tekuyung (Thiara) dan ciput (Bellamya) dikhawatirkan mengakibatkan hilangnya jenis tersebut dan terjadi perubahan pada komunitas moluska dan ekosistem danau.

Komposisi makroinvertebrata termasuk moluska dipengaruhi oleh perbedaan faktor fisika-kimia perairan di daerah inlet dan outlet danau. Di daerah outlet didominasi oleh moluska, Somullidae, hidrophsychidae yang berbeda di daerah inlet yang didominasi oleh Leptophlebiidae dan Deleatridium (Ephemeroptera). Hal ini disebabkan adanya perbedaan substrat, kedalaman rata-rata serta suhu [8]. Perbedaan struktur komunitas moluska juga ditentukan oleh jenis penggunaan lahan (untuk kegiatan pertanian, hutan atau campuran), ketinggian (altitude), sifat kimia, komposisi dan ukuran substrat [14]. Informasi tentang komunitas moluska air tawar umumnya dilakukan ekosistem sungai, namun penelitian mengenai komunitas moluska di danau belum banyak dilaporkan seperti halnya di Danau Kerinci. Untuk mencegah kekhawatiran akan terjadinya kepunahan moluska di Danau Kerinci, Propinsi Jambi maka dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat mengungkap kekayaan hayati di danau kerinci sebagai upaya pelestarian dan pengelolaannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan dan faktor-faktor faktor-faktor fisika-kimia lingkungan di Danau Kerinci. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain menambahkan pengetahuan mengenai komunitas moluska air tawar khususnya danau, langkah awal yang mendukung upaya pengelolaan moluska dan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya.

2. METODE PENELITIAN

Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan pengawet berupa formalin 4%, larutan

rose Bengal dan logol 5% dan bahan-bahan kimia untuk titrasi. Alat-alat yang digunakan

untuk mendapatkan data moluska adalah trawl yang dimodifikasi, perahu dan saringan bentos. Alat-alat untuk mendapatkan data perairan adalah trawl yang dimodifikasi untuk mengambil substrat, Kemmerer water sampler, botol sampel, termometer, keping secchi, pH meter, tali berskala, kertas saring milipore, timbangan analitik, alat-alat titrasi.

(4)

69 Penelitian ini dilaksanakan di perairan Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Pengambilan sampel moluska dilaksanakan pada pagi hari selama 2 minggu. Selain itu, analisis kualitas air sebagian dilakukan langsung secara in situ, yaitu suhu, pH, kecerahan, kedalaman, kandungan oksigen terlarut dan CO2. Analisis kekeruhan , total kepadatan tersuspensi, ammonia, dan nitrit dilakukan di Lab. Limnologi, Fak. Perikanan IPB. Analisis tekstur substrat dilakukan di Lab. Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Identifikasi moluska dilakukan di Lab. Malakologi, Museum Zoologi, LIPI Cibinong.

2.1 Penentuan Stasiun pengambilan Sampel

Stasiun pengambilan sampel ditetapkan berdasarkan hasil survei lapangan.Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 4 stasiun . Stasiun I merupakan daerah inlet (batang merao), stasiun II di daerah perladangan, hutan dan relative jarang pemukiman (Koto Petai), stasiun III di daerah padat pemukiman dan persawahan (Sanggaran Agung), dan stasiun IV di daerah outlet (Batang Merangin) .

2.2 Pengambilan Sampel Moluska

Pada setiap stasiun dibuat tiga garis transek tegak lurus dari pinggir danau menuju tengah. Pada setiap transek dibagi menjadi 4 kuadran. Kuadran pertama dilakukan pada jarak 2 m dari pinggir danau. Jarak antara kuadran sekitar 5 m, sedangkan jarak antara garis transek sekitar 20 m. Pengambilan moluska dilakukan dengan menggunakan trawl selebar 50 cm yang ditarik dengan perahu berjarak 0,5 m dari setiap titik garis transek.

Moluska dipisahkan dari substratnya dengan saringan bentos, dimasukkan ke dalam kantong plastik dan sebelum diawetkan dengan formalin 4%, ditambahkan dengan rose

bengal lalu dibawa ke Lab. Malakologi LIPI, Cibinong. Sampel kemudian dipisah-pisahkan

sesuai bentuknya, diidentifikasi dan dihitung jumlahnya. Identifikasi moluska menggunakan buku acuan [10] serta membandingkan dengan koleksi yang ada di museum zoolog, LIPI, Cibinong.

Kepadatan moluska didapatkan dengan menghitung jumlah individu/luas (m2) dengan rumus sebagai berikut :

K =

Keterangan : K = kepadatan moluska (ind/m2)

N = jumlah individu suatu spesies moluska L = luas (m2)

(5)

70 Faktor lingkungan abiotik yang diukur yaitu suhu, pH, kecerahan, kedalaman, kandungan, oksigen terlarut dilakukan secara in situ, sedangkan kekeruhan, TSS, tekstur substrat, ammonia dan nitrit dilakukan di Labolatorium. Pengukuran fisik-kimiawi air dilakukan sekali disetiap stasiun pengambilan. Pengambilan substrat dilakukan dua kali di setiap stasiun yaitu di kuadran pertama dan keempat.

2.4 Analisis Data

Analisis data air dilakukan untuk melihat kelayakan lingkungan bagi kehidupan moluska di Danau kerinci, Provinsi Jambi. Penentuan substrat berdasarkan persentase liat, debu dan pasir dengan menggunakan Segitiga Millar [2]; [6]. Substrat dapat dikelompokkan setelah diketahui tekstur dan persentasenya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian berupa jenis dan kepadatan dapat dllihat pada Tabel 1. Jumlah spesies yang didapatkan sebanyak 8 famili dan 9 spesies moluska terdiri dari 1 spesies dari kelas Bivalvia dan 8 spesies dari kelas Gastropoda. Hasil ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan [[13] dan [3]. Kepadatan rata-rata per spesies yang didapatkan adalah berkisar antara 0,25 – 125,25 ind/m2. Kepadatan tertinggi terdapat di stasiun 1, sedangkan yang terendah terdapat di stasiun 3.

Tingginya kepadatan rata-rata moluska di stasiun 1 diduga disebabkan banyaknya masukan bahan organik dari sungai yang masuk ke danau sebagai sumber makanan bagi moluska pemakan detritus dan substrat yang sesuai bagi sebagian besar moluska yang tergolong Thiaridae. Thiaridae umumnya dapat hidup di perairan dengan kandungan TSS dan kekeruhan yang tinggi (Tabel 2).TSS merupakan sumber bahan-bahan organik seperti kapur yang penting untuk pembentukan cangkang. Di perairan tawar, sebagian besar total padatan tersuspensi (TSS) terdiri dari garam, seperti karbonat, sulfat, kalsium klorida, magnesium, natrium, kalium, dan sebagian kecil unsur N dan P serta bahan organik tersebut. Senyawa-senyawa tersebut sangat diperlukan oleh moluska seperti penggunaan senyawa karbohidrat untuk pembentukan cangkang. Tingginya kepadatan rata-rata moluska di stasiun I ini disebabkan tingginya kepadatan jenis moluska Thiara sp. yaitu sebesar 94 ind./m2 dengan FK sebesar 0,83 (Tabel 2) dan komposisi jenis Thiara sp. di stasiun 1 ini diperkirakan karena kondisi fisik-kimiawi perairan serta substrat yang cocok bagi kehidupannya. Pada daerah pertanian dengan ketinggian yang lebih rendah dari kedua jenis lahan lainnya dengan kandungan silikanya lebih tinggi serta proporsi sedimen juga lebih

(6)

71 tinggi memiliki makroinvetebrata yang sangat berbeda dibandingkan dua macam daerah pegunungan lainya (hutan dan perkebunan) [14].

Tabel 1. Kepadatan Rata-rata (ind/m2) Moluska di Masing-masing Stasiun Jenis (spesies)

Moluska Famili

Stasiun

I II III IV

Corbicula javanica corbiculidae 13,17 11,30 13,33 57,42

Bellamya sumatrensis Viviparidae 13,67 0,58 0,75 5,00

Thiara scabra Thiaridae 125,25 11,80 24,83 10,75

Melanoides tuberculata

Viviparidae 4,92 13,50 6,15 2,42

Melanoides maculata Viviparidae 0 2,83 1,83 0,58

Brotia costula Thiaridae 3,25 11,83 1,42 6,08

Pomacea canaliculata Ampullaridae 0,58 0,25 0 0,25

G. convexiusculus Valvatidae 0 0 0 0,08

I.exustus Planorbidae 0 0 0 0,08

Total 160,83 52,5 48,41 82,67

Thiara dan Thiaridae umumnya hidup pada substrat berlumpur.Thiara sp. memiliki

kisaran toleransi yang luas terhadap berbagai kondisi lingkungan perairan dimana di stasiun 1 terlihat bahwa Thiara sp. masih mampu hidup dengan kekeruhan yang tinggi dengan TTS yang juga tinggi serta kandungan oksigen terlarut yang rendah, sedangkan spesies yang lainnya hanya ditemukan dalam jumlah sedikit bahkan ada beberapa moluska tidak dapat hidup. Dengan semakin jarang spesies lain di stasiun tersebut, maka jumlah makanan tersedia bagi Thiara sp. menjadi semakin besar sehingga mengakibatkan spesies tersebut dapat berkembang dengan cepat dan jumlah bartambah banyak.

Tabel 2. Parameter Fisik-Kimiawi Di Danau Kerinci, Provinsi Jambi

No. Parameter STASIUN I II III IV Fisika 1 Suhu (0 C) 24,6 25,2 24,9 24,9 2 pH 7,01 7,38 7,70 8,14 3 Kedalaman (cm) 85 120 300 98 4 Kecerahan (cm) 85 120 190 98 5 Kekeruhan (NTU) 125 3 10 2 6 TSS (mg/l) 0,162 0,02 0,028 0,018 Kimia 7 DO 4,05 6,48 6,68 5,67

(7)

72

8 Amonia (mg/l) 0,591 0,415 1,031 0,457

9 Nitrat (mg/l) 0,197 0,001 0,025 0,003

Rendahnya kepadatan rata-rata moluska di stasiun III disebabkan di sekitar stasiun tersebut merupakan daerah yang relatif padat pemukiman dan daerah persawahan yang relatif padat pemukiman dan daerah persawahan yang mengakibatkan banyaknya limbah yang memasuki perairan baik dari limbah domestik maupun dari kegiatan pertanian. Pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan menyebabkan kandungan ammonia yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya yaitu 1,031 ml/l dan hal ini telah melampaui standar baku untuk biota perairan termasuk juga bagi moluska. Di samping itu, rendahnya kepadatan rata-rata moluska di stasiun III juga disebabkan kedalaman perairan yang tinggi, di kuadran 3 moluska sudah jarang ditemukan. Hal ini sesuai dengan pendapat pennak (1978), bahwa kedalaman maksimum bagi kehidupan moluska perairan tawar adalah 2 m.

4. KESIMPULAN

Dari hasil identifikasi, ditemukan 5 famili dan 13 spesies moluska, yaitu 1 spesies dari kelas Bivalvia dan 12 spesies dari kelas Gastropoda. Kedelapan jenis gastropoda yang didapatkan yaitu Brotia costula, Melanoides maculata, Melanoides tuberculata, Pomacea

canaliculata,Thiara scabra, Bellamya sumatrensis, Gyraulus convexiusculus, dan Indoplanorbis exustus. Satu jenis bivalvia yang ditemukan yaitu Corbicula javanica.

Kepadatan rata-rata per jenis berkisar antara 0,25 -125,25 ind/m2. Kepadatan total moluska berdasarkan stasiun yang tertinggi di stasiun I sebesar 160,83 ind., sedangkan yang terendah di stasiun 3 sebesar 48,41.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Barnes,R. D., dan Ruppert, E. E. 1994. Invertebrate Zoology Sixth Edition. Philadelphia London: W. B. Saunders Company.

[2]. Brower, J. E., Zar, J.H., dan Ende, C.N.V. 1990. Field and Laboratory Methods for

General Ecology, Third Edition. USA: Wm. C. Brown Publisher.

[3]. Clewing, C., P.V. Von Oheim, M.Vinarski, T. Wilke, and C. Albrecht. 2014. Freshwater Mollusc Diversity at the Roof of The World : Phylogenetic and Biogeographical

Affinities of Tibetan Plateau Valvata. J. Of The Molluscan Studies. 1-4. doi:10.1093/mollus/eyu016

[4]. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan

Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

(8)

73 [6]. Foth, H. D. 1991, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, edisi-7, terjemahan E. D.

Purbayanti,Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[7]. Giesen, W. And Sukotjo. 1991. Lake Kerinci and The Wetland of Kerinci Seblat National Park, Sumatera. Report No. 14. PHPA and AWB-Indonesia.

[8]. Harding, J.S. 1990. Physico-Chemical Parameters and Invertebrate Faunas of Three Lake Inflows and Outlets in Westland, New Zealand. J. Of Marine and Freshwater Research 26 (1): 95-102.

[9]. Hartoto, D. I., F. Sulawesty dan Yustiawati. 1995. Laporan Teknis Ilmiah Hasil Pengambilan Data Lapangan

di Perairan Danau Kabupaten Kerinci. Puslitbang

Limnologi-LIPI. Jakarta.

[10]. Jutting,B. W. S. S. 1956. Systematic Studies on The Non-marine Molusca of The Indo-Australian Archipelago. Trubia, 28(2): 259-477.

[11]. Looij, C.and J. Wiejgergangs. 1992. Waterhyacint (eichornia crassipes) (Mart) (Solms) and Water Quality in Kerinci, Maninjau and Singkarak Lake, Sumatera. Survey Report No. 38. PHPA and AWB-indonesia.

[12]. Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi, Edisi-3, terjemahan T. Samingan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

[13]. Omamoke, C.O. 2013. Terrestrial mollusc species richness and diversity in Omo Forest Reserve, Ogun State, Nigeria. J. African Invertebrates Vol. 54 (1): 93–104. [14]. Rundle, S. D., A. Jenkins and s.J. Ormerod. 1993. Macroinvertebrate Communities in

Stream in The Himalaya, Nepal. Freshwater Biology. 30 (1): 169-180.

[15]. Rupert, E.E. and R.D. Barnes. 1994. Invertebrate Zoology. 6 Edition. Saunders College Publishing, Philadelphia.

Gambar

Tabel 2. Parameter  Fisik-Kimiawi  Di Danau Kerinci, Provinsi Jambi

Referensi

Dokumen terkait

Ini berarti bahwa kompleksitas operasi perusahaan, umur perusahaan, kepemilikan publik, dan opini akuntan publik berpengaruh signifikan secara simultan terhadap

Aloei Saboe Kota Gorontalo, setelah diukur dengan menggunakan chi square didapatkan bahwa tidak terdapat pengaruh dimana setelah diuji nilai X 2 yang diperoleh

Bagaimanapun, sebelum mendapatkan hasil rekabentuk yang sesuai untuk semua latar belakang dari seluruh dunia, beberapa kajian perlu dilakukan di mana kajian ini

Sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing fraksi memiliki nilai korelasi (+), hal ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut berbanding lurus, yakni semakin besar

Dalam penelitian ini berdasarkan hasil uji regresi secara parsial diperoleh bahwa solvabilitas ( debt to equity ratio ) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Sikap dan Keputusan Pembelian Produk Levi’s pada Levi’s Store Medan Fair Plaza.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hipotesis keempat diketahui bahwa variabel jaminan ( assurance ) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kepuasan masyarakat pada Polres Hulu Sungai Tengah

Permutasi Disajikan sebuah masalah matakuliah ekonomi mikro yang bisa dipilih oleh setiap mahasiswa, siswa dapat menentukan banyaknya susunan nilai yang diperoleh