• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI RELIGIUSITAS DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) 2006 PADA SISWA SMU. Oleh: Rizki Larinta Uly Gusniarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI RELIGIUSITAS DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) 2006 PADA SISWA SMU. Oleh: Rizki Larinta Uly Gusniarti"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

RELIGIUSITAS DAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI

UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) 2006 PADA SISWA SMU

Oleh: Rizki Larinta Uly Gusniarti

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

JOGJAKARTA

2006

(2)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan religiusitas dengan kecemasan menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) 2006 pada siswa SMA. Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian ini, subjek penelitian yang diteliti adalah siswa-siswi SMAN 1 Jember kelas III.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan negatif antara religiusitas dan kecemasan menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) 2006 pada siswa SMA. Semakin tinggi religiusitas siswa, semakin rendah kecemasan siswa dalam menghadapi UAN, sebaliknya semakin rendah religiusitas siswa, semakin tinggi kecemasan yang dialami oleh siswa dalam menghadapi UAN”.

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang terdiri dari Skala Kecemasan Menghadapi UAN dan Skala Religiusitas. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis product moment dari Pearson.

Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan diperoleh nilai korelasi antara religiusitas dan kecemasan menghadapi UAN adalah sebesar -0,391 dengan tingkat signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan hasil analisis korelasi yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi UAN pada siswa SMA, dimana semakin tinggi religiusitas pada siswa maka semakin rendah kecemasan menghadapi UAN dan sebaliknya semakin rendah religiusitas pada siswa semakin tinggi kecemasan menghadapi UAN.

(3)

RELIGIUSITAS DAN KECEMASAN MENGHADAPI

PERSIAPAN UJIAN NASIONAL (UN) PADA SISWA SMA

Pengantar

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang dapat mendukung majunya suatu bangsa. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam pasar kerja global. Oleh karena itu penting untuk mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman, kebutuhan atau keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Dengan menaikkan standar nilai kelulusan kualitas pendidikan dapat memenuhi harapan dan kerinduan sebagian besar orang dalam penyediaan sumber daya manusia (SDM) bermutu dalam membangun bangsa. Kenaikan standar juga diharapkan dapat memacu kerja keras guru, anak didik dan orangtua agar bekerja keras, dan diharapkan mutu lulusan dapat sejajar dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain (Suara Merdeka, 06 April 2004).

Ujian akhir nasional (UAN) sebagai syarat kelulusan bagi para siswa kelas tiga SMP / SMA mulai diberlakukan pada tahun 2003 lalu. Tiga soal untuk tiga mata pelajaran yaitu Bahasa Inggris, Matematika, dan Bahasa Indonesia dipasok dari pusat. Nilai kelulusan untuk tiga pelajaran itu minimal 3,01, jika kurang dari itu maka siswa tidak lulus tapi masih bisa ikut UAN ulangan. Pada tahun 2004, standar kelulusan UAN dinaikkan menjadi 4,01. Semula, tidak ada UAN ulangan,

(4)

jadi siswa yang tidak lulus harus mengulang setahun di kelas tiga. Tapi, karena banyak pihak yang memprotes kebijakan ini, maka diadakanlah UAN ulangan. Pada tahun pelajaran 2005/2006, UAN berganti istilah menjadi UN yaitu Ujian Nasional. Kebijakan yang berlaku juga berbeda dari tahun sebelumnya. Nilai minimal standar kelulusan yang semula 4,01 dinaikkan menjadi 4,26 untuk nilai setiap mata pelajaran dan rata-rata nilai ujian nasional harus lebih dari 4,5. Ini berarti nilai ketiga mata pelajaran jumlahnya minimal harus 13,5. Kebijakan ini sesuai dengan PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Apabila tidak lulus pada ujian tersebut, siswa peserta harus mengulang ujian pada Ujian Nasional tahun berikutnya (Pikiran Rakyat, 19 Oktober 2005).

Bertambahnya standar nilai mininimal untuk bisa lulus dalam UAN menimbulkan kecemasan dari berbagai pihak, diantaranya para guru, orangtua siswa, dan siswa itu sendiri. Memang ada kesempatan untuk mengulang ujian pada Juli mendatang, namun kesempatan itu bukan jaminan untuk mengubah keadaan. Bukan tidak mungkin keadaan itu menyebabkan seorang siswa yang tidak lulus merasa tertekan. Perkiraan akan banyak siswa yang tidak lulus menyebabkan kecemasan tersebut sangat kuat. Perkiraan nasional beberapa waktu lalu menyebutkan angka tidak lulus di tingkat SMU / SMK antara 5% sampai dengan 15%. Namun di Semarang, Solo, dan beberapa kota lain ada yang mengungkapkan angka tidak lulus lebih tinggi, hingga 30%. Masalahnya bukan cuma karena mutu guru atau proses pembelajaran itu sendiri, melainkan juga karena faktor kebijakan Mendiknas tentang UAN yang sangat mendesak. Guru

(5)

tidak punya waktu cukup untuk mensosialisasikan sistem baru itu kepada siswa sebaik-baiknya (Suara Merdeka, 17 April 2006).

Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecemasan siswa dalam menghadapi tes, baik faktor internal maupun faktor ekternal. Faktor eksternal bisa berupa hal-hal yang berhubungan dengan materi pelajaran, seperti materi pelajaran yang sulit, penyampaian materi yang kurang jelas, keterbatasan buku-buku penunjang, tuntutan dari orangtua agar bisa memperoleh nilai yang maksimal, dan konsekuensi yang harus diterima apabila gagal dalam tes tersebut. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi adalah kepribadian siswa itu sendiri (Slameto, 2003).

Religiusitas menurut Daradjat (1998) merupakan bagian dari kepribadian seseorang. Dalam hal ini religiusitas akan mempengaruhi cara berpikir, merasakan, bersikap, dan berperilaku. Religius adalah suatu keadaan dimana individu merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia, dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung dan berserah diri. Semakin seseorang mengakui adanya Tuhan dan kekuasaan-Nya, maka akan semakin tinggi tingkat religiusitasnya.

Pada penelitian ini, ditemukan fenomena bahwa ada beberapa daerah yang melakukan ritual keagamaan sebagai sarana untuk mereduksi kecemasan yang dialami siswa pada saat akan menghadapi ujian akhir nasional. Diantaranya SMA Negeri 1 Purwodadi dan seluruh siswa kelas III se Kabupaten Jombang. Kepala SMA Negeri 1 Purwodadi mengatakan bahwa kunci meraih sukses untuk mengikuti ujian adalah belajar yang rajin disertai do’a dan upaya yang ditempuh

(6)

sekolah ini adalah menyelenggarakan istighosah bersama di samping latihan soal-soal ujian tiga mata pelajaran yang akan diujikan pada UN nanti. Kepala Sekolah mengatakan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk menumbuhkan optimisme pada diri para siswa agar berhasil dalam ujian nanti. Sedangkan di Jombang, tepatnya pada tanggal 12 Mei 2005, dilaksanakan istighosah bersama siswa kelas III se Kabubaten Jombang. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang, Drs. Gatot Kartonohadi, M.Si melaporkan bahwa kegiatan ini untuk memberikan bekal secara batiniah kepada para siswa dalam menghadapi ujian akhir nasional. Bupati Jombang Drs. H. Suyanto menyampaikan bahwa untuk menghadapi ujian akhir nasional para siswa harus mempunyai bekal yang cukup baik secara lahiriah maupun batiniah agar dapat mengikuti dengan baik sesuai dengan harapan para orangtua maupun para pendidik yang ada di masing-masing sekolah. Suyanto mengharapkan agar melalui kegiatan ini bisa dimanfaatkan dengan sebaik mengkin untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT melalui do’a agar diberi kemudahan dalam mengerjakan soal ujian nanti. Diharapkan juga agar para siswa bisa lebih pasrah lagi pada segala hal yang akan terjadi nanti, seandainya hasil yang diperoleh pada ujian nanti tidak sesuai dengan apa yang diharapkan sementara mereka sudah berusaha semaksimal mungkin (www.jombang.go.id).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik ingin mengetahui apakah religiusitas memberikan pengaruh bagi para siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah mereka terutama yang berupa kecemasan dalam menghadapi persiapan ujian nasional nanti.

(7)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi ujian akhir nasional (UAN) pada siswa SMA.

Tinjauan Pustaka Kecemasan Menghadapi UAN Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan yang disamakan dengan ketakutan firasat atau peramalan terlebih dahulu terhadap sesuatu yang akan terjadi (Greene, Nevid, dan Rathus, 1997). Lazarus (1976) menyatakan bahwa kecemasan merupakan pengalaman yang samar-samar dan disertai oleh perasaan tidak berdaya dan tidak menentu. Atkinson (1983) menyatakan bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang terkadang-kadang dialami dalam tingkat yang berbeda-beda.

Dari berbagai macam uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang mengakibatkan individu mengalami perasaan tidak berdaya dalam tingkat yang berbeda-beda karena ketidakmampuan menyesuaikan diri di dalam situasi pada umumnya.

Kecemasan Menghadapi UAN

Menurut Lewis (Hidayah, 2004) kecemasan tes adalah pengalaman buruk yang kurang menyenangkan yang dialami individu baik di saat persiapan tes,

(8)

menjelang dan selama pelaksanaan tes. Seseorang yang menderita kecemasan yang tinggi dalam menghadapi tes menyebabkan seseorang terhambat atau kurang dalam memproses informasi dan tidak dapat menemukan cara pemecahan masalah yang tepat.

Kecemasan menghadapi UAN adalah pada siswa SMA adalah emosi yang tidak menyenangkan yang mengakibatkan siswa SMA mengalami perasaan tidak berdaya dalam tingkat yang berbeda-beda karena ketidakmampuan menyesuaikan diri pada situasi saat akan menghadapi UAN.

Rasa cemas besar pengaruhnya pada tingkah laku siswa. Penelitian-penelitian yang dilakukan Sarason dan kawan-kawan (Slameto, 1995) membuktikan siswa-siswa dengan tingkat kecemasan yang tinggi tidak berprestasi sebaik siswa-siswa dengan tingkat kecemasan yang rendah pada beberapa jenis tugas.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang adalah: 1. Faktor keturunan (heredity)

Orangtua yang memiliki kecenderungan mengalami kecemasan juga akan diturunkan kepada anaknya.

2. Pengalaman hidup (life experiences)

Ketika seorang anak hidup dalam sebuah lingkungan yang tingkat stresnya tinggi, mereka akan tumbuh sebagai individu yang mudah sekali cemas. Peneliti yakin bahwa ada hubungan antara kekerasan, kejahatan, kemiskinan atau stres dengan terjadinya kecemasan.

(9)

3. Senyawa kimia otak (brain chemistry)

Adanya ketidakseimbangan antara neurotransmitter, yaitu noreadrenaline dan serotonin dalam menyampaikan pesan ke otak sehingga

menimbulkan depresi dan kecemasan. 4. Kepribadian (personality)

Kepribadian ini telah terbentuk dari hasil proses belajar yang diterima sejak awal kehidupan dan pengalaman yang membentuk pola kepribadian khas individu. Religiusitas merupakan bagian dari kepribadian dari seseorang (Daradjat, 1998). Dalam hal ini, religiusitas akan mempengaruhi cara berpikir, merasakan, bersikap, dan berperilaku. James (Astuti, 1999) mengatakan bahwa individu yang memiliki religiusitas yang tinggi, akan terhindar dari kecemasan-kecemasan serta terjaga keseimbangan jiwanya dan selalu siap menghadapi malapetaka yang akan terjadi.

Religiusitas Pengertian Religiusitas

Religiusitas berasal dari kata “religi” (religion, bahasa Inggris) yang artinya sepadan dengan agama. Dalam bahasa Arab, kata al-diin juga diartikan sepadan dengan agama. Walaupun secara etimologis memiliki arti sendiri-sendiri, namun secara terminologis dan teknis, istilah tersebut berinti makna sama (Anshari, 1979). Dari situ dapat juga disamakan pengertian keberagamaan dan pengertian religiusitas (religiousity).

(10)

Agama dalam pengertian Glock & Stark (Ancok & Suroso, 2001) adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning). James (Daradjat, 1978) memberikan definisi agama sebagai berikut: agama adalah perasaan dan pengalaman Bani Insan secara individual, yang menganggap bahwa mereka berhubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai Tuhan. Yang terpenting adalah pengaruh keyakinan (kepercayaan) itu pada jiwa orang yang bersangkutan dan yang menentukan reaksi terhadap yang dianggapnya Tuhan itu. James (Rahayu, 1997) tidak memastikan adanya Tuhan tertentu, seperti dalam keyakinan agama-agama Samawi. Maka agama adalah suatu sikap yang diambil seseorang terhadap suatu kebenaran yang abadi itu yang datang dari perasaan yang mendalam.

Dari berbagai macam uraian tentang pengetian religiusitas, maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan yang mencerminkan hubungan antara manusia dengan apa yang dipandangnya sebagai Tuhan melalui kegiatan ibadah sebagai pedoman hidup dalam sikap kesehariannya dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung serta berserah diri.

(11)

Aspek-aspek Religiusitas

Glock (Rahmat, 2004) mengembangkan teknik analisis keberagaman yang paling mudah yaitu analisis dimensional. Untuk menyusun gambaran keberagaman seseorang, agama diurai menjadi lima dimensi, yaitu:

1. Dimensi ideologis. Bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan apa yang harus dipercayai termasuk dalam dimensi ideologis.

2. Dimensi ritualistik. Dimensi keberagamaan yang berkaitan dengan sejumlah perilaku. Perilaku yang dimaksud disini perilaku-perilaku khusus yang ditetapkan oleh agama, seperti tata cara ibadah, berpuasa, atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari suci.

3. Dimensi eksperiensial. Dimensi yang berkaitan dengan perasaan keagamaan yang dialami oleh penganut agama. Pengalaman keagamaan ini bisa saja terjadi sangat moderat, seperti kekhusyukan di dalam sholat atau sangat intens seperti yang dilakukan oleh para sufi.

4. Dimensi intelektual. Setiap agama memiliki sejumlah informasi khusus yang harus diketahui oleh para pengikutnya. Sikap orang dalam menerima atau menolak ajaran agamanya berkaitan erat dengan pengetahuan agamanya itu. Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran pokok dari agamanya, sebagaimana termuat dalam kitab sucinya.

5. Dimensi konsekuensial. Dimensi ini menunjukkan akibat ajaran agama dalam perilaku umum, yang tidak secara langsung dan secara khusus ditetapkan agama. Inilah efek ajaran agama pada perilaku individu dalam

(12)

kehidupannya sehari-hari. Efek agama ini boleh jadi positif atau negatif pada tingkat personal atau sosial.

Hubungan Religiusitas dengan Kecemasan Menghadapi UAN

Kecemasan siswa dalam menghadapi Ujian Akhir Nasional adalah pengalaman buruk yang kurang menyenangkan yang dialami siswa baik di saat persiapan UAN, menjelang dan selama pelaksanaan UAN. Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan kecemasan pada siswa saat akan menghadapi UAN 2006. Diantaranya adanya kenaikan standar kelulusan yang semula 4,01 menjadi 4,26 dan adanya kebijakan baru bahwa siswa yang tidak lulus UAN pada tahun tersebut diwajibkan untuk mengulang pada tahun berikutnya. Jadi tidak ada UAN ulangan bagi siswa yang tidak lulus UAN 2006 seperti tahun lalu (Suara Merdeka, 01 Desember 2005).

Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh siswa untuk mengurangi tingkat kecemasan pada saat menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN). Misalnya mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan UAN dengan cara latihan soal UAN dari tahun-tahun sebelumnya dan berdoa kepada Tuhan agar diberi kemudahan pada saat menghadapi UAN nanti.

Individu yang religius, merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupannya, dan hanya kepada-Nya dia merasa bergantung dan berserah diri. Adapun ciri-ciri individu yang mempunyai tingkat religiusitas yang tinggi dapat dilihat dari tindak tanduk, sikap dan perkataan, serta seluruh jalan hidupnya mengikuti aturan-aturan yang diajarkan oleh agama. Koenig (Rakhmat,

(13)

2004) melaporkan bahwa keluarga yang religius umumnya memiliki delapan ciri dimana salah satu ciri tersebut adalah dapat mengatasi segala bentuk tekanan hidup. Dalam kehidupannya, keluarga yang religius dapat melindungi diri dan menyembuhkan diri dari depresi. Individu yang hidup dalam sebuah keluarga yang religius, akan tumbuh menjadi individu yang religius pula. Oleh karena itu, individu yang memiliki religiusitas yang tinggi, mampu mengatasi segala bentuk tekanan hidup, yang diantaranya adalah kecemasan itu sendiri.

Dister (1992) mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk religius yang dalam keadaan frustrasi akan menunjukkan tingkah laku yang mendekatkan diri kepada Tuhan dan agama, karena agama dapat memberikan kepastian-kepastian dan kepercayaan kepada pemeluknya. Dengan demikian, individu yang memilki agama sebagai pedoman hidup maka jika menghadapi masalah akan mencari solusi dari ajaran agamanya. Agama juga dapat mempengaruhi kepribadian dan memberikan jalan untuk mendapatkan rasa aman, tidak takut/cemas, gelisah dalam menghadapi persoalan hidup (Al Maududi, 1984).

Atas dasar uraian di atas dapat diasumsikan bahwa siswa yang taat menjalankan perintah agama yang terdiri dari lima dimensi yaitu dimensi keyakinan, dimensi ritualistik, dimensi eksperiensial, dimensi intelektual, dan dimensi konsekuensial, benar-benar dihayati dan dilaksanakan semampunya disertai dengan kesadaran akan keberadaan dirinya serta keikhlasan semata-mata hanya mengharapkan keridhaan Allah swt, maka keadaan yang demikian ini akan Sangat mempengaruhi kecemasan siswa saat siswa tersebut menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN).

(14)

Hipotesis

Ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) pada siswa SMA. Semakin tinggi religiusitas, maka kecemasan menghadapi persiapan UAN semakin rendah, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka kecemasan menghadapi UAN semakin tinggi.

Metodologi Penelitian Identifikasi Variabel Variabel dalam penelitian ini adalah:

1.Variabel Tergantung : Kecemasan menghadapi Ujian Akhir Nasional 2. Variabel Bebas : Religiusitas

Definisi Operasional 1. Definisi Operasional Variabel Bebas

Religiusitas adalah system simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan yang mencerminkan hubungan antara manusia dengan apa yang dipandangnya sebagai Tuhan melalui kegiatan ibadah sebagai pedoman hidup dalam sikap kesehariannya dan hanya kepada-Nya manusia merasa bergantung dan berserah diri yang diukur menggunakan skala religiusitas. Religiusitas di sini terbatas dalam lingkup agama Islam. Tingkat religiusitas subjek diketahui dengan skor yang diperoleh subjek setelah mengisi skala religiusitas. Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin

(15)

tinggi religiusitas. Semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah religiusitas.

2. Definisi Operasional Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kecemasan siswa SMU dalam persiapan menghadapi UAN merupakan manifestasi dari berbagai proses emosi yang dirasakan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan dan terjadi saat individu mengalami tekanan perasaan, frustrasi, konflik serta ketakutan terhadap situasi menghadapi UAN. Tingkat kecemasan subjek diukur dengan menggunakan skala kecemasan menghadapi UAN. Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin tinggi kecemasan dan semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah pula kecemasannya.

Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi merupakan sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama. populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri I Jember. Jumlah populasi adalah 280 orang.

Sampel merupakan bagian dari populasi. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan metode sampling sistematis yaitu pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu (Sugiyono, 2003).

Subjek penelitian ini adalah siswa berusia 15-18 tahun yang sedang menempuh pendidikan Sekolah Menengah Umum kelas III dan beragama Islam.

(16)

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh melalui angket, yaitu sejumlah pernyataan dan pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan dua skala, yaitu Skala Kecemasan Menghadapi UAN dan Skala Religiusitas. Skala-skala dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert yang dimodifikasi dari lima alternatif menjadi empat alternatif jawaban. Keempat alternatif jawaban tersebut yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) untuk Skala Religiusitas. Sedangkan untuk Skala Kecemasan Menghadapi Persiapan UAN, keempat alternatif jawaban tersebut yaitu sering (Sr), kadang-kadang (K), jarang (Jr), dan tidak pernah (TP). Skor jawaban skala ini berkisar antara 1 sampai dengan 4. Pemberian nilai tergantung dari favourable atau unfavourable suatu aitem.

Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dari Pearson untuk membuktikan adanya hubungan antara religiusitas dengan kecemasan dalam menghadapi UAN.

Asumsi yang harus dipenuhi untuk menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson ini adalah:

1. Distribusi kedua variabel adalah normal. 2. Hubungan antara kedua variabel bersifat linier.

(17)

Analisis Data Hasil Uji Asumsi Normalitas

Uji asumsi normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan data penelitian.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas

Variabel Skor KS-Z p Keterangan

Religiusitas 0,660 0,56 Normal

Kecemasan

Menghadapi UAN

0,545 0,46 Normal

Hasil uji asumsi variabel religiusitas dan kecemasan menghadapi UAN dilakukan dengan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov Test, menunjukkan bahwa Skala Religiusitas dan Skala Kecemasan Menghadapi UAN yang digunakan mengikuti distribusi normal (KS-Z = 0,660 ; dan KS-Z = 0,545 ; dengan p > 0,05).

Hasil Uji Asumsi Linearitas

Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa hubungan antara variabel religiusitas dan kecemasan menghadapi UAN linear karena taraf signifikansi p = 0,000 dan F lineritas = 15,821.

Deskriptif Data Penelitian

Deskriptif data penelitian sebagai berikut: Tabel 2. Deskriptif Statistik

Variabel N Mean

Mean Hipotetik

Std.

Deviation Minimum Maximum

Kecemasan 140 136.235 7 165 29.18352 68.00 222.00 Religiusitas 140 189.821 4 142,5 15.71384 134.00 222.00

(18)

Kriteria kategorisasi ditetapkan oleh peneliti guna mendapatkan informasi tentang keadaan kelompok subjek pada variabel penelitian. Cara ini dilakukan berdasarkan status asumsi bahwa skor subjek dalam populasinya dan skor tersebut terdistribusi normal (Azwar, 1999).

Kategorisasi pada penelitian ini terbagi menjadi lima kriteria, yaitu (Azwar, 1999):

a. Sangat rendah, dengan skor X < µ - 1,8d b. Rendah, dengan skor µ - 1,8d = X = µ – 0,6d c. Sedang, dengan skor µ – 0,6d = X = µ + 0,6d d. Tinggi, dengan skor µ + 0,6d = X = µ + 0,6d e. Sangat tinggi, dengan skor = µ + 0,6d

Keterangan : µ = mean hipotetik d = standar debíais

Tabel 3. Kriteria Kategori Skala Kecemasan Menghadapi UAN

Kategori Skor Sangat rendah X = 112,476 Rendah 112,476 = X = 147,492 Sedang 147,492 = X = 182,508 Tinggi 182,508 = X = 217,524 Sangat tinggi = 217,524

Berdasarkan kriteria yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian yang memiliki mean empiris 136,23 termasuk dalam kategori rendah (112,476 = 136,23 = 147,492).

(19)

Tabel 4. Kriteria Kategori Skala Religiusitas Kategori Skor Sangat rendah X = 114,222 Rendah 114,222 = X = 133,074 Sedang 133,074 = X = 151,926 Tinggi 151,926 = X = 170,778 Sangat tinggi = 170,778

Berdasarkan kriteria yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulakan bahwa subjek penelitian yang memiliki mean empiris 189,82 termasuk dalam kategori sangat tinggi (189,82 = 170,778).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment dari Pearson dapat diketahui adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecemasan menghadapi UAN dengan religiusitas, di mana ditunjukkan dengan hasil korelasi (rxy) sebesar -0,319 dan p = 0,00 (p = 0,01). Hal ini membuktikan hipotesis yang

menyatakan ada korelasi negatif antara kecemasan menghadapi UAN dengan religiusitas siswa dapat diterima. Artinya, semakin tinggi religiusitas siswa maka semakin rendah kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi UAN, dan semakin rendah religiusitas siswa, semakin tinggi kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi UAN.

Hubungan yang sangat meyakinkan antara religiusitas dan kecemasan menghadapi UAN 2006 disebabkan karena siswa berusaha melakukan upaya dengan lebih mendekatkan diri lagi dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan. Siswa dapat melakukan upaya-upaya nyata yang berupa kegiatan keagamaan

(20)

untuk mengurangi atau mengatasi kecemasannya, misalnya pada hari Jum’at diadakan sholat Jum’at bersama bagi para siswa. Pada saat khotbah, guru selaku khotib memberi masukan berupa saran-saran agar para siswa bisa lebih tenang dalam menghadapi UAN nanti. Kajian ini juga berlaku bagi para siswi, yaitu setiap hari Sabtu. Apa yang disampaikan kepada para siswa pada saat sholat Jum’at, juga disampaikan kepada para siswi pada hari Sabtu. Sedangkan pada hari-hari biasa, para siswa diwajibkan untuk mengikuti sholat dhuhur bersama di sekolah. Setiap hari dilakukan do’a bersama setelah sholat dhuhur sebagai persiapan menghadapi UAN nanti. Para guru juga terbiasa mengadakan istighosah bersama para siswa pada hari kedua sebelum pelaksanaan ujian. Dan menjelang pelaksanaan UAN 2006 nanti, para guru sudah mempersiapkan jadwal untuk mengadakan istighosah bersama.

Kecemasan yang dialami siswa termasuk pada kategori rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, kecemasan yang mereka alami, lebih mengarah pada kecemasan saat akan menghadapi SPMB. Yang mereka cemaskan adalah ketidakpastian akan kemana mereka setelah lulus nanti. Sedangkan dalam pelaksanaan UAN nanti, mereka mengaku sudah mempersiapkan diri secara matang dan menurut mereka Belum pernah ada siswa yang tidak lulus pada UAN tahun sebelumnya sehingga tidak membuat mereka terlalu cemas.

Daradjat (1975) menyatakan bahwa agama dapat memberikan jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman, rasa tidak takut, atau rasa cemas menghadapi persoalan hidup. Agama dapat memantapkan kembali jiwa yang

(21)

sedang mengalami kebimbangan-kebimbangan. Meichati (Purwati, R & Lestari, 2002) mengutarakan bahwa hidup keagamaan akan memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dan cobaan hidup, memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis, serta menimbulkan sikap rela menerima kenyataan hidup sebagaimana yang telah ditakdirkan Tuhan. Agama dapat memberikan kepastian dan kepercayaan meningkatkan rasa aman dan mencegah panik pada manusia.

Pemecahan masalah-masalah kehidupan melalui nilai-nilai religiusitas akan meningkatkan kehidupan seseorang ke nilai spiritual. Orang akan memperoleh keseimbangan mental bila ia mampu melakukan transendensi melalui nilai-nilai religius yang diyakininya. Pendapat Daradjat (1975) bahwa agama dapat memberikan jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman dan mengurangi kecemasan, memperoleh dukungan empiris dalam penelitian ini. Pendapat William James (Najati, 1985) yang menyatakan bahwa individu yang benar-benar religius akan mempunyai keyakinan dapat terlindung dari keresahan-keresahan, mendapat dukungan empiris melalui penelitian ini.

Kontribusi religiusitas terhadap kecemasan menghadapi UAN diketahui sebesar 10,2 % yang menunjukkan bahwa religiusitas memberi sumbangan efektif sebesar 10,2 %. Dengan demikian 89,8 % sumbangan efektif yang mempengaruhi kecemasan menghadapi UAN berasal dari faktor-faktor lain yang turut berpengaruh dan adanya kelemahan dari penelitian ini, antara lain:

1. Adanya kesalahan alat ukur yang digunakan, dalam hal ini angket, yang kurang mampu mengukur dengan tepat aspek-aspek yang berkaitan

(22)

dengan variabel yang diteliti dan rendahnya validitas sehingga tidak bisa digunakan sebagai alat ukur yang baik.

2. Ketika mengisi kuesioner subjek penelitian tidak terlalu memperhatikan hal-hal yang ditanyakan, sehingga jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan kenyataan yang dialaminya, bisa pula karena jumlah aitem yang terlalu banyak sehingga membuat subjek penelitian bosan dan malas untuk berpikir.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan diperoleh nilai korelasi antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi UAN adalah sebesar -0,319 dengan tingkat signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,05). Berdasarkan hasil analisis korelasi yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi UAN, dimana semakin tinggi religiusitas pada siswa maka semakin rendah kecemasan yang dialami siswa pada saat menghadapi UAN, dan sebaliknya semakin rendah religiusitas pada siswa semakin tinggi kecemasan dalam menghadapai UAN.

Saran

Dari kesimpulan yang diperoleh di atas, dapat diberikan saran kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis agar lebih memperhatikan validitas alat ukur dan kriteria subjek penelitian yang akan diteliti sehingga hasil penelitian benar-benar tepat sasaran.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D & Suroso, FN. 2001. Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anshari, E.S. 1979. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset Astuti, Y.D. 1999. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Gaya Penjelasan Pada

Mahasiswa Muslim. Psikologika, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, no. 8 tahun IV, 39-52

Atkinson, RL. 1983. Pengantar Psikologi, Jilid 2. Jakarta: Erlangga Daradjat, Z. 1975. Islam dan Kesehatan Mental. Jakarta: Bulan Bintang _____ 1978. Peran Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung _____ Z. 1986. Kesehatan Mental. Jakarta: Bulan Bintang

_____ Z. 1998. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang Dister, N.S. 1989. Psikologi Agama. Yogyakarta: Kanisius

Greene, B, Nevid, J.S, Rathus, S.A. 1997. Abnormal Psychology in a Changing World, Third Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc

Lazarus, R.S. 1976. Patterns of Adjustment. New York: Mc Graw Hill Book Co. Najati, U. 1985. Al Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Pustaka Pelajar

Pikiran Rakyat. 2005. Nilai Lulus UN 2005 Rata-rata 4,5. http://www.pikiranrakyat.com 28/01/06

Rahayu, R.H.P. 1997. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Perilaku Coping Stress. Psikologika, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, no 4 tahun II, 61-68

Rakhmat, J. 2003. Psikologi Agama Sebuah Pengantar. Bandung: Mizan Pustaka Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Suara Merdeka. 2004. UAN, Standar Mutu Pendidikan Kita?. http://www.suaramerdeka.com 20/12/05

(24)

______ 2005. Unas 2005/2006 Libatkan Unsur Independen. http://www.suaramerdeka.com 20/12/05

______ 2006. Siswa Mulai Dilanda Kecemasan Menjelang Ujian Nasional. http://www.suaramerdeka.com 01/05/06

Gambar

Tabel 2.  Deskriptif Statistik   Variabel  N  Mean
Tabel 3. Kriteria Kategori Skala Kecemasan Menghadapi UAN
Tabel 4. Kriteria Kategori Skala Religiusitas  Kategori  Skor  Sangat rendah  X = 114,222  Rendah  114,222 = X = 133,074  Sedang  133,074 = X = 151,926  Tinggi  151,926 = X = 170,778  Sangat tinggi   = 170,778

Referensi

Dokumen terkait

In this paper, we employ Variational Semi-Supervised Learning (VSSL) to solve imbalance problem in LULC of Jakarta City.. This VSSL exploits the use of semi-supervised learning on

Rancang bangun web service sebagai media pembelajaran pada Program Studi Teknik Telekomunikasi berbasis android adalah suatu aplikasi berbasis web yang dirancang

BAB IV PEMBAGIAN YANG DILAKUKAN PENGADILAN DALAM PERMOHONAN KEBERATAN ATAS PEMBAGIAN BOEDEL PAILIT YANG DILAKUKAN KURATOR BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR

berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya” (pasal 1 angka 28). Perubahan sekaligus pergeseran sifat rahasia bank, seperti yang dirumuskan

Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah

Untuk mengatasi timbulan sampah diseluruh wilayah kecamatan agar tidak memunculkan pencemaran lingkungan yang mengakibatkan menurunnya kualitas kesehatan lingkungan, pengelolaan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM MERANCANG POSTER DI SANGGAR JANIKA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu