BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekonomi Industri
Ekonomi Industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ilmu
Ekonomi yang satu ini membantu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisir
dan bagaimana pengorganisaiannya mempengaruhi cara kerja pasar industri.
Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif
lebih menekankan pada studi empiris dari faktor – faktor yang mempengaruhi
struktur pasar, perilaku dan kinerja pasar. (Jaya, 2001 : 3)
Pengaruh faktor Internasional terhadap pembangunan industri suatu Negara
sebagai berikut:
a. Tingkat seluruh aktivitas ekonomi, yang terkait dengan dunia Internasional,
turut mempengaruhi tingkat pertumbuhan industri di Negara sedang
berkembang
b. Keadaan modal untuk investasi, baik berupa investasi langsung maupun
pinjaman, dipengaruhi pula oleh faktor internasional.
c. Perubahan teknologi akan mempengaruhi kemampuan kompetisi suatu
d. Perubahan organisasi pada perusahaan industri manufaktur, baik perluasan
usaha maupun peningkatan kapasitas produksi, dapat mempengaruhi tingkat
pembangunan industri di suatu Negara. (Kuncoro, 2007:2)
2.2 Perbankan
Undang-undang nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan
memberikan pengertian bank sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya
adalah memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas peredaran dan pembayaran
uang. Lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatan di
bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat
(Untung, 2000:13)
Undang-undang nomor 7 tahun 1992 (pasal 1 ayat 1) tentang bank sebagai badan
usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
orang banyak. Usaha perbankan haruslah didirikan dalam bentuk badan hukum
atau tidk boleh berbentuk usaha perseorangan. Penegasan seperti itu dapat dilihat
pada ketentuan pasal 21 Undang-undang nomor 7 tahun 1992 yang menentukan
bentuk hukum bank, yaitu perusahaan perseroan, perusahaan daerah, koperasi
dan Perseroan Terbatas (PT) (Ibid:14)
2.2.1 Fungsi bank di Indonesia
Di Indonesia lembaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi
yaitu lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi tersebut merupakan
penjabaran dari pasal 4 Undang-undang tahun 1992 yaitu bahwa
perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak. (Ibid)
Dengan demikian bank di Indonesia ditugaskan oleh pemerintah
untuk turut melaksanakan program pemerintah guna mengembangkan
sector-sektor perekonomian tertentu, atau memberikan perhatian yang
lebih besar pada koperasi tertentu atau memberikan perhatian yang
lebih besar pada koperasi dan pengusaha golongan ekonomi
lemah/pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang
banyak (Ibid)
2.2.2 Jenis Bank di Indonesia
Dalam undang-undang perbankan No. 7 Tahun 1992, hanya ada dua
jenis bank, yaitu :
a. Bank Umum
Pengertian dari kedua jenis bank tersebut tercantum pada pasal 1 (1
dan 2), yaitu: Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakayat
adalah bank yang memberikan simpanan hanya dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
diperamakan dengan itu. (Ibid:15)
Melihat dari fungsinya, bank umum mempunyai fungsi sebagai
berikut:
a. Mengumpulkan dana yang sementara menggangguruntuk
dipinjamkan pada pihak lain, atau membeli surat berharga
(financial investment)
b. Mempermudah lalu lintas pembayaran uang
c. Menjamin keamanan uang masyarakat yang sementara belum
digunakan, misalnya menghindari risiko hilang, kebakaran, dan
lain-lain
d. Menciptakan kredit (created money deposit), yaitu dengan cara
menciptakan money deposit (deposito yang sewaktu-waktu dapat
diuangkan) daari kelebihan cadangannya (excess reserves)
(Ibid:16)
Kasus United Dominations Trust LTD v. Kirwood (1996), Lord
Denning menyebutkan bahwa tugas suatu bank atau seorang banker
adalah sebagai berikut:
a. Menyediakan safe custody terhadap dana pihak ketiga
b. Menyediakan rekening-rekening untuk pihak nasabah
c. Bertindak sebagai agen untuk pungutan-pungutan tertentu
d. Untuk membayar cek yang ditarik oleh nasabah.
Tugas dan tanggung jawab suatu bank dapat juga diperinci sebagai
berikut:
a. Menerima cash dan membayar dokumentasi yang mesti dibayar
oleh nasabah seperti terhadap cek, pengiriman uang, bills of
change dan lain-lain instrumen perbankan
b. Membayar kembali uang nasabah yang ditempatkan di bank
tersebut apabila diminta oleh pihak nasabah
c. Meminjamkan uang kepada nasabah
d. Menjaga kerahasia an account nasabah dalam hubungan dengan
kerahaiaan bank, kecuali apabila ditentukan lain oleh
undang-undang
e. Jika pihak nasabah mempunyai dua rekening, maka ada kewajiban
moral bagi bank untuk membuat rekening tersebut terpisah satu
f. Jika rekening ditutup, maka bank harus mempunyai alasan yang
reasonable untuk menutup rekening tersebut. (Ibid:17)
2.3 Pengertian Kredit
Menurut undang-undang No.7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 12, kredit yaitu
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Kredit
berasal dari bahasa Yunani, credere, yang berarti kepercayaan (Untung, 2000 : 1)
Menurut Drs. OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang,
barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada kehidupan
yang akan dating (Ibid)
2.3.1 Fungsi kredit
Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk
merangsang kedua belah pihak untuk tujuan pencapaian kebutuhan
baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari. Pihak yang
mendapatkan kredit harus dapat menunjukan prestasi yang lebih
tinggi pada kemajuan usahanya itu, atau mendapatkan pemenuhan
atas kebutuhannya. Adapun bagi pihak yang memberi kredit, secara
yang wajar dari modal yang dijadikan objek kredit, dan secara
spiritual mendapatkan kepuaan karena dapat membantu pihak lain
untuk mencapai kemajuan. (Ibid:4)
Kredit dalam kehidupan perekonomian sekarang, dan juga dalam
perdgangan, mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Meningkatkan daya guna uang
b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang
d. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
e. Meningkatkan kegairahan berusaha
f. Meningkatkan pemerataan pendapatan
g. Meningkatkan hubungan international
2.3.2 Peraturan Bank Indonesia Tentang Kredit Perbankan
a. Peraturan Bank Indonesia No: 8/13/PBI/2006 tentang perubahan
atas peraturan Bank Indonesia nomor 7/3/PBI/2005 tentang batas
maksimum pemberian kredit Bank Umum :
• Batas Maksimum Pemberian Kredit yang selanjutnya disebut dengan BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana
yang diperkenankan terhadap modal Bank.
• Pihak Terkait adalah perseorangan atau perusahaan/badan yang mempunyai hubungan pengendalian dengan Bank, baik secara
langsung maupun tidak langsung, melalui hubungan
kepemilikan, kepengurusan, dan atau keuangan.
• Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjammeminjam antara Bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga
b. Peraturan Bank Indonesia No: 14/22/PBI/2012 tentang pemberian
kredit atau pembiayaan oleh bank umum dan bantuan teknis dalam
rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah:
• Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan, yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
• Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
• Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah
• Kredit atau Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang selanjutnya disebut dengan Kredit atau Pembiayaan
UMKM adalah Kredit atau Pembiayaan yang diberikan kepada
pelaku usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. (www.bankindonesia.com)
2.4 Ekonomi Kreatif
Pergeseran dari Era Pertanian lalu Era Industrialisasi, disusul oleh era informasi
yang disertai dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi infokom
arena interaksi sosial baru yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
(Kementrian perdagangan Republik Indonesia, 2014:1)
Industrialisasi telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola distribusi
yang lebih murah dan lebih efisien. Penemuan baru di bidang teknologi infokom
seperti internet, email, SMS, Global System for Mobile communications (GSM)
telah menciptakan interkoneksi antar manusia yang membuat manusia menjadi
semakin produktif. Globalisasi di bidang media dan hiburan juga telah mengubah
karakter, gaya hidup dan perilaku masyarakat menjadi lebih kritis dan lebih peka
atas rasa serta pasar pun menjadi semakin luas dan semakin global. (Ibid)
Sisi lain yang muncul dari fenomena tersebut adalah kompetisi yang semakin
keras. Kondisi ini mengharuskan perusahaan mencari cara agar bisa menekan
biaya semurah mungkin dan se-efisien mungkin. Konsentrasi industri berpindah
dari negara barat ke negara-negara berkembang di Asia karena tidak bisa lagi
menyaingi biaya murah di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan efisiensi
industri negara Jepang. Negara-negara maju mulai menyadari bahwa saat ini
mereka tidak bisa mengandalkan supremasi dibidang industri lagi, tetapi mereka
harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif, sehingga kemudian pada tahun
1990-an dimulailah era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan
kreativitas, yang populer disebut Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor
Ekonomi Kreatif sebenarnya adalah wujud dari upaya mencari pembangunan
yang berkelanjutan melalui kreativitas, yang mana pembangunan berkelanjutan
adalah suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan
sumber daya yang terbarukan. Dengan kata lain, ekonomi kreatif adalah
manifestasi dari semangat bertahan hidup yang sangat penting bagi negara-negara
maju dan juga menawarkan peluang yang sama untuk negara-negara
berkembang. Pesan besar yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah pemanfaatan
cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu
ide, talenta dan kreativitas. (Ibid)
Industri kreatif adalah industri yang dihasilkan dari pemanfaatan kreativitas,
keahlian dan bakat individu untuk menciptakan nilai tambah, lapangan kerja dan
peningkatan kualitas hidup. Beberapa contoh pendekatan definisi ekonomi kreatif
di dunia:
1. Department for Culture, Media and Sport (DCMS) Inggris,
mengklasifikasikan industri kreatif kedalam industri yang berbasis budaya
dan hak cipta.
2. Symbolic Text Model, mengklasifikasikan industri kreatif menjadi industri
berbasis budaya inti, industri kultural periferal dan industri budaya
perbatasan.
3. World Intellectual Property Organization (WIPO), menggunakan pendekatan
seperti periklanan, piranti lunak, dan lain-lain. Metode ini banyak
diaplikasikan di Negara Uni Eropa dan Amerika Serikat
4. United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD),
mendefinisikan industri kreatif sebagai aktivitas yang berpusat pada
pengetahuan, berfokus namun tidak terbatas pada seni, memiliki potensi
untuk menghasilkan pendapatan dari hasil penjualan atau hak kekayaan
intelektual.
5. United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization
(UNESCO), membedakan ekonomi kreatif menjadi core cultural domains
meliputi museum, galeri, seni pertunjukan, festival, desain, penerbitan,
televisi dan radio, film and fotografi dan media interaktif; dan expanded
cultural domains meliputi alat musik, peralatan sound system, arsitektur,
periklanan dan peralatan cetak, piranti lunak, dan perangkat keras audio
visual.
6. Americans for the Arts Model, memasukkan periklanan, arsitektur, sekolah
dan jasa seni, desain, film, museum, kebun binatang, musik, seni pertunjukan,
penerbitan, tv dan radio serta seni rupa sebagai bagian dari industri kreatif.
(Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014:17)
Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif, namun ekonomi kreatif
memiliki cakupan yang lebih luas dari industri kreatif. Ekonomi kreatif
rantai nilai kreatif (creative value chain); lingkungan pengembangan (nurturance
environment); pasar (market) dan pengarsipan (archiving). Ekonomi kreatif tidak
hanya terkait dengan penciptaan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga
penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan lingkungan. Oleh karena itu,
ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya saing, juga dapat meningkatkan
kualitas hidup Bangsa Indonesia.
Industri kreatif merupakan bagian atau subsistem dari Ekonomi Kreatif, yang
terdiri dari core creative industri, forward dan backward linkage creative
industri. Core creative industri adalah industri kreatif yang penciptaan nilai
tambah utamanya adalah pemanfaatan kreativitas orang kreatif. Dalam proses
penciptaan nilai tambah tersebut, core creative industri membutuhkan output dari
industri lainnya sebagai input. Industri yang menjadi input bagi core creative
industri disebut sebagai backward linkage creative industri. Output dari core creative industri juga dapat menjadi input bagi industri lainnya, yang disebut
sebagai forward linkage creative industry. (Ibid : 18)
Pentingnya pola pikir kreatif di masa depan dikemukakan oleh Daniel H. Pink (2005). Pink menjelaskan bahwa secara umum telah terjadi pergeseran kebutuhan dalam masyarakat. Pada abad ke-18 hingga abad ke-20, individu dihadapkan pada keterbatasan sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja dengan pekerjaan yang bersifat sekuensial, literal, fungsional, tekstual dan analitik. Namun saat ini dan di masa mendatang kemampuan yang berkaitan dengan estetika, kontekstual, sintesis, dan visualisasi diyakini sebagai kemampuan yang penting dalam menggerakkan
perekonomian maupun menciptakan kualitas hidup bagi masyarakat. (Kementrian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, 2014 : 6)
Beberapa faktor yang mendorong pentingnya pola pikir kreatif di masa
mendatang:
1. Abundance. Teknologi yang semakin maju dan globalisasi yang memudahkan
masyarakat untuk berinteraksi telah memberikan masayarakat kemudahan
untuk mendapatkan kebutuhannya. Masyarakat mengalami kecukupan
sumber daya pemuas kebutuhan yang dapat diproduksi oleh beberapa Negara.
Hal ini mengakibatkan setiap industri yang bergerak di produksi yang sama
harus berusaha untuk membuat seuatu yang unik sehingga tidak mudah
disubstitusi oleh produk lain.
2. Asia. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat khususnya di Asia telah
mengakibatkan biaya produksi lebih murah di Asia. Tenaga kerja yang
berlimpah menjadikan para pemilik modal banyak memindahkan usahanya ke
Asia karena dengan kualitas yang sama, upah tenaga kerja lebih murah di
Asia.
3. Automation. Tenaga kerja di setiap negara tidak hanya bersaing dengan
tenaga kerja di negara lain, tetapi juga bersaing dengan teknologi. Revolusi
industri merupakan salah satu contoh kasus yang menuntut individu harus
rela kehilangan pekerjaannya dan digantikan dengan mesin. Tantangan saat
robot, atau teknologi lain, maka kita tidak akan bisa berkompetisi di masa
yang akan datang. (Ibid)
Sejalan dengan perkembangannya, maka pendekatan definisi ekonomi kreatif di
setiap negara berbeda, namun semua mengaitkan ekonomi kreatif dengan industri
kreatif. (Ibid)
Studi pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen
Perdagangan Republik Indonesia tahun 2007-pun menggunakan acuan definisi
industri kreatif yang sama, sehingga industri kreatif di Indonesia dapat
didefinisikan sebagai berikut: Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,
ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan
pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta
individu tersebut‚
Subsektor yang merupakan industri berbasis kreativitas adalah:
1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu
arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi,
produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar,
perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan,
promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar,
majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan
distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan
kolom untuk iklan.
2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan,
perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan
konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban
design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi,
misalnya: arsitektur taman, desain interior).
3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan
-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi
melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat
musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.
4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan
distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal
dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain
meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam
maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga,
perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.
Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif
kecil (bukan produksi masal).
5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan
6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain
alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan
aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi
produksi video, film dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan
film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi,
sinetron dan eksibisi film.
8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi,
dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan,
ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi
sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau
edukasi.
9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan,
reproduksi dan distribusi dari rekaman suara.
10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha
pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian
tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera,
termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata
panggung, dan tata pencahayaan.
11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan
konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten
mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanka cek giro, surat
andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat
terbang, dan terbitan khusus lainnya
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan
pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer,
pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak,
integrasi sistem, desain dan analisis sistem.
13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi,
produksi dan pengemasan acara telivisi (seperti games, kuis, reality show,
infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televise dan
radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan
televisi.
14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif
yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan
pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses
baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat
memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora
(Kementrian perdagangan Republik Indonesia, 2014:6)
2.5 Penelitian Terdahulu
Syofwan, (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Kredit Usaha
Langkat: Studi kasus Bank BRI Kecamatan Gebang”. Semakin tinggi modal
Kredit Usaha Rakyat (KUR) maka akan semakin tinggi pula perubahan tingkat
pendapatan yang akan didapatkan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK),
dimana setiap kenaikan modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) pendapatan
pengusaha Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Gebang juga akan meningkat.
Selanjutnya, Meydianawathi, (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analasis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM di
Indonesia”. Selain dana yang tersedia (DPK), perilaku penawaran kredit
perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor
dan kondisi perbankan itu sendiri seperti permodalan (CAR), jumlah kredit macet
(NPLs), serta perbandingan laba terhadap total asset (ROA).
Kemudian, Kajian Leemhannas RI (2012) dalam penelitian yang berjudul
“Pengembangan Ekonomi Kreatif guna Menciptakan Lapangan Kerja dan
Mengentaskan Kemiskinan dalam Rangka Ketahanan Nasional”. Dalam
pengembangan ekonomi kreatif masih dihadapkan beberapa permasalahan, antara
lain masih lemahnya koordinasi dan integrasi antara kementrian dan lembaga
terkait, perubahan mindset dan visi para kepala daerah dalam mengembangkan
potensi sumberdaya, aksebilitas, perlindungan, pendidikan dan latihan.
Terakhir penelitian oleh Prameswari, (2010) dalam penelitian yang berjudul
Pelaku Ekonomi Lokal”. Industri kreatif semestinya mendapatkan perhatian dan
dukungan dari pemerintah dan lembaga lain sehingga pengembangan industri
kreatif tersebut sampai saat ini belum dapat dimaksimalkan untuk peningkatan
perekonomian lokal masyarakat. Hal ini tidak sejalan dengan teori
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) yang menyatakan bahwa perlunya peran
pemerintah, pelaku usaha dan stakeholder dalam pengembangan suatu industri
2.6 Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran peneliti yang menjadi dasar dalam penulisan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual (Dibuat oleh peneliti)
2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek
penelitian dimana kebenarannya masih perlu untuk diuji. Penulis mengemukakan
hipotesis yaitu, Kredit perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam
pertumbuhan usaha ekonomi kreatif di kota Medan. Bank
Kredit Perbankan
Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif di Kota Medan
Pertumbuhan Usaha Ekonomi Kreatif Modal Usaha Pendapatan Usaha