• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK: PENGELOLAAN PEMBIBITAN ANGGREK Phalaenopsis DI PT EKAKARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK: PENGELOLAAN PEMBIBITAN ANGGREK Phalaenopsis DI PT EKAKARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK: PENGELOLAAN

PEMBIBITAN ANGGREK Phalaenopsis DI

PT EKAKARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT

Eka Nur Rachman Aditya

A24050958

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(2)

RINGKASAN

EKA NUR RACHMAN ADITYA. Budidaya Tanaman Anggrek: Pengelolaan Pembibitan Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat. (Dibimbing oleh AGUS PURWITO dan DEWI SUKMA).

Kegiatan magang ini ditujukan untuk memperoleh ilmu dan keterampilan secara teknis dan manajerial di bidang budidaya tanaman anggrek, khususnya pada pengelolaan pembibitannya, dengan harapan ilmu dan ketrampilan yang diperoleh dapat diaplikasikan dalam dunia kerja nyata serta dijadikan dasar untuk memulai berwirausaha khususnya di bidang tanaman hias anggrek. Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat.

Pelaksanaan kegiatan magang dilakukan dengan menjadi pelaksana/operator, kepala regu, koordinator, dan kepala bagian. Pengamatan dilakukan terhadap persentase kontaminasi bibit botol (planlet), perbandingan ukuran planlet, perbandingan kemampuan tumbuh bibit S-1 (berasal dari planlet pindah tanam ketiga) dengan S-2 (berasal dari planlet pindah tanam terakhir), kesesuaian kosentrasi aplikasi penyiraman pemupukan, indikasi kemerataan penyiraman, dan persentase tanaman gagal pot 1.5”. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif untuk diambil kesimpulan terhadap kegiatan magang yang telah dilakukan. Selain itu, penulis juga melakukan analisis usaha budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis skala sederhana.

Pengelolaan pembibitan anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora secara umum, baik teknis maupun manajerial telah dilakukan dengan baik sesuai dengan standar dan prosedur perusahaan. Hal ini terlihat dari penanaman

planlet yang sedikit terkontaminasi yaitu hanya sebesar 4.15%, aklimatisasi tanam

yang baik, kesesuaian konsentrasi aplikasi pemupukan, penyiraman yang merata, dan persentase tanaman gagal yang sedikit yaitu hanya sebesar 1.85%. Permasalahan hanya terdapat pada pendataan tanaman yang seringkali tidak sesuai dengan kondisi di lapang akibat penggunaan software yang dirasa rumit oleh karyawan. Kegiatan manajerial perusahaan juga telah dilakukan cukup baik oleh para kepal regu, coordinator, dan kepala bagian. Secara garis besar tujuan magang ini telah terealisasi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan penulis, dapat disimpulkan bahwa bibit S-1 dan S-2 memiliki kemampuan tumbuh yang tidak jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang leaf span tanaman. Hasil lain menunjukkan bahwa keseragaman planlet free (bahan tanam dihasilkan sendiri untuk distribusi lokal) dikatakan lebih baik dibandingkan planlet impor (bahan tanam impor untuk distribusi ekspor) dalam hal ukuran bibit. Hal ini terlihat pada hasil pengamatan bahwa planlet free memiliki keseragaman ukuran sedang, sedangkan planlet impor memiliki keseragaman ukuran kecil.

Usaha budidaya anggrek Phalaenopsis dinilai menguntungkan jika dilihat dari analisis usahanya. Jika ingin mengusahakan tanaman anggrek, perlu memperhatikan tren pasar dan permintaan konsumen akan produk anggrek, sehingga dapat mengusahakan produk anggrek yang tepat dan berdaya saing.

(3)

BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK: PENGELOLAAN

PEMBIBITAN ANGGREK Phalaenopsis DI

PT EKAKARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Eka Nur Rachman Aditya A24050958

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : BUDIDAYA TANAMAN ANGGREK:

PENGELOLAAN PEMBIBITAN ANGGREK

Phalaenopsis DI PT EKAKARYA GRAHA FLORA, CIKAMPEK, JAWA BARAT

Nama : Eka Nur Rachman Aditya

NRP : A24050958

Program Studi : Agronomi dan Hortikultura

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr) (Dr Dewi Sukma, SP, MSi) NIP 19611101 198703 1 003 NIP 19700404 199702 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

(Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr) NIP 19611101 198703 1 003

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Mojokerto, Jawa Timur pada tanggal 16 Januari 1987. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sulistiyoadi dan Ibu Sulistiani.

Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1993 di SD Negeri Gedongan I Mojokerto, lulus tahun 1999 dan melanjutkan studi di SMP Negeri I Mojokerto. Tiga tahun menempuh studi di SMP, tahun 2002 penulis melanjutkan studi di SMA Negeri I Puri Mojokerto dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Setahun melalui Tingkat Persiapan Bersama (TPB) di IPB, penulis diterima di jurusan Agronomi dan Hortikultura di tahun 2006. Melewati dua semester, penulis sempat melakukan magang di Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) Cianjur selama satu bulan. Selama masa studi di IPB, penulis aktif dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) yaitu Himpunan Mahasiswa Surabaya dan Sekitarya (HIMASURYA +) dan dipilih menjadi ketua pada tahun 2008-2009. Selain itu, penulis juga aktif sebagai ketua Club Tanaman Hias dan Bunga (CTHB) di Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON) pada tahun 2008-2009. Penulis melakukan Kuliah Kerja Profesi di desa Ragawacana, Kecamatan Kramat Mulya, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat pada tahun 2008 selama dua bulan. Kemudian penulis melakukan kegiatan magang selama empat bulan di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat guna menyelesaikan tugas akhirnya.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Budidaya Tanaman Anggrek: Pengelolaan Pembibitan Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ibunda, ayahanda, adinda, kakek, nenek, serta segenap keluarga besar penulis yang telah memberi cinta, kasih sayang, doa, semangat, dan dorongan kepada penulis dalam menjalani hidup dan menimba ilmu dengan penuh ikhlas dan kesabaran.

2. Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr sebagai dosen pembimbing I dan Dr Dewi Sukma, SP, MSi sebagai dosen pembimbing II, atas kesediaan dan kesabarannya dalam mengarahkan penulis selama penulisan skripsi ini. 3. Ir Diny Dinarti, MSi selaku dosen penguji skripsi atas masukan dan

perbaikan yang telah diberikan kepada penulis.

4. Dwi Guntoro, SP, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama masa perkuliahan di Agronomi dan Hortikultura. 5. Seluruh direksi, staf, dan karyawan PT Ekakarya Graha Flora atas bantuan

yang diberikan kepada penulis selama kegiatan magang berlangsung. 6. Teman-teman terbaik di Agronomi dan Hortikultura atas dukungan dan

doa yang diberikan, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai pedoman dalam pelaksanaan magang bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Desember 2009

(7)

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan... TINJAUAN PUSTAKA... Anggrek Phalaenopsis...…...… Perbanyakan Tanaman... Pembibitan...…... Penyiraman……….. Pemupukan……….. Pengendalian Hama dan Penyakit………... METODOLOGI... Waktu dan Tempat... Metode Pelaksanaan... Pengamatan dan Pengumpulan Data………... Analisis Data dan Informasi………... KEADAAN UMUM...… Letak Geografis atau Letak Wilayah Administratif... Keadaan Iklim dan Tanah... Luas Areal dan Tata Guna Lahan... Keadaan Tanaman dan Produksi... Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan... PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG... Aspek Teknis... Aspek Manajerial... PEMBAHASAN... Perbanyakan Tanaman... Aklimatisasi Planlet (Outflask)... Perbandingan Kemampuan Tumbuh Bibit S-1 dan S-2... Pemeliharaan Tanaman... Analisis Usaha Budidaya Tanaman Anggrek Phalaenopsis... KESIMPULAN DAN SARAN... Kesimpulan... Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... 1 1 2 4 4 5 6 7 8 9 11 11 11 11 12 13 13 14 14 15 17 19 19 49 56 56 57 58 60 63 67 67 68 70 71

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Realisasi Produksi Anggrek Phalaenopsis PT Ekakarya Graha Flora

Tahun 2005-2008...………...

2. Persentase Kontaminasi Planlet Bulan April 2009... 3. Perbandingan Ukuran Planlet Free dan Impor Ketika Aklimatisasi… 4. Rata-rata Tinggi Tanaman Bibit S-1 dan S-2………... 5. Rata-rata Jumlah Daun Bibit S-1 dan S-2……… 6. Rata-rata Panjang Leaf Span Bibit S-1 dan S-2……… 7. Standar Konsentrasi Penggunaan Pupuk……….. 8. Persentase Tanaman Gagal Pot 1.5”……… 9. Analisis Usaha Bibit Kompot Anggrek Phalaenopsis………. 10. Analisis Usaha Bibit Individual Pot 1.5” Anggrek Phalaenopsis…… 11. Analisis Usaha Tanaman Berbunga Anggrek Phalaenopsis…………

17 24 27 28 28 29 33 38 64 65 66

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Autoclave...………...

2. Kegiatan Penanaman dalam Laminar Air Flow... 3. Bagan Urutan Fase Pertumbuhan Planlet In Vitro... 4. (a) Pengeluaran Planlet dari botol... (b) Pencucian Planlet... 5. Penanaman Planlet ke dalam Pot 1.5”... 6. Perbandingan Tanaman Pot 1.5” (A), Pot 2.5” (B), dan Pot 3.5” (C)... 7. (a) Pencampuran Bahan Baku Pupuk... (b) Pemberian Pupuk (Fertigasi)... 8. Tanaman Bapiketeng... 9. Tempat Pemusnahan Tanaman... 10. Kegiatan Penyemprotan Pestisida... 11. Tanaman Pot 3.5” yang telah dikelaskan... 12. (a) Kegiatan Pengepakan Tanaman Lokal... (b) Tanaman yang selesai dipak... 13. (a) Kegiatan Pengepakan Tanaman Ekspor... (b) Tanaman yang selesai dipak...

20 21 23 25 25 26 31 34 34 35 36 38 42 45 45 47 47

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Operator di PT Eka Karya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat...…….. 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Kepala Regu di PT Eka

Karya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat...…….. 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Koordinator Lapangan di PT

Eka Karya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat... 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Kepala Bagian di PT Eka

Karya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat... 5. Peta Letak PT Ekakarya Graha Flora Cikampek………... 6. Data Iklim PT Ekakarya Graha Flora Cikampek Tahun 2005-2008... 7. Suhu dan Kelembaban Rumah Kaca (GH) PT Ekakarya Graha Flora.. 8. Denah PT Ekakarya Graha Flora Cikampek………... 9. Data Kapasitas Rumah Kaca (GH) PT Ekakarya Graha Flora……….. 10. Data Jumlah Karyawan PT Ekakarya Graha Flora……… 11. Komposisi Media Kultur Jaringan PT Ekakarya Graha Flora………... 12. Standar Ruang Tumbuh (Growth Room)………..……. 13. Hasil Pengamatan Aplikasi Pemupukan... 14. Standar Konsentrasi dan Kegunaan Pestisida……….... 15. Kriteria Pengkelasan Tanaman Anggrek Phalaenopsis………... 16. Kartu Stok Phalaenopsis………..………..

72 75 76 79 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 93

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anggrek merupakan salah satu tanaman suku Spermatophyta yang unik dan termasuk dalam famili Orchidaceae. Keragaman dalam morfologi bunganya telah menarik perhatian banyak kalangan masyarakat. Diantara keluarga tanaman berbunga lainnya, bunga anggrek termasuk paling beragam, baik bentuk, ukuran, maupun warnanya yang menimbulkan rasa kagum tersendiri bagi sebagian orang yang melihatnya. Selain sebagai tanaman kesenangan dan hobi, anggrek sudah menjadi suatu komoditas yang mempunyai arti penting dalam perdagangan. Persediaan produk anggrek bermacam-macam, baik produk berupa bibit botolan (planlet), kompot (community pot), seedling (semaian), bibit remaja, tanaman dewasa, tanaman berbunga, dan bunga potong. Masa depan usaha budidaya anggrek di Indonesia sangat prospektif apabila ditinjau dari segi agribisnis mengingat sekitar 25% jenis anggrek di dunia tersebar di Indonesia. Tersedianya plasma nutfah yang melimpah ini sangat memungkinkan para pemulia atau petani anggrek untuk melakukan inovasi menghasilkan anggrek jenis baru yang dapat bersaing di pasar internasional. Setiap tahun, beragam jenis silangan anggrek baru selalu dihasilkan untuk melengkapi sekaligus mengantisipasi kejenuhan pasar (Deptan, 2007).

Salah satu genus anggrek yang digemari adalah Phalaenopsis. Genus anggrek ini memiliki keragaman bunga yang tidak diragukan lagi keindahannya. Bentuk, ukuran, dan warna-warni bunganya memberikan nilai lebih anggrek jenis ini dibandingkan dengan anggrek lainnya. Harga yang relatif tinggi dan stabil juga menjadi keunggulan anggrek ini. Phalaenopsis termasuk jenis anggrek epifit, yaitu anggrek yang hidup menempel pada inang tanpa merugikan inangnya. Anggrek ini membutuhkan naungan dari cahaya matahari langsung dan menyukai kondisi lingkungan yang lembab. Phalaenopsis membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk berbunga jika ditanam dari biji. Biasanya pada awal pembungaan, jumlah kuntum anggrek ini sedikit tetapi seiring dengan pertumbuhan tanaman, perawatan yang intensif, dan lingkungan tumbuh yang baik jumlah kuntum bunga bisa bertambah banyak (Kencana, 2007).

(12)

Pengembangan usaha budidaya anggrek meliputi berbagai aspek pembibitan dan pemeliharaan. Aspek penting yang perlu diperhatikan adalah penanaman, media tanam, penyiraman, pengelolaan pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit, terutama pada fase pembibitan, baik saat tanaman masih ditanam dalam kompot maupun dalam individual pot. Pada fase ini, baik tidaknya pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dihasilkan pada fase selanjutnya sangat ditentukan. Tanaman dalam pembibitan berada pada fase vegetatif, dimana pembentukan akar, batang, dan daun berlangsung dengan sangat cepat, sehingga kebutuhan unsur nitrogen juga meningkat. Oleh karena itu, pemupukan sangat perlu diperhatikan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain itu, tanaman memerlukan pemeliharaan yang intensif, karena tanaman berada dalam kondisi adaptasi terhadap lingkungan setelah dikeluarkan dari dalam botol, terutama saat tanaman masih berada dalam kompot (Widiastoety, 2002).

Kegiatan magang adalah salah satu cara yang efektif untuk mempelajari segala aspek pada pembibitan anggrek, apalagi didukung dengan perusahaan tempat dimana melakukan magang merupakan perusahaan yang kompeten di bidang tersebut. Selain itu, dengan mempelajari dan mempraktekkan kerja secara langsung akan lebih memudahkan untuk memahami proses kerja yang nantinya menghasilkan dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Tujuan

Tujuan kegiatan magang ini dilakukan adalah:

1. Meningkatkan kemampuan dalam memahami proses kerja secara nyata. 2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang teknik budidaya,

manajerial, dan analisis serta pemecahan masalah yang dihadapi di perusahaan.

3. Melatih bersosialisasi dengan masyarakat dan perusahaan sebagai persiapan menghadapi dunia kerja nyata.

4. Mengetahui dan memahami proses pengelolaan pembibitan anggrek

(13)

5. Ilmu dan keterampilan yang diperoleh selama magang dapat dijadikan dasar untuk berwirausaha di bidang tanaman hias, khususnya anggrek. 6. Dapat memberi rekomendasi sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Anggrek Phalaenopsis

Anggrek merupakan tanaman berbunga yang termasuk dalam famili

Orchidaceae. Tanaman berbunga indah ini tersebar luas di pelosok dunia,

termasuk Indonesia. Keragaman dalam morfologi bunganya telah menarik perhatian banyak kalangan masyarakat, terutama para ahli botani dan kolektor selama berabad-abad. Bunga merupakan unsur terpenting tanaman anggrek. Struktur bunganya baku, terdiri dari tiga kelopak (sepal) dan tiga tajuk bunga (petal). Salah satu petal berubah menjadi bibir bunga atau labellum. Bagian inilah yang membedakan anggrek dengan tanaman berbunga lainnya. Selain itu terdapat bagian yang dinamakan tugu, yaitu perpanjangan gagang bunga (bakal buah) yang dibentuk dari penyatuan benang sari dan putik (Kencana, 2007).

Diperkirakan di seluruh dunia terdapat sekitar 20 000 spesies anggrek dengan 900 genus dan tersebar di 750 negara. Kurang lebih 5 000 spesies diantaranya tersebar di Indonesia. Selain itu, anggrek merupakan suku terbesar dalam Spermatophyta. Banyaknya jenis serta beragamnya bentuk, ukuran, dan warna-warni bunga anggrek memang menjadi nilai lebih tanaman ini, sehingga banyak digemari masyarakat. Salah satu genus anggrek favorit yang banyak digemari adalah Phalaenopsis. Anggrek ini termasuk jenis anggrek epifit, yaitu menempel pada tanaman lain tetapi tidak menimbulkan kerugian bagi tanaman inang (Sandra, 2005).

Phalaenopsis pada tahun 1983 dinobatkan menjadi Bunga Pesona

Nasional di Indonesia. Phalaenopsis memiliki kurang lebih 55 spesies yang tersebar di Asia dan Oceania. Bentuk daunnya lebar dengan tekstur yang lemas dan susunan tunggal berhadapan. Anggrek ini tidak mempunyai batang semu, atau kalaupun ada sangat kecil, sehingga daun seolah-olah langsung muncul dari pangkal batang semu. Pertumbuhan anggrek ini monopodial, yaitu pola pertumbuhan ujung batang yang terus vertikal ke atas (Iswanto, 2005).

Tangkai bunga muncul dari pangkal batang dan ketiak daun. Bentuknya melengkung dengan kuntum bunga berselingan sejajar. Bentuk bunga ada dua,

(15)

yaitu bulat (round) dan bintang (star) dengan beragam warna yang menarik (Pamungkas, 2006).

Anggrek ini memerlukan waktu 3-5 tahun hingga bisa berbunga dan membutuhkan 3-4 bulan lagi untuk berbunga setelah rontok bunga. Syarat tumbuh anggrek ini umumnya memerlukan suhu siang/malam sekitar 25/20 ˚C. Perlakuan hari pendek (penyinaran selama 8 jam) pada anggrek ini dapat menstimulir pembungaannya. Intensitas cahaya juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anggrek. Anggrek Phalaenopsis membutuhkan cahaya yang rendah sekitar 1 500-3 000 fc (300-600 µmols-1m-2). Selain itu, anggrek ini memerlukan

naungan sekitar 40% dan 12 jam penyinaran. Toleran ketinggian habitat

Phalaenopsis antara 50-600 meter di atas permukaan laut, dengan kelembababan

relatif 60-75% (Rittershausen and Wilman, 2003).

Perbanyakan Tanaman

Bibit anggrek dapat diperoleh melalui perbanyakan tanaman. Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, metode konvensional dan metode kultur in vitro. Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara konvensional adalah perbanyakan vegetatif malalui pemecahan/pemisahan rumpun, pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang seperti, pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan tangkai bunga yang selanjutnya ditanam ke media yang sama seperti pakis, moss (sejenis lumut), serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata. Perbanyakan secara vegetatif ini akan menghasilkan anak tanaman yang mempunyai sifat genetik sama dengan induknya. Namun perbanyakan konvensional secara vegetatif ini tidak praktis dan tidak menguntungkan untuk tanaman bunga potong, karena jumlah anakan yang diperoleh dengan cara-cara ini sangat terbatas (Yanti, 2007).

Perbanyakan dengan metode kultur in vitro yaitu secara generatif dengan biji dan vegetatif menggunakan organ tanaman (mericlone) seperti daun, tunas, dan akar. Biji anggrek sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan), sehingga perkecambahan di alam sangat sulit tanpa bantuan jamur yang bersimbiosis dengan biji tersebut. Metode kultur in vitro ini menggunakan

(16)

media tanam dengan formulasi khusus dan penanamannya dilakukan secara aseptik. Media tanam yang sering digunakan antara lain media MS, Knudson, dan

Vacint-Went. Kebersihan alat dan tempat perlu diperhatikan dengan baik agar

bahan tanam tidak terkontaminasi mikroorganisme. Baik biji maupun organ vegetatif tanaman yang dijadikan bahan tanam, ditanam ke dalam botol yang telah diisi media tanam dengan formulasi khusus tersebut, sehingga bibit tanaman yang dihasilkan biasa disebut dengan bibit botol (Sandra, 2003).

Pembibitan

Masa pembibitan merupakan masa yang berperan penting dalam membentuk tanaman muda menjadi tanaman dewasa yang tumbuh optimal. Pada tanaman anggrek, pembibitan awal biasanya dilakukan dengan menanam bibit dari botol ke dalam kompot yang disebut dengan aklimatisasi. Hal ini untuk mengadaptasikan tanaman dari kondisi aseptik ke kondisi non aseptik, juga untuk mengurangi resiko kematian tanaman. Bibit tanaman dalam botol baru bisa ditanam dalam kompot setelah berumur 9-12 bulan. Biasanya dicirikan pertumbuhan daun dan akar yang sehat dan kuat. Pemindahan bibit ke dalam pot dilakukan dengan mengeluarkan tanaman di botol dengan memasukkan air bersih ke dalam botol. Dengan kawat bersih berujung seperti huruf U, tanaman dikeluarkan satu persatu (akar lebih dahulu). Setelah keluar tanaman dicuci kaporit [CaCl(ClO)] 1% kemudian dengan air bersih. Seedling ditanam dalam pot dengan rapat. Apabila di dalam botol sudah terjadi kontaminasi jamur sebaik lebih dulu direndam di dalam antibiotic (penicillin atau streptomycin) 10 menit baru ditanam. Pada kondisi ini, tanaman sangat rawan terhadap kematian, sehingga perawatan dan pemeliharaan tanaman harus benar-benar diperhatikan (Deptan, 2008).

Tanaman yang sudah agak dewasa selama masih di dalam kompot, harus segera dipindahkan ke dalam pot individu. Hal ini ditujukan agar tanaman memiliki ruang tumbuh yang lebih baik. Pertumbuhan akar yang terus berkembang akan membuat tanaman berkompetisi dalam penyerapan air dan hara selama masih di dalam kompot sehinga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (Pamungkas, 2006).

(17)

Pada fase pembibitan ini perlu memperhatikan media tanam yang akan digunakan. Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesia antara lain: moss (sejenis lumut), pakis, serutan kayu, potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus. Pecahan batu bata banyak dipakai sebagai media dasar pot anggrek, karena dapat menyerap air lebih banyak bila dibandingkan dengan pecahan genting. Media pecahan batu bata digunakan sebagai dasar pot, karena mempunyai kemampuan drainase dan aerasi yang baik. Moss yang mengandung 2-3% unsur N sudah lama digunakan untuk medium tumbuh anggrek. Media moss mempunyai daya mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik pula. Pakis sesuai untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya. Serabut kelapa mudah melapuk dan mudah busuk sehingga dapat menjadi sumber penyakit, tetapi daya menyimpan airnya sangat baik, mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman, serta mudah didapat dan murah harganya. Penggunaaan serabut kelapa sebagai media tumbuh sebaiknya memilih serabut kelapa yang sudah tua (Yanti, 2007).

Bibit anggrek cenderung lebih menyukai kondisi media tanam yang lembab. Pemilihan media tanam yang digunakan juga harus memperhatikan keadaan lingkungan. Apabila keadaan lingkungan kering dan panas, sebaiknya digunakan media tanam yang dapat menahan air lebih lama seperti moss. Sebaliknya jika lingkungan merupakan daerah dengan curah hujan yang tinggi, hendaknya digunakan media tanam yang sedikit kering seperti akar pakis, sehingga dapat menghindari kondisi yang terlalu lembab yang dapat menyebabkan busuknya tanaman (Deptan, 2005).

Penyiraman

Penyiraman merupakan faktor pemeliharaan yang kritis. Kebutuhan air yang cukup sangat diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Kebutuhan air tergantung dari jenis tanaman, ukuran tanaman, jenis media, jenis pot, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Pemberian air yang berlebihan dapat menyebabkan kerugian terhadap anggrek, terutama pada

(18)

keadaan lingkungan yang lembab. Kelembaban yang berlebihan dengan tempeatur yang tinggi merupakan keadaan yang cocok untuk pertumbuhan cendawan dan bakteri penyebab utama kematian tanaman anggrek (Rittershausen and Wilman, 2003).

Pada fase pembibitan dimana tanaman sedang aktif tumbuh, membutuhkan lebih banyak air dibandingkan tanaman yang sedang berbunga. Tanaman yang sedang aktif tumbuh, sel-selnya sedang aktif membelah diri. Kebutuhan air yang cukup diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan agar dapat mengisi sel-sel baru yang terbentuk. Air yang digunakan tidak sekedar bersih, harus cukup mengandung mineral, pH netral, dan tersedia sepanjang tahun. Penyiraman pada anggrek Phalaenopsis biasanya dilakukan dua kali. Idealnya dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-09.00 dan sore hari pukul 16.00-18.00. Penyiraman tidak boleh terlalu berlebihan karena akan berdampak buruk bagi pertumbuhan akar yang nantinya menyebabkan akar busuk dan kehilangan daya serap (Kencana, 2007).

Pemupukan

Selain penyiraman, pemupukan juga sangat menentukan tingkat pertumbuhan tanaman. Pemupukan merupakan pemberian unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Pupuk dibagi menjadi dua, yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang bahan bakunya merupakan bahan kimia dengan efek pemakaian yang cepat dirasakan, sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang memiliki bahan baku berasal dari tanaman atau hewan yang telah diproses, dimana efek pemakaian pupuk ini agak lambat dirasakan (Sarwono, 2002).

Tanaman muda yang berada dalam kompot berada pada fase pertumbuhan vegetatif. Pada fase ini, biasanya pembentukan akar, batang, dan daun berlangsung sangat cepat sehingga kebutuhan unsur nitrogen bagi tanaman juga meningkat. Pupuk yang biasa diberikan yaitu pupuk dengan komposisi NPK 30: 10: 10 dengan konsentrasi 1 g/l tiap minggu. Apabila aplikasi dilakukan dua kali dalam seminggu, konsentrasi pupuk bisa dikurangi menjadi setengahnya. Pemberian pupuk organik cair juga dapat ditambahkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan konsentrasi 1 ml/l. Kombinasi

(19)

pemberian pupuk organik dan anorganik secara bergantian sampai tanaman berumur 4-6 bulan akan lebih baik (Iswanto, 2005).

Setelah tanaman dalam kompot tumbuh agak dewasa, tanaman perlu dipindahkan ke dalam pot tunggal. Pada masa ini tanaman juga masih dalam fase pertumbuhan vegetatif. Pemupukan disini digunakan untuk memperkuat akar, batang, dan daun yang telah terbentuk. Pupuk anorganik yang digunakan yaitu kombinasi NPK 20: 20: 20 dengan NPK 6: 55: 6. Pupuk ini diberikan secara bergantian setiap satu minggu sekali dengan konsentrasi 1 g/l. Pada saat musim kering, pemupukan dapat ditingkatkan hingga 50%. Pupuk yang diberikan dapat ditambah unsur N sebanyak dua kali sebulan dengan konsentrasi 1-2 g/l. Pada media juga dapat ditambahkan pupuk hijau seperti daun kaliandra yang telah dikeringkan dalam jumlah secukupnya. Pemberian pupuk hijau ini diulangi setelah 3-4 bulan lagi. Kombinasi pemberian pupuk ini bertujuan untuk menjaga mutu tanaman selama musim kemarau (Rittershausen and Wilman, 2003).

Pemberian pupuk daun sangat efektif jika disemprotkan pada permukaan bawah daun karena stomata anggrek lebih banyak terdapat disitu, sehingga pupuk tersebut dapat langsung diserap tanaman. Selain itu, pemberian pupuk juga bisa dilewatkan melalui akar, tetapi pupuk tidak banyak diserap karena hanya ujung akar saja yang memiliki daya serap. Selain itu, perlu ditambahkan pupuk organik karena kombinasi kedua pupuk ini akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pemakaian salah satu jenis pupuk daun. Pupuk tambahan lain diperlukan jika tidak memberikan pupuk secara rutin. Pupuk tambahan tersebut yaitu pupuk slow release yang larut sedikit demi sedikit jika terkena air. Penambahan perlu memperhatikan konsentrasi pada kemasannya (Kencana, 2007).

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hal yang tidak kalah pentingnya yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pembibitan anggrek adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman. Tanaman pada fase pembibitan masih berada dalam kondisi yang rawan terserang hama dan penyakit. Hama merupakan organisme perusak yang menghisap cairan tanaman atau memakan bagian tanaman, sedangkan penyakit

(20)

disebabkan jasad renik (cendawan, bakteri, mikroplasma, dan virus) yang tidak terlihat dengan mata biasa yang mengambil persenyawaan-persenyawaan dalam sel tanaman. Akibat serangannya seperti pembusukan pada batang, akar, dan bercak pada daun tanaman (Gunawan, 1998).

Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis dan kimia. Secara mekanis dapat dilakukan menangkap atau membersihkan tanaman dari hama secara langsung di lapang. Pengendalian secara kimia dilakukan menggunakan jenis pestisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis pestisida harus sesuai dengan organisme yang mengganggu tanaman, sedangkan fungisida dan bakterisida disesuaikan dengan jenis penyakit yang menyerang. Penggunaannya sebaiknya dilakukan pagi hari setelah disiram untuk mencegah pembusukan tanaman (Widiastoety, 2002).

(21)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009 dengan bertempat di PT Ekakarya Graha Flora Cikampek, Jawa Barat.

Metode Pelaksanaan

Metode yang dilaksanakan dalam kegiatan magang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang menyangkut aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial. Penulis bekerja sebagai pelaksana/operator (karyawan) selama dua bulan. Selama menjadi pelaksana/perator, penulis melakukan semua kegiatan teknis yang meliputi perbanyakan tanaman, aklimatisasi planlet (outflask), pindah tanam (repotting), pemeliharaan tanaman, pengkelasan tanaman (grading), pemeriksaan stok (stock opname), quality control (QC), dan pengepakan tanaman (packing) untuk persiapan ekspor maupun pengiriman lokal dimana penulis juga merangkap sebagai kepala regu untuk masing-masing kegiatan tersebut. Selain itu penulis melaksanakan kegiatan sebagai koordinator selama satu bulan dan kepala bagian selama satu bulan. Kegiatan menjadi koordinator meliputi koordinator aklimatisasi dan pindah tanam (koordinator outflask dan repotting), koordinator pemeliharaan, koordinator pengkelasan tanaman (koordinator grading), dan koordinator pengepakan tanaman (koordinator packing). Kegiatan menjadi kepala bagian meliputi kepala bagian produksi, kepala bagian PPIC (Plant Planning and

Inventarization Control), dan kepala bagian quality control (QC). Rincian

kegiatan ketika penulis bekerja sebagai pelaksana/operator, kepala regu, koordinator, dan kepala bagian secara berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 1, Lampiran 2, Lampiran 3, dan Lampiran 4.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data primer dan sekunder yang sesuai dengan topik skripsi penulis. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan-pengamatan

(22)

langsung selama kegiatan magang, khususnya pada kegiatan pengelolaan pembibitan dari aklimatisasi hingga tanaman pot 1.5” (diameter 3.81 cm) siap dipindah tanam ke ke dalam pot 2.5” (diameter 6.35 cm). Data sekunder merupakan data penunjang lain yang merupakan arsip perusahaan dan studi pustaka. Parameter khusus yang diamati yaitu persentase kontaminasi bibit botol (planlet), perbandingan ukuran planlet, perbandingan kemampuan tumbuh bibit S-1 (berasal dari planlet fase S-1 atau sub kultur kedua) dengan S-2 (berasal dari

planlet fase S-2 atau sub kultur ketiga), kesesuaian kosentrasi aplikasi

pemupukan, indikasi kemerataan penyiraman, dan persentase tanaman gagal pot 1.5”.

Analisis Data dan Informasi

Data yang telah terkumpul selama kegiatan diperlukan untuk dianalisis dan memberikan kesimpulan terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Analisis data terutama dilakukan terhadap data primer, karena data primer ini merupakan data yang langsung diperoleh melalui pengamatan-pengamatan selama melakukan kegiatan magang. Analisis dilakukan dengan pengamatan selama kegiatan pengelolaan pembibitan. Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif dan kuantitatif dimana fokus pengamatan seperti yang tertulis dalam sub judul pengamatan, sehingga dapat diperoleh kesimpulan data yang nantinya dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk perbaikan kegiatan dalam perusahaan. Selain itu penulis juga melakukan analisis usaha budidaya anggrek

Phalaenopsis skala sederhana berdasarkan ilmu dan keterampilan serta

(23)

KEADAAN UMUM

Letak Geografis atau Letak Wilayah Administratif

PT Ekakarya Graha Flora merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang tanaman hias khususnya tanaman anggrek. Perusahaan ini menyediakan tanaman hias anggrek jenis Phalaenopsis, Dendrobium, Mokara, Vanda, dan

Cattleya. Produk unggulan dari perusahaan ini adalah tanaman anggrek Phalaenopsis.

Perusahaan ini berkantor pusat di Roxy Mas Jakarta, serta memiliki tiga lokasi kebun yaitu di Cikampek untuk tempat produksi anggrek Phalaenopsis tanpa bunga dan anggrek Dendrobium, Mokara, Vanda, serta Cattleya dengan bunga maupun tanpa bunga, kebun Cipamingkis di Sukabumi untuk pembungaan anggrek Phalaenopsis, dan kebun Kanoman di Cianjur sebagai tempat produksi tanaman anthurium bunga. Tujuan dari didirikannya perusahaan anggrek ini karena ingin mengembangkan usaha anggrek di Indonesia, dengan asumsi “Selagi masih ada peradaban di dunia, bunga masih layak diperdagangkan”.

PT Ekakarya Graha Flora Cikampek terletak pada posisi 60˚20’ sampai dengan 60˚30’ Lintang Selatan dan 106˚ sampai dengan 106˚50’ Bujur Timur. PT Ekakarya Graha Flora berada di atas ketinggian 40 meter di atas permukaan laut. Lokasi perusahaan berada di jalur utama jalan tol Kalihurip km 64. Batas-batas wilayah perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Batas sebelah Utara adalah jalan raya lintas Pantai Utara 2. Batas sebelah Selatan adalah jalan tol Jakarta-Cikampek 3. Batas sebelah Barat adalah jalan tol Kalihurip

4. Batas sebelah Timur adalah desa Kamojing

Letak perusahaan termasuk strategis, akses menuju pasar rakyat, rumah sakit, serta pusat perbelanjaan terhitung cukup dekat dan mudah dijangkau. Sarana transportasi juga cukup tersedia untuk mendukung mobilitas. Peta tata letak perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 5.

(24)

Keadaan Iklim dan Tanah

PT Ekakarya Graha Flora Cikampek memiliki rata-rata curah hujan selama enam tahun terakhir yaitu 1324.32 mm per tahun dengan jumlah rata-rata hari hujan yaitu 92.67 hari per tahun. Rata-rata bulan kering dan bulan basah yaitu 5 dan 5.33. Tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth Ferguson adalah tipe iklim E yaitu agak kering dengan jumlah Q = 100.22%. Data keadaan iklim dapat dilihat pada Lampiran 6.

Suhu udara berkisar antara 22.59 ˚C sampai 31.30 ˚C dengan kelembaban udara sekitar 79.53%. Suhu dan kelembaban udara yang lebih berpengaruh terhadap tanaman yaitu suhu dan kelembaban udara rumah kaca, karena tanaman dipelihara di dalam 18 rumah kaca yang dimiliki perusahaan. Data suhu dan kelembaban rumah kaca dapat dilihat pada Lampiran 7.

Perusahaan ini berdiri di atas lahan sawah yang tidak produktif lagi. Kondisi daerah lokasi dan sekitarnya relatif datar, berupa gelombang-gelombang lemah dengan kemiringan lahan sekitar 2% sampai 4% ke arah utara. Keadaan tanah tidak mempengaruhi produktivitas, karena tanaman ditanam di dalam pot menggunakan media tanam moss yang dipelihara dan diletakkan di atas bed (tempat meletakkan tanaman) di dalam rumah kaca.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

PT Ekakarya Graha Flora Cikampek memiliki luas areal sekitar 37 902 m2

. Areal tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian produksi anggrek

Phalaenopsis dan bagian produksi anggrek Dendrobium. Areal tempat produksi

anggrek Dendrobium juga memproduksi anggrek jenis Mokara, Vanda, dan

Cattleya, walaupun jumlahnya tidak banyak.

Perusahaan ini memiliki sarana-sarana yang dibangun untuk menunjang kegiatan operasionalnya, baik sarana administrasi, sarana produksi, sarana umum, maupun sarana transportasi. Sarana administrasi terdiri dari empat bagian kantor, yaitu kantor personalia, kantor produksi Phalaenopsis, kantor produksi

Dendrobium, serta kantor PPIC (Planning Production Inventory Control) dan

(25)

Sarana produksi terdiri dari laboratorium sebagai tempat perbanyakan tanaman anggrek, ruang tumbuh untuk penyimpanan bibit botol anggrek (growth

room), rumah kaca sebagai tempat pemeliharaan tanaman anggrek Phalaenopsis

(green house), dan rumah jaring sebagai tempat pemeliharaan tanaman anggrek

Dendrobium (net house). Selain itu juga terdapat gudang sebagai tempat

penyimpanan bahan baku dan benda-benda yang mendukung kegiatan produksi, ruang stok sebagai tempat input data tanaman, ruang mekanik sebagai tempat peralatan dan perbaikan sarana-sarana lain, ruang pengepakan sebagai tempat mengepak dan meyimpan tanaman sebelum didistribusikan, serta ruang pembuangan sebagai tempat pemusnahan tanaman yang tidak memenuhi kriteria.

Sarana umum seperti pos satpam, mess perusahaan yang terdiri dari mess manajer dan mess karyawan, musholla, kantin, kamar mandi, lapangan bulu tangkis, lapangan voli, dan tempat parkir karyawan juga terdapat di perusahaan guna menunjang aktivitas lain karyawannya. Denah lokasi perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 8.

Terakhir yaitu sarana transportasi, perusahaan ini memiliki tiga mobil kantor yang digunakan untuk antar jemput serta kunjungan yang dilakukan pihak perusahaan, tiga mobil boks untuk distribusi tanaman, satu mobil sampah, dan dua mobil caddy golf yang dapat digunakan untuk berkeliling perusahaan. Akses jalan utama di perusahaan pun sangat menunjang, sehingga penggunaan sarana transportasi menjadi optimal.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman unggulan yang diproduksi PT Ekakarya Graha Flora Cikampek adalah tanaman anggrek Phalaenopsis. Tanaman ini dibedakan menjadi dua, yaitu tanaman free dan tanaman impor. Tanaman free merupakan tanaman yang diperuntukkan distribusi ke konsumen lokal atau dalam negeri. Tanaman impor merupakan tanaman yang diperuntukkan distribusi ekspor. Bibit botol tanaman-tanaman ini berbeda asal. Tanaman free berasal dari bibit botol yang dihasilkan oleh perusahaan sendiri, sedangkan tanaman impor berasal dari bibit botol yang diimpor dari PT Abiru Orchids Jepang.

(26)

Tanaman-tanaman ini dibedakan menjadi tanaman pot 1.5” (diameter 3.81 cm), tanaman pot 2.5” (diameter 6.35 cm), dan tanaman pot 3.5” (diameter 8.89 cm) didasarkan pada ukuran pot tanaman. Warna bunga tanaman-tanaman ini bervariasi dari putih, merah, kuning, leopard, novelty, mini white, mini red, dan

mini red-white. Tanaman-tanaman ini disusun dan dipelihara di dalam 18 rumah

kaca yang dimiliki perusahaan dengan kapasitas yang berbeda-beda. Data kapasitas rumah kaca dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tanaman-tanaman ini dipupuk secara rutin 3-4 kali setiap minggu tergantung kondisi cuaca untuk menjaga kualitas tanaman. Selain itu, setiap dua minggu sekali dilakukan penyemprotan pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman (chemical). Kualitas tanaman yang baik selalu menjadi perhatian khusus guna memberi kepuasan terhadap konsumen.

Kuantitas tanaman yang diproduksi juga menjadi perhatian khusus, agar tanaman selalu tersedia untuk konsumen, terutama konsumen Jepang karena merupakan konsumen tetap perusahaan. Produksi tanaman memang diorientasikan untuk pengiriman ekspor ke Jepang. Setiap dua kali dalam sebulan, ekspor ke Jepang sudah menjadi rutinitas perusahaan. Selain ke Jepang, perusahaan juga mendapatkan order ekspor ke Australia dan Singapura. Hal ini bukan berarti pengiriman lokal diabaikan, karena hampir setiap hari perusahaan melakukan pengiriman ke kebun Cipamingkis untuk pembungaan tanaman guna menyediakan tanaman berbunga untuk konsumen lokal.

Produksi tanaman merupakan hal yang perlu diperhatikan agar kuantitas untuk distribusi lokal dan ekspor selalu terpenuhi. Kenyataannya realisasi produksi bibit total perusahaan dari tahun 2005-2008 tidak sesuai dengan perencanaan produksinya. Produksi bibit total hanya terealisasi 78.53% selama empat tahun terakhir dari tahun 2005-2008. Hal ini disebabkan persediaan tanaman lama yang masih banyak tersedia karena belum terdistribusi. Akibatnya kapasitas penampungan bed dalam rumah kaca tidak mencukupi, sehingga pihak perusahaan mengimbangi produksi dengan pengurangan realisasi penanaman. Selain itu dari tahun 2006-2008 realisasi produksi cenderung menurun sebagai akibat turunnya kapasitas distribusi tanaman kepada konsumen. Data realisasi produksi dapat dilihat pada Tabel 1.

(27)

Tabel 1. Realisasi Produksi Tanaman Anggrek Phalaenopsis tanpa bunga PT Ekakarya Graha Flora Tahun 2005-2008.

Tahun Target (tanaman) Realisasi

(tanaman) Persentase (%) 2005 1 904 294 1 283 708 67.41 2006 1 839 259 1 673 969 91.01 2007 1 927 317 1 704 799 88.45 2008 975 602 557 218 57.12 Jumlah 6 646 472 5 219 694 78.53

Sumber: Kantor produksi PT Ekakarya Graha Flora

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan

PT Ekakarya Graha Flora dipimpin oleh seorang presiden direktur yang secara langsung membawahi wakil presiden direktur. Wakil presiden direktur membawahi langsung manajer umum yang juga membawahi manajer keuangan dan akuntansi, manajer pemasaran dan penjualan, manajer pembelian, manajer personalia dan umum, manajer PPIC (Planning Production Inventory Control), manajer produksi Phalaenopsis, manajer produksi Dendrobium, dan quality

control. PT Ekakarya Graha Flora Cikampek ditempati oleh manajer personalia

dan umum, manajer PPIC, manajer produksi Phalaenopsis, manajer produksi

Dendrobium, dan quality control (QC). Manajer-manajer lainnya ditempatkan di

kantor pusat Roxy Mas Jakarta.

Manajer personalia dan umum membawahi kepala bagian personalia dan kepala bagian umum dimana masing-masing kepala bagian tersebut membawahi administrasi untuk kepala bagian personalia dan koordinator yang juga membawahi kepala regu beserta pelaksana/operator untuk kepala bagian umum. Manajer PPIC membawahi dua kepala bagian, yaitu kepala bagian PPIC

Phalaenopsis dan kepala bagian PPIC Dendrobium dimana masing-masing kepala

bagian tersebut membawahi administrasi dan pelaksana/operator stok sesuai bagiannya. Sedangkan manajer produksi Dendrobium hanya membawahi satu kepala bagian, yaitu kepala bagian produksi yang membawahi koordinator laboratorium, koordinator M/E, koordinator produksi net ABC, koordinator produksi net D/E, koordinator pengepakan tanaman (koordinator packing),

(28)

dimana masing-masing koordinator langsung membawahi kepala regu dan pelaksana/operator.

Manajer produksi Phalaenopsis membawahi tiga kepala bagian, yaitu kepala bagian laboratorium, kepala bagian produksi Phalaenopsis Cikampek, dan kepala bagian produksi Phalaenopsis Cipamingkis, dimana masing-masing kepala bagian membawahi koordinator. Kepala bagian laboratorium membawahi koordinator seedling dan mericlone. Kepala bagian produksi Phalaenopsis Cikampek membawahi Koordinator aklimatisasi dan pindah tanam (koordinator

outflask dan repotting), koordinator pemeliharaan, koordinator pengkelasan

tanaman (koordinator grading), dan koordinator pengepakan tanaman (koordinator packing). Kepala bagian produksi Phalaenopsis Cipamingkis hanya membawahi koordinator pemeliharaan dan pengkelasan tanaman (grading) serta koordinator pengepakan tanaman (koordinator packing). Masing-masing koordinator tersebut membawahi kepala regu dan pelaksana/operator sesuai dengan bagiannya.

Bagian quality control (QC) tidak memiliki seorang manajer, tetapi ditangani oleh kepala bagian yang dibawahi langsung oleh manajer umum. Kepala bagian QC dibagi menjadi dua, yaitu kepala bagian QC Phalaenopsis dan kepala bagian QC Dendrobium, yang masing-masing membawahi staf QC.

PT Ekakarya Graha Flora memiliki jumlah karyawan total sebanyak 341 orang yang terdiri dari 212 orang laki-laki dan 129 orang perempuan. Karyawan-karyawan tersebut tersebar sebanyak 27 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 12 orang perempuan di kantor pusat Roxy Mas Jakarta. Kemudian sebanyak 244 orang yang terdiri dari 143 orang laki-laki dan 101 orang perempuan di Kebun Cikampek, serta 67 orang yang terdiri dari 54 orang laki-laki dan 13 orang perempuan di Kebun Cipamingkis.

Status pekerjaan di PT Ekakarya Graha Flora dibagi menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak. Jumlah total karyawan tetap di PT Ekakarya Graha Flora sebanyak 153 orang yang terdiri dari 95 orang laki-laki dan 58 orang perempuan, sedangkan karyawan kontrak sebanyak 188 orang yang terdiri dari 117 orang laki-laki dan 71 orang perempuan. Data jumlah karyawan PT Ekakarya Graha Flora dapat dilihat pada Lampiran 10.

(29)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Aspek teknis yang telah dilakukan selama penulis magang meliputi kegiatan perbanyakan tanaman, aklimatisasi planlet (outflask), pindah tanam (repotting), pemeliharaan tanaman seperti penyiraman, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit tanaman (chemical), kemudian pengkelasan tanaman (grading), pemeriksaan stok (stock opname), pengepakan tanaman (packing), dan

quality control (QC). Kegiatan-kegiatan ini dilakukan selama dua bulan ketika

penulis menjadi operator/pelaksana (karyawan) perusahaan. Perbanyakan Tanaman

Selama kegiatan ini penulis hanya diperbolehkan mengikuti proses dan melakukan pengamatan saja. Perbanyakan tanaman anggrek Phalaenopsis dilakukan secara kultur in vitro, yaitu memperbanyak tanaman menggunakan media khusus berupa agar dalam botol dengan kondisi lingkungan tumbuh yang aseptik. Komposisi media agar ini dimodifikasi sendiri oleh tim laboratorium yang diarahkan langsung oleh manajer produksi Phalaenopsis. Bahan tanaman yang digunakan berasal dari biji (seedling) dan bagian tanaman lain (mericlone).

Biji diperoleh dari buah hasil persilangan induk tanaman yang dimiliki perusahaan. Sebagian besar buah diproduksi di kebun Cipamingkis, Sukabumi. Sedangkan mericlone biasanya diambil dari batang bunga, dimana tanaman didatangkan dari kebun Cipamingkis juga. Bibit yang dihasilkan dari perbanyakan melalui biji dan mericlone hasil pembungaan dari kebun Cipamingkis disebut dengan bibit free, digunakan untuk distribusi lokal.

Kegiatan penerimaan buah maupun tanaman yang akan diambil batang bunganya untuk bahan perbanyakan harus melalui pengecekan dari tim QC guna menentukan kriteria buah yang masih muda dan sudah matang serta batang bunga yang bagus untuk bahan perbanyakan. Buah beserta kode buah dibungkus dengan kantong plastik dan dimasukkan ke dalam map coklat yang tertutup rapat agar buah tidak tercecer. Selanjutnya buah yang telah terbungkus map coklat tersebut disimpan ke dalam kulkas dengan suhu 5-10 ˚C sampai buah siap untuk ditanam.

(30)

Buah yang siap ditanam ditabur terlebih dahulu pada media cair untuk mencegah dormansi biji selama 1-2 minggu. Kepala regu disini bertugas untuk mencatat identitas atau silsilah buah dan tanaman yang diambil batang bunganya dalam log

book.

Batang bunga dipotong dari tanaman menggunakan gunting yang disterilisasi dengan cara dipanaskan menggunakan pembakar. Ujung bekas potongan dicelupkan pada lilin yang telah dicairkan sebelumnya untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme.

Media agar dibuat di dapur laboratorium sesuai dengan kebutuhan penanaman yang telah direncanakan. Komposisi media pun disesuaikan dan ditentukan sesuai kebutuhan penanaman. Bahan-bahan dicampur dan direbus hingga mendidih, kemudian didiamkan sejenak sebelum dituangkan dalam botol bersih yang telah disiapkan. Botol kemudian ditutup menggunakan penutup karet yang telah disterilisasi dengan alkohol 80%. Botol-botol tersebut selanjutnya disterilisasi menggunakan autoclave selama 120 menit dengan suhu 120 ˚C dan tekanan 15 psi. Botol berisi media yang telah steril disimpan di ruangan yang telah tersedia selama 3-7 hari untuk memastikan media betul-betul steril.

Gambar 1. Autoclave

Penanaman dilakukan di Laminar Air Flow dimana harus disterilisasi dahulu dengan menyalakan lampu UV selama 15 menit. Bagian dalam Laminar disemprot dan dibersihkan dengan alkohol 80%, kemudian menyalakan kipas dan

(31)

pembakar. Alat-alat penanaman telah disterilisasi sebelumnya, dan disimpan dengan membungkusnya menggunakan alumunium foil dan kertas koran. Sebelum digunakan, alat disterilisasi lagi dengan membakarnya di atas pembakar selama 25-30 detik.

Buah maupun batang bunga disterilisasi terlebih dahulu menggunakan NaClO dan Tween 20 (bahan aktif C11H22O4) sebelum ditanam dan

mencelupkannya ke dalam alkohol 80%. Pembelahan buah atau pemotongan batang bunga dilakukan menggunakan pisau yang steril. Buah dibelah di atas botol yang berisi larutan media cair khusus. Ujung botol dibakar dengan pembakar dan ditutup rapat menggunakan tutup karet dan plastik yang telah diberi kode buah, tanggal penanaman, dan inisial penanam kemudian disimpan di ruang tumbuh.

Batang bunga dipotong pada tiap mata tunasnya dan ditanam pada tabung dengan masing-masing tabung berisi satu mata tunas, kemudian ditutup rapat dan diinkubasi maksimal enam bulan sampai terjadi inisiasi. Selanjutnya tunas yang muncul hasil inisiasi dipotong dan dipindah tanamkan, dibiarkan 2-3 bulan sampai terbentuk protocorm, yang nantinya dipotong menjadi bagian-bagian lagi untuk ditanam dalam botol hingga membentuk planlet (bibit dalam botol).

Gambar 2. Kegiatan Penanaman dalam Laminar Air Flow

Proses pertumbuhan biji hingga menjadi planlet muda melalui beberapa fase, yaitu:

1. Fase S-0.1 (Stage 0.1), yaitu penanaman pertama biji dari buah yang baru dibelah hingga tumbuh menjadi protocorm dan berkembang menjadi

(32)

planlet kecil yang telah terbentuk daun dan akarnya dengan ukuran sekitar

1-2 mm. Fase ini berlangsung sekitar 2-3 bulan.

2. Fase S-0.2 (Stage 0.2), yaitu sub kultur planlet dari fase S-0.1 yang telah terbentuk daun dan akarnya walaupun belum sempurna (sub kultur pertama). Tujuannya untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih luas, sehingga jumlah planlet-nya lebih sedikit dibandingkan pada fase S-0.1 walaupun tidak ada ketentuan berapa jumlah planlet-nya. Fase ini berlangsung selama 3-4 bulan, dimana planlet saat itu siap dipindahkan ke media baru.

3. Fase S-1 (Stage 1), yaitu fase sub kultur planlet dari penanaman fase S-0.2 (sub kultur kedua). Planlet telah memiliki daun dan akar yang sempurna, tetapi pada fase ini lebih ditekankan pada pengembangan daun.

Planlet dari botol lama di-sub kultur ke dalam botol berisi media baru

sebanyak 40 tanaman per botolnya. Planlet dibiarkan tumbuh selama 3-4 bulan hingga berukuran 3-5 mm.

4. Fase S-2 (Stage 2), yaitu fase sub kultur planlet setelah dari penanaman fase S-1 (sub kultur ketiga). Planlet dari fase S-1 di- sub kultur ke dalam media baru dalam botol sebanyak masing-masing sebanyak 20 planlet. Pertumbuhan planlet ditekankan pada pengembangan akar tanaman.

Planlet disimpan selama 3-4 bulan, selanjutnya didistribusikan ke rumah

kaca untuk ditanam.

5. Fase S-3 (Stage 3), yaitu fase sub kultur planlet dari penanaman fase S-2 (sub kultur keempat). Fase ini tidak dilakukan pada semua kode planlet, melainkan hanya pada planlet yang pertumbuhannya tidak optimal ketika berada pada fase S-2, dengan kata lain planlet S-2 dipindahkan ke dalam botol dengan media yang baru. Pertumbuhan planlet pada fase ini ditekankan pada pengembangan daun dan akar tanaman. Planlet dipelihara sekitar 2-3 bulan baru dapat didistribusikan ke rumah kaca.

(33)

Fase S-0.1

Fase S-0.2

Fase S-1

Fase S-2

Fase S-3

Gambar 3. Bagan Urutan Fase Pertumbuhan Planlet In Vitro

Proses sub kultur dari fase satu ke fase lain tidak jauh berbeda dengan penanaman awal. Hanya saja yang membedakan adalah komposisi media agar yang digunakan dan ruang tumbuh sebagai tempat menyimpan planlet. Ruang tumbuh ini terdiri dari empat ruang, yaitu ruang tumbuh 1, ruang tumbuh 2, ruang tumbuh 3, dan ruang tumbuh 4. Planlet dalam fase S-0.1 dan S-0.2 disimpan dalam ruang tumbuh 1 dan ruang tumbuh 2, sedangkan untuk planlet fase 1, S-2, dan S-3 disimpan dalam ruang tumbuh 3 dan ruang tumbuh 4. Komposisi media agar dan kondisi masing-masing ruang tumbuh dapat dilihat pada Lampiran 11 dan Lampiran 12.

Selain itu, planlet yang berasal dari bahan tanam mericlone juga ada yang diperoleh secara impor dari PT Abiru Orchids Jepang dan diperuntukkan distribusi ekspor ke Jepang. Bibit yang dihasilkan dari planlet ini nantinya disebut dengan bibit impor. Penerimaan planlet ini juga melalui pengecekan dari tim QC. Ketika diimpor planlet ini sudah berada pada fase S-0.2, sehingga selama pembesarannya hanya dilakukan sub kultur ke fase S-1 dan S-2, bahkan tidak menutup kemungkinan melalui fase S-3 melihat kondisi pertumbuhan planlet tersebut.

Penulis melakukan pengamatan khusus pada fase ini mengenai persentase kontaminasi planlet. Planlet sangat rawan terserang mikroorganisme kontaminan yang dapat menyebabkan tanaman tidak tumbuh bahkan mati. Oleh karena itu operator penanaman planlet harus benar-benar terlatih agar dapat meminimalisir kontaminasi bibit yang diproduksi. Berikut merupakan data persentase kontaminasi periode bulan April 2009.

(34)

Tabel 2. Persentase Kontaminasi Planlet Bulan April 2009 Bibit Jumlah Total

(tanaman) Jumlah Kontaminasi (tanaman) Persentase (%) Mericlone 155 943 1 764 1.13 Seedling 81 934 8 117 9.91 Jumlah 237 877 9 881 4.15

Sumber: Pengamatan di Laboratorium PT Ekakarya Graha Flora

Aklimatisasi Planlet (Outflask)

Aklimatisasi planlet (outflask) merupakan kegiatan pengeluaran planlet dari botol dan menanamnya ke dalam pot 1.5”, yang kemudian disebut dengan bibit muda (flasko) atau tanaman pot 1.5”. Kegiatan diawali dengan persiapan penanaman yaitu pengeluaran planlet menggunakan pinset yang telah disterilisasi larutan Trinatrium phosphate [Na3(PO)4] dengan konsentrasi 4 g/l. Pinset harus

diganti atau dicelupkan kembali ke dalam larutan Trinatrium phosphate [Na3(PO)4] setelah digunakan untuk mengeluarkan sebanyak lima botol planlet,

agar planlet tidak terkontaminasi. Planlet yang telah dikeluarkan dari botol ditempatkan ke dalam keranjang hingga penuh.

Keranjang yang telah penuh dengan planlet dibawa ke tempat pencucian.

Planlet diambil dan dimasukkan ke dalam wadah pertama yang berisi air untuk

membersihkan media agar yang masih menempel. Selanjutnya dipindahkan lagi ke dalam wadah kedua yang berisi air juga untuk memebersihkan media agar yang tersisa dari pencucian dalam wadah pertama. Setelah itu, planlet dimasukkan ke dalam wadah yang berisi larutan Starner (bahan aktif Oxolinix acid [C13H11NO5])

dengan konsentrasi 10 g/l, kemudian ditempatkan kembali ke dalam keranjang untuk dikeringkan sejenak.

Planlet kemudian disortasi untuk menentukan klasifikasi berdasarkan

ukuran. Planlet impor (mericlone) untuk tujuan ekspor ke Jepang dibedakan menjadi ukuran besar, sedang, kecil, sangat kecil, dan afkir. Planlet free dibedakan menjadi ukuran besar, sedang, kecil, dan afkir. Planlet afkir tidak ditanam melainkan dibuang atau dimusnahkan. Planlet yang telah disortasi

(35)

ditempatkan dalam keranjang sesuai ukurannya masing-masing dan siap untuk ditanam.

(a) (b)

Gambar 4. (a) Pengeluaran Planlet dari botol, (b) Pencucian Planlet

Penanaman planlet dilakukan oleh tenaga wanita, karena membutuhkan ketelatenan agar akar tidak terpotong saat planlet ditanam dalam pot. Akar dibungkus dengan media tanam berupa moss, kemudian dimasukkan ke dalam pot dan ditekan hingga media padat dan tanaman tidak goyah. Moss tidak boleh terlalu penuh atau terlalu sedikit, harus tepat pada garis batas yang ada dalam pot.

Moss ini dibedakan menjadi dua, yaitu moss Chili dan moss China. Moss Chili

berasal dari New Zealand dan diimpor dari Taiwan. Moss Chili digunakan untuk penanaman bibit impor, sedangkan moss China digunakan untuk penanaman bibit

free dan diimpor dari negara China. Sebelum dilakukan penanaman moss

dibersihkan dahulu di tempat pencucian menggunakan air bersih.

Planlet yang telah ditanam dalam pot disusun ke dalam talam. Talam

tanaman pot 1.5” ini berisi 36 pot untuk satu talamnya. Talam-talam ini diangkut menggunakan troli untuk disusun di atas bed yang tersedia dalam rumah kaca. Tanaman kemudian diberi label, label kuning untuk tanaman dari bibit impor dan label putih untuk tanaman dari bibit free. Label pada tanaman pot 1.5” berisi kode tanaman, tanggal penanaman, ukuran, dan tempat penyusunan (rumah kaca-bed). Jumlah tanaman dituliskan dibalik label setelah dilakukan penghitungan dan pengecekan.

(36)

Gambar 5. Penanaman Planlet ke dalam Pot 1.5”

Satu tim aklimatisasi terdiri dari tujuh orang dengan satu kepala regu. Satu orang biasanya melakukan persiapan dibantu kepala regu dan lima orang lainnya melakukan penanaman. Target penanaman yaitu 920 pot per orang untuk satu hari kerja (HK) selama tujuh jam. Penulis hanya mampu melakukan penanaman sebanyak 180 pot pada hari pertama dan 252 pot pada hari kedua. Hari kedua penanaman jatuh pada hari Sabtu, dimana satu HK hanya empat jam dan target penanaman sebanyak 576 pot per orangnya.

Pengamatan khusus dilakukan penulis dengan membandingkan ukuran

planlet impor dan planlet free. Pengamatan ini dilakukan dengan mengambil

sampel sebanyak masing-masing 30 botol planlet impor dan planlet free, dengan bahan tanam berasal dari mericlone. Jumlah rata-rata planlet free adalah 20.27 bibit tiap botolnya, sedangkan untuk planlet impor sebanyak 21.07 bibit tiap botolnya. Hasil pengamatan perbandingan ukuran planlet free dan planlet impor dapat dilihat pada Tabel 3.

(37)

Tabel 3. Perbandingan Ukuran Planlet Free dan Impor Ketika Aklimatisasi

Ukuran Planlet Free Planlet Impor

………..(%)………..

Besar 15.63 9.34

Sedang 56.74 37.03

Kecil 26.65 52.22

Afkir 0.99 1.42

Sumber: Pengolahan data dari pengamatan

Keterangan: Besar (daun ≥ 2, tinggi ≥ 5 cm, tumbuh normal), sedang (daun ≥ 2, tinggi ≥ 4 cm, tumbuh normal), kecil (daun ≥ 2, tinggi ≥ 3 cm, tumbuh normal), afkir (daun < 2, tinggi < 3 cm, abnormal)

Pengamatan lain yang dilakukan penulis yaitu membandingkan kemampuan tumbuh bibit S-1 dengan bibit S-2. Bibit S-1 merupakan bibit yang berasal dari planlet hasil sub kultur kedua dari fase penanaman awal in vitro (fase S-1). Bibit S-2 adalah bibit yang berasal dari planlet hasil sub kultur dari fase S-1 atau sub kultur ketiga dari fase penanaman awal in vitro (fase S-2).

Pengamatan ini dilakukan dengan mengambil masing-masing 40 sampel bibit dari bibit S-1 dan S-2. Bibit memiliki kode tanaman yang sama, tanggal tanam yang sama, umur yang sama (umur tiga bulan setelah aklimatisasi), dan perlakuan yang sama, jadi yang membedakan hanya fase dimana planlet tersebut dikeluarkan dari botol. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang leaf span (jarak ujung daun yang saling berhadapan) masing-masing tanaman tersebut tiap minggu selama satu bulan. Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan hasil rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang leaf span bibit S-1 dan S-2 sebagai berikut.

Tinggi Tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi batang tanaman dari permukaan media moss hingga titik tumbuh daun. Berikut adalah data hasil rata-rata tinggi daun tanaman S-1 dan S-2.

(38)

Tabel 4. Rata-rata Tinggi Tanaman Bibit S-1 dan S-2 Pengamatan Minggu Ke- S-1 S-2 ………..(cm)……….. I 1.44 ± 0.32 1.37 ± 0.31 II 1.56 ± 0.31 1.51 ± 0.31 III 1.89 ± 0.29 1.81 ± 0.31 IV 2.09 ± 0.27 1.97 ± 0.30

Sumber: Pengolahan data pengamatan

Keterangan: Bibit S-1 berasal dari planlet hasil sub kultur kedua dari fase penanaman awal in vitro (fase S-1). Bibit S-2 adalah bibit yang berasal dari planlet hasil sub kultur dari fase S-1 atau sub kultur ketiga dari fase penanaman awal in vitro (fase S-2).

Jumlah Daun

Perhitungan jumlah daun dihitung dari daun terbawah yang masih hijau dan sehat hingga daun teratas tanaman. Kemunculan daun baru dihitung sebagai satu daun jika telah tumbuh dan berkembang menjadi daun muda. Ketika daun baru masih berukuran kecil, daun tersebut dihitung sebagai setengah daun. Berikut merupakan hasil pengamatan rata-rata jumlah daun bibit S-1 dan S-2.

Tabel 5. Rata-rata Jumlah Daun Bibit S-1 dan S-2 Pengamatan Minggu Ke- S-1 S-2 I 4.25 ± 2.22 4.31 ± 2.37 II 4.54 ± 2.77 4.44 ± 2.45 III 4.66 ± 2.57 4.65 ± 2.73 IV 4.78 ± 2.76 4.85 ± 2.97

Sumber: Pengolahan data pengamatan

Keterangan: Bibit S-1 berasal dari planlet hasil sub kultur kedua dari fase penanaman awal in vitro (fase S-1). Bibit S-2 adalah bibit yang berasal dari planlet hasil sub kultur dari fase S-1 atau sub kultur ketiga dari fase penanaman awal in vitro (fase S-2).

(39)

Panjang leaf span

Anggrek Phalaenopsis memiliki pola daun yang bertumpuk dan tumbuh ke atas dengan posisi daun saling berhadapan kanan dan kirinya. Jarak antara ujung daun sebelah kanan hingga daun sebelah kiri inilah yang disebut dengan

leaf span. Berikut ini adalah hasil pengamatan pengukuran panjang leaf span.

Tabel 6. Rata-rata Panjang Leaf Span Bibit S-1 dan S-2 Pengamatan Minggu Ke- S1 S2 ………..(cm)……….. I 12.19 ± 0.67 11.91 ± 0.67 II 12.19 ± 0.77 12.64 ± 0.65 III 13.57 ± 0.69 12.35 ± 0.73 IV 14.42 ± 0.74 12.78 ± 0.69

Sumber: Pengolahan data pengamatan

Keterangan: Bibit S-1 berasal dari planlet hasil sub kultur kedua dari fase penanaman awal in vitro (fase S-1). Bibit S-2 adalah bibit yang berasal dari planlet hasil sub kultur dari fase S-1 atau sub kultur ketiga dari fase penanaman awal in vitro (fase S-2).

Pindah Tanam (Repotting)

Kegiatan ini adalah memindahtanamkan tanaman ke dalam pot yang lebih besar dengan media tanam baru. Kegiatan ini terdiri dari dua tahap, yaitu pindah tanam 1.5”-2.5” dan pindah tanam 2.5”-3.5”. Kegiatan pindah tanam juga dilakukan oleh tenaga wanita karena membutuhkan kehati-hatian agar akar tanaman tidak mengalami kerusakan saat pencabutan tanaman dari pot lama dan saat tanaman ditanam kembali ke dalam pot baru.

Tim pindah tanam dibagi menjadi tiga yaitu satu tim pindah tanam 1.5”-2.5” dan dua tim pindah tanam 1.5”-2.5”-3.5”. Masing-masing tim terdiri dari tujuh orang dengan satu kepala regu. Satu orang biasanya melakukan persiapan pencabutan dan penyusunan tanaman dalam keranjang dibantu dengan kepala regu. Lima orang lainnya melakukan penanaman ke dalam pot baru.

(40)

Pindah Tanam 1.5”-2.5”. Kegiatan ini dilakukan ketika tanaman pot 1.5” berumur sekitar 4-6 bulan dari aklimatisasi. Tanaman pot 1.5” dipindahkan dari pot lama ke dalam pot baru yaitu pot ukuran 2.5” dengan moss yang baru juga. Kegiatan diawali dengan pencabutan tanaman pot 1.5” dari pot lama menggunakan gunting atau besi pendorong. Akar tanaman yang terlalu panjang dan keluar dari pot dipotong untuk memudahkan penanaman dan merangsang pertumbuhan akar baru. Pemotongan dilakukan menggunakan gunting yang disterilisasi dengan larutan Trinatrium phosphate [Na3(PO)4] dengan konsentrasi

4 g/l. Gunting harus diganti atau dicelupkan ke dalam larutan Trinatrium

phosphate [Na3(PO)4] setelah digunakan untuk memotong sebanyak lima

tanaman.

Tanaman kemudian dikeluarkan dari pot menggunakan gunting atau besi pendorong. Gunting atau besi didorongkan melalui lubang aerasi pada bagian bawah pot hingga tanaman keluar beserta moss-nya dari pot lama. Tanaman yang telah dicabut disusun dalam keranjang dan siap untuk ditanam ke dalam pot baru.

Akar tanaman dibungkus dengan moss baru, dengan moss lama disisakan sebagian dan ditanam bersama-sama moss baru ke dalam pot 2.5”. Penggunaan

moss disesuaikan dengan peruntukan tanaman, apakah tanaman dari bibit impor

yang diperuntukkan ekspor ke Jepang atau tanaman free yang diperuntukkan distribusi lokal. Moss ditekan hingga padat dan disesuaikan dengan batas standar ketinggian moss. Tanaman yang telah ditanam ke dalam pot baru 2.5” disebut dengan tanaman pot 2.5”. Tanaman pot 2.5” ini kemudian disusun ke dalam talam yang berisi sembilan pot untuk satu talamnya. Talam-talam ini diangkut menggunakan troli dan disusun di atas bed yang tersedia dalam rumah kaca. Tanaman diberi label yang berisi kode tanaman, tanggal aklimatisasi, tanggal pindah tanam, ukuran, dan tempat penyusunan (rumah kaca-bed). Jumlah tanaman dituliskan dibalik label setelah dilakukan penghitungan dan pengecekan. Pemberian label juga disesuaikan dengan peruntukan tanaman. Target per orang dalam satu HK selama tujuh jam sebanyak 720 pot. Penulis hanya mampu melakukan penanaman sebanyak 225 pot dalam satu HK.

Gambar

Gambar 1. Autoclave
Gambar 2. Kegiatan Penanaman dalam Laminar Air Flow
Gambar 3. Bagan Urutan Fase Pertumbuhan Planlet In Vitro
Gambar 4. (a) Pengeluaran Planlet dari botol, (b) Pencucian Planlet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan dalam sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto adalah data jumlah korban kecelakaan yang

Menentukan besar untung dan rugi dari pembelian atau penjualan Menentukan prosentase untung atau rugi dari harga pembelian Menentukan rabat (diskon), bruto, netto, dan tara?.

Pada keadaan tertentu bila alat yang akan dibeli tidak dapat diuji coba (alat-alat tertentu) maka keputusan pembelian diserahkan kepada Tim Pengadaan. Kepala Bagian Inventory

Analisis data yang telah dilakukan menggunakan CBCL dengan membandingkan tahap pretest dengan tahap posttest menjelaskan bahwa Parent Management Training dapat

Jika debitur kredit sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan undang – undang dan ketentuan BI, Setelah semua peraturan BI dan Undang –undang sudah

Dan bila hasil pemeriksaan pada akhir tahap intensif negative dilanjutkan tahap lanjutan, kemudian diperiksa dahak ulang pada akhir bulan ke V, bila hasil negative dilanjutkan

Rasio (perbandingan) antar satu data dengan data yang lainnya dapat diketahui dan mempunyai arti. Titik nol merupakan titik mutlak.. Statistik yang sesuai dengan data

Learning memiliki dampak positif dalam Mengefektifltaskan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu