• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPESIFIKASI TEKNIS A. SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM PELAKSANAAN & PENYELESAIAN PEKERJAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPESIFIKASI TEKNIS A. SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM PELAKSANAAN & PENYELESAIAN PEKERJAAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

SPESIFIKASI TEKNIS

A. SYARAT-SYARAT

TEKNIS

UMUM

PELAKSANAAN

&

PENYELESAIAN PEKERJAAN

PASAL 1. LINGKUP PEKERJAAN & PERSYARATAN

1.1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Pekerjaan yang akan dilaksanakan pada proyek ini adalah: Proyek Pembangunan Konstruksi Latrines/Kakus Proto Type III, yang berlokasi di Desa Besikama di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka di Nusa Tenggara Timur. Adapun jenis kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

 Jenis kegiatan yang dilakukan adalah 6 unit kakus yang dilengkapi dengan 2 unit bak septictank dan 2 unit bak peresapan, serta 2 unit sumur gali.

b. Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Pasangan, Pekerjaan Pintu dan Pekerjaan lain-lain. Pekerjaan tersebut di atas harus selesai tepat waktu dengan kualitas yang memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana disyaratkan dalam Surat Perjanjian Pemborongan dan pelaksanaannya harus berdasarkan:

 Peraturan dan syarat-syarat (Bestek) dan Spesifikasi Teknis

 Gambar-gambar rencana dan detail

 Penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan penjelasan tambahan lainnya

 Petunjuk Direksi Pekerjaan

 Peraturan-peraturan umumnya lainnya yang berlaku.

1.2. PERSYARATAN & PERATURAN UMUM

1.2.1. Pelaksanaan pekerjaan ini berpedoman terhadap peraturan dan ketentuan seperti tercantum di bawah ini, termasuk semua perubahan-perubahannya hingga saat ini, seperti:

a. Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah Republik Indonesia. b. Standard Industri Indonesia (SII).

c. Peraturan-peraturan umum (Algemene Voorwaarden) disingkat A.V.41. d. Peraturan Beton Indonesia PBI-NI-2/1971.

e. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia disingkat PKK-NI-5 1961.

f. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja tentang penggunaan tenaga, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

g. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia disingkat DTPI 1969.

h. Peraturan perencanaan tahan gempa Indonesia untuk gedung 1987 beserta pedomannya.

i. American society for Testing Materials (ASTM).

j. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disingkat PUBI-1982. k. Peraturan Semen Portland (NI-8).

l. Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK-SNIT-15-1990-03). m. Peraturan-peraturan lain yang dibutuhkan.

(2)

1.2.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas, kontraktor harus menyediakan:

a. Tenaga-tenaga ahli dan tenaga-tenaga kerja yang memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya untuk semua jenis pekerjaan.

b. Alat-alat yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan.

c. Kelalaian dan kekurangtelitian kontraktor dalam mengevaluasi keadaan lapangan yang pada pelaksanaan pekerjaan berdampak pada penambahan biaya pelaksanaan, maka segala sesuatunya akan menjadi tanggung jawab kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim.

PASAL 2. URAIAN PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB

PELAKSANAAN

2.1. Sebelum mulai pelaksanaan, Kontraktor wajib mempelajari terlebih dahulu dengan seksama Gambar Kerja, Rencana Kerja dan Syarat-syarat beserta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan. Kontraktor diwajibkan mempresentasekan metode dan rencana kerja secara keseluruhan kepada pihak Direksi Pekerjaan. Kemudian Kontraktor juga diwajibkan melapor kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas setiap ada perbedaan ukuran dari gambar-gambar, termasuk antara gambar dan RKS untuk mendapat persetujuan; bila tidak, maka akibat dari kelalaian tersebut, dalam hal ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Kontraktor.

2.2. Penyerahan Lapangan/Area/Tempat Pekerjaan.

Lapangan/Area/Tempat Pekerjaan akan diserahkan kepada Kontraktor segera sesudah dikeluarkan Surat Keputusan Penunjukan (SPK), dalam keadaan seperti waktu pemberian penjelasan pekerjaan.

Kontraktor dianggap sudah memahami benar benar mengenai: a. Letak bangunan yang akan dibangun.

b. Batas-batas persil/kaveling maupun keadaan pada waktu itu. c. Keadaan kontur tanah.

d. Segala sesuatu yang ada di lokasi pekerjaan. Yang termuat di dalam berita acara MC-0.

2.3. Kontraktor wajib menyerahkan hasil pekerjaannya hingga selesai dengan lengkap, yaitu membuat, memasang serta memesan maupun menyediakan bahan-bahan bangunan, alat-alat kerja dan pengangkutan, membayar upah kerja dan lain-lain yang bersangkutan dengan pelaksanaan.

2.4. Kontraktor wajib menyediakan minimal 1 (satu) salinan Dokumen Kontrak (gambar-gambar, RKS kontrak, Berita Acara) ditempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap saat oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.

2.5. Atas perintah Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas dapat membuat gambar-gambar penjelasan (soft drawing) dan perincian bagian-bagian khusus dengan semua biaya atas beban Kontrak.

2.6. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang sedang dilaksanakan, agar diketahui Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas. Tanda tangan pada gambar pengesahan/persetujuan atas pekerjaan tersebut agar dibuktikan.

(3)

2.7. Setiap usul perubahan dari Kontraktor ataupun persetujuan pengesahan dari Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas dianggap berlaku sah serta mengikat jika dilakukan secara tertulis.

2.8. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini harus benar-benar baru dan teliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang disesuaikan dengan standard/peraturan-peraturan yang dipergunakan di dalam RKS ini. Semua bahan-bahan tersebut harus mendapat pengesahan/ persetujuan dari Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas sebelum dimulai pelaksanaannya.

2.9. Pengawasan terus-menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/perapihan, harus dilaksanakan oleh tenaga-tenaga dari Pihak Pelaksana yang benar-benar ahli.

2.10. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.

2.11. Cara-cara menyimpan bahan di lapangan dan di gudang harus memenuhi syarat teknis, dan dapat dipertanggung jawabkan.

PASAL 3. URAIAN PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB JADWAL PELAKSANAAN

Paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya surat Penunjukan, Kontraktor diharuskan mengajukan:

3.1. Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan secara Diagram (Network Planning) dan diagram balok (barchart).

3.2. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja.

3.3. Jadwal Pengadaan Bahan dan Peralatan Kerja. 3.4. Gambar Pelaksanaan Lapangan bila dianggap perlu.

Bagian-bagian yang disebutkan di atas (3.1. sampai dengan 3.3.) harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas, sebagai dasar/patokan Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.

PASAL 4. LETAK BANGUNAN

Keterangan mengenai letak bangunan ditentukan dalam gambar SITUASI dan untuk awal pelaksanaan harus diadakan pengukuran ulang di bawah pengawasan direksi.

PASAL 5. PENENTUAN PEIL DAN UKURAN (PEMATOKAN)

5.1. Kontraktor wajib memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas, bagian pekerjaan yang akan dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketentuan peil-peil dan ukuran-ukurannya.

5.2. Kontraktor bersama-sama dengan pihak Direksi & Tenaga Pengawas menentukan titik ikat (BM / Bench Mark) sebagai dasar penentuan peil dan letak / posisi masing-masing

(4)

bangunan dan kegiatan pematokan secara keseluruhan. Kemudian hasil dari penentuan titik ikat ini dituangkan dalam Berita Acara.

5.3. Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap pekerjaan dan segera melaporkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas, setiap mendapat selisih/perbedaan ukuran untuk diberikan keputusan pembetulannya. Tidak dibenarkan Pelaksana Kontraktor membetulkan sendiri kekeliruan tersebut tanpa persetujuan Direksi Pekerja/Tenaga Pengawas.

5.4. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-peil dan ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja.

5.5. Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan selanjutnya, maka ketetapan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-sungguh.

5.6. Peil Dasar:

Lantai dasar bangunan hulu dianggap sebagai peil + 0,00 yang diambil berdasarkan titik ikat yang telah ditentukan bersama (lihat point 5.2).

PASAL 6. PEMAKAIAN UKURAN

6.1. Ukuran yang tercantum dalam gambar adalah ukuran yang mengikat dan mutlak harus ditepati. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Gambar-gambar berikut tambahan dan perubahannya.

6.2. Kontraktor wajib memeriksa kebenarannya dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun bagin-bagian dan memberitahukan Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas tentang setiap perbedaan yang ditemukannya didalam RKS dan Gambar-gambar maupun dalam pelaksanaan. Kontraktor baru diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas.

6.3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal apapun menjadi tanggung jawab Kontraktor. Oleh karena itu sebelumnya kepadanya diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada.

6.4. Semua ukuran yang dicantumkan dalam gambar dinyatakan dalam: a. Milimeter (mm)

b. Centimeter (cm) c. Meter (m)

d. Kecuali untuk hal khusus satuan dinyatakan sesuai kebutuhan. PASAL 7. PENYERAHAN SKEMA ORGANISASI PROYEK

7.1. Bersamaan waktunya dengan penyerahan Rencana Kerja, Kontraktor wajib pula menyerahkan suatu bentuk Skema Organisasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan proyek ini, untuk diperiksa dan mendapatkan persetujuan Direksi Pekerja/Tenaga Pengawas.

(5)

7.2. Sebagai lampiran dari Skema Organisasi tersebut, Kontraktor harus menyerahkan suatu daftar usulan-usulan nama-nama petugas yang akan ditugaskan di proyek ini lengkap dengan jabatan dan daftar riwayat hidup/pengalaman.

PASAL 8. PENYERAHAN WEWENANG KEPADA KUASA KONTRAKTOR

8.1. Kontraktor wajib menetapkan seorang petugas yang akan bertindak sebagai wakil atau kuasanya untuk mengatur dan memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan (untuk selanjutnya disebut Pelaksana).

8.2. Pemberian kuasa ini sama sekali tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap pelaksanaan pekerjaan baik sebagian ataupun keseluruhan.

PASAL 9. TENAGA AHLI

9.1. Kontraktor wajib menyediakan tenaga ahli untuk mengawasi, memeriksa dan menyetel pemasangan bahan, peralatan hingga bahan/peralatan tersebut bisa berfungsi dengan sempurna.

9.2. Kontraktor wajib menugaskan tenaga ahli sesuai dengan jenis pelaksanaan/tahapan pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 10. PEMBERHENTIAN PELAKSANA/PETUGAS

10.1. Bila dikemudian hari Pelaksana dan Petugas yang ditunjuk Kontraktor, oleh Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas dianggap kurang atau tidak mampu menunjukan kecakapannya maka Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas berhak memerintahkan Kontraktor untuk mengganti Pelaksana/Petugas tersebut.

10.2. Dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sesudah Surat Perintah Direksi Pekerjaan tersebut keluar, Kontraktor harus sudah menunjukan seorang Pelaksana/Petugas yang baru yang memenuhi persyaratan yang diminta.

PASAL 11. PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DAN SUMBER AIR

11.1. Setiap pembangkit tenaga listrik sementara untuk penerangan pekerjaan bila dianggap perlu, harus diadakan oleh Kontraktor termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran, upah dan tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan selesai, adalah beban Kontraktor.

11.2. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan didapatkan dari sumber air yang sudah ada di lokasi pekerjaan tersebut. Kontraktor harus memasang sementara pipa-pipa dan lain-lain pekerjaan untuk mengalirkan air dan mencabutnya kembali pada waktu pekerjaan selesai.

11.3. Kontaktor tidak diperbolehkan menyambung dan menghisap air dari saluran induk dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas.

(6)

PASAL 12. IKLAN

Kontraktor tidak diijinkan memasang iklan dalam bentuk apapun di lapangan kerja atau di tanah yang berdekatan tanpa ijin dari Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas.

PASAL 13. JALAN MASUK DAN JALAN KELUAR

13.1. Pembuatan jalan masuk ke tempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak Proyek. 13.2. Kontraktor diwajibkan membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian dan

memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkannya dan menjadi beban Kontraktor. PASAL 14. PAGAR PENGAMAN PEKERJAAN

Apabila dianggap perlu, sebelum melaksanakan pekerjaan pokok Kontraktor harus membuat pagar pengamanan proyek, sesuai kondisi lapangan. Untuk item ini menjadi beban Kontraktor. PASAL 15. KECELAKAAN DAN KESEHATAN

15.1. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban Kontraktor.

15.2. Kontraktor diwajibkan menyediakan kotak PPPK terisi menurut kebutuhan. 15.3. Kontraktor diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.

15.4. Sejauh yang tidak disebutkan dalam RKS ini, maka Kontraktor harus mengikuti semua ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan Instansi Pemerintah CQ Undang-undang kesehatan kerja dan lain sebagainya termasuk semua perubahan-perubahannya yang hingga kini tetap berlaku.

PASAL 16. PENGAMANAN

16.1. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di daerahnya mengenai: a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/ kecerobohan yang disengaja

ataupun tidak.

b. Penggunaan sesuatu yang keliru/salah.

c. Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada di daerahnya.

16.2. Terhadap semua kejadian sebagaimana tersebut di atas, Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas dalam waktu paling lambat 24 jam untuk diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut.

16.3. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut di atas, Kontraktor harus menyediakan pengamanan, antara lain penjagaan, penerangan malam, pemagaran sementara dan lain sebagainya.

(7)

16.4. Setiap pekerja memakai alat-alat pengaman, seperti : helm, dan lain-lain yang dianggap perlu.

PASAL 17. PENGAWASAN

17.1. Setiap saat Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas harus dapat dengan mudah mengawasi, memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.

17.2. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawas Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pekerjaan tersebut jika diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya.

17.3. Jika Kontraktor perlu melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja normal sehingga diperlukan pengawasan oleh Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas, maka segala biaya untuk itu menjadi beban Kontraktor. Permohonan oleh Kontraktor untuk mengadakan pemeriksaan tersebut harus dengan surat disampaikan kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas.

17.4. Wewenang dalam memberikan keputusan yang berada ditangan petugas-petugas Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas adalah terbatas pada soal-soal yang tercantum/dimasukan dalam gambar-gambar, RKS dan risalah penjelasan. Penyimpangan dari padanya haruslah seizin Pemilik Proyek.

PASAL 18. PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG

18.1. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan barang, maka ini dimaksudkan menunjukan standard minimal mutu/kualitas bahan dan barang yang digunakan (atau yang setara).

18.2. Setiap barang dan bahan yang akan digunakan harus disampaikan kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan. Waktu menyampaikan dilaksanakan jauh sebelum pekerjaannya dimulai.

18.3. Setiap usulan yang tidak sesuai petunjuk RKS, serta gambar-gambar dan Risalah Penjelasan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Pemberi Tugas/Pemilik Proyek. 18.4. Contoh-contoh dari barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diajukan dan

diadakan Pelaksana/Kontraktor atas biaya Pelaksanan dan setelah disetujui oleh Pemilik Proyek, maka sesuai contoh bahan dan barang tersebut yang sudah disetujui akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.

18.5. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai dengan contoh baik kualitas maupun sifatnya.

18.6. Dalam mengajukan harga penawaran, Pelaksana harus sudah memasukan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Kontraktor tetap bertanggung jawab pula atas biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah Pemilik Proyek atau Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas.

(8)

PASAL 19. RENCANA KERJA, SYARAT-SYARAT DAN GAMBAR KERJA

19.1. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan pada RKS ini. 19.2. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar-gambar dengan RKS, Kontraktor

diwajibkan mengajukan pernyataan tertulis kepada Pengawas Proyek yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas dan Kontraktor diwajibkan pula mentaati dan mengikuti keputusan Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas.

19.3. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar disajikan dalam bentuk angka dan apabila kurang jelas dapat diukur dengan skala gambar, hal ini harus mendapat persetujuan Pemilik Proyek/Tenaga Pengawas.

19.4. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dalam gambar atau diperlukan gambar tambahan/gambar detail untuk membesarkan gambar-gambar atau untuk memungkinkan Kontraktor melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka Kontraktor harus dapat membuat gambar atas biaya Kontraktor.

19.5. Apabila ada hal-hal yang disebutkan berulang pada gambar-gambar, RKS atau Dokumen Kontrak lainnya yang berlainan dan atau penjelasan-penjelasannya bertentangan, maka harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain, tetapi untuk lebih menegaskan masalahnya. Kalau hal yang menyangkut kelainan harus diinformasikan kepada Direksi Pekerja/Tenaga Pengawas untuk mendapatkan keputusannya.

19.6. RKS, daftar volume pekerjaan (BoQ), Gambar serta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan adalah bagian yang saling melengkapi satu sama lain.

PASAL 20. PENYEDIAAN PERALATAN KERJA

20.1. Kontraktor wajib menyediakan segala peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dengan baik dan sempurna, termasuk membongkar/merapihkan/membawa keluar segala peralatan tersebut setelah tidak diperlukan lagi.

20.2. Peralatan-peralatan tersebut harus sudah diperhitungkan bentuk, ukuran kapasitas dan sebagainya untuk bisa melayani kebutuhan pelaksanaan pekerjaan ini.

20.3. Peralatan-peralatan tersebut harus dalam keadaan baik dan selalu siap untuk digunakan. Peralatan yang tidak bisa berfungsi dengan baik harus segera diperbaiki atau kalau tidak mungkin harus segera diganti dengan yang masih berfungsi dengan baik.

20.4. Peralatan yang harus disediakan minimal terdiri dari:

 Genset untuk penerangan.

 Alat pemadat sesuai kebutuhan.

 Teodolite dan Waterpasss.

 Stamper.

 Scaffolding.

 Mesin pengaduk beton (Molen).

 Peralatan pengujian mutu beton di lapangan, seperti kubus beton, hammer test, core test dll.

(9)

Kontraktor wajib menyediakan tenaga operator yang mampu melayani peralatan tersebut di atas.

20.5. Segala biaya yang diperlukan untuk penyediaan peralatan dan operatornya menjadi tanggungan Kontraktor, termasuk biaya perawatan, perbaikan dan pembongkaran.

PASAL 21. PENYEDIAAN BAHAN

21.1. Kontraktor wajib menyediakan bahan bangunan yang diperlukan sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam AV dan PUBB. Untuk beton bertulang syarat-syarat-syarat-syarat dalam PBI-1971 / SNI atau aturan yang terbaru.

21.2. Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas berwenang meminta keterangan mengenai asal-usul bahan dan Kontraktor wajib menjelaskannya.

21.3. Bahan-bahan yang akan digunakan, sebelumnya harus dimintakan persetujuan terlebih dahulu pada Direksi Pekerja/Tenaga Pengawas dan Perencana untuk itu Kontraktor wajib menyerahkan contoh-contoh bahan yang diusulkan disertai brosur-brosur spesifikasi bahan yang dikeluarkan oleh produsen.

21.4. Bahan-bahan yang sudah didatangkan ke tempat pekerjaan tetapi ditolak pemakaiannya oleh Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas, harus segera disingkirkan dari tempat kerja selambat-lambatnya 24 jam sesudah penolakan tersebut. Bagian pekerjaan yang telah dimulai tapi masih menggunakan bahan yang telah ditolak, harus segera dihentikan dan dibongkar.

PASAL 22. TATA CARA UNTUK MEMULAI SUATU JENIS PEKERJAAN

22.1. Untuk jenis-jenis pekerjaan yang apabila dikerjakan akan mengakibatkan gangguan pada pekerjaan lain yang tidak dapat diperiksa/tertutup oleh pekerjaan tersebut, maka Kontraktor wajib meminta kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas secara tertulis, untuk memeriksa bagian pekerjaan yang akan ditutup itu. Setelah pekerjaan tertutupi dan dinyatakan baik, baru Kontraktor diperkenankan melaksanakan pekerjaan selanjutnya. 22.2. Apabila permohonan tertulis pemeriksaan tersebut di atas tidak dijawab oleh Direksi

Pekerjaan/Tenaga Pengawas dalam waktu 2 x 24 jam sejak jam diterimanya permohonan tersebut (tidak dihitung hari libur resmi), maka Kontraktor boleh melanjutkan pekerjaan tersebut. Kecuali apabila Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas meminta perpanjangan waktu pemeriksaan dan Kontraktor menyetujuinya.

22.3. Apabila ketentuan-ketentuan tersebut di atas dilanggar oleh Kontraktor, maka Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas berhak menginstruksikan untuk membongkar bagian-bagian yang sudah dikerjakan baik sebagian maupun seluruhnya untuk keperluan pemeriksaan atau perbaikan. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali akan dibebankan kepada Kontraktor.

(10)

Pekerjaan-pekerjaan yang sudah terpasang dengan baik dan sudah diterima oleh Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas dapat dihitung prestasi dengan nilai 100%.

Akan tetapi setiap kemajuan dan kegiatan pelaksanaan pekerjaan harus didokumentasikan dengan foto, slide dan video kaset sekurang-kurangnya :

 Kemajuan fisik 0%.

 Kemajuan fisik 50%.

 Kemajuan fisik 100%.

 Setelah masa pemeliharaan berakhir/penyerahan kedua.

Setiap pengambilan foto dibidik dari 3 arah dengan titik pengambilan yang tetap. Foto tersebut dicetak dengan ukuran 3R dalam rangkap 5 dan ditata dalam satu album.

PASAL 24. KOORDINASI DENGAN SUB KONTRAKTOR

Apabila ada bagian-bagian pekerjaan yang diserahkan kepada pihak Ketiga (Sub Kontraktor) sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kontrak, maka untuk ini Kontraktor wajib mengatur koordinasi kerja dengan Pihak Ketiga tersebut. Tanggung jawab kualitas pekerjaan yang telah diserahkan pada pihak Ketiga ini tetap berada ditangan Kontraktor. Segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang disub-kontrakkan akan diatur lebih lanjut di dalam Kontrak. PASAL 25. PERLINDUNGAN TERHADAP HASIL PEKERJAAN

Kontraktor wajib mengadakan perlindungan yang diperlukan pada hasil pekerjaan yang sedang dan sudah selesai dilaksanakan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan. Semua perlindungan tersebut harus didasarkan pada spesifikasi masing-masing jenis pekerjaan.

PASAL 26. TANGGUNG JAWAB DALAM MASA PEMELIHARAAN

26.1. Dalam masa pemeliharaan, kontraktor tetap bertanggung jawab memelihara pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan. Apabila dalam masa pemeliharaan tersebut ada pekerjaan-pekerjaan yang rusak dan tidak berfungsi dengan baik sesuai dengan dokumen pelaksanaan, maka Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan tersebut.

26.2. Apabila dalam masa pemeliharaan, Kontraktor tidak melaksanakan perbaikan-perbaikan seperti yang diminta Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas, maka prestasi pekerjaan akan dikurangi sesuai dengan nilai pekerjaan akan dikurangi sesuai dengan nilai pekerjaan yang belum diperbaiki tersebut dan penyerahan kedua tidak dapat dilaksanakan.

PASAL 27. GAMBAR-GAMBAR YANG SESUAI DENGAN KENYATAAN

27.1. Kontraktor pada akhir pekerjaannya harus membuat gambar-gambar terakhir sesuai dengan yang terpasang atau yang telah dilaksanakan (as built drawing).Gambar yang sesuai dengan kenyataan tersebut harus disetujui Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas.

27.2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut gambar aslinya dan semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Kontraktor.

(11)

PASAL 28. KERUSAKAN BAGIAN PEKERJAAN OLEH PELAKSANA/ KONTRAKTOR

28.1. Setiap bagian pekerjaan yang berhubungan dengan Kontraktor diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan semula dinilai dan disetujui Pemilik Proyek atau Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas secara tertulis.

28.2. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari, Kontraktor yang bersangkutan diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan semula dinilai dan disetujui Pemilik Proyek atau Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas secara tertulis.

PASAL 29. PENYERAHAN PERTAMA

Pada akhir pekerjaan menjelang penyerahan pertama:

29.1. Semua bangunan sementara termasuk tanggul penahan banjir dan titik ikat (BM) tidak boleh dibongkar serta diserahkan seperti kondisi awal kepada pihak Pemilik Proyek. 29.2. Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik, bersih utuh tanpa cacat.

29.3. Pelaksana diwajibkan menyerahkan kepada pemilik proyek atau Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas berupa:

a. 3 (tiga) set gambar “as built drawing” dan seluruh pekerjaan yang dilaksanakannya termasuk gambar perubahan dari rencana.

b. 3 (tiga) album photo berwarna beserta CD-Dokumentasi pelaksanaan.

29.4. Membersihkan atau membuang sisa-sisa bahan, sampah dan lain-lain yang tidak berguna pada pelaksanaan pembangunan.

B. PEKERJAAN SIPIL

B.1. PEKERJAAN PERSIAPAN

PASAL 30. PEKERJAAN PERSIAPAN a. Lingkup Pekerjaan

Adapun hal-hal yang dilakukan dalam pekerjaan persiapan adalah berupa:

 Pembersihan lokasi

 Penyediaan air kerja

 Uitzet dan pemasangan bouwplank

 Biaya administrasi dan dokumentasi. b. Standar / Rujukan

Tidak ada. c. Bahan-Bahan

(12)

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

Pembersihan lokasi dapat dilakukan secara manual, sedangkan uitzet dan pemasangan bouwplank dilakukan dengan menggunakan papan dan material lain guna memudahkan pekerjaan di lapangan. Sedangkan semua kegiatan di lapangan sebelum dan setelah selesai dilaksanakan harus disiapkan dan didokumentasikan secara baik dan diserahkan kepada pihak Pemberi Pekerjaan di akhir kegiatan dan dikerjakan secara lumpsum. Penyediaan air kerja dilakukan secara lumpsum.

B.2. LATRINE PROTO TYPE III

B.2.1. PEKERJAAN TANAH

PASAL 31. PEKERJAAN GALIAN, PEKERJAAN URUGAN TANAH BEKAS GALIAN, PEKERJAAN URUGAN TANAH PUTIH, & URUGAN PASIR

1. PEKERJAAN GALIAN

a. Lingkup Pekerjaan

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan penggalian tanah biasa untuk pembuatan pondai menerus pada lokasi kegiatan.

b. Standar / Rujukan

 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).

 American Society for Testing and Materials (ASTM).

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

 Spesifikasi Teknis Galian. c. Bahan-Bahan

Adapun peralatan kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah besi galing dan alat lain yang dianggap perlu untuk digunakan di lapangan.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai elevasi yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau telah disetujui Direksi.

 Semua bahan galian harus dikumpulkan pada tempat tertentu sesuai petunjuk Direksi, sehingga bila dibutuhkan dapat digunakan untuk bahan urugan atau dibuang sesuai petunjuk Direksi.

 Bila terjadi kelebihan penggalian di luar garis batas dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau petunjuk Direksi yang disebabkan karena kesalahan Kontraktor, kelebihan galian tersebut tidak dapat dibayar dan kontraktor harus memperbaiki daerah tersebut sesuai Gambar Kerja atas biaya Kontraktor.

 Penggalian harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar tidak merusak patok-patok pengukuran atau pekerjaan lain yang telah selesai. Semua kerusakan yang disebabkan karena pekerjaan penggalian menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus diperbaiki oleh Kontraktor tanpa biaya tambahan atau waktu.

 Kontraktor harus menyingkirkan setiap batuan yang ditemukan pada daerah elevasi akhir pada kedalaman minimal 15 cm di bawah elevasi akhir rencana. Batuan dapat berupa batu atau serpihan keras dalam batuan dasar asli, dan batu besar dengan volume

(13)

lebih dari 0,5 cm3 atau berukuran lebih besar dari 1 m, yang harus disingkirkan dengan alat khusus dan/atau diledakan.

2. PEKERJAAN URUGAN TANAH BEKAS GALIAN PONDASI

a. Lingkup Pekerjaan

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan pengurugan bekas galian tanah biasa untuk pengisian pada pondai menerus pada lokasi kegiatan.

b. Standar / Rujukan

 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).

 American Society for Testing and Materials (ASTM).

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

 Spesifikasi Teknis Urugan Kembali dan Pemadatan. c. Bahan-Bahan

Adapun peralatan kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sekop dan alat lain yang dianggap perlu untuk digunakan di lapangan.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

Semua bahan galian dikumpulkan pada tempat tertentu sesuai petunjuk Direksi, kemudian ditimbun kembali sebagai bahan urugan pada sisi pondasi menerus yang telah selesai dikerjakan di lapangan.

3. PEKERJAAN URUGAN PASIR DI BAWAH PONDASI

a. Lingkup Pekerjaan

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan pengurugan pasir di bawah pondai menerus pada lokasi kegiatan.

b. Standar / Rujukan

 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).

 American Society for Testing and Materials (ASTM).

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

 Spesifikasi Teknis Urugan Kembali dan Pemadatan. c. Bahan-Bahan

Adapun peralatan kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sekop dan alat lain yang dianggap perlu untuk digunakan di lapangan.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Setelah pekerjaan galian tanah pondasi selesai dilakukan, maka sebelum dilaksanakannya pekerjaan pemasangan pondasi menerus, pengurugan pasir dengan ketebalan minimal 10 cm harus dilakukan.

 Ketebalan urugan harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

 Semua material yang telah diurug harus dipadatkan, dan pekerjaan ini merupakan bagian dari pekerjaan ini.

(14)

4. PEKERJAAN URUGAN PENINGGIAN PEIL LANTAI (TANAH PUTIH) a. Lingkup Pekerjaan

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan pengurugan tanah putih di bawah lantai rabat beton pada lokasi kegiatan.

b. Standar / Rujukan

 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).

 American Society for Testing and Materials (ASTM).

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

 Spesifikasi Teknis Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan. c. Bahan-Bahan

Adapun peralatan kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sekop dan alat lain yang dianggap perlu untuk digunakan di lapangan.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Setelah pekerjaan pemasangan pondasi menerus selesai dilakukan, maka sebelum dilaksanakannya pekerjaan urugan pasir di bawah lantai dan pemasangan lantai rabat beton, maka pengurugan tanah putih dengan ketebalan minimal 30 cm harus dilakukan.

 Ketebalan urugan harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

 Semua material yang telah diurug harus dipadatkan, dan pekerjaan ini merupakan bagian dari pekerjaan ini

5. PEKERJAAN URUGAN PASIR DI BAWAH LANTAI

a. Lingkup Pekerjaan

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan pengurugan pasir di bawah di bawah lantai rabat beton atau di atas urugan tanah putih pada lokasi kegiatan. b. Standar / Rujukan

 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).

 American Society for Testing and Materials (ASTM).

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

 Spesifikasi Teknis Urugan Kembali dan Pemadatan. c. Bahan-Bahan

Adapun peralatan kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sekop dan alat lain yang dianggap perlu untuk digunakan di lapangan.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Setelah pekerjaan tanah putih selesai dilakukan, maka sebelum dilaksanakannya pekerjaan pemasangan lantai rabat beton, pengurugan pasir dengan ketebalan minimal 20 cm harus dilakukan.

 Ketebalan urugan harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

(15)

 Semua material yang telah diurug harus dipadatkan, dan pekerjaan ini merupakan bagian dari pekerjaan ini.

B.2.2. PEKERJAAN PASANGAN & PLESTERAN

PASAL 32. PEKERJAAN PASANGAN & PLESTERAN

1. PEKERJAAN PASANGAN BATU KOSONG/AANSTAMPING

a. Lingkup Pekerjaan

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan penyusunan/pemasangan batu kosong di atas urugan pasir sebelum pemasangan pondasi menerus dilakukan.

b. Standar / Rujukan

 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).

 American Society for Testing and Materials (ASTM).

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

 Spesifikasi Teknis Urugan Kembali dan Pemadatan. c. Bahan-Bahan

Tidak ada.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Setelah pekerjaan urugan pasir selesai dilakukan, maka sebelum dilaksanakannya pekerjaan pemasangan pondasi menerus, pemasangan batu kosong dengan ketebalan minimal 15 cm harus dilakukan.

 Ketebalan pemasangan batu kosong harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

2. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI/PASANGAN BATU

a. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pemasangan batu kali/pasangan batu pada bangunan kakus/latrines dengan komposisi campuran/mutu adukan 1 PC : 5 Psr.

b. Standar / Rujukan

 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku. c. Bahan-Bahan

c.1. Peralatan

Kontraktor harus menyediakan peralatan-peralatan pokok untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas, peralatan tersebut antara lain:

a. Mesin pengaduk (molen)

Mesin pengaduk campuran semen pasir khusus dibuat untuk maksud tersebut di atas, berbentuk tabung terbuka pada bagian atasnya, mempunyai bilah-bilah pengaduk yang

(16)

b. Peralatan penakar campuran

a) Untuk pekerjaan dengan volume besar, peralatan penakarnya dibuat dengan ukuran volume minimal untuk 1zak semen, terbuat dari kayu (papan) atau bahan lain yang sesuai dan memadai berfungsi sebagai penakar semen dan pasir, kokoh, kuat dan tahan lama.

b) Untuk pekerjaan dengan volume kecil penakaran dapat menggunakan ember yang terbuat dari plastik atau pelat besi.

c.2. Portland Cement

Semen yang digunakan dari Portland Cement jenis II N.I.8 type I menurut A.S.T.M. “memenuhi S 400” dan standar dari Assosiasi Cement Indonesia atau memenuhi standar mutu dalam SNI. Penggunaan semen abu-abu/bosowa/tiga roda atau sejenis dan memiliki kualitas yang sama/serupa disarankan untuk dipergunakan dalam pekerjaan ini.

c.3. Pasir

a. Pasir yang digunakan adalah pasir beton, mempunyai karakter fisik keras dan tajam, kandungan lumpur tidak lebih dari 5%.

b. Ukuran butir pasir

Pekerjaan yang memerlukan adukan semen pasir yang bersifat kasar, ukuran butir pasir maksimum 5mm.

c. Untuk plester halus di atas plester kasar, ukuran butir pasir maksimum 1mm. c.4. Air

Air yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan Adukan Semen Pasir adalah :

a. Air bebas dari bahan-bahan: organis, asam alkali, garam, atau bahan-bahan lain yang dapat mempengaruhi daya ikatan maupun mutu kekuatan adukan.

b. Ph = 7

c. Kadar SO4 maksimum 5g/l d. Kadar CL maksimum 15g/l

e. Daya oksidasi terhadap bahan organis dengan memakai larutan KMnO4 tidak boleh lebih dari 1mg/l.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Pasir sebelum digunakan harus disaring/ayak terlebih dahulu dengan ayakan ukuran bukaan 5 mm atau 1mm yaitu sesuai dengan keperluan pemakaiannya.

 Bahan pasir yang akan dipakai harus dikumpulkan pada tempat tertentu dan dipisahkan antara pasir halus dengan pasir kasar agar memudahkan pemakaiannya.

 Pencampuran dan Pengadukan:

a) Semen, pasir dicampur dalam keadaan kering dengan menggunakan penakar volume dan diaduk hingga merata dengan alat pengaduk (molen),

b) Selanjutnya, ditambahkan air ke dalam campuran semen dan pasir tersebut di atas serta diaduk kembali hingga merata dan dicapai konsistensi adukan dalam bentuk adukan lembab atau plastis sesuai dengan kebutuhan pemakaian.

c) Lama pengadukan setelah dicampur air, minimum 1.5 menit.

 Jika tidak digunakan air dari PAM, Air yang akan dipakai menurut Pengawas Pekerjaan diragukan (tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas), maka air tersebut harus diuji terlebih dahulu di laboratorium PDAM.

 Tanggul / dinding penahan yang dimaksud di sini adalah bangunan yang terbuat dari pasangan batu karang/batu kali.

 Semua pekerjaan pasangan tanggul baru boleh dikerjakan bila galian tanah sudah diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Pengawas.

 Batu karang/kali/gunung yang dipakai tidak keropos dan sebelum dipasang harus dibersihkan dari kotoran dan tanah yang mengandung bahan organis.

(17)

 Pasangan tanggul batu karang/kali ini dibuat dengan adukan 1pc : 5psr.

 Semua bidang permukaan tanggul bagian luar di atas tanah yang kelihatan harus diplester/diberaben dengan adukan 1pc : 3psr kemudian diaci dengan saus semen.

 Pasir yang dipakai adalah pasir lokal yang telah dicuci.

 Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat, perbaikan tersebut dilaksanakan hingga sempurna dan tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.

 Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaannya, maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali dan biaya yang ditimbulkan dengan pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

 Kontraktor harus melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan.

 Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

3. PEKERJAAN PASANGAN DINDING TRASTRAM

a. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pemasangan dinding batako kedap air yang dipasang pada bak penampung air dalam kakus komposisi campuran/mutu adukan 1 PC : 3 Psr.

b. Standar / Rujukan

 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku. c. Bahan-Bahan

c.1. Peralatan

Kontraktor harus menyediakan peralatan-peralatan pokok untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas, peralatan tersebut antara lain:

a. Mesin pengaduk (molen)

Mesin pengaduk campuran semen pasir khusus dibuat untuk maksud tersebut di atas, berbentuk tabung terbuka pada bagian atasnya, mempunyai bilah-bilah pengaduk yang terdapat di dalamnya seperti layaknya mesin pengaduk untuk beton.

b. Peralatan penakar campuran

a) Untuk pekerjaan dengan volume besar, peralatan penakarnya dibuat dengan ukuran volume minimal untuk 1zak semen, terbuat dari kayu (papan) atau bahan lain yang sesuai dan memadai berfungsi sebagai penakar semen dan pasir, kokoh, kuat dan tahan lama.

b) Untuk pekerjaan dengan volume kecil penakaran dapat menggunakan ember yang terbuat dari plastik atau pelat besi.

c.2. Portland Cement

Semen yang digunakan dari Portland Cement jenis II N.I.8 type I menurut A.S.T.M. “memenuhi S 400” dan standar dari Assosiasi Cement Indonesia atau memenuhi standar mutu dalam SNI. Penggunaan semen abu-abu/bosowa/tiga roda atau sejenis dan memiliki kualitas yang sama/serupa disarankan untuk dipergunakan dalam pekerjaan ini.

c.3. Pasir

a. Pasir yang digunakan adalah pasir beton, mempunyai karakter fisik keras dan tajam, kandungan lumpur tidak lebih dari 5%.

(18)

Pekerjaan yang memerlukan adukan semen pasir yang bersifat kasar, ukuran butir pasir maksimum 5mm.

c. Untuk plester halus di atas plester kasar, ukuran butir pasir maksimum 1mm. c.4. Air

Air yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan Adukan Semen Pasir adalah :

a. Air bebas dari bahan-bahan: organis, asam alkali, garam, atau bahan-bahan lain yang dapat mempengaruhi daya ikatan maupun mutu kekuatan adukan.

b. Ph = 7

c. Kadar SO4 maksimum 5g/l d. Kadar CL maksimum 15g/l

e. Daya oksidasi terhadap bahan organis dengan memakai larutan KMnO4 tidak boleh lebih dari 1mg/l.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Pasir sebelum digunakan harus disaring/ayak terlebih dahulu dengan ayakan ukuran bukaan 5 mm atau 1mm yaitu sesuai dengan keperluan pemakaiannya.

 Bahan pasir yang akan dipakai harus dikumpulkan pada tempat tertentu dan dipisahkan antara pasir halus dengan pasir kasar agar memudahkan pemakaiannya.

 Pencampuran dan Pengadukan:

a) Semen, pasir dicampur dalam keadaan kering dengan menggunakan penakar volume dan diaduk hingga merata dengan alat pengaduk (molen),

b) Selanjutnya, ditambahkan air ke dalam campuran semen dan pasir tersebut di atas serta diaduk kembali hingga merata dan dicapai konsistensi adukan dalam bentuk adukan lembab atau plastis sesuai dengan kebutuhan pemakaian.

c) Lama pengadukan setelah dicampur air, minimum 1.5 menit.

 Jika tidak digunakan air dari PAM, Air yang akan dipakai menurut Pengawas Pekerjaan diragukan (tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas), maka air tersebut harus diuji terlebih dahulu di laboratorium PDAM.

 Dinding trastram yang dimaksud di sini adalah bangunan yang terbuat dari pasangan batako dengan ukuran rata-rata tinggi 20 cm, panjang 40 cm, dan tebal 10 cm.

 Batako yang dipakai tidak keropos dan sebelum dipasang harus dibersihkan dari kotoran dan tanah yang mengandung bahan organis.

 Pasangan dinding trastram ini dibuat dengan adukan 1PC : 3 Psr.

 Adapun ketebalan spesi kurang lebih 1.50 cm.

 Pasir yang dipakai adalah pasir lokal yang telah dicuci.

 Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat, perbaikan tersebut dilaksanakan hingga sempurna dan tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.

 Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaannya, maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali dan biaya yang ditimbulkan dengan pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

 Kontraktor harus melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan.

 Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

4. PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATAKO

(19)

Pekerjaan ini meliputi pemasangan dinding batako/tembok biasa yang dipasang dalam kakus dan sekitarnya selain dinding trastram, serta komposisi campuran/mutu adukan 1 PC : 5 Psr.

b. Standar / Rujukan

 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku. c. Bahan-Bahan

c.1. Peralatan

Kontraktor harus menyediakan peralatan-peralatan pokok untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas, peralatan tersebut antara lain:

b. Mesin pengaduk (molen)

Mesin pengaduk campuran semen pasir khusus dibuat untuk maksud tersebut di atas, berbentuk tabung terbuka pada bagian atasnya, mempunyai bilah-bilah pengaduk yang terdapat di dalamnya seperti layaknya mesin pengaduk untuk beton.

b. Peralatan penakar campuran

a) Untuk pekerjaan dengan volume besar, peralatan penakarnya dibuat dengan ukuran volume minimal untuk 1zak semen, terbuat dari kayu (papan) atau bahan lain yang sesuai dan memadai berfungsi sebagai penakar semen dan pasir, kokoh, kuat dan tahan lama.

b) Untuk pekerjaan dengan volume kecil penakaran dapat menggunakan ember yang terbuat dari plastik atau pelat besi.

c.2. Portland Cement

Semen yang digunakan dari Portland Cement jenis II N.I.8 type I menurut A.S.T.M. “memenuhi S 400” dan standar dari Assosiasi Cement Indonesia atau memenuhi standar mutu dalam SNI. Penggunaan semen abu-abu/bosowa/tiga roda atau sejenis dan memiliki kualitas yang sama/serupa disarankan untuk dipergunakan dalam pekerjaan ini.

c.3. Pasir

a. Pasir yang digunakan adalah pasir beton, mempunyai karakter fisik keras dan tajam, kandungan lumpur tidak lebih dari 5%.

b. Ukuran butir pasir

Pekerjaan yang memerlukan adukan semen pasir yang bersifat kasar, ukuran butir pasir maksimum 5mm.

c. Untuk plester halus di atas plester kasar, ukuran butir pasir maksimum 1mm. c.4. Air

Air yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan Adukan Semen Pasir adalah :

a. Air bebas dari bahan-bahan: organis, asam alkali, garam, atau bahan-bahan lain yang dapat mempengaruhi daya ikatan maupun mutu kekuatan adukan.

b. Ph = 7

c. Kadar SO4 maksimum 5g/l d. Kadar CL maksimum 15g/l

e. Daya oksidasi terhadap bahan organis dengan memakai larutan KMnO4 tidak boleh lebih dari 1mg/l.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Pasir sebelum digunakan harus disaring/ayak terlebih dahulu dengan ayakan ukuran bukaan 5 mm atau 1mm yaitu sesuai dengan keperluan pemakaiannya.

(20)

 Bahan pasir yang akan dipakai harus dikumpulkan pada tempat tertentu dan dipisahkan antara pasir halus dengan pasir kasar agar memudahkan pemakaiannya.

 Pencampuran dan Pengadukan:

a) Semen, pasir dicampur dalam keadaan kering dengan menggunakan penakar volume dan diaduk hingga merata dengan alat pengaduk (molen),

b) Selanjutnya, ditambahkan air ke dalam campuran semen dan pasir tersebut di atas serta diaduk kembali hingga merata dan dicapai konsistensi adukan dalam bentuk adukan lembab atau plastis sesuai dengan kebutuhan pemakaian.

c) Lama pengadukan setelah dicampur air, minimum 1.5 menit.

 Jika tidak digunakan air dari PAM, Air yang akan dipakai menurut Pengawas Pekerjaan diragukan (tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas), maka air tersebut harus diuji terlebih dahulu di laboratorium PDAM.

 Dinding batako/tembok biasa yang dimaksud di sini adalah bangunan yang terbuat dari pasangan batako dengan ukuran rata-rata tinggi 20 cm, panjang 40 cm, dan tebal 10 cm.

 Batako yang dipakai tidak keropos dan sebelum dipasang harus dibersihkan dari kotoran dan tanah yang mengandung bahan organis.

 Pasangan dinding tembok ini dibuat dengan adukan 1PC : 5 Psr.

 Ketebalan speci kurang lebih 1.50 cm.

 Pasir yang dipakai adalah pasir lokal yang telah dicuci.

 Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat, perbaikan tersebut dilaksanakan hingga sempurna dan tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.

 Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaannya, maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali dan biaya yang ditimbulkan dengan pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

 Kontraktor harus melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan.

 Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

5. PEKERJAAN PASANGAN BATU ROSTER

a. Lingkup Pekerjaan

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan penyusunan/pemasangan batu roster pada bagian tembok di dalam kakus yang berfungsi sebagai lubang angin/udara guna menjaga terjaminnya sirkulasi udara yang baik.

b. Standar / Rujukan

 American Society for Testing and Materials (ASTM)..

 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku. c. Bahan-Bahan

Adapun bahan material yang digunakan adalah batu roster dengan ukuran yang ditentukan akan tetapi dapat memenuhi persyaratan fungsi dari pemasangan batu roster di dalam kakus di lapangan. Adapun material batu roster ini harus dibuat dari campuran semen dan pasir dengan mutu sedang hingga tinggi.

(21)

 Pemasangan batu roster dilakukan bersamaan dengan pemasangan dinding batako/tembok biasa.

 Posisi pemasangan batu roster harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

6. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING TRASTRAM

a. Lingkup Pekerjaan

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan plesteran speci pada bagian tembok trastram di dalam kakus guna menjaga bak air dalam kakus menjadi kedap air. Dan mutu adukan dari pekerjaan ini adalah 1 PC : 2 Psr.

b. Standar / Rujukan

 American Society for Testing and Materials (ASTM)..

 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku. c. Bahan-Bahan

Adapun bahan material yang digunakan adalah campuran 1 PC : 2 Psr dengan persyaratan mutu sesuai dengan pekerjaan tembok trastram sebelumnya.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Permukaan dinding trastram yang hendak diplester harus disiram/dibasahi hingga merata.

 Permukaan dinding beton yang hendak diplester harus dikasarkan (dibuat kasar) agar plesterannya dapat merekat.

 Pemasangan plesteran transtram dilakukan bersamaan dengan pemasangan plesteran dinding batako/tembok biasa.

 Plesteran bidang dinding yang membentuk sudut siku, baik sudut luar maupun dalam harus dilaksanakan secara sempurna, tegak lurus dan siku, khusus untuk sudut luar dibuat tumpul.

 Tebal speci plesteran 1.50 cm.

 Jumlah lapisan plester pada tiap bidang permukaan adalah 2(dua) lapis.

 Lapisan pertama adalah lapis plester setebal + 10mm, merupakan lapis plester untuk membentuk permukaan yang rata dan datar, menggunakan bahan untuk plesteran kasar.

 Lapisan kedua adalah lapis plester akhir guna mencapai permukaan dinding yang direncanakan, harus membentuk permukaan dinding yang halus, rata dan datar, meng-gunakan bahan untuk plesteran halus.

 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

7. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING BIASA

(22)

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan plesteran speci pada bagian tembok biasa (bukan trastram) pada kakus. Dan mutu adukan dari pekerjaan ini adalah 1 PC : 5 Psr.

b. Standar / Rujukan

 American Society for Testing and Materials (ASTM)..

 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku. c. Bahan-Bahan

Adapun bahan material yang digunakan adalah campuran 1 PC : 5 Psr dengan persyaratan mutu sesuai dengan pekerjaan tembok trastram sebelumnya.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Permukaan dinding tembok yang hendak diplester harus disiram/dibasahi hingga merata.

 Permukaan dinding beton yang hendak diplester harus dikasarkan (dibuat kasar) agar plesterannya dapat merekat.

 Pemasangan plesteran tembok dilakukan bersamaan dengan pemasangan plesteran dinding trastram.

 Plesteran bidang dinding yang membentuk sudut siku, baik sudut luar maupun dalam harus dilaksanakan secara sempurna, tegak lurus dan siku, khusus untuk sudut luar dibuat tumpul.

 Tebal speci plesteran 1.50 cm.

 Jumlah lapisan plester pada tiap bidang permukaan adalah 2(dua) lapis.

 Lapisan pertama adalah lapis plester setebal + 10mm, merupakan lapis plester untuk membentuk permukaan yang rata dan datar, menggunakan bahan untuk plesteran kasar.

 Lapisan kedua adalah lapis plester akhir guna mencapai permukaan dinding yang direncanakan, harus membentuk permukaan dinding yang halus, rata dan datar, meng-gunakan bahan untuk plesteran halus.

 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

8. PEKERJAAN ACIAN DINDING

a. Lingkup Pekerjaan

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan penghalusan dinding tembok yang telah diplester dengan acian.

b. Standar / Rujukan

 American Society for Testing and Materials (ASTM)..

 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku. c. Bahan-Bahan

(23)

Adapun bahan material yang digunakan adalah semen dan air dengan ketebalan kurang lebih 2.5 mm.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Pekerjaan ini dilakukan segera setelah pelaksanaan plesteran dilakukan.

 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

B.2.3. PEKERJAAN BETON

PASAL 33. PEKERJAAN BETON a. Lingkup Pekerjaan

a.1. Adapun jenis pekerjaan beton yang dikerjakan dalam proyek ini terdiri dari: a. Struktur beton sloof dengan ukuran 15/20

b. Struktur beton kolom praktis dengan ukuran 15/15 c. Struktur beton ring balk dengan ukuran 15/20.

a.2. Kontraktor harus melakukan penyediaan dan persiapan-persiapan serta melakukan semua pekerjaan yang perlu untuk menerima atau ikut serta dengan pekerjaan lain.

a.3. Kontraktor harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat-alat yang terpasang, selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam di dalam beton. Syarat-syarat umum pada pekerjaan ini berlaku penuh Peraturan Beton Indonesia 1971 (P.B.I. 1971) atau aturan beton yang terakhir.

a.4. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk pada gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Perencana atau Direksi Pekerjaan, guna mendapatkan ukuran yang sesungguhnya yang disetujui oleh Perencana.

a.5. Pelaksanaan pekerjaan struktur:

 Kontraktor dapat memulai pekerjaan struktur setelah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

 Sebelum pekerjaan struktur dimulai, Kontraktor wajib mengajukan usulan Rencana Kerja yang akan ditempuh minimal menyebutkan:

a. Urut-urutan pekerjan struktur.

b. Metode atau skema pelaksanaan pekerjaan struktur.

c. Peralatan yang digunakan, penempatan peralatan, penempatan/penumpukan bahan/materiil struktur.

d. Jadwal waktu pelaksanaan.

e. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan struktur. b. Persyaratan Bahan

b.1. Mutu Semen

Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau NI-8 untuk butir pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan kimia. Semen yang

(24)

cepat mengeras hanya boleh dipergunakan dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas oleh pihak Direksi Pekerjaan.

b.2. Penyimpanan Semen

Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman.

b.3. Pasir agregat halus dan koral/batu pecah agregat kasar ex-quarry yang telah disetujui Direksi.

Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi PBI-71 Bab 3 / SNI atau aturan sejenis:

a. Mutu pasir:

butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.

b. Ukuran:

Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat; sisa di atas ayakan 2 mm harus minimum 10% berat; sisa ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 90% berat.

c. Mutu Koral:

Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah butir-butir pipih maksimum 20% bersih, tidak mengandung zat-zat aktif alkali.

d. Ukuran:

Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat; sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.

e. Penyimpanan:

Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.

b.4. Mutu Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

b.5. Mutu Beton

Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan beton adalah sebagai berikut beton struktural K 225.

c. Tebal Penutup Beton Minimum

c.1. Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton harus sesuai dengan persyaratan PBI 1971 atau aturan yang terbaru.

c.2. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.

Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar merata.

(25)

d. Pengecoran

d.1. Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971 atau aturan yang terbaru.

d.2. Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 2 m bila tidak disebutkan lain atau disetujui Direksi Pekerjaan.

d.3. Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metoda diluar ketentuan yang tercantum didalam PBI'71 atau aturan yang terbaru termasuk pekerjaan yang tertunda ataupun penyambungan pengecoran, maka Kontraktor harus membuat usulan termasuk pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan paling lambat 3 minggu sebelum pelaksanaan dimulai.

e. Perawatan Beton

e.1. Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PBI 1971 NI-2 Bab 6.6 atau aturan yang terbaru.

e.2. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses hydrasi semen serta pengerasan beton.

e.3. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus-menerus selama paling sedikit dua minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi 32 ° C.

e.4. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui Direksi Pekerjaan.

f. Cacat pada Beton

Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Direksi Pekerjaan mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut:

f.1. Konstruksi beton yang keropos.

f.2. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar.

f.3. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan. f.4. Konstruksi beton yang tidak berisikan kayu atau benda lain.

f.5. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan atau konsultan menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu kontraktor harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang kemudian akan di teliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut dianggap memungkinkan. g. Baja Tulangan

g.1. Mutu Baja : Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan baja adalah sebagai berikut :

- Baja polos : BJTP 24

g.2. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak dan karat serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat.

g.3. Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang lurus atau dibengkokan, sambungan kait-kait dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan dengan persyaratan yang tercantum pada P.B.I. 1971 atau aturan yang terbaru. Kecuali ada petunjuk yang lain dari perencana.

(26)

g.4. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung.

g.5. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan P.B.I. 1971 atau aturan yang terbaru.

Toleransi baja tulangan: Diameter, ukuran sisi atau jarak antara sisi permukaan

yang berlawanan

Variasi dalam berat yang diperbolehkan. Toleransi Diameter < 10 mm 10 < d < 16 mm 16 - 28 mm 29 - 22 mm 7 % 5 % 5 % 4 % 0.4 mm 0.4 mm 0.5 mm -

g.6. Batang-batang baja lunak yang bulat harus mempunyai keluluhan bawah tekan / tarik minimum = 1400 kg/cm2 (pembebanan tetap) dan 2000 kg/cm2 (pembebanan sementara). g.7. Sambungan tulangan dan penjangkaran harus dilaksanakan sesuai persyaratan untuk itu

yang tercantum dalam PB.I. 1971 atau aturan yang terbaru.

g.8. Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.

g.9. Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan, akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

g.10. Semua pengujian tersebut diatas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi Pekerjaan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah satu standard yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.

h. Kawat Ikat

Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng. i. Cetakan dan Acuan

Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan, gambar-gambar rancangan cetakan dan acuan mendapatkan persetujuan Tenaga Pengawas / Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat Konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan sistem rangkanya.

B.2.4. PEKERJAAN LANTAI

PASAL 34. PEKERJAAN LANTAI a. Lingkup Pekerjaan

(27)

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan lantai rabat beton dengan komposisi campuran 1 PC : 3 Psr : 5 Krl, dan pekerjaan lantai keramik dengan ukuran 30 x 30.

b. Standar / Rujukan

 American Society for Testing and Materials (ASTM)..

 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku. c. Bahan-Bahan

Adapun bahan material yang digunakan adalah sebagaimana disebutkan dalam pasal 33 berkenaan dengan pekerjaan lantai rabat beton, sedangkan untuk pekerjaan lantai keramik terbuat dari material dengan kualitas baik dan kuat (ukuran 30 x 30).

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Pekerjaan lantai rabat beton dikerjakan untuk seluruh bidang lantai kakus yang didisain, dan dilaksanakan setelah pengurugan pasir di bawah lantai selesai dilakukan. Sedangkan pelaksanaan lantai keramik dilakukan setelah pemasangan lantai rabat beton selesai dilakukan.

 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

B.2.5. PEKERJAAN PINTU, GANTUNGAN, & PENGUNCI

PASAL 35. PEKERJAAN PINTU, GANTUNGAN, & PENGUNCI a. Lingkup Pekerjaan

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah:

 Kusen pintu dengan kualitas kayu kelas I/Jati.

 Pasangan daun pintu tripleks double aluminium dengan kualitas papan kelas I/Jati.

 Pemasangan engsel pintu.

 Pemasangan grendel pintu. b. Standar / Rujukan

 American Society for Testing and Materials (ASTM)..

 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku. c. Bahan-Bahan

Adapun bahan material yang digunakan khususnya bahan kayu adalah kayu kelas I/Jati. d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

 Rangka kusen pintu harus disiapkan sebelumnya, dan pada saat pemasangan dinding tembok biasa, pemasangan kusen pintu dapat dilakukan.

 Setelah pekerjaan kusen pintu selesai dilaksanakan, serta semua pekerjaan dinding dan lantai selesai dilakukan, pemasangan daun pintu dapat dilakukan beserta semua

Referensi

Dokumen terkait

3) Beton Molen minimal 2 (dua) buah; 4) Stemper minimal 1 (satu) buah; Peralatan dan personil yang disampaikan dalam penawaran hanya untuk 1 (satu) paket pekerjaan

Tangga besi harus disediakan dan dipasang pada bendung dan bangunan lain sesuai gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Tangga besi terbuat dari besi bulat diameter 19. Besi

Kuantitas Lapis Macadam Asbuton Lawele untuk pekerjaan minor yang diukur untuk pembayaran harus merupakan volume tebal padat yang terhampar, yang ditentukan atas dasar luas

Dalam pencapaian biaya operasional minimal, diperlukan suatu komposisi dari jenis dan tipe alat berat yang akan digunakan untuk menyelesaikan volume pekerjaan dalam waktu yang

Pedoman ini menetapkan besaran indeks komponen harga satuan bahan bangunan, indeks tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap satuan volume pekerjaan

Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah dengan material dari borrow area adalah kegiatan penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di belakang bangunan dengan

Peralatan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan Beton K-175 ini adalah : Concrete Mixer Alat Bantu Pertukangan Adapun Bahan yang dipergunakan : Split Batu Pecah dengan ukuran