• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 2 Jarak Kantor Kelurahan ke Pusat-Pusat Pemerintahan 1 NO.! OKBITASI JARAK. 2 km. 5 km. 7 km. 180 kn~.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 2 Jarak Kantor Kelurahan ke Pusat-Pusat Pemerintahan 1 NO.! OKBITASI JARAK. 2 km. 5 km. 7 km. 180 kn~."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

IV.

PETA SOSIAL

KELURAHAN

JAMIKA

Kondisi peta sosial Kelurahan Jamika menggambarkan potensi sosial ekonomi yang dimiliki oleh Kelurahan Jamika yang dapat digunakan untuk merancang suatu bentuk dan model pengembangan masyarakat, khususnya dalam upaya pengembangan jenis perlindungan sosial inklusif bagi salah satu komunitas kecil yang ada di Kelurahan Jamika, yaitu pekerja mandiri sektor informal.

Dalam kajian ini, kondisi peta sosial dijadikan sebagai bahan untuk menganalisa aspek-aspek kehidupan masyarakat Kelurahan Jamika yang dapat mempengaruhi para pekeja mandiri sektor informal dan sistem usahanya dalam memelihara pendapatan mereka. Aspek-aspek dimaksud meliputi lokasi, kependudukan, sistem ekonomi, struktur komunitas, lembaga kemasyarakatan, sumberdaya lokal, dan masalah kesejahteraan sosial.

4.1 Lokasi

Kelurahan Jamika merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung dengan jarak ke masing-masing pusat pemerintahan adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Jarak Kantor Kelurahan ke Pusat-Pusat Pemerintahan

1

NO.

!

---

OKBITASI JARAK

-

1

*-. WAKTU ----

Sehubungan dengan posisi Kelurahan Jamika yang relatif tidak terlalu jauh dari pusat-pusat kantor pemerintahan, seperti Kantor Kecamatan, Kantor Kota dan Kantor Pemerintah daerah lainnya, maka kondisi tersebut lebih memudahkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan administratif yang perlu dilakukan oleh kantor kelurahan, serta lebih mempermudah arus informasi dan komunikasi antara Kantor Kelurahan Jamika dengan Ibukota Kecamatan dalam waktu tempuh

1 2

3 4

Sumber : Profil Kelurahan Jamika, 2005 Ibukota Kecamatan Ibukota Kota Ibukota Provinsi lbukota Negara 2 km. 5 km. 7 km. 180 kn~.

*

8 menit i 20 menit + 20 menit i 180 menit

(2)

5 8 menit, ke Ibukota Kota

*

20 menit, dan waktu tempuh ke pusat fasilitasi terdekat seperti fasilitas ekonomi, kesehatan, pendidikan, masing-masing dapat ditempnh dengan waktu berkisar antara 15 sampai dengan 30 menit.

Jdan protokol yang dilewati sebelum memasuki kawasan Kelurahan Jamika adalah Jalan Sudirman, masuk ke Jalan Jamika yang merupakan jalur lintas menuju wilayah Bandung Selatan sampai batas kota, dan jalan Terusan Pasir Koja yang menuju ke arah Ibukota Provinsi, serta jalan Pagarsib yang juga mengarah pada jalur ke Ibukota Provinsi.

Secara umum wilayah Kelurahan Jamika sangat strategis keberadaannya karena mudah dijangkau baik oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Secara geografis Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler berbatasan dengan beberapa wilayah yang meliputi :

1. Sebelah utara : Kelurahan Ciroyom

2. Sebelah selatan : Kelurahan Babakan Tarogong 3. Sebelah barat : Kelurahan Sukahaji

4. Sebelah timur : K e l d a n Cibadak Jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4

(3)

Kelurahan Jamika mempunyai luas wilayah 54 Ha. Penggunaan lahan di wilayah ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3

Penggunaan Tanah Kelurahan

Sumber : Profil Kelumhan Jamika, 2005

Berdasarkan data penggunaan lahan, terlihat bahwa 87,37 % dari luas wilayah digunakan sebagai area pemukiman penduduk dengan kategori rumah toko dan pemukiman umum.

Penggunaan lahan di Kelurahan Jamika dalam kaitannya dengan kegiatan ekonomi lokal, bukan hanya dijadikan sebagai tempat tinggal saja bagi penghuninya, tetapi sebagian juga digunakan sebagai tempat usaha, terutama

warga pendatang baik dari daerah lain maupun Warga Negara Indonesia keturunan. Dan sebagian besar usaha mereka dilakukan di m a h n y a sendiri seperti toko/warung/kios, bengkel, dan lain-lain.

Bila dilihat dari pembagian lahan tersebut pada tabel di atas, maka jelas bahwa Kelurahan Jarnika memiliki keterbatasan lahan, terutama untuk kegiatan ekonomi.

4.2 Kependudukan

Terhitung pada tanggal 27 September 2005, jumlah penduduk Kelurahan Jamika adalah 25.461 jiwa yang terdiri dari 12.831 laki-laki dan 12.630 perempuan, sedangkan jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(4)

Tabel 4

Jumlah Penduduk Kelurahan Jamika Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Apabila digambarkan dalam bentuk piramida penduduk, maka jurnlah penduduk Kelurahan Jamika berdasarkan usia dan jenis kelamin adalah sebagai

Gambar 5

Piramida Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Kelurahan Jamika Tahun 2005

(5)

Berdasarkan bentuk piramida penduduk yang melebar pada bagian bawah piramida baik untuk laki-laki maupun perempuan menunjukkan bahwa angka kelahiran pada beberapa tahun terakhir masih cukup tinggi. Terlihat pada kelompok umur 0 s.d. 4 tahun, 10 s.d. 14 tahun, 15 s.d. 19 tahun dan 20 s.d. 24 tahun.

Sehubungan dengan perubahan kelahiran dan kematian, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengkategorikan penduduk dalam tipe-tipe berikut :

1. Kelahiran tinggi

-

kematian tinggi.

2. Kelahiran tinggi

-

kematian cukup tinggifsedang menurun.

3. Kelahiran tinggi

-

kematian rendah.

4. Kelahiran sedang menurun - kematian rendah. 5. Kelahiran rendah - kematian rendah.

Andaikata tipe-tipe tersebut di atas diterapkan pada komposisi penduduk Kelurahan Jamika, maka Kelurahan Jamika masih temasuk ke dalam tipe ketiga, yaitu "kelahiran tinggi-kematian rendah", cenderung baik harapan hidupnya.

Pada piramida penduduk terlihat bahwa terjadi penurunan angka kelahiran pada 4 tahun terakhir ini @ada kelompok usia 0 - 4 tahun) dibandingkan dengan angka kelahiran pada kelompok usia 5 - 9 tahun.

Bentuk piramida yang mengerucut ke atas juga menunjukkan bahwa penduduk Kelurahan Jamika merupakan penduduk muda, dimana sebagian besar penduduknya pada usia muda.

Besarnya beban tanggungan penduduk, yaitu perbandigan antam banyaknya orang yang tidalc produktif (usia di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke

atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (usia 15 - 64 tahun)

adalah sebesar 47. Ini berarti setiap 100 orang yang produktif menanggung 47

orang yang tidak produktif. Implikasinya adalah, dengan penciutan kelompok penduduk usia kurang dari 15 tahun dan usia 65 tahun ke atas berarti akan menurunkan rasio beban tanggungan usia muda dan tua di wilayah ini. Hal ini terjadi seiring dengan mengecilnya jumlah anggota keluarga.

Jumlah penduduk usia produktif yaitu 15 - 64 tahun menunjukkan jumlah

(6)

sehingga mempunyai peluang tinggi untuk menambah angka kelahiran (fertilitas) di wilayah ini.

Jumlah usia kerja, yaitu yang dipakai untuk rnenilai apakah seseorang merupakan angkatan kerja atau bukan dipakai dengan batas usia 15 - 64 tahun. Di Kelurahan Jamika jumlah usia kerja adalah 17.392 jiwa atau sekitar 68,31 % dari jumlah penduduk, sedangkan jumlah angkatan keja (pegawai negeri sipil, pegawai swasta, ABRI, pertukangan, petani,

dan

pedagang) yaitu sebesar 20.842 jiwa atau 81,86 % dari jumlah penduduk merupakan angkatan kerja.

Jumlah penganggur di wilayah ini adalah sekitar 8.593 orang atau 33,54 % dari seluruh jurnlah penduduk, dengan kategori termasuk pengangguran tidak

kentara, yaitu mereka yang beke j a tidak tetap seperti buruh-bur& bangunan, para pekerja borongan, maupun mereka yang baru menyelesaikan p e n d i d i dan belum mendapatkan peke rjaan.

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dalarn tabel sebagai berikut :

Tabel 5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk masih rendah, dimana jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan SD (tidak melanjutkan ke SLTP) masih tinggi yaitu 20,32 %. Hal ini berpengaruh terhadap pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang dimiliki penduduk. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan juga dapat dijadikan indikator untuk rnenilai tinggi

1

dm3

7

1

Saqma Jumlah

Sumber : Pmfil Kelurahan Jamika, 2005

422 12.831 22 1 12.630 643 25.461 2,53 100

(7)

rendahnya pendapatan seseorang. Namun apabila dikaitkan dengan jenis usaha kecil yang biasa dilakukan oleh pekerja mandiri di sektor informal yang ada di wilayah ini dimana relatif tidak memerlukan pendidiian formal, maka kondisi pendidikan seperti itu dapat dikategorikan sesuai dengan pekerjaan mereka. Namun dalam kaitannya dengan pengembangan usaha, khususnya dalam usaha pemeliiaraan pendapatan dalam rangka memberikan jaminan sosial, diperlukan adanya berbagai pendidikan informal yang dapat mendorong ke arah

pengembangan usaha mereka, sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan mereka.

4.3 Sistem Ekonomi

Mata pencaharian pokok penduduk Kelurahan Jamika bersifat heterogen, namun perbandingan antara jumlah satu mata pencaharian dengan mata pencaharian lainnya menunjukkan perbedaan yang menwlok, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Sumber : Profii Kelurahan Jamika, 2005

Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Jamika

mempunyai mata pencaharian pokok sebagai pedagang. Mereka lebii banyak bekerja di sektor informal.

Sedangkan untuk jenis pekerjaan lainnya relatif kecil. Berdasarkan informasi yang praktikan terima, warga yang belum beke rja (pelajarlmahasiswa) cukup banyak, yaitu 40,SS persen.

(8)

Keberadaan pabrik, industxi dan usaha ekonomi lokal cukup banyak menyerap tenaga kerja lokal sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Pembangunan ekonomi lokal merupakan pembangunan dalam komunitas yang menitikberatkan pada penciptaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan nyata bagi penduduknya. Oleh karena itu keberadaan kegiatan ekonomi lokal di Kelurahan Jamika perlu mendapat perhatian khusus, karena dengan berkembangnya kegiatan dimaksud akan menjadi sumber daya lokal yang dapat

menyerap tenaga kerja produktif serta sebagai upaya menekan semakin meningkatnya jumlah kelompok masyarakat miskin di wilayah ini.

Jumlah kelompok miskin di wilayah ini sebenarnya dapat dikwangi dengan

adanya beberapa program pengentasan kemiskinan, seperti Program Penanggulangan Kerniskinan di Perkotaan (P2KP), Kelompok Usaha Bersama- Fakir Miskin (KUBE-FM), Upaya Peningkatan Peranan Keluarga (UP2K), dan lain-lain termasuk dilaksanakannya program Askesos yang di dalamnya ada bantuan usaha ekonomis produktif. Memang benar ada kendala dan permasalahan di dalam setiap pelaksanaan program pengentasan kemiskinan tersebut, tetapi secara nyata masyarakat dapat merasakan manfaatnya.

Pembangunan ekonomi lokal merupakan pembangunan dalam komunitas yang rnenitikberatkan pada penciptaan kesempatan k e j a dan menghasilkan pendapatan nyata bagi penduduknya. Oleh karena itu, keberadaan kegiatan ekonomi lokal di Kelurahan Jamika perlu mendapat perhatian khusus, karena dengan berkembangnya kegiatan ini yang diiubungkan dengan semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan akan menjadi surnber daya lokal yang dapat menyerap tenaga kerja produktif yang cukup besar serta sebagai upaya untuk menekan semakin meningkatnya jurnlah kelompok rnasyarakat rniskin di wilayah ini.

Banyaknya kegiatan ekonorni terutama kegiatan ekonomi dalam skala besar, seperti pusat-pusat perbelanjaan mempengamhi kegiatan sosial ekonomi masyarakat di lingkungan Kelurahan Jamika, seperti kemudahan untuk memperoleh kebutuhan barang sehari-hari, kunjungan ke pusat perbelanjaan sebagai ajang rekreasi, dan sebagainya. Kondisi ini juga merupakan salah satu potensi yang dapat dilnanfaatkan oleh komunitas peke rja di sektor informal untuk

(9)

pemasaran dan dalam rangka pemeliharaan pendapatan mereka ketika menghadapi resiko, seperti sakit, kecelakaan, dan meninggal.

4.4 Struktur Komunitas

Struktur komunitas sosial masyarakat dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti di bawah ini :

1. Pelapisan Sosial

Seperti lazimnya suatu komunitas, di Kelurahan Jamika dapat terjadi pelapisan sosid. Pelapisan sosial di kelurahan tersebut dapat terlihat secara fisik maupun non fisik, seperti kelompok-kelompok orang yang membentuk lapisan karena alasan-alasan tertenty baik disengaja maupun tidak disengaja.

Salah satu contoh dalam bentuk fisik dapat dilihat pada gambar berikut :

2. Unsur Utamapelapisan sosial

Pelapisan-pelapisan sosial yang ada di dalam masyarakat umumnya hampir sarna dengan pelapisan sosial masyarakat lainnya, yaitu didasarkan pada

a. Kekayaan yang d i m i l i . b. Pendidikan formal.

c. Keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatankeagamaan.

d. Pekerjaan.

Namun dalam kehidupan sehari-hari pelapisan sosial tersebut tidak

(10)

sehingga interaksi sosial mereka tetap berjalan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di daerah tersebut.

3. Kepemimnpinan dun sumbernya

Berdasarkan informasi, kepemimpinan yang muncul di Kelurahan Jamika berdasarkan :

a. ~ a d a segtnen mana tokoh tersebut berada (pemuda, agama, dan lain-lain) b. Posisi apa yang saat ini sedang dijabat oleh seseorang.

c. Adanya para pendukung yang menokohkan seseorang. d. Seberapa banyak aset yang dimiliki seseorang.

Dari sumber-sumber di atas, maka lahirlah tokoh-tokoh masyarakatl pemimpin dengan kriteria seperti :

a. Tokoh formal. b. Tokoh agama. c. Tokoh pemuda. d. Tokoh remaja.

4. Respons masyarakat terhadap kepemimpinan

Keberadaan pemimpin formal di Kelurahan Jamika memiliki peranan yang cukup penting. Kepatuhan warga terhadap pemimpin formal (lurah dan perangkatnya) umumnya menyangkut hal-ha1 yang bersifat prosedural seperti pengurusan KTP, Surat Keterangan Pindah, dan lain-lain. Sedangkan pemilihan ketua RW dan RT dilakukan secara demokratis oleh masyarakat dengan memperhatikan wibawa, kharisma yang dimiliki dan faktor kedekatan kepada masyarakat. Masyarakat Kelurahan Jamika akan memberi dukungan dan kepercayaan yang tinggi kepada pemimpin yang memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat.

Sementara pemimpin informal yang banyak berperan di masyarakat adalah tokoh-tokoh aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan. Peranan tokoh- tokoh masyarakat di wilayah ini juga cukup berarti, dimana keberadaan tokoh- tokoh masyarakat dianggap cukup berperan dalam pengembangan dan pembangunan wilayah baik secara fisik maupun mental. Misalnya dalam musyawarah rencana pembangunan, sumbang saran dari tokoh-tokoh masyarakat

(11)

sangat diperlukan guna penentuan skala prioriatas bidang pembangunan yang nantinya akan diusulkan ke tingkat kecamatan.

Pengembangan mental para generasi muda, sangat dipengaruhi oleh peranan tokoh-tokoh agama yang ada di Kelurahan Jamika. Mereka senantiasa mengarahkan para generasi muda untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan remaja mesjid, sehingga dapat mencegah timbulnya bentuk-bentuk kenakalan remaja.

Respon masyarakat terhadap kepemimpinan di wilayah ini umumnya cukup baik, ha1 ini juga dapat dilihat dari adanya partisipasi masyarakat dalam setiap

kegiatan kemasyarakatan yang digerakkan oleh tokoh-tokoh kepemirnpinan di wilayah ini, sehingga kondisi ini juga dapat meredam terjadinya konflik diantara

warga masyarakat.

Keberadaan kepemimpinan formaVinformal yang cukup dihargai oleh masyarakat merupakan salah satu potensi lokal yang dapat dikembangkan dalam upaya mempererat hubungan sosial dan juga jaringan sosial terutarna antara para peke rja sektor informal dengan aparat kelurahan.

4.5 Lembaga Kemasyarabtan

Kelurahan Jamika seperti pada umumnya kelurahan yang lain, memiliki lembaga-lembaga formal maupun kelembagaan yang dibentuk atas inisiatif warga masyarakat sesuai dengan yang mereka butuhkan. Lebii jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis dan Bentuk Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga formal maupun lembaga non formal (kelembagaan) yang dibentuk atas dasar kebutuhan warga masyarakat relatif cukup banyak, seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Badan Keswadayaan Masyarakat, Ikatan Majelis Ta'lim, Kelompok Pengajian, Pembiiaan Kesejahteraan Keluarga (PICK), dan lain-lain.

Di setiap RW ada kelompok pengajian yang secara rutin melakukan kegiatannya sekali seminggu. Adapun jumlah sarana ibadah yang dimiliki, yaitu 2 1 mesjid, 13 mushola, 14 gereja dan 4 vihara.

Lembaga keagamaan dan lembaga kemasyarakatan yang terbentuk di wilayah Kelurahan Jamika, banyak melakukan kegiatan sosial seperti pemberian

(12)

santunan kepada keluarga miskin dan bantuan yang bersifat insidentil atau rutin kepada keluarga yang membutuhkan. Kelembagaan ekonomi yang ada adalah : koperasi simpan pinjam, P2KP, dan lain-lain. Kelembagaan kemasyarakatan yang terbentuk adalah: 1) LPM secara rutin setiap tahun memberikan bantuan sosial kepada warga yang tidak mampu serta dana yang diperoleh dari swadaya masyarakat, 2) PKK melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan yaitu posyandu, arisan, penyuluhan dan pemanfaatan pekarangan, 3) Karang Taruna dengan kegiatan rutin di bidang olah raga dan kesenian, 4) Rehabilitasi Bersumber Masyarakat (RBM) yang menangani penyandang cacat dan keluarganya. Lembaga

ini merupakan program Walikota Bandung dan dipimpin langsung oleh isteri walikota, 5) Bina Keluarga Remaja (BKR) yang melaksanakan pembinaan kepada generasi muda agar tidak terpengaruh dengan segala tindak kenakalan remaja.

Dalam bidang pendidikan, Kelurahan Jamika memiliki samna pendidikan : TK 5 buah yang dikelola oleh pihak swasta, SD/MI 2 buah, SLTPlMTs Swasta 2 buah

,

SLTAIAliyah Swasta 1 buah. Siswa yang diserap oleh sarana pendidikan tersebut tidak hanya dari warga setempat tetapi juga dari masyarakat luar.

Jejaring sosial yang ada dalam membangun kepemimpinan formal dan informal adalah melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). Untuk jelasnya dapat diliiat pada gambar berikut :

(13)

Gambar 6

Hubungan Kepemimpinan Formal dan Informal

Keberadaan berbagai lembaga kemasyarakatan me~pdCan salah satu potensi lokal yang dapat dimanfaatkan untuk memperluas jaringan usaha dan juga memperkuat modal sosial dalam upaya pengembangan perlindungan sosial inMusif bagi pekeja mandiri di sektor informal. Namun sejauh ini belum ada

upaya yang dilakukan untuk membentuk jaringan ke j a antara berbagai organisasi lokal tersebut dengan para pekerja mandiri sektor informal dirnaksud.

2. Fungsi Kontrol Sosial Lembaga

Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatannya, lembaga kemasyarakatan di

Kelurahan Jamika berjalan cukup baik, dalam arti selalu ada koordinasi diantara kelompok-kelompok atau lembaga maupun dengan pihak kelurahan, sehingga tidak terjadi konflik, prasangka ataupun pertentangan. Sedangkan kontrol sosial dilaksanakan melalui musyawarah-musyawarah diantara para pengurus organisasi atau kelembagaan masyarakat dengan warga masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat. Selain musyawarah, kontrol sosial yang lebih kuat adalah faktor religi atau agama, karena yang diangkat menjadi ketua RW juga mayoritas adalah orang yang dianggap mempunyai kharisma dan kuat dalam menjalankan ibadah.

(14)

Sejauh ini hubungan sosial antara kelompok yang terjadi cendemg ke arah hubungan kerjasama. Konflik sosial dan berbagai bentuk pertentangan sebagai sebuah proses disosiatif jarang terjadi. Kalaupun ada dapat diselesaikan secara kekeluargaan.

4.6 Sumberdaya Lokal

Pola ekonomi sistem yang berlangsung di Kelurahan Jamika dapat dilihat dari bagaimana pemanfaatan sumberdaya yang ada di lingkungannya oleh masyarakat setempat. Secara umum hubungan warga masyarakat Kelurahan Jamika dengan lingkungannya baik yang menyangkut sistem ekonomi, sosial maupun kelembagaan yang ada di masyarakat dinilai cukup baik, dalam arti masyarakat tidak banyak mengalami kesulitan dalam mengakses sistem sumber yang ada di lingkungannya, seperti akses terhadap ekonomi lokal yang terlihat cukup banyak tenaga kerja lokal yang terserap dalam kegiatan usaha kecil dan menengah.

Begitu pula dengan akses terhadap sarana p e n d i d i i dimana berbagai tingkatan sekolah telah ada di daerah tersebut, meskipun posisi sekolah dimaksud tidak berada pada wilayah Kelurahan Jamika, namun dekat dengan lokasi.

Sumberdaya lokal yang dimiliki oleh wilayah Kelurahan Jamika adalah :

1. Lahan

Luas lahan yang d i i i l i i oleh Kelurahan Jamika adalah 54 Ha. Lahan yang sedemikian luasnya lebih banyak digunakan sebagai tempat tinggal, sedangkan sisanya merupakan perkantoran, sarana pendidiian, dan sarana ibadah.

Kegiatan ekonomi lokal, lebih banyak dilakukan di nunah masing-masing dengan usaha yang beragarn. Namun sebagian warga yang memiliki ekonomi lebii mapan, mereka memiliki toko di jalur yang strategis, yaitu di sisi jalan protokol. Dan ini umumnya dimiliki oleh etnis lain, seperti China. Disamping itu, di wilayah Jamika memiliki satu hotel dengan kategori hotel melati.

Bila warga ingin mengolah lahan yang ada, jelas ini tidak memungkinkan

karena seperti yang telah diuraikan bahwa lahan yang tersisa sangat sempit sekali. Kalaupun mereka tetap in,& berusaha di tempat, maka dipinggiir-pinggir jalan atau gang mereka mencoba bekerja di sektor informal.

(15)

2. Tenaga kerja

Jumlah angkatan kerja yang berada di wilayah Kelurahan Jamika cukup besar dengan kualitas angkatan kerja berdasarkan pendidikan sebagaian besar adalah tarnatan SD, SLTP dan SLTA, yaitu 15.073 orang atau 72,32 % dari jumlah angkatan kerja.

Tenaga kerja ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Namun pada kenyataannya, hasil penelitian menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan dan keterampilan mereka relatif rendah dan terbatas. Hal ini

mengakibatkan keterbatasan mereka dalam meningkatkan usahanya serta kurangnya pengetahuan mereka dalam m e m e l i i pendapatannya, seperti jaminan sosial dalam bentuk asuransi. Selain itu, dengan adanya keterbatasan seperti tersebut di atas juga mengakibatkan lemahnya akses mereka terhadap jenis pekerjaan.

3. Modal

Modal terkait dengan aktivitas ekonomi dan sosial yang dimiliki masyarakat. Aktivitas ekonomi menyangkut asset produksi yang dimiliki oleh para pelaksana kegiatan ekonomi lokal serta merupakan dana investasi. Sedangkan aktivitas sosial yang mereka miliki berupa perkumpulan warga, kelembagaan sosial, kelompok-kelompok masyarakat yang terbentuk dengan adanya unsur kepercayaan, ke rjasama dan jaringan kerja yang terbentuk dengan baik, sehingga keberadaan berbagai kegiatan ekonomi lokal dan sosial dapat t e r n berjalan.

4. Industri Kecil dun Menengah di Wilayah Jamika

Industri kecil dan menengah yang berada di wilayah Kelurahan Jamika merupakan salah satu surnberdaya lokal yang dapat diakses oleh tenaga kerja yang

belum mendapatkan pekerjaan. Apabila tenaga kerja tersebut dipekerjakan pada industri-industri tersebut, maka akan mengurangi jumlah pengangguran di

Kelurahan Jamika. Namun sampai saat ini, tenaga kerja yang direkrut oleh

industri-industri d i a k s u d masih sangat kecil, yaitu sekitar 16% dari jumlah penduduk yang masih produktif (17.397 orang), sehingga belum memberikan kontribusi yang besar bagi p e n m a n angka pengangguran.

(16)

4.7 Masalah Kesejahteraan Sosial

Berdasarkan informasi yang praktikan terima dari para informan, seperti aparat Kelurahan, tokoh masyarakat, dan warga masyarakat sekitar Kelurahan

Jamika, diperoleh beberapa data tentang masalah kesejahteraan sosial yang ada di

Kelurahan Jamika, yaitu :

1. Anak j alanan (ngamen) : 25 orang

2. Penyandang cacat : 3 orang

3. Pekerja seks komersial : Belum didapat data yang pasti.

(pendatang yang beke rja di nightclub)

4. Keluarga miskin : 325 kepala keluarga

5. Rumah tidak layak huni : 300 keluarga.

Masalah sosial yang patmg menonjol adalah keluarga miskin dan ini lebih banyak terdapat di wilayah RW 05 dan sebagian RW 06. Selain itu rumah yang mereka tempati sebagian besar merupakan rumah tidak layak huni, dimana rata-

rata ukuran 3 x 4 m d i u n i oleh 5 sampai dengan 6 orang. Sedangkan penyandang

masalah kesejahteraan sosial lainnya relatif cukup kecil dibandingkan jumlah keluarga miskin yang memiliki rumah tidak layak huni. Namun demikian walaupun masalah anak jalanan relatif cukup kecil tetapi ini perlu penanganan yang serius, karena menyangkut masa depan mereka. Ketua RW yang bersangkutan (RW 05) beIum mendapatkan jalan keluar untuk menyelesaikannya, karena belum mempunyai akses dalam pemecahannya. Untuk sementara ini dibiarkan begitu saja, hanya saja diarapkan dari mereka tidak mengganggu keteriban umum.

Pada masa yang lalu, wilayah ini merupakan daerah hitarn tempat berkumpnlnya tindak kriminalitas, seperti perjudian, pencurian, merajalelanya preman, dan penggunaan obat-obat terlarang. Masyrakat cukup snlit untuk diajak berdialog. Seiring berjalannya waktu dan didukung oleh aparat yang berwenang serta p e n g d dari tokoh-tokoh masyarakat, maka keadaan tersebut membaik tahun demi tahun. Saat ini situasi dan kondisinya sudah banyak berubah. Warga masyarakat lebih mudah untuk diajak dialog dan partisipasi mereka sangat besar baik dari segi materiil (bagi orang yang mampu) maupun non materiil @agi orang

(17)

Adapun mayoritas mata pencaharian keluarga miskin tersebut adalah wiraswasta dengan jenis pekerjaan sebagai buruh pabrik atau industri, buruh bangunan, pedagang kecil dan tukang ojek, tukang becak, dan lain-lainnya.

Bila melihat keadaan masyarakat dimaksud, maka perlu adanya penanganan yang lebih intensif, sehubungan dengan keberadaan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Berdasarkan informasi yang didapat dari aparat setempat, kalaupun terjadi konflii antar warga, itu disebabkan perebutan lahan untuk mengais rejeki, selanjutnya dapat ditangani secara kekeluargaan.

Sumberdaya yang dapat diianfaatkan bersumber dari diri mereka sendiri, karena bila mengandalkan lahan yang ada jelas

tidak

memungkinkan. Potensi yang dimiliki rata-rata sebagai pedagang.

Seiring dengan dijalankannya program pemberdayaan, maka perlu adanya bentuk perlindungan sosial bagi pencari nafkah utama yang berfungsi sebagai pelindung apabila pencari nafkah tersebut mengalami resiko sakit, kecelakaan atau meninggal dunia.

Sejak tahun 1996, Departemen Sosial telah meluncurkan bentuk perlindungan sosial melalui kegiatan Askesos, yang sasarannya adalah orang yang bekerja di sektor informal. Mereka merupakan masyarakat yang rentan terhadap permasalahan kesejahteraan sosial.

Kelurahan Jarnika merupakan wilayah pertama di Provinsi Jawa Barat yang menerima program uji coba tersebut. Sampai saat ini masih bejalan dengan baik, namun belum semua warga yang bekerja di sektor informal ikut dalam program dimaksud. Hal inilah yang ingin praktiian angkat sebagai fokus penelitian selanjutnya.

Pada saat praktikan melakukan survei ke wilayah ini, praktikan mendapat

informasi bahwa di wilayah tersebut akan didirikan bangunan rumah susun untuk

menanggulangi kondisi rumah yang tidak layak huni. Namun sampai saat ini belum terealisasikan karena berbagai faktor yang belum diketahui apa penyebabnya. Hanya saja dari warga sendiri merasa ketakutan apabila rumah sudah dibangun, maka untuk menempatinya hams membayar uang muka dan sewa nunah yang mereka

tidak

sanggupi.

(18)

Dilandasi oleh adanya nilai-nilai atau norma-noma sosial dan agama yang mengatuf hubungan sosial masyarakat, maka tidak terlihat adanya bentuk diskrimiiasi yang mencolok terutama terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial yang telah disebutkan di atas. Sebaliknya masyarakat senantiasa berusaha untuk ikut membantu dalam menangani berbagai masalah yang timbul di lingkungan seperti pemberian santunan berupa sembako yang dilaksanakan setiap tahun menjelang hari raya maupun pemberian bantuan yang

sifatnya insidentil atau rutin dari warga masyarakat setempat kepada keluarga yang kurang mampu.

Referensi

Dokumen terkait

Yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan uang dari satu pihak lainnya

Kepada segenap dosen jurusan Teknik Sipil serta dosen Mata Kuliah Umum yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna selama ini sehingga laporan Tugas Akhir

Perusahaan yang melakukan usaha perdagangan dengan sistem direct selling sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) harus berbadan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas dan

Diakhir games, pemain perlu diberikan ringkasan informasi (providing information) mengenai kemajuan dan proses yang telah dilakukan oleh pemain. Tambahan informasi mengenai

Sistem loop tertutup adalah sistem pengontrolan yang memiliki sifat sinyal pengeluaran dan mempunyai pengaruh pada reaksi pengontrolan komponen, sistem pengontrolan

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, yaitu metode kualitatif melalui pendekatan Focus Group Discussion (FGD), wawancara, dan studi dokumentasi. Pelaksanaan

a) Oi sisi eatu daya : dipasang dengan struktur khusus pada tiang transmisi yang menghubungkan antara kabel penyulang dari eatu daya dan kawat penyulang.. b) Oi lintas : dipasang

Size tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen karena Investor yang berinvestasi di saham perusahaan besar cenderung menginginkan laba