• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 6 TAHUN 2019 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 6 TAHUN 2019 TENTANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 6 TAHUN 2019

TENTANG

TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Tata Cara Penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoenesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 5679);

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang

(2)

Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG dan

BUPATI KLUNGKUNG MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Klungkung.

2. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintahan Kabupaten Klungkung. 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Klungkung. 4. Bupati adalah Bupati Kabupaten Klungkung.

5. 6.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Klungkung sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

Peraturan Daerah, yang selanjutnya disebut Perda adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.

7. Badan Pembentukan Perda, yang selanjutnya disebut Bapemperda adalah alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap, dibentuk dalam rapat paripurna DPRD.

8. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Kabupaten Klungkung. 9. Bagian Hukum adalah Bagian Hukum dan HAM Sekretariat Daerah

Kabupaten Klungkung.

10. Program Pembentukan Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Propemperda adalah Program Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung.

11. Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam rancangan perda Kabupaten sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.

12. Keterangan atau Penjelasan adalah pedoman dalam penyusunan dalam rancangan Perda yang paling sedikit memuat pokok pikiran dan materi muatan yang akan diatur.

13. Pengusul adalah anggota DPRD, komisi, gabungan komisi, dan/atau Bapemperda yang mengajukan rancangan judul rancangan Perda.

(3)

14. Skala Prioritas adalah urutan kebutuhan yang disusun berdasarkan tingkat kepentingan dan kebutuhan masyarakat.

15. Perancang Peraturan Perundang-undangan yang selanjutnya disebut Perancang adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional Perancang yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan penyusunan instrumen hukum lainnya.

16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Perda.

Pasal 2

Ruang lingkup pengaturan mengenai Tata Cara Penyusunan Propemperda meliputi :

a. muatan Propemperda; b. penyusunan Propemperda;

c. pembahasan dan penetapan Propemperda ; d. penyebarluasan;

e. peran serta masyarakat; dan f. pembiayaan.

BAB II

MUATAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

Pasal 3

Perencanaan penyusunan Perda dilakukan dalam Propemperda. Pasal 4

(1) Propemperda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 memuat: a. judul rancangan Perda;

b. materi yang diatur; dan

c. keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-Undangan lainnya.

(2) Materi yang diatur serta keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c merupakan keterangan mengenai konsepsi rancangan Perda yang meliputi:

a. latar belakang dan tujuan penyusunan; b. sasaran yang ingin diwujudkan;

c. pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur; dan d. jangkauan dan arah pengaturan.

(3) Materi yang diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah melalui pengkajian dan penyelarasan dituangkan dalam Keterangan atau Penjelasan dan/atau Naskah Akademik.

(4)

BAB III

PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

Bagian Kesatu Umum Pasal 5

(1) Penyusunan Propemperda dilaksanakan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah. (2) Penyusunan Propemperda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

daftar urutan yang ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas pembentukan rancangan Perda.

(3) Penyusunan Propemperda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Penetapan skala prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan pada kriteria:

a. perintah Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi; b. rencana pembangunan daerah;

c. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan d. aspirasi masyarakat daerah.

Pasal 6

Penyusunan Propemperda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 mengikutsertakan Perancang dalam pembentukan Perda.

Pasal 7

(1) Dalam Propemperda dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas: a. akibat putusan Mahkamah Agung;

b. APBD;

c. penataan kecamatan; dan d. penataan desa.

(2) Daftar kumulatif terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.

(3) Dalam keadaan tertentu DPRD atau Pemerintah Daerah dapat mengajukan rancangan Perda diluar Propemperda karena alasan:

a. mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam; b. menindaklanjuti kerjasama dengan pihak lain;

c. mengatasi keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu rancangan Perda yang dapat disetujui bersama Bapemperda dan Bagian Hukum pada Pemerintah Daerah; dan/atau

d. perintah dari ketentuan Perundang-undangan yang lebih tinggi setelah Propemperda ditetapkan.

(5)

Bagian Kedua

Tata Cara Penyusunan Propemperda di Lingkungan Pemerintah Daerah

Pasal 8

Bupati menugaskan Kepala Perangkat Daerah dalam penyusunan Propemperda di lingkungan Pemerintah Daerah.

Pasal 9

(1) Penyusunan Propemperda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dikoordinasikan oleh Bagian Hukum.

(2) Penyusunan Propemperda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait.

(3) Instansi vertikal terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi : a. instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang hukum; dan/atau b. instansi vertikal terkait sesuai dengan:

1. kewenangan; 2. materi muatan; atau 3. kebutuhan.

(4) Hasil penyusunan Propemperda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Bagian Hukum kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. (5) Penyusunan dan penetapat Propemperda mempertimbangkan realisasi

Propemperda dengan Perda yang ditetapkan setiap tahun dengan penambahan paling banyak 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah rancangan Perda yang ditetapkan pada tahun sebelumnya.

Pasal 10

Bupati menyampaikan hasil penyusunan Propemperda di lingkungan Pemerintah Daerah kepada Bapemperda melalui Pimpinan DPRD.

Bagian Ketiga

Tata Cara Penyusunan Propemperda dilingkungan DPRD

Pasal 11

Penyusunan Propemperda di lingkungan DPRD dikoordinasikan oleh Bapemperda.

Pasal 12

(1) Penyusunan Propemperda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dilakukan dengan mengajukan rancangan judul Perda disertai dengan tabel Propemperda.

(6)

(2) Rancangan judul Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan secara tertulis oleh pengusul kepada Pimpinan DPRD.

(3) Pengusul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh: a. anggota DPRD;

b. komisi;

c. gabungan komisi; dan/atau d. Bapemperda.

(4) Pimpinan DPRD mendisposisikan rancangan judul Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bapemperda.

(5) Bapemperda menindaklanjuti disposisi pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan melaksanakan rapat penyusunan Propemperda.

(6) Rapat penyusunan Propemperda sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan bersama pimpinan komisi dan/atau anggota pengusul sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(7) Ketentuan mengenai tabel Propemperda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Perda ini.

Pasal 13

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan Propemperda di lingkungan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diatur dalam Peraturan DPRD.

BAB IV

PEMBAHASAN DAN PENETAPAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

Bagian Kesatu Pembahasan

Pasal 14

(1) Pembahasan Propemperda dilakukan bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD.

(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rapat kerja Bapemperda.

(3) Hasil pembahasan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Bapemperda kepada Ketua DPRD.

(7)

Bagian Kedua Penetapan

Pasal 15

(1) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) disepakati menjadi Propemperda.

(2) Propemperda yang disepakati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam rapat paripurna.

(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan keputusan DPRD.

(4) Penetapan Propemperda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan setiap tahun sebelum penetapan rancangan Perda tentang APBD.

BAB V

PENYEBARLUASAN Pasal 16

(1) Penyebarluasan Propemperda dilakukan bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD.

(2) Penyebarluasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Bapemperda.

Pasal 17

Penyebarluasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dapat dilakukan melalui:

a. media cetak; dan/atau b. media elektronik.

BAB VI

PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 18

(1) Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam proses penyusunan Propemperda.

(2) Pemberian masukan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:

a. rapat dengar pendapat umum; b. kunjungan kerja;

c. sosialisasi;

d. seminar, lokakarya, dan/atau e. diskusi.

BAB VII PEMBIAYAAN

Pasal 19 Pembiayaan Propemperda bersumber dari APBD

(8)
(9)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 6 TAHUN 2019

TENTANG

TATACARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH I. UMUM

Penyelenggaraan otonomi daerah dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Penyelenggaraan otonomi daerah juga diharapkan mampu meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman Daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan pemikiran di atas, berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Penetapan peraturan daerah, dilaksanakan dalam suatu rangkaian pembentukan peraturan perundang-undangan yang mana pedoman pengaturannya telah ditetapkan di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Peraturan Presiden ini mengatur pula mengenai tata cara pembentukan produk hukum di daerah. Pasca perubahan arah pengaturan otonomi daerah melalui pembentukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pedoman pengaturan mengenai pembentukan produk hukum di daerah dijabarkan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. Melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri ini, diamanatkan pembentukan peraturan daerah yang secara khusus mengatur mengenai tata cara penyusunan program pembentukan peraturan daerah.

Penyusunan program pembentukan peraturan daerah merupakan salah satu wujud perencanaan di daerah yang harus dilakukan secara terencana, terpadu, sistematis, dan berkelanjutan agar tercapai pembangunan hukum yang komprehensif sesuai dengan visi dan misi daerah. Penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda) di Kabupaten Klungkung di perlukan untuk tercapainya pembangunan hukum yang komprehensif dan mendukung program pembangunan daerah. Penyusunan program pembentukan peraturan daerah yang dilakukan secara terencana mengandung makna bahwa program pembentukan daerah di Kabupaten Klungkung harus menjadi kegiatan yang dilakukan dalam pola perencanaan yang matang dengan memperhatikan muatan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, rencana pembangunan daerah, pelaksanaan otonomi dan tugas pembantuan, dan/atau berdasarkan aspirasi masyarakat. Penyusunan program pembentukan peraturan daerah dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan tingkat kebutuhan hukum masyarakat dan mengedepankan pola hubungan kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan DPRD. Untuk menjamin demokratisasi dalam pembentukan peraturan daerah pada tahap perencanaan perlu diatur mekanisme

(10)

peran serta masyarakat. Selain itu, perlu pula diterapkan pola hubungan kemitraan yang efektif antara Pemerintah Daerah dengan DPRD dalam Penyusunan Program Pembentukan Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “pengkajian dan penyelarasan” adalah proses untuk mengetahui keterkaitan materi yang akan diatur dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya yang vertikal atau horizontal sehingga dapat mencegah tumpang tindih pengaturan atau kewenangan. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16

Yang dimaksud dengan "Penyebarluasan" adalah kegiatan dalam rangka upaya penyampaian informasi kepada publik terhadap program perencanaan pembentukan peraturan daerah agar masyarakat dapat memberikan masukan atau tanggapan terhadap propemperda yang akan dilaksanakan.

Pasal 17

Cukup jelas. Pasal 18

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “Masyarakat” adalah orang perseorangan atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan atas substansi Rancangan Peraturan Perundang-undangan.

Ayat (2)

(11)

Pasal 19

Cukup jelas. Pasal 20

Cukup jelas

(12)

LAMPIRAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 6 TAHUN 2019

TENTANG TATACARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

A. TABEL PROGRAM PEMBENTUKAN PERDA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG

PIMPINAN PERANGKAT DAERAH,…

(………..)

NO

(1) JENIS (2) TENTANG (3) MATERI POKOK (4) STATUS (5) PELAKSANAAN (6) DISERTAI (7) UNIT/INSTANSI TERKAIT (8) TARGET PENYAMPAIAN (9) KETERANGAN (10)

BARU UBAH NASKAH

AKADEMIK

PENJELASAN DAN/ATAU KETERANGAN

(13)

Referensi

Dokumen terkait

garis B), profil B’ (hilangnya lung sliding dengan garis B), profil C (konsolidasi paru yang ekuivalen dengan gambaran garis pleura yang tebal dan

AGT-2A + UL 2 Pengelolaan Pasca Panen Perlindungan Tanaman 4 Pemuliaan Tanaman 2 Biologi dan Kesehatan Tanah Pemuliaan Tanaman AGT-6b AGT-6 AGT-6b TBT Hias 6 Penyuluhan dan

Berdasarkan analisis secara keseluruhan diketahui bahwa penerapan metode Computer Assisted Test (CAT) dalam seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil berbasis Kompetensi di

secara tertulis yang mencakup target pasar dan produk yang akan ditawarkan, target dana yang akan dihimpun, target ekspansi kredit, anggaran yang digunakan, serta penetapan

Penelitian dilakukan dengan mengambil siswa/i remaja SMA di SMA Negeri 1 Kota Medan sebagai sampel penelitian guna melihat adakah pengaruh antara penggunaan media sosial

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan